Anda di halaman 1dari 6

Peran Status Emosi Bahagia Sebagai Upaya

Meningkatkan Kualitas Hidup ditinjau dari Sistem


Fisiologi Manusia
Chalista Putri Tessalonika Ambarita
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Chalistaha@gmail.com

Abstract. To know how the quality of life can be affected by good emotional states, this
research-based journal studies and interview to know how the correlations and how it can
be. The result is that we can not deny that mental and physical health gives an effect one to
each other. Although it is a bit confusing to relate this problem into physiology or
psychology, both branches of study will complete each other. In Psychological point of
view, emotional states are believed in affecting one’s physical health status, and from thus
also related to the physiology of the human body. These literature studies end up with
studying three main branches that are related in the human body, which is psychology,
neurology and immunology, the three combines and form psychoneuroimmunology studies.
From studying all the relation between those three, It is certain that emotional status could
increase one’s life quality. And found that happiness is strongly engaged and produces an
outcome that is good health.

Keywords: status emosi , kualitas hidup, fisiologi

1. PENDAHULUAN
Sudah terdengar tidak asing bahwa status emosi dapat memengaruhi kondisi kesehatan
seorang individu. Hal ini dikarenakan karena untuk pengaturannya banyak sekali faktor yang
terlibat. Status emosi menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology merupakan suatu keadaan
yang terangsang dari organisme mencakup perubahan – perubahan yang disadari yang mendalam
sifatnya dari perubahan perilaku. Status emosi yang baik ditunjukan dengan bagaimana suatu
individu dapat mengatur respon-respon apa saja yang terjadi di dalam hidup. Orang yang berstatus
emosi yang baik akan banyak merespon sesuatu yang terjadi di salam hidupnya dengan sikap yang
positif. Individu yang bahagia cenderung merespon hal dengan postif.
Bahagia adalah status emosi yang baik yang akan meningkatkan presepsi tentang
kesehatan. Kebahagiaan berasal dari banyak faktor yang terintegrasi. Terdiri dari dua bagian yaitu
faktor eksogen dan endogen (Sabatini, 2014). Faktor eksogen lebih kepada bagaimana dunia luar
memberi efek kepada status emosi individu tersebut. Hal seperti kekayaan , pendapatan ,
lingkungan tempat tinggal dan faktor eksternal lainnya. Kedua , faktor endogen , yang berasal dari
dalam individunya sendiri. Mungkin tidak semua orang mengetahui bahwa kebahagiaan
sebenarnya sangat dipengaruhi dan lebih besar pengaruhnya adalah dari faktor endogen (Dfarhud,
Malmir, & Khanahmadi, 2014). Faktor genetika memiliki peran yang sangat besar dalam
memengaruhi kebahagiaan seorang individu . Individu yang terlahir dari keluarga yang bahagia
dan orang tua yang bahagia akan memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk lebih bahaagia
dibandingkan orang lain yang tumbuh dari orang tua dan keluarga yang kurang bahagia. Mengapa
ini bisa terjadi ? Gen adalah hal yang berbeda tiap individu manusia , dan gen , akan memengaruhi
setiap sel somatik dalam tubuh manusia. Dalam konteks kebahagiaan , faktor genetika ini akan
memengaruhi mulai dari hal terkecil yang nantinya akan memberi pengaruh yang besar pada
tubuh.
Psikoneuroimmunologi adalah gabungan dari beberapa cabang ilmu yang mempelajari
bagaimana kondisi psikologis seorang individu nantinya akan memengaruhi sistem neuro dan
berpengaruh juga pada sistem immunologi seorang individu. Menghubungkan kesehatan dan
kebahagiaan merupakan salah satu isu yang banyak dibicarakan namun cenderung sulit untuk
dibahas , banyaknya faktor yang terlibat dan terintegrasinya sistem merupakan salah satu alasan
diantaranya. Juga dikatakan bahwa kebugaran atau sering disebut well-being lebih banyak
dikaitkan dengan kesehatan psikologis dibandingkan dengan kesehatan secara fisik (Rasciute &
Downward, 2010) Selain itu , studi tentang kasus ini masih menjadi area yang abu-abu dan
perebutan yang menjadi sasaran yang empuk bagi peneliti di dua bidang yang berbeda , yaitu
neurologi dan psikologi .
Positive psychology yang merupakan hubungan antar status emosi yang baik akan
menghasilkan output kondisi kesehatan , kualitas hidup dan optimisme pribadi (Dfarhud et al.,
2014). Kebahagiaan akan mengaktifkan sistem funsgi imun tubuh yang mungkin akan
memingkatkan atau memprediksi status kesehatan yang selanjutnya (Pettit, Kline, Gencoz,
Gencoz, & Joiner, 2001) Terdapat spekulasi juga bahwa emosi yang positif memiliki peran untuk
menjaga homeostatstis dan keseimbangan tubuh.
Untuk mengetahui bagaimana status emosi seorang individu dapat dilihat juga dari
bagaimana individu saat merespon stres , individu yang berstatus emosi baik , cenderung akan
merespon stres dengan cara yang baik juga (Veenhoven, 2008) Individu tersebut akan
memertahankan kondisi bahagia agar masalah pun terselesaikan dengan baik . Sebaliknya individu
yang berstatus emosi buruk , atau kurang bahagia dapat dilihat dari bagaimana Ia merespon stres
atau masalah. Secara fisiologis maupun psikologis merespon stress dengan buruk bisa menjadi
sugesti buruk yang nantinya akan mengancam kondisi kesehatan tubuh.(Frey, 2011) Hal ini secara
sains terjadi karena , otak manusia bagian depan adalah pusat eksekutif tubuh yang fungsinya
mengontol pikiran , mengambil keputusan dan lain sebagainya. Status emosi atau psikologis disini
terbukti akan memberi pengaruh pada sistem neurologi manusia (Dfarhud et al., 2014). Oleh
karena itu bisa dikatakan bahwa kebahagiaan dan respon positif terhadap kejadian hidup dapat
mencegah suatu reaksi akumulatif fisiologis yang dapat berakibat buruk bagi tubuh (Frey, 2011).
Hubungan langsung status emosi dengan kondisi kesehatan seorang individu tentunya
akan sangat erat dengan respon fisiologi terintegrasi. Dalam bidang neuroscience akan dipelajari
lebih bagaimana faktor genetika dapat sangat memengaruhi kondisi seorang individu.Tidak hanya
berhubungan dengan respon fisiologis yang terjadi di dalam tubuh terdapat juga hal yang
dilakukan secara tidak sadar yang berakibat baik terjadap orang orang berstatus emosi baik.
Mereka yang memutuskan untuk memiliki suasana hati yang bahagia cenderung akan melakukan
sesuatu untuk memertahankan tubuhnya untuk tetap sehat (Bjørnskov, 2008) Hal tersebut
ditunjukan saat individu dapat memutuska mana hal yang baik untuk kesehatan tubuh seperti
berolahraga dengan rutin , mengawasi berat tubuh , dan menghindari hal hal yang dapat merusak
tubuh seperti merokok , minum alcohol dan makan berlebihan.
Dalam penelitian sederhana ini , akan mencoba membuktikan bagaimana hubungan
suasana hati yang bahagia terhadap meningkatnya angka harapan hidup yang sebelumnya sudah
terbukti bahwa menjaga suasana hati yang bahagai sangat berpengaruh baik terhadap kesehatan.

2. METODE

Penlitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan meneliti dan menjelaskan


fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi secara akurat dan bersifat
faktual. Untuk mengetahui hubungan status emosi ditinjau dari segi sistem fisiologi manusia untuk
mengetahui secara spesifik status emosi yang bagaimanakah yang nantinya dapat meningkatkan
kualitas hidup,Maka untuk memperoleh data dilakukan sebuah wawancara dengan seorang dokter
untuk mengetahui respon fisiologis tubuh yang akan didukung dan disempurnakan kebenarannya
dengan studi jurnal.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat hubungan antara status emosional dengan kualitas hidup seorang individu. Hal ini
dapat terjadi karena emosi seseorang sangat dipengaruhi oleh system neurologi yang terjadi pada
system limbikus di dalam otak. Emosi yang berkaitan dengan psikologi seorang individu
mempunyai perantara perantara seperti hormone dan neurotransmitter utuk meregulasi tubuh
secara menyeluruh.
Neurotransmitter merupakan senyawa kimia yang digunakan sel sel untuk berkomunikasi dari
sitem neuro sedangkann hormone adalah mediator kimia yang digunakan dari system endokrin.
Dari status emosi unruk mengatur system fisiologis tubuh neurotransmitter yang turut berperan
ada dopamine norephinephrine , serotonin dan juga oksitosin. Untuk hormone , terdapat kortisol ,
adrenalin dan melatonin.
Pada keadaan bahagia , dopamine dan serotonin akan dihasilkan yang akan membuat tubuh
menjadi semangat , terpacu untuk melakukan banyak aktifitas , salah satunya berolahraga. Namun
kedua neurotransmitter tersebut bekerja dalam waktu yang singkat saja (short-term) untuk
mempertahankan kondisi yang bahagia dihasilkan neurotransmitter oksitosin. Saat rasa bahagia
dianggap sudah mulai luntur dan oksitosin pun sudah berkurang efeknya , akan didapatkan rasa
‘jenuh’ atau bisa disebut masa kritis , tubuh kita seolah-olah memberikan pilihan kepada kita
untuk melanjutkan perasaan bahagia atau menghentikan perasaan tersebut. Jika tubuh dapat
memertahankan perasaan tersebut .Hal ini sudah beralih kepada sesuatu yang disebut komitmen.
Setelah melewati fase tersebut , kebahagiaan menjadi hal yang dapat dipertahankan terus menerus
oleh tubuh , tidak fluktuatif atau sementara waktu dan tentunya menambah efek positif bagi
tubuh.
Perihal aktivitas tubuh yaitu berolahraga, sudah kita ketahui sangat baik manfaatnya bagi
tubuh , saat bahagia atau saat seorang individu memiliki status emosi yang baik dan positif , otak
akan mensinyalkan anggota tubuh yang lain lewat neurotransmitter-neurotransmitter yang sudah
disebutkan diatas untuk melakukan hal-hal yang positif , itulah sebabnya saat bahagia , seseorang
akan merasa lebih produktif. Atau sebaliknya , untuk menjadi produktif , seorang individu harus
mengkondisikan status emosinya dengan baik. Namun sama halnya dengan kondisi bahagia yang
sementara, begitu juga hal yang sama terjadi saat kita berolahraga.Namun terjadi umpan-balik
positif saat berolahraga yaitu tubuh akan memproduksi lebih banyak oksitosin saat berolahraga
dan oksitosin inilah yang membuat kita merasa bahagia dan dapat mempertahankan kebahagiaan
saat dann sesaat setelah seorang individu berolahraga. Efek jangka panjang yang mungkin
diperoleh dari berolahraga adalah memperkuat otot jantung yang nantinya akan melancarkan
sirkulasi darah dan tekanan darah yang dipompakan jantung. Dengan begitu akan berefek juga ke
system pernapasan yaitu , napas akan terasa lebih panjang memudahkan untuk aktivitas fisik
lainnya dan tubuh juga menjadi lebih fit. Saat berolahraga , tubuh akan menghasilkan banyak
hormone glucagon . hormone ini berfungsi untuk memecah simpanan glikogen dalam otot yang
akan dikonversikan menjadi glukosa yang akan mengalir dalam darah untuk asupan energi
tubuhsaat berolahraga. Berolahraga yang rutin juga akan mengurangi lemak tubuh , lemak akan
dipecah menjadi 3 asam lemak dan gliserol untuk menjadi energi saat berolahraga, pemecahan
lemak terjadi jika seorang individu melakukan olahraga dengan intensitas moderate denganjangka
waktu yang panjang , atau bisa deisebut juga metabolism aerobic. Penguraian lemak menjadi
energy membantu dalam mempertahankan bentuk tubuh dan membuat BMI mendekati ideal.
Ketiga , yang mungkin mempunyai efek jangka panjang pada tubuh adalah , berolahraga
mengontrol nilai glukosa yang terkandung dalam darah , dimana nilai glukosa tersebut sangat erat
hubungannya dengan suatu penyakit yaitu , Diabetes Mellitus tipe Dua. Saat kita sering
berolahraga akan dihasilkan neurotransmitter baru , yaitu endorphin. Endhorpin berguna sebagai
neurotransmitter yang memertahankan rasa bahagia yang dimiliki seorang individu.
Bila pada keadaan stress atau status emosi yang buruk, hormone yang dikeluarkan adalah
adrenalin dan neurotransmitter yang dihasilkan adalah norpepinephrine yang biasanya dikeluarkan
tubuh untuk meningkatkan aliran darah dan daya kerja jantung. Untuk jangka waktu yang singkat
hal ini juga dibutuhkan tubuh , untuk regulasi tubuh yang seimbang , namun jika hal ini terjadi
tsecara terus menerus dan tidak berkesudahan maka hormone dan neurotransmitter ini dikeluarkan
akan membuat kerja jantung menjadi berat dan memacu vasokontriksi pada pembuluh darah
perifer, bilamana kejadian ini terus menerus terjadi akan menimbulkan perubahan set poin pada
tekanan darah. Set poin tinggi inilah yang disebut penyakit metabolic hipertensi. Hipertensi
dikenal sebagai silent-killer yang dapat mengakibatkan dan memicu penyakit lainnya , seperti
Jnatung Koroner , Stroke dan lain sebagainya Pengaruh dari ini bisa memicu terjadinya perubahan
tubuh lainnya yang mengarah ke keadaan patologis.
Selain endhorpine terdapat juga hormone Kortisol. Kortisol merupakan sebuah hormone yang
merupakan salah satu dari golongan hormone glukokortikoid yang dirangsang produksinya oleh
ACTH ( adenocorticotropin hormones) di mesenchepalon atau dikenal dengan bahasa awam otak
tengah selain itu juga dibantu produksinya dengan di nucleus yang terdapat dalam otak . Kortisol
akan banyak diproduksi saat stress khususnya akan berperan untuk menaikkan nilai gula darah
seorang individu , hal ini berpengaruh besar dalam patofisologi berbagai penyakit termasuk
penyakit metabolic seperti Diabetes Mellitus tipe dua dan hipertensi. Saat kortisol banyak
dihasilkan , gula darah menjadi tinggi , saat gula darah tinggi maka insulin akan banyak dihasilkan
. Namun jika stres berlangsung dengan jangka waktu yang lama , akan berakibat kepada reseptor
dari insulin . Reseptor insulin akan menjadi tidak peka terhadap insulin dan insulin tidak bisa
diproses oleh reseptornya akibatnya gula darah yang tinggi di dalam darah tidak bisa
dikonversikan menjadi glikogen untuk simpanan dalam otot dan kadar gula dalam darah
dipertahankan tinggi , hal ini yang menyebakan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Dari penjelasan fisiologi tubuh diatas data dilihat dan disimpulkan bahwa keadaan status
emosional yang baik atau bahagia sangat berpengaruh besar pada keadaan kesehatan seorang
individu. Kesehatan yang terjaga pastinya akan menghasilkan keluaran lainnya , yaitu satu
diantaranya adalah kualitas hidup yang baik. Sebaliknya , status emosi yang buruk akan
berdampak yang buruk juga bagi kesehatan dan juga mengarahkan tubuh kepada kondisi patologis
yang akan mngakibatkan penyakit metabolic seperti hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2.

4. SIMPULAN

Status emosi yang baik atau positif atau bias disebut juga perasaan bahagia akan
meningkatkan kualitas hidup seorang individu. Hal ini dikarenakan karena sistem fisiologis tubuh
yang sangat kompleks dan terintegrasi yang berawal dari psikologis pasien , yang nantinya akan
berpengaruh pada sistem neurologi dan akan berpengaruh pada keluaran lainnya yaitu
meningkatkan system imun tubuh. Selain itu menjadi bahagia , memprogram tubuh kita untuk
menjaga hidup dan kebiasaan yang sehat contohnya berolahraga dan mencegah inidividu yang
bersangkutan dari melakukan kebiasaan hidup yang tidak atau kurang sehat . Jadi , dimulai dari
status emosi postif akan berlanjut membangun kebiasaan yang baik bagi tubuh dan mencegah
melakukan hal yang buruk dan kurang bermanfaat bagi tubuh.

5. SARAN

Setelah melihat hasil penelitian , dapat disimpulkan bahwa status emosi memiliki efek yang
signifikan terhadap kualitas hidup seseorang. Saat bahagia , tubuh akan melakukan berbagai hal
yang postif yang diantaranya dalah berolahraga yang mempunyai banyak sekali efek positif bagi
tubuh yang akan meningkatkan kualitas hidup. Memertahankan status emosi yang baik dan
positif atau memertahankan perasaan bahagia dianggap menjadi hal yang perlu dan harus
diperhatikan bagi masing masing individu yang menginginkan kualitas hidup yang lebih baik.
6. DAFTAR PUSTAKA

Buku
Danim, S. (2003) Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC

Jurnal
Bjørnskov, C. (2008). Healthy and happy in Europe? On the association between happiness and
life expectancy over time. Social Science and Medicine, 66(8), 1750–1759.
https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2008.01.031
Dfarhud, D., Malmir, M., & Khanahmadi, M. (2014). Happiness & Health: The Biological
Factors- Systematic Review Article. Iranian Journal of Public Health, 43(11), 1468–1477.
Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26060713%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.gov/
articlerender.fcgi?artid=PMC4449495
Frey, B. S. (2011). Happy people live longer. Science, 331(6017), 542–543.
https://doi.org/10.1126/science.1201060
Pettit, J. W., Kline, J. P., Gencoz, T., Gencoz, F., & Joiner, T. E. (2001). Are happy people
healthier? The specific role of positive affect in predicting self-reported health symptoms.
Journal of Research in Personality, 35(4), 521–536. https://doi.org/10.1006/jrpe.2001.2327
Rasciute, S., & Downward, P. (2010). Health or happiness? what is the impact of physical activity
on the individual? Kyklos, 63(2), 256–270. https://doi.org/10.1111/j.1467-6435.2010.00472.x
Sabatini, F. (2014). The relationship between happiness and health: Evidence from Italy. Social
Science and Medicine, 114, 178–187. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2014.05.024
Veenhoven, R. (2008). Healthy happiness : effects of happiness on physical health and the
consequences for preventive health care. 449–469. https://doi.org/10.1007/s10902-006-9042-
1

Anda mungkin juga menyukai