Anda di halaman 1dari 12

Analisis VUCA dan Strategi Menghadapinya (VUCA vs VUCA)

Oleh:
Edi Nurokhman – NPM. 072520036

Abstrak

Beberapa dekade yang lalu bisnis suatu perusahaan akan dengan mudah bertahan jika
dia memiliki keunggulan produk dan harga yang kompetitif. Sebelum menetapkan strategi
produk dan harga, perusahaan dapat melakukan survey pasar maka akan terbaca apa
yang dikehendaki pasar, berapa harganya, siapa pesaingnya, dan lain-lain. Semua data
itu kemudian dianalisa dengan pendekatan ilmu menajemen yang ada lalu diperolehlah
sebuah strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan pasar. Namun seiring
dengan pesatnya perkembangan teknologi dan dinamika global, persaingan bisnis yang
awalnya dengan mudah digambarkan dalam sebuah model, kini menjadi sangat
kompleks, tak menentu, berubah-ubah dengan cepat dan tidak ada kepastian. Kondisi
inilah yang dikenal dengan istilah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity).

1. Latar Belakang

Istilah VUCA pertama kali digunakan oleh US Army pada dekade 90-an ketika terjadi
pergolakan di Afghanistan, Irak, dan Timur Tengah pada umumnya. Peta geopolitik
saat itu sangat tidak menentu dan berubah-ubah dengan cepat. Informasi perihal apa
yang terjadi di lapangan juga juga diliputi ketidakjelasan. Situasi seperti ini tentu
sangat menyulitkan dalam pengambilan sebuah strategi untuk memenangkan
pertempuran. Ibaratnya pasukan amerika tengah berada di medan tempur gelap, tidak
jelas posisi lawan, sementara dukungan informasi juga sangat terbatas. Ini tentu
sangat menyulitkan dan memerlukan strategi khusus untuk mengatasinya.

Dalam perkembangannya, istilah VUCA ini kemudian diadaptasi dalam dunia bisnis
yang pada akhir-akhir ini mengalami kondisi yang serupa. Jika di era industri 1.0
hingga industri 3.0 semua indikator persaingan dapat dipelajari dengan relatif mudah,
namun di era industri 4.0 ini hampir semua bidang bisnis berubah ke arah yang tak
terduga sebelumnya. Faktor-faktor keunggulan sebuah perusahaan yang dulu dapat
didefiniskan dengan jelas dan baku, kini berubah nyaris tanpa pola. Hari ini kita
melakukan strategi A dan berhasil, namun besok strategi itu sudah tidak sesuai lagi,
begitu seterusnya. Dunia bisnis seakan berada dalam situasi yang penuh gejolak
(Volatile), tidak pasti (uncertaint), rumit (complex), dan tidak jelas (ambiguous).
Dahulu sekolah-sekolah bisnis mengajarkan ilmu manajemen dimana semua
masalah manajerial akan dipecahkan dengan pendekatan paradigma manajemen
klasik yang baku. Misalnya untuk mencari akar masalah bisa digunakan metode
fishbone analysis, upaya peningkatan kinerja dilakukan dengan metode PDCA (Plan-
Do-Check-Action), dan seterusnya. Itu semua bisa dilakukan dengan asumsi kondisi
dunia bisnis dan persaingan berjalan seperti yang sudah-sudah. Semua berjalan
nyaman sampai datang era VUCA dalam persaingan bisnis yang membuat semua
orang harus berubah dan harus berani keluar dari zona nyaman untuk bisa bertahan
atau mati.

Fenomena VUCA ini mengingatkan kita pada kisah “burning frog” atau katak yang
dimasukkan ke kuali berisi air lalu dipanaskan. Seekor katak yang dimasukkan ke
dalam kuali yang berisi air panas ia akan spontan meresponnya dengan langsung
melompat keluar dari kuali itu untuk menyelamtkan diri. Ini berbeda jika seokor katak
dimasukkan ke dalam kuali yang berisi air dingin, ia akan merasa nyaman berada di
dalamnya.. Meski kemudian air di dalam kuali itu dipanaskan dan air berubah menjadi
hangat, si katak tetap nyaman dan tidak memberikan respon apa-apa, sampai
kemudian air mendidih dan si katak sudah tidak bisa melompat keluar karena dia
sudah mati terebus di dalam kuali. Analogi “burning frog” ini menjadi gamaban pelaku
bisnis yang tidak menyadari adanya perubahan yang begitu cepat di luar dirinya. Ia
tetap nyaman berada di zonanya dan tidak mau berubah. Namun meskipun dia
merasa nyaman, sesungguhnya dia tidak sadar kalau dia sedang direbus dan
sebentar lagi bisnisnya mati.

2. Pengertian VUCA

VUCA adalah akronim dari Volatolity (gejolak), Uncertainty (ketidakpastian),


Complexity (kerumitan), Ambiguity (ketidakjelasan). Terjemahan bebasnya adalah
suatu gejolak perubahan yang rumit yang penuh dengan ketidakpastian, dan
ketidakjelasan. Dalam dunia bisnis kondisi ini benar-benar nyata terjadi dalam satu
dekade terakhir.

Selama ini persaingam bisnis dapat diidentifikasi dengan mudah. Indikator keunggulan
dengan mudah diidentifikasi melalui komparasi kualitas dan biaya. Peningakatan
penjualan cukup memakai jurus andalan dengan memperbanyak tenaga pemasaran
dan jumlah pelanggan. Dulu kompetitor adalah mereka yang bergerak di bidang yang
sama dengan kita. Perusahaan bersaing siang malam melawan mereka untuk bisa
bertahan. Namun sekarang penentu keberlangsungan bisnis tidak sesederhana itu.
Pada era pemerintahan SBY, perusahaan swasta di Indonesia tumbuh dengan subur.
APBN menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Sektor swasta tumbuh pesat melalui
instrument APBN. Namun itu hanya berlangsung satu dekade. Begitu pemerintahan
berganti, kebijakan berubah. Pemerintah melakukan kebijakan efisiensi belanja.
Semua instansi pemerintah didorong untuk belanja modal langsung ke produsen
melalui satu pintu LKPP dengan sitem e-katalog. Memang menjadi lebih efisien,
karena pemerintah bisa mendapatkan harga lebih murah langsung dari pemilik
barang. Namun perusahaan-perusahaan yang selama ini bertindak sebagai agen dan
distribusi harus menutup kantornya. Mereka mati bukan karena kalah bersaing dengan
perusahaan sejenis. Kompetitor pembunuh mereka ternyata bernama regulasi.
Itu adalah salah satu fenomena ketidakpastian yang berubah sedemikian cepat yang
dalam ilmu manajemen ini disebut dengan VUCA.

3. Faktor-faktor Penyebab Munculnya VUCA

Ada lima faktor penyebab munculnya VUCA yaitu perkembangan teknologi, dinamika
politik, sosial budaya, isu lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi..

3.1 Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi telah mentransformasikan dunia bisnis sedemkian rupa.


Dunia bisnis yang dulu vertikal, centralized, dan ekslusif kini berubah menjadi
horizontal, scattered, dan inklusif. Dampaknya konsumen mendapatkan akses
informasi yang seluas-luasnya dan semudah-mudahnya.

Jika konsumen menginginkan suatu barang, dia tidak perlu repot-repot datang ke
toko. Cukup membuka smartphone, klik beberapa Langkah, lalu barang yang
diinginkan sudah tiba di hadapan dia. Betapa praktisnya. Kondisi ini tentu
berdampak besar bagi toko-toko retail yang masih berjualan secara fisik. Salah
satu contoh yang terjadi adalah sepinya pusat perbelanjaan handphone di Roxy
dan pusat elektronik di glodok akibat . Artinya strategi jualan handphone yang dulu
mengandalkan 4P (product, price, place, promotion) di era VUCA sudah tidak
relevan lagi.

3.2 Dinamika Politik

Dinamika politik juga menjadi penyebab penting dari munculnya era VUCA ini.
Perekonomian global tak bisa dilepaskan dari situasi politik dunia. Dulu ketika
meletus perang teluk, harga minyak melambung tinggi. Perekonomian semua
negara ramai-ramai menyesuaikan asumsi harga minyak dan nilai tukar mata
uang. Namun siapa sangka ditengah konflik Timur Tengah dan tingginya harga
minyak dunia tiba-tiba Arab Saudi secara sepihak memutuskan akan menggenjot
produksi dan kuoto ekspor sehingga harga minyak menjadi turun. Penurunan
harga ini diperparah lagi dengan keputusan Amerika untuk melakukan eksplorasi
shale oil di Amerika Utara dalam secara besar-besaran sehingga harga minya
semakin terjun bebas. Ini tentu berimbas pada gejolak ekonomi dunia yang
menjadi tak menentu.

3.3 Sosial Budaya

Sosial budaya juga turut berpengaruh munculnya VUCA dalam dunia bisnis.
Dahulu orang ke mall untuk membeli barang-barang kebutuhan terutama sandang
pangan. Namun budaya masyarakat perlahan berubah. Orang pergi ke mall bukan
lagi untuk membeli sandang pangan melainkan lebih untuk mencari hiburan.
Dengan demikian pemilik mall harus mengubah strategi dan konsep mall nya agar
sesuai dengan perubahan budaya ini.

3.4 Isu Lingkungan

Isu lingkungan banyak menimbulkan gejolak pada industri yang berbasis sumber
daya alam. Beberapa waktu lalu para pengusaha beramai-ramai masuk ke bisnis
batu bara. Permintaan pasar yang tinggi membuat bisnis ini sangat menjanjikan.
Namun tiba-tiba beberapa negara mengumumkan membatasi pembelian batu
bara dengan alasan tidak ramah lingkungan. Spontan permintaan menurun dan
harga batu bara juga ikut anjlok. Akibatnya banyak pengusaha merugi.

Ini juga terjadi di industry kelapa sawit yang sempat menjadi primadona ketika
terjadi krisis moneter sampai beberapa tahun kebelakang. Namun tiba-tiba uni
eropa meralarang impor cpo karena dianggap merusak lingkungan. Tentu saja isu
lingkungan yang diangkat Uni Eropa ini sempat menimbulkan gejolak dan
ketidakjelasan akan masa depan industri kelapa sawit.

3.5 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi juga bisa menjadi faktor pemicu VUCA bagi dunia bisnis.
Dulu orang terbiasa bepergian jarak jauh menggunakan bus. Namun seiring
dengan membaiknya pendapatan masyarakat, moda angkutan jalan raya itu
banyak ditinggalkan. Orang beralih menggunakan pesawat terbang atau kereta api
eksekutif yang harganya tidak jauh berbeda dengan bus malam. Para perusahaan
angkutan bus pun dibuat kebingungan karena mereka ditinggalkan pelanggan.
Faktor-faktor diatas merupakan penyebab mengapa bisnis sekarang berada di era
yang rentan dengan gejolak perubahan, kerumitan, ketidakpastian, bahkan
ketidakjelasan.

4. Analisis VUCA

Berikut akan dianalisis satu persatu apa dan bagiamana VUCA.

4.1 Volatiiity (Gejolak)

Volatility menggambarkan keadaan dunia bisnis yang rentan dengan gejolak dan
perubahan. Kondisi volatile umumnya disebabkan oleh faktor politik dan dinamika
global. Sebagai contoh ketika pemerintah mengumumkan susunan kabinet, pasar
langsung bereaksi dengan naik atau turun harga saham dan nilai mata uang.
Bahkan ketika seorang kepala daerah mengumumkan kebijakan pembatasan
sosial untuk mencegah pandemic, pasarpun tanpa diduga langsung memberikan
respon negative yang berakibat pada naik-turunnya harga sejumlah komoditas.
Gejolak-gejolak seperti ini sangat mempengaruhi keberlangsungan bisnis dan
harus dapat diantisipasi dengan baik.

Dalam skala global, apa yang terjadi dalam industri minyak merupakan contoh
yang nyata. Dulu industri minyak begitu nyaman dengan harga komoditas minyak
dunia yang cenderung terus mengalami kenaikan. Selain itu dunia juga begitu
bergantung dengan minyak sebagai sumber energi utama. Namun siapa yang
menyangka sejak Amerika melakukan eksplorasi shale oil di Amerika Utara dalam
jumlah besar dan didukung oleh kebijakan pemerintahnya yang mengijinkan
fraksinasi pada lapisan lumpur pasir , harga minyak saat ini terjun bebas hingga
berada di ambang batas harga keekonomian . Akibatnya industry minyak dan
semua perusahaan yang terkait dalam rantai pasokan kebingungan antara terus
melakukan eksplorasi minyak atau menghentikannya. Dampaknya banyak
perusahaan jasa survey dan eksplorasi minyak yang gulung tikar. Kondisi ini
diperparah lagi dengan pandemic covid-19 yang mengakibatkan permintaan
minyak dunia turun drastic sehingga sumur-sumur minyak kesulitan untuk
menyimpan minyak buminya yang tidak laku. Di satu sisi pipa minyak yang
mengalir tidak bisa ditutup begitu saja karena akan membutuhkan biaya yang
sangat besar pada saat kembali membukanya. Ini adalah contoh kondisi dunia
bisnis yang tak pernah diduga sebelumnya.
4.2 Uncertainty (ketidakpastian)

Dunia bisnis juga dilanda ketidakpastian (uncertainty) akibat perang dagang


Amerika dengan China. Masing-masing pihak sebagai dua negara paling
berpengaruh di dunia saat ini saling berebut pengaruh dengan cara-cara yang sulit
untuk diduga. China dengan inovasi-inovasi teknologi terbarunya dan didukung
oleh melimpahnya finansial berusaha menjadi market leader di semua lini bisnis.
Sementara Amerika sebagai negara yang lebih dahulu menjadi negara adikuasa
berusaha melawannya dengan kekuatan-kekuatan politik yang dimilikinya. Bahkan
dalam beberapa hal Amerika secara terang-terangan merang negara-negara di
dunia untuk tidak menggunakan produk-produk tertentu dari China. Kondisi ini
tentu membuat para negara dilanda ketidakpastian dalam mengambil sikap.
Demikian juga dengan perusahaan-perusahaan yang tidak dapat lepas dari
kebijakan-kebijakan politik negara. Hingga saat ini sulit diprediksi siapa yang akan
jadi pemenang dalam perang dagang antara Amerika dengan China, mata uang
apa yang sebaiknya diandalkan untuk mengantisipasi perang dagang tersebut.

4.3 Complexity (kerumitan)

Dunia bisnis juga dilanda kompetisi yang semakin rumit (complex). Jika dahulu
competitor sangat mudah dikenali, kini competitor bisa datang dari mana saja,
bahkan dari mereka yang tidak bermain di lini bisnis yang sama. Dulu perusahaan
travel agent A sudah tentu akan menganggap pesaingnya adalah travel agent B,
C, atau D atau semua travel agent. Namun siapa sangka kalau sekarang mereka
semua nyaris mati bersama-sama oleh sebuah kekuatan disrupsi yang bernama
online travel agent. Ternyata pesaing dan musuh mereka bukan datang dari
sesame pemain travel agent, tapi perkembangan teknologi yang dimanfaatkan
oleh online travel agent.

Selain dengan online travel agent, travel agent juga harus menghadapi tekanan
dari airlines sendiri yang juga meluncurkan pembelian tiket secara online dengan
beraneka promo yang menarik. Sementara travel agent juga ditekan dengan
semakin berkurangnya agent fee yang diberikan airlines. Kondisi ini jelas makin
memperumit posisi travel agent dan jika tidak pandai mengatasinya maka
kematianlah yang menjadi pilihan buat mereka.

4.4 Ambiguity (ketidakjelasan)

Ambiguity arti harfiahnya adalah sikap mendua, tidak tegas, dan tidak jelas. Ini
sering terjadi terhadap suatu kebijakan yang seringkali tidak konsisten.
Dampaknya dunia bisnis juga akan mengalami kebingungan atas apa yang
sesungguhnya diinginkan sang pembuat kebijakan.

Contoh yang sering terjadi adalah pemerintah berulang kali menyatakan


dukungannya untuk pengembangan industry dalam negeri. Namun diwaktu
bersamaan pemerintah juga membuka lebar-lebar masuknya produk-produk
asing, bahkan Sebagian diantaranya mendapatkan pembebasan bea masuk. Hal
semacam ini merupakan bentuk ambiguitas kebijakan yang berdampak pada
berlangsungnya industry dalam negeri.

Analisa keempat komponen VUCA juga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No Komponen Deskirpsi Contoh Kasus


VUCA
1 Volatility Keadaan yang sering Harga komoditas yang sering berubah-
berubah-ubah dengan ubah dengan cepat sehingga
cepat menyulitkan para pebisnis yang
bergerak di bidang itu
2 Uncertainty Suatu peristiwa yang Perang dagang Amerika dengan China
sedang dan terus membuat semua negara dan dunia
berlangsung namun sulit bisnis saling menunggu kebijakan apa
dipastikan bagaimana lagi yang akan diberlakukan oleh kedua
akhirnya negara tersebut karena dampaknya
berpengaruh terhadap perekonomian
semua negara di dunia
Complexity Persaingan bisnis berjalan Persaingan di binis transportasi sangat
sangat komplek, banyak kompleks. Kompetitor tidak hanya
faktor yang saling datang dari perusahaan sejenis namun
mempengaruhi bisa dari moda transportasi lain bahkan
sekarang dari sebuah aplikasi online
seperti Gojek
4 Ambiguity Kondisi yang tidak jelas atas Kebijakan pemerintah yang
suatu peristiwa / kebijakan menyatakan mendukung industry
dalam negeri namun diwaktu
bersamaan membuka lebar-lebar kran
impor

Tabel Analisa VUCA


Meskipun kondisi VUCA sedemikian rumit, namun pebisnis tidak perlu terjebak dan
terkurung dalam kondisi tersebut. Ada dua langkah awal yang bisa dilakukan
sebagaimana terdapat pada gambar di bawah ini:

How to predict
the future

Complexity Volatility
Multiple key
Rate of change
decision factor

Ambiguity Uncertainty
Lack of clarity of Unclear about
an event the present

How to know
the situation

Gambar Analisis VUCA

Dari gambar di atas tampak bahwa dua Langkah awal itu adalah bagaimana kita
memahami situasi dan bagimana kita memprediksi. Sumbu horizontal menunjukkan
bahwa kondisi dunia bisnis yang ambiguous dan uncertaint harus mampu mengasah
kita untuk bagaimana bisa memahami situasi. Sementara sumbu vertical
menggambarkan bahwa kondisi yang complex dan volatile harus mengasah kita untuk
bisa memprediksi masa depan.

Dengan memahami situasi dan kemampuan memprediksi masa depan, kita akan bisa
mendapatkan opportunity baru atas kondisi VUCA tersebut. Opportunity ini sekaligus
menjadi solusi agar bisnis kita dapat sustainable di era VUCA.
5. VUCA vs VUCA

Apa yang dimaksud dengan VUCA vs VUCA? VUCA yang pertama adalah Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
Adapun VUCA dalam bagian ini adalah opportunity sekaligus solusi dari VUCA yang
pertama.

VUCA dalam bagian ini merupaan proses analisis dalam membuat keputusan,
merencanakan, mengelola resiko, dan memecahkan masalah yang didorong oleh
empat faktor VUCA. Untuk mengatasi masalah VUCA ini. Bob Johansen, dalam
bukunya Leaders Make the Future: Ten New Leadership Skills for Uncertain
World(San Fransisco, 2009) mengatakan bahwa VUCA harus dilawan dengan VUCA
yaitu : Vision, Understanding, Clarity, Agility.

5.1 Vision

Visi adalah cara pandang perusahaan ke depan dalam membaca persaingan


bisnis yang ada. Perusahaan harus jelas apa yang akan diwujudkan nanti, kemana
akan dituju. Semakin kuat dan jelas visi sebuah perusahaan maka semakin kuat
pula visi itu akan memandu perusahaan dalam menghadapi perubahan yang
terjadi secara volatile.

Ibarat seorang pilot yang hendak menerbangkan pesawat, maka bandara tujuan
itulah visi perusahaan. Perusahaan tanpa visi ibarat pesawat terbang tanpa tujuan
dan sudah pasti akan kehabisan bahan bakar di tengah jalan lalu jatuh. Dengan
visi yang kuat dan jelas, maka apapun yang akan dihadapi di tengah jalan,
perusahaan akan terus berjalan untuk mencapai visi yang sudah dicita-citakan.

5.2 Understanding

Pemahaman yang benar atas apa yang sedang dihadapi merupakan kunci dalam
mengambil keputusan yang tepat. Ibarat seorang pilot yang tiba-tiba pesawatnya
terguncang-guncang, dia harus tahu apa yang sedang terjadi. Seorang pilot
dibekali dengan radar cuaca. Dari radar inilah pilot mengetahui apakah goncangan
ini hanya sesaat atau akan berlangsung lama. Apakah goncangan ini moderata
atau akan berubah menjadi severe dan heavy turbulence. Berbekal pemahaman
inilah pilot akan mengambil keputusan apakah akan terus melaju sesuai jalur yang
direncakan atau perlu mengubah jalur dengan menaikkan atau menurunkan
ketinggian. Demikian halnya dengan CEO sebuah perusahaan, dia harus memiliki
pemahaman yang baik atas apa yang sedang terjadi saat ini dan kedepannya.
Sebagai contoh seorang CEO yang memimpin perusahaan yang bergerak di
bidang bimbingan belajar. Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak
bimbingan belajar yang menyelenggarakan bimbingannya secara online tanpa
perlu tatap muka fisik di ruang kelas. Ini tentu sangat efisien karena bisa diikuti
oleh lebih banyak siswa dan tidak membutuhkan sewar uang belajar. Dengan car
aini siswa bisa membayar lebih murah.

Lebih dari itu, ada juga yang menyelenggarakan bimbingan belajar online secara
cuma-cuma alias gratis melalui chanel youtube yang mereka buat. Mereka
berharap dengan diberikannnya materi pelajaran secara Cuma-Cuma, akan
banyak siswa yang melihat chanel youtube nya, akan semakin banyak viewer dan
subscriber chanel youtube nya. Pada akhirnya chanel youtube yang mereka buat
dapat di monetisasi dan dari sinilah pundi-pundi yang akan mengalir dengan
sendirinya.

Dua fenomena itu harus disikapi dengan tepat oleh seorang CEO Bimbingan
Belajar, apakah akan bertahan dengan cara konvensional ataukah
mentransformasikan diri seperti dua contoh di atas?

Untuk mengambil keputusan yang tepat ini diperlukan pemahaman yang baik
(understanding) atas fenomena tersebut, CEO harus bisa meyakini apakah
fenomena monetisasi chanel youtube ini akan berjalan seterusnya atau hanya
sesaat saja?

Contoh kasus lain akan pentingnya understanding ini adalah apa yang sering
terjadi di pasar modal. Seorang pialang di bursa sering dihadapkan pada kejadian
anjloknya harga saham secara tiba-tiba. Kondisi ini seringkali membuat para
pelaku pasar dilanda kepanikan dan dampaknya dia bisa salah dalam melakukan
keputusan untuk menjual atau membeli. Namun bagi pialang yang memiliki
pemahaman yang kuat (understanding) dia bisa mengetahui apakah harga saham
ini akan terus menurun atau akan rebound. Salah satu dasar pemahamannya
misalnya mengetahui fundamental dari perusahaan tersebut. Dengan pemahaman
yang baik ini kecil kemungkinan dia akan salah dalam mengambil keputusan.

5.3 Clarity

Clarity (Kejelasan) dapat diibaratkan seorang pilot yang hendak mendarat namun
berada dalam cuaca yang kurang bersahabat dan dengan jarak pandang yang
terbatas. Untuk bisa mendarat dengan selamat pilot harus bisa melihat runway
bandara dengan jelas (clear). Jika pilot nekat mendarat sementara belum mampu
melihat runway dengan jelas, maka besar kemungkinan pesawat akan mengalami
overrun, overshoot, atau undershoot dimana pesawat tidak akan mendarat sampai
di bandara dengan selamat.

Sebagimana yang dikemukakan di atas, bandara ini ibarat visi yang telah
ditetapkan, semakin jelas bandara tujuan/visinya maka semakin kita akan semakin
mudah terpandu menuju tujuan. Namun jika bandara tujuan /visi terlihat samar-
samar dan kita tidak mampu melihatnya dengan clear, maka kecil kemungkinan
kita akan sampai pada visi / tujuan yang telah ditetapkan.

5.4 Agility

Agility atau kelincahan / kelenturan adalah kemampuan diri untuk menyesuaikan


kondisi yang ada. Intinya kita harus adaptif dan responsive dan tidak boleh kaku.
Ketegasan memang diperlukan tapi tidak berarti kaku. Tegas diperlukan dalam
memegang prinsip, namun cara kita merespon dinamika/gejolak harus luwes dan
lincah.

Ibarat seorang pilot yang tengah terbang dalam gejolak/turbulensi cuaca, maka dia
harus bisa lincah dalam menerbangkan pesawat, kapan harus menghindar ke
kanan/kiri kapan tetap lurus sesuai jalur yang telah direncanakan. Kelenturan dan
kelincahan dalam mengemudikan pesawat ini tidak bisa berdiri sendiri namun
harus dipadukan dengan komponen VUCA lainnya terutama komponen
understanding (pemahaman). Karena lincah dalam mengemudikan pesawat jika
tidak disertai dengan pemahaman atas cuaca maka yang terjadi adalah seorang
pilot yang ugal-ugalan yang banyak membuat manuver yang tidak perlu bahkan
keliru.

Demikian juga seorang CEO atau pemimpin, dia harus lincah dan lentur merespon
keadaan. Namun tetap dibarengi dengan pemahaman atas keadaan yang terjadi.
Pemimpin yang lincah namun tidak paham masalah hanya akan melahirkan
pemimpin yang ugal-ugalan.

Uraian VUCA vs VUCA ini sebenarnya merupakan bagaimana mentransformasi


diri dari kondisi VUCA negatif (Volatile, Uncertaint, Complex, Ambiguous) menjadi
VUCA positif (Vision, Understand, Clarity, Agility). Perhatikan gambar di bawah ini:
Volatility Vision

Uncertainty Understanding

Complexity Clarity

Ambiguity Agility

Gambar Transformasi dari VUCA negatif ke VUCA positif

6. Kesimpulan

Dari uraian tentang fenomena VUCA di atas dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

a. Bahwa perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis saat ini berjalan sangat cepat
dan mudah berubah (volatility), tidak menentu (uncertainty), rumit (complexity),
dan penuh ketidakpastian (ambiguity).

b. Penyebabnya sangat beragam mulai dari perkembangan teknologi, dinamika


politik, sosial budaya, lingkungan hidup, dan pertumbuhan ekonomi.

c. Fenomena ini tidak cukup diatasi dengan pendekatan dan cara pandang lama
namun harus dengan cara pandang baru yang memperhitungkan semua
komponen VUCA tersebut.

d. Solusi yang dapat diambil untuk mengatasi fenomena VUCA ini adalah dengan
VUCA juga (VUCA vs VUCA) dimana Volatility, Uncertainty, Complexity, dan
Ambiguity diatasi dengan Vision, Understanding, Clarity, dan Agility.

Referensi :

1. Harvard Business Review. What VUCA Really Means for You. (www.hbr.org)
2. VUCA Leadership and Skills (www.vuca-world.org)
3. Dr. Antonius Alijoyo. Hadapi Konteks Resiko VUCA dengan VUCA Prime
(www.irmapa.org)

Anda mungkin juga menyukai