Anda di halaman 1dari 2

VUCA adalah akronim untuk Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity.

Istilah ini juga dapat


digunakan untuk kata sifat (gejolak, tidak pasti, kompleks, dan ambigu). Istilah VUCA sendiri berasal
dari US Army War College untuk menggambarkan situasi di Perang Dingin. Sejak itu, konsep VUCA
telah diadopsi oleh perusahaan dan organisasi di banyak industri dan sektor untuk memandu
kepemimpinan dan perencanaan strategis. Para pemimpin organisasi dihadapkan pada lingkungan
yang berubah dan tidak dapat diprediksi. Setelah adanya krisis di COVID19, membuat VUCA ini
semakin intens dan sangat berpengaruh dalam dunia bisnis. Untuk mengenal VUCA: Volatility,
Uncertainty, Complexity, Ambiguity, berikut ini penjelasan detailnya :

1. Volatililas
Volatilitas ditandai dengan munculnya tantangan baru yang penyebabnya sulit ditentukan.
Tidak ada pola yang konsisten untuk tantangan baru ini. Mereka berubah sangat cepat. Satu
ancaman di dua tahun lalu sekarang dapat digantikan oleh yang lain. Pada peristiwa ini tidak
tahu apa yang seharusnya menjadi penyebab masalahnya. Apa yang dimaksudkan sebagai
inisiatif solusi ternyata justru sebaliknya.
Proses terbentuknya lingkungan yang tidak stabil tidak terlepas dari dampak teknologi,
munculnya tatanan ekonomi baru, perubahan nilai dan gaya hidup, serta arus informasi,
tersedianya pertukaran barang dan jasa serta tren harga yang dipadukan dengan arus
layanan dan penyebaran informasi.
2. Uncertainty
Uncertainty atau ketidakpastian adalah tragedi tragis bagi para pebisnis. Kecemasan
lingkungan adalah kondisi umum dalam dunia bisnis yang suka atau tidak suka menjadi
bagian dari kehidupan sehari-hari. Dampak lingkungan global cepat atau lambat akan
terasa. Misalnya, dengan munculnya perbankan online, ada 46.000 cabang bank telah
ditutup di seluruh Eropa sejak 2007.
3. Complexity
Complexity atau kompleksitas dalam lingkungan VUCA sulit untuk secara langsung
memahami penyebab masalah. Interdependensi dan interkoneksi dari berbagai peristiwa
dapat saling mempengaruhi dan menimbulkan permasalahan yang ada. Itulah sebabnya
kompleksitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain munculnya pesaing baru,
gangguan teknologi, perubahan pola konsumsi, regulasi yang kompleks, perubahan pola
rantai pasok, dan masih banyak faktor lainnya.
4. Ambiguity
Ambiguitas adalah faktor keempat dalam lingkungan VUCA. Ambiguitas sama dengan
“membingungkan atau menyesatkan”. Ini dapat dibandingkan dengan melihat melalui kaca
buram. Itu membuat sulit bagi pengambil keputusan untuk melihat apa yang ada di sana.
Ketika solusi yang tampaknya benar diterapkan, kepastian mencapai hasil dianggap tidak
dapat diprediksi.
Ambiguitas dicirikan oleh fakta bahwa sulit untuk mengonseptualisasikan tantangan yang
ada dan mengembangkan model solusi. Ambiguitas adalah situasi dimana sulit bagi
perusahaan untuk mengambil keputusan. Selain itu, situasi yang tidak pasti dapat
menyesatkan jika perusahaan tidak memiliki keberanian untuk mengambil keputusan.

Untuk menghadapi era ini, organisasi harus terus beradaptasi. Terdapat beberapa cara untuk
mengatasinya salah satunya dengan transformasi digital yaitu dengan penerapan teknologi
informasi yang memungkinkan organisasi atau perusahaan memasuki lebih banyak pasar
serta menarik konsumen baru. Namun jika organisasi atau perusahaan tidak bisa mengikuti
perkembangan zaman, pasti akan terjadi keterlambatan. Hal ini juga membuat organisasi
sulit berkembang. Terdapat beberapa organisasi berupa perusahaan yang berhasil
menghadapi vuca seperti :
1. Gojek
Gojek adalah perusahaan rintisan yang dapat menangani VUCA. Hal ini dicapai dengan
beradaptasi dengan media digital angkutan umum Ojek. Ojek dikenal mampu
menembus kemacetan lalu lintas. Melalui aplikasinya, Gojek dapat dengan mudah
menghubungkan pengemudi ojek dan konsumen.
Tidak hanya itu, Gojek mulai merambah ke berbagai bentuk layanan konsumen,
termasuk layanan pesan antar makanan dan minuman serta layanan kebersihan. Alhasil,
Gojek mendapat predikat Decacorn, startup nasional pertama yang didirikan oleh anak-
anak muda di tanah air.
2. PT KAI
Contoh dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah PT Kereta Api Indonesia (KAI). PT
KAI dapat mengidentifikasi VUCA dan membaca kebutuhan konsumen. PT KAI mulai
meningkatkan layanannya seiring dengan transformasi sistem. Pertama-tama,
penumpang harus mengantri di loket tiket. Namun, saat ini, Anda dapat menggunakan
kartu langganan yang digunakan di pintu masuk stasiun. Hal ini tentunya dapat
mengurangi jumlah kolom di loket tiket.

Anda mungkin juga menyukai