Anda di halaman 1dari 12

Tantangan Dunia Bisnis di Era VUCA dan Strategi Menghadapinya (VUCA vs VUCA)

Oleh:
Edi Nurokhman (edi.nurokhman@gmail.com)
Mahasiswa Magister Manajemen
Universitas Pakuan Bogor

Abstrak

Beberapa dekade yang lalu bisnis suatu perusahaan akan dengan mudah bertahan jika
dia memiliki keunggulan produk dan harga yang kompetitif. Sebelum menetapkan
strategi produk dan harga, perusahaan dapat melakukan survey pasar maka akan
terbaca apa yang dikehendaki pasar, berapa harganya, siapa pesaingnya, dan lain-lain.
Semua data itu kemudian dianalisa dengan pendekatan ilmu menajemen yang ada lalu
diperolehlah sebuah strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan pasar. Namun
seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan dinamika global, persaingan
bisnis yang awalnya dengan mudah digambarkan dalam sebuah model, kini menjadi
sangat kompleks, tak menentu, berubah-ubah dengan cepat dan tidak ada kepastian.
Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity,
Ambiguity).

1. Latar Belakang

Istilah VUCA pertama kali digunakan oleh US Army pada dekade 90-an ketika terjadi
pergolakan di Afghanistan, Irak, dan Timur Tengah pada umumnya. Peta geopolitik saat itu
sangat tidak menentu dan berubah-ubah dengan cepat. Informasi perihal apa yang terjadi di
lapangan juga juga diliputi ketidakjelasan. Situasi seperti ini tentu sangat menyulitkan dalam
pengambilan sebuah strategi untuk memenangkan pertempuran. Ibaratnya pasukan amerika
tengah berada di medan tempur gelap, tidak jelas posisi lawan, sementara dukungan informasi
juga sangat terbatas. Ini tentu sangat menyulitkan dan memerlukan strategi khusus untuk
mengatasinya.

Dalam perkembangannya, istilah VUCA ini kemudian diadaptasi dalam dunia bisnis yang
pada akhir-akhir ini mengalami kondisi yang serupa. Jika di era industri 1.0 hingga industri
3.0 semua indikator persaingan dapat dipelajari dengan relatif mudah, namun di era industri
4.0 ini hampir semua bidang bisnis berubah ke arah yang tak terduga sebelumnya. Faktor-
faktor keunggulan sebuah perusahaan yang dulu dapat didefiniskan dengan jelas dan baku,
kini berubah nyaris tanpa pola. Hari ini kita melakukan strategi A dan berhasil, namun besok
strategi itu sudah tidak sesuai lagi, begitu seterusnya. Dunia bisnis seakan berada dalam
situasi yang penuh gejolak (Volatile), tidak pasti (uncertaint), rumit (complex), dan tidak
jelas (ambiguous).
Dahulu sekolah-sekolah bisnis mengajarkan ilmu manajemen dimana semua masalah
manajerial akan dipecahkan dengan pendekatan paradigma manajemen klasik yang baku.
Misalnya untuk mencari akar masalah bisa digunakan metode fishbone analysis, upaya
peningkatan kinerja dilakukan dengan metode PDCA (Plan- Do-Check-Action), dan
seterusnya. Itu semua bisa dilakukan dengan asumsi kondisi dunia bisnis dan persaingan
berjalan seperti yang sudah-sudah. Semua berjalan nyaman sampai datang era VUCA dalam
persaingan bisnis yang membuat semua orang harus berubah dan harus berani keluar dari
zona nyaman untuk bisa bertahan atau mati.

Fenomena VUCA ini mengingatkan kita pada kisah “burning frog” atau katak yang
dimasukkan ke kuali berisi air lalu dipanaskan. Seekor katak yang dimasukkan ke dalam kuali
yang berisi air panas ia akan spontan meresponnya dengan langsung melompat keluar dari
kuali itu untuk menyelamtkan diri. Ini berbeda jika seokor katak dimasukkan ke dalam kuali
yang berisi air dingin, ia akan merasa nyaman berada di dalamnya.. Meski kemudian air di
dalam kuali itu dipanaskan dan air berubah menjadi hangat, si katak tetap nyaman dan tidak
memberikan respon apa-apa, sampai kemudian air mendidih dan si katak sudah tidak bisa
melompat keluar karena dia sudah mati terebus di dalam kuali. Analogi “burning frog” ini
menjadi gamaban pelaku bisnis yang tidak menyadari adanya perubahan yang begitu cepat di
luar dirinya. Ia tetap nyaman berada di zonanya dan tidak mau berubah. Namun meskipun dia
merasa nyaman, sesungguhnya dia tidak sadar kalau dia sedang direbus dan sebentar lagi
bisnisnya mati.

2. Pengertian VUCA

VUCA adalah akronim dari Volatolity (gejolak), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity


(kerumitan), Ambiguity (ketidakjelasan). Terjemahan bebasnya adalah suatu gejolak
perubahan yang rumit yang penuh dengan ketidakpastian, dan ketidakjelasan. Dalam dunia
bisnis kondisi ini benar-benar nyata terjadi dalam satu dekade terakhir.

Selama ini persaingam bisnis dapat diidentifikasi dengan mudah. Indikator keunggulan
dengan mudah diidentifikasi melalui komparasi kualitas dan biaya. Peningakatan penjualan
cukup memakai jurus andalan dengan memperbanyak tenaga pemasaran dan jumlah
pelanggan. Dulu kompetitor adalah mereka yang bergerak di bidang yang sama dengan kita.
Perusahaan bersaing siang malam melawan mereka untuk bisa bertahan. Namun sekarang
penentu keberlangsungan bisnis tidak sesederhana itu.
Pada era pemerintahan SBY, perusahaan swasta di Indonesia tumbuh dengan subur. APBN
menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Sektor swasta tumbuh pesat melalui instrument
APBN. Namun itu hanya berlangsung satu dekade. Begitu pemerintahan berganti, kebijakan
berubah. Pemerintah melakukan kebijakan efisiensi belanja. Semua instansi pemerintah
didorong untuk belanja modal langsung ke produsen melalui satu pintu LKPP dengan sitem e-
katalog. Memang menjadi lebih efisien, karena pemerintah bisa mendapatkan harga lebih
murah langsung dari pemilik barang. Namun perusahaan-perusahaan yang selama ini
bertindak sebagai agen dan distribusi harus menutup kantornya. Mereka mati bukan karena
kalah bersaing dengan perusahaan sejenis. Kompetitor pembunuh mereka ternyata
bernama regulasi. Itu adalah salah satu fenomena ketidakpastian yang berubah sedemikian
cepat yang dalam ilmu manajemen ini disebut dengan VUCA.

3. Faktor-faktor Penyebab Munculnya VUCA

Ada lima faktor penyebab munculnya VUCA yaitu perkembangan teknologi, dinamika
politik, sosial budaya, isu lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi..

3.1 Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi telah mentransformasikan dunia bisnis sedemkian rupa. Dunia


bisnis yang dulu vertikal, centralized, dan ekslusif kini berubah menjadi horizontal,
scattered, dan inklusif. Dampaknya konsumen mendapatkan akses informasi yang
seluas-luasnya dan semudah-mudahnya.

Jika konsumen menginginkan suatu barang, dia tidak perlu repot-repot datang ke toko.
Cukup membuka smartphone, klik beberapa Langkah, lalu barang yang diinginkan sudah
tiba di hadapan dia. Betapa praktisnya. Kondisi ini tentu berdampak besar bagi toko-toko
retail yang masih berjualan secara fisik. Salah satu contoh yang terjadi adalah sepinya
pusat perbelanjaan handphone di Roxy dan pusat elektronik di glodok akibat . Artinya
strategi jualan handphone yang dulu mengandalkan 4P (product, price, place,
promotion) di era VUCA sudah tidak relevan lagi.

3.2 Dinamika Politik

Dinamika politik juga menjadi penyebab penting dari munculnya era VUCA ini.
Perekonomian global tak bisa dilepaskan dari situasi politik dunia. Dulu ketika meletus
perang teluk, harga minyak melambung tinggi. Perekonomian semua negara ramai-ramai
menyesuaikan asumsi harga minyak dan nilai tukar mata uang. Namun siapa sangka
ditengah konflik Timur Tengah dan tingginya harga
minyak dunia tiba-tiba Arab Saudi secara sepihak memutuskan akan menggenjot produksi
dan kuoto ekspor sehingga harga minyak menjadi turun. Penurunan harga ini diperparah
lagi dengan keputusan Amerika untuk melakukan eksplorasi shale oil di Amerika Utara
dalam secara besar-besaran sehingga harga minya semakin terjun bebas. Ini tentu
berimbas pada gejolak ekonomi dunia yang menjadi tak menentu.

3.3 Sosial Budaya

Sosial budaya juga turut berpengaruh munculnya VUCA dalam dunia bisnis. Dahulu
orang ke mall untuk membeli barang-barang kebutuhan terutama sandang pangan. Namun
budaya masyarakat perlahan berubah. Orang pergi ke mall bukan lagi untuk membeli
sandang pangan melainkan lebih untuk mencari hiburan. Dengan demikian pemilik mall
harus mengubah strategi dan konsep mall nya agar sesuai dengan perubahan budaya ini.

3.4 Isu Lingkungan

Isu lingkungan banyak menimbulkan gejolak pada industri yang berbasis sumber daya
alam. Beberapa waktu lalu para pengusaha beramai-ramai masuk ke bisnis batu bara.
Permintaan pasar yang tinggi membuat bisnis ini sangat menjanjikan. Namun tiba-tiba
beberapa negara mengumumkan membatasi pembelian batu bara dengan alasan tidak
ramah lingkungan. Spontan permintaan menurun dan harga batu bara juga ikut anjlok.
Akibatnya banyak pengusaha merugi.

Ini juga terjadi di industry kelapa sawit yang sempat menjadi primadona ketika terjadi
krisis moneter sampai beberapa tahun kebelakang. Namun tiba-tiba uni eropa meralarang
impor cpo karena dianggap merusak lingkungan. Tentu saja isu lingkungan yang diangkat
Uni Eropa ini sempat menimbulkan gejolak dan ketidakjelasan akan masa depan industri
kelapa sawit.

3.5 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi juga bisa menjadi faktor pemicu VUCA bagi dunia bisnis. Dulu
orang terbiasa bepergian jarak jauh menggunakan bus. Namun seiring dengan
membaiknya pendapatan masyarakat, moda angkutan jalan raya itu banyak ditinggalkan.
Orang beralih menggunakan pesawat terbang atau kereta api eksekutif yang harganya
tidak jauh berbeda dengan bus malam. Para perusahaan angkutan bus pun dibuat
kebingungan karena mereka ditinggalkan pelanggan.
Faktor-faktor diatas merupakan penyebab mengapa bisnis sekarang berada di era yang rentan
dengan gejolak perubahan, kerumitan, ketidakpastian, bahkan ketidakjelasan.

4. Analisis VUCA

Berikut akan dianalisis satu persatu apa dan bagiamana VUCA.

4.1 Volatiiity (Gejolak)

Volatility menggambarkan keadaan dunia bisnis yang rentan dengan gejolak dan
perubahan. Kondisi volatile umumnya disebabkan oleh faktor politik dan dinamika
global. Sebagai contoh ketika pemerintah mengumumkan susunan kabinet, pasar
langsung bereaksi dengan naik atau turun harga saham dan nilai mata uang. Bahkan
ketika seorang kepala daerah mengumumkan kebijakan pembatasan sosial untuk
mencegah pandemic, pasarpun tanpa diduga langsung memberikan respon negative yang
berakibat pada naik-turunnya harga sejumlah komoditas. Gejolak-gejolak seperti ini
sangat mempengaruhi keberlangsungan bisnis dan harus dapat diantisipasi dengan baik.

Dalam skala global, apa yang terjadi dalam industri minyak merupakan contoh yang
nyata. Dulu industri minyak begitu nyaman dengan harga komoditas minyak dunia yang
cenderung terus mengalami kenaikan. Selain itu dunia juga begitu bergantung dengan
minyak sebagai sumber energi utama. Namun siapa yang menyangka sejak Amerika
melakukan eksplorasi shale oil di Amerika Utara dalam jumlah besar dan didukung oleh
kebijakan pemerintahnya yang mengijinkan fraksinasi pada lapisan lumpur pasir , harga
minyak saat ini terjun bebas hingga berada di ambang batas harga keekonomian .
Akibatnya industry minyak dan semua perusahaan yang terkait dalam rantai pasokan
kebingungan antara terus melakukan eksplorasi minyak atau menghentikannya.
Dampaknya banyak perusahaan jasa survey dan eksplorasi minyak yang gulung tikar.
Kondisi ini diperparah lagi dengan pandemic covid-19 yang mengakibatkan permintaan
minyak dunia turun drastic sehingga sumur-sumur minyak kesulitan untuk menyimpan
minyak buminya yang tidak laku. Di satu sisi pipa minyak yang mengalir tidak bisa
ditutup begitu saja karena akan membutuhkan biaya yang sangat besar pada saat kembali
membukanya. Ini adalah contoh kondisi dunia bisnis yang tak pernah diduga sebelumnya.
4.2 Uncertainty (ketidakpastian)

Dunia bisnis juga dilanda ketidakpastian (uncertainty) akibat perang dagang Amerika
dengan China. Masing-masing pihak sebagai dua negara paling berpengaruh di dunia saat
ini saling berebut pengaruh dengan cara-cara yang sulit untuk diduga. China dengan
inovasi-inovasi teknologi terbarunya dan didukung oleh melimpahnya finansial berusaha
menjadi market leader di semua lini bisnis. Sementara Amerika sebagai negara yang lebih
dahulu menjadi negara adikuasa berusaha melawannya dengan kekuatan-kekuatan politik
yang dimilikinya. Bahkan dalam beberapa hal Amerika secara terang-terangan merang
negara-negara di dunia untuk tidak menggunakan produk-produk tertentu dari China.
Kondisi ini tentu membuat para negara dilanda ketidakpastian dalam mengambil sikap.
Demikian juga dengan perusahaan-perusahaan yang tidak dapat lepas dari kebijakan-
kebijakan politik negara. Hingga saat ini sulit diprediksi siapa yang akan jadi pemenang
dalam perang dagang antara Amerika dengan China, mata uang apa yang sebaiknya
diandalkan untuk mengantisipasi perang dagang tersebut.

4.3 Complexity (kerumitan)

Dunia bisnis juga dilanda kompetisi yang semakin rumit (complex). Jika dahulu
competitor sangat mudah dikenali, kini competitor bisa datang dari mana saja, bahkan
dari mereka yang tidak bermain di lini bisnis yang sama. Dulu perusahaan travel agent A
sudah tentu akan menganggap pesaingnya adalah travel agent B, C, atau D atau semua
travel agent. Namun siapa sangka kalau sekarang mereka semua nyaris mati bersama-
sama oleh sebuah kekuatan disrupsi yang bernama online travel agent. Ternyata pesaing
dan musuh mereka bukan datang dari sesame pemain travel agent, tapi perkembangan
teknologi yang dimanfaatkan oleh online travel agent.

Selain dengan online travel agent, travel agent juga harus menghadapi tekanan dari
airlines sendiri yang juga meluncurkan pembelian tiket secara online dengan beraneka
promo yang menarik. Sementara travel agent juga ditekan dengan semakin berkurangnya
agent fee yang diberikan airlines. Kondisi ini jelas makin memperumit posisi travel agent
dan jika tidak pandai mengatasinya maka kematianlah yang menjadi pilihan buat mereka.

4.4 Ambiguity (ketidakjelasan)

Ambiguity arti harfiahnya adalah sikap mendua, tidak tegas, dan tidak jelas. Ini sering
terjadi terhadap suatu kebijakan yang seringkali tidak konsisten.
Dampaknya dunia bisnis juga akan mengalami kebingungan atas apa yang sesungguhnya
diinginkan sang pembuat kebijakan.

Contoh yang sering terjadi adalah pemerintah berulang kali menyatakan dukungannya
untuk pengembangan industry dalam negeri. Namun diwaktu bersamaan pemerintah juga
membuka lebar-lebar masuknya produk-produk asing, bahkan Sebagian diantaranya
mendapatkan pembebasan bea masuk. Hal semacam ini merupakan bentuk ambiguitas
kebijakan yang berdampak pada berlangsungnya industry dalam negeri.

Analisa keempat komponen VUCA juga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No Komponen Deskirpsi Contoh Kasus


VUCA
1 Volatility Keadaan yang sering berubah- Harga komoditas yang sering berubah-
ubah dengan cepat ubah dengan cepat sehingga menyulitkan
para pebisnis yang
bergerak di bidang itu
2 Uncertainty Suatu peristiwa yang sedang Perang dagang Amerika dengan China
dan terus berlangsung namun membuat semua negara dan dunia bisnis
sulit dipastikan bagaimana saling menunggu kebijakan apa lagi yang
akhirnya akan diberlakukan oleh kedua negara
tersebut karena dampaknya berpengaruh
terhadap perekonomian
semua negara di dunia
Complexity Persaingan bisnis berjalan Persaingan di binis transportasi sangat
sangat komplek, banyak faktor kompleks. Kompetitor tidak hanya datang
yang saling mempengaruhi dari perusahaan sejenis namun bisa dari
moda transportasi lain bahkan sekarang
dari sebuah aplikasi online
seperti Gojek
4 Ambiguity Kondisi yang tidak jelas atas Kebijakan pemerintah yang menyatakan
suatu peristiwa / kebijakan mendukung industry dalam negeri namun
diwaktu bersamaan membuka lebar-lebar
kran
impor

Tabel Analisa VUCA


Meskipun kondisi VUCA sedemikian rumit, namun pebisnis tidak perlu terjebak dan
terkurung dalam kondisi tersebut. Ada dua langkah awal yang bisa dilakukan sebagaimana
terdapat pada gambar di bawah ini:

How to predict
the future

Complexit
Volatility
y
Rate of change
Multiple key
decision factor

Ambiguity Uncertainty
Lack of clarity Unclear about
of an event the present

How to know
the situation

Gambar Analisis VUCA

Dari gambar di atas tampak bahwa dua Langkah awal itu adalah bagaimana kita memahami
situasi dan bagimana kita memprediksi. Sumbu horizontal menunjukkan bahwa kondisi dunia
bisnis yang ambiguous dan uncertaint harus mampu mengasah kita untuk bagaimana bisa
memahami situasi. Sementara sumbu vertical menggambarkan bahwa kondisi yang complex
dan volatile harus mengasah kita untuk bisa memprediksi masa depan.

Dengan memahami situasi dan kemampuan memprediksi masa depan, kita akan bisa
mendapatkan opportunity baru atas kondisi VUCA tersebut. Opportunity ini sekaligus
menjadi solusi agar bisnis kita dapat sustainable di era VUCA.
5. VUCA vs VUCA

Apa yang dimaksud dengan VUCA vs VUCA? VUCA yang pertama adalah Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Adapun
VUCA dalam bagian ini adalah opportunity sekaligus solusi dari VUCA yang pertama.

VUCA dalam bagian ini merupaan proses analisis dalam membuat keputusan, merencanakan,
mengelola resiko, dan memecahkan masalah yang didorong oleh empat faktor VUCA. Untuk
mengatasi masalah VUCA ini. Bob Johansen, dalam bukunya Leaders Make the Future:
Ten New Leadership Skills for Uncertain World(San Fransisco, 2009) mengatakan bahwa
VUCA harus dilawan dengan VUCA yaitu : Vision, Understanding, Clarity, Agility.

5.1 Vision

Visi adalah cara pandang perusahaan ke depan dalam membaca persaingan bisnis yang
ada. Perusahaan harus jelas apa yang akan diwujudkan nanti, kemana akan dituju.
Semakin kuat dan jelas visi sebuah perusahaan maka semakin kuat pula visi itu akan
memandu perusahaan dalam menghadapi perubahan yang terjadi secara volatile.

Ibarat seorang pilot yang hendak menerbangkan pesawat, maka bandara tujuan itulah visi
perusahaan. Perusahaan tanpa visi ibarat pesawat terbang tanpa tujuan dan sudah pasti
akan kehabisan bahan bakar di tengah jalan lalu jatuh. Dengan visi yang kuat dan jelas,
maka apapun yang akan dihadapi di tengah jalan, perusahaan akan terus berjalan untuk
mencapai visi yang sudah dicita-citakan.

5.2 Understanding

Pemahaman yang benar atas apa yang sedang dihadapi merupakan kunci dalam
mengambil keputusan yang tepat. Ibarat seorang pilot yang tiba-tiba pesawatnya
terguncang-guncang, dia harus tahu apa yang sedang terjadi. Seorang pilot dibekali
dengan radar cuaca. Dari radar inilah pilot mengetahui apakah goncangan ini hanya sesaat
atau akan berlangsung lama. Apakah goncangan ini moderata atau akan berubah menjadi
severe dan heavy turbulence. Berbekal pemahaman inilah pilot akan mengambil
keputusan apakah akan terus melaju sesuai jalur yang direncakan atau perlu mengubah
jalur dengan menaikkan atau menurunkan ketinggian. Demikian halnya dengan CEO
sebuah perusahaan, dia harus memiliki pemahaman yang baik atas apa yang sedang
terjadi saat ini dan kedepannya.
Sebagai contoh seorang CEO yang memimpin perusahaan yang bergerak di bidang
bimbingan belajar. Fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak bimbingan belajar yang
menyelenggarakan bimbingannya secara online tanpa perlu tatap muka fisik di ruang
kelas. Ini tentu sangat efisien karena bisa diikuti oleh lebih banyak siswa dan tidak
membutuhkan sewar uang belajar. Dengan car aini siswa bisa membayar lebih murah.

Lebih dari itu, ada juga yang menyelenggarakan bimbingan belajar online secara cuma-
cuma alias gratis melalui chanel youtube yang mereka buat. Mereka berharap dengan
diberikannnya materi pelajaran secara Cuma-Cuma, akan banyak siswa yang melihat
chanel youtube nya, akan semakin banyak viewer dan subscriber chanel youtube nya.
Pada akhirnya chanel youtube yang mereka buat dapat di monetisasi dan dari sinilah
pundi-pundi yang akan mengalir dengan sendirinya.

Dua fenomena itu harus disikapi dengan tepat oleh seorang CEO Bimbingan Belajar,
apakah akan bertahan dengan cara konvensional ataukah mentransformasikan diri seperti
dua contoh di atas?

Untuk mengambil keputusan yang tepat ini diperlukan pemahaman yang baik
(understanding) atas fenomena tersebut, CEO harus bisa meyakini apakah fenomena
monetisasi chanel youtube ini akan berjalan seterusnya atau hanya sesaat saja?

Contoh kasus lain akan pentingnya understanding ini adalah apa yang sering terjadi di
pasar modal. Seorang pialang di bursa sering dihadapkan pada kejadian anjloknya harga
saham secara tiba-tiba. Kondisi ini seringkali membuat para pelaku pasar dilanda
kepanikan dan dampaknya dia bisa salah dalam melakukan keputusan untuk menjual atau
membeli. Namun bagi pialang yang memiliki pemahaman yang kuat (understanding)
dia bisa mengetahui apakah harga saham ini akan terus menurun atau akan rebound. Salah
satu dasar pemahamannya misalnya mengetahui fundamental dari perusahaan tersebut.
Dengan pemahaman yang baik ini kecil kemungkinan dia akan salah dalam mengambil
keputusan.

5.3 Clarity

Clarity (Kejelasan) dapat diibaratkan seorang pilot yang hendak mendarat namun berada
dalam cuaca yang kurang bersahabat dan dengan jarak pandang yang terbatas. Untuk bisa
mendarat dengan selamat pilot harus bisa melihat runway bandara dengan jelas (clear).
Jika pilot nekat mendarat sementara belum mampu
melihat runway dengan jelas, maka besar kemungkinan pesawat akan mengalami overrun,
overshoot, atau undershoot dimana pesawat tidak akan mendarat sampai di bandara
dengan selamat.

Sebagimana yang dikemukakan di atas, bandara ini ibarat visi yang telah ditetapkan,
semakin jelas bandara tujuan/visinya maka semakin kita akan semakin mudah terpandu
menuju tujuan. Namun jika bandara tujuan /visi terlihat samar- samar dan kita tidak
mampu melihatnya dengan clear, maka kecil kemungkinan kita akan sampai pada visi /
tujuan yang telah ditetapkan.

5.4 Agility

Agility atau kelincahan / kelenturan adalah kemampuan diri untuk menyesuaikan kondisi
yang ada. Intinya kita harus adaptif dan responsive dan tidak boleh kaku. Ketegasan
memang diperlukan tapi tidak berarti kaku. Tegas diperlukan dalam memegang prinsip,
namun cara kita merespon dinamika/gejolak harus luwes dan lincah.

Ibarat seorang pilot yang tengah terbang dalam gejolak/turbulensi cuaca, maka dia harus
bisa lincah dalam menerbangkan pesawat, kapan harus menghindar ke kanan/kiri kapan
tetap lurus sesuai jalur yang telah direncanakan. Kelenturan dan kelincahan dalam
mengemudikan pesawat ini tidak bisa berdiri sendiri namun harus dipadukan dengan
komponen VUCA lainnya terutama komponen understanding (pemahaman). Karena
lincah dalam mengemudikan pesawat jika tidak disertai dengan pemahaman atas cuaca
maka yang terjadi adalah seorang pilot yang ugal-ugalan yang banyak membuat manuver
yang tidak perlu bahkan keliru.

Demikian juga seorang CEO atau pemimpin, dia harus lincah dan lentur merespon
keadaan. Namun tetap dibarengi dengan pemahaman atas keadaan yang terjadi. Pemimpin
yang lincah namun tidak paham masalah hanya akan melahirkan pemimpin yang ugal-
ugalan.

Uraian VUCA vs VUCA ini sebenarnya merupakan bagaimana mentransformasi diri dari
kondisi VUCA negatif (Volatile, Uncertaint, Complex, Ambiguous) menjadi VUCA
positif (Vision, Understand, Clarity, Agility). Perhatikan gambar di bawah ini:
Volatility

Vision

Uncertainty

Understanding

Complexity

Clarity

Ambiguity Agility

Gambar Transformasi dari VUCA negatif ke VUCA positif

6. Kesimpulan

Dari uraian tentang fenomena VUCA di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Bahwa perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis saat ini berjalan sangat cepat dan
mudah berubah (volatility), tidak menentu (uncertainty), rumit (complexity), dan penuh
ketidakpastian (ambiguity).

b. Penyebabnya sangat beragam mulai dari perkembangan teknologi, dinamika politik,


sosial budaya, lingkungan hidup, dan pertumbuhan ekonomi.

c. Fenomena ini tidak cukup diatasi dengan pendekatan dan cara pandang lama namun harus
dengan cara pandang baru yang memperhitungkan semua komponen VUCA tersebut.

d. Solusi yang dapat diambil untuk mengatasi fenomena VUCA ini adalah dengan VUCA
juga (VUCA vs VUCA) dimana Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity
diatasi dengan Vision, Understanding, Clarity, dan Agility.

Referensi :

1. Harvard Business Review. What VUCA Really Means for You. (www.hbr.org)
2. VUCA Leadership and Skills (www.vuca-world.org)
3. Dr. Antonius Alijoyo. Hadapi Konteks Resiko VUCA dengan VUCA Prime
(www.irmapa.org)

Anda mungkin juga menyukai