Anda di halaman 1dari 33

Rencana Pola Ruang

Kabupaten Brebes Tahun 2010 – 2030


Rencana pola ruang menjelaskan sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dalam bab
ini juga diuraikan arahan pengelolaan masing-masing kawasan, baik lindung maupun budidaya

4 .1 . KAWASAN LINDUNG
4.1.1. Kaw asan Hutan Lindung
Rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Brebes ditetapkan seluas kurang lebih
6.261 Ha. Kawasan hutan lindung ini terdapat di Kecamatan Paguyangan, Kecamatan
Sirampog, Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Ketanggungan, dan
Kecamatan Banjarharjo.

4.1.2. Kaw asan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahnya


Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya diperuntukkan untuk
menjamin terselenggaranya fungsi lindung hidrologis bagi kegiatan pemanfaatan lahan.
Kawasan ini meliputi kawasan resapan air. Kawasan resapan air diperuntukkan bagi
kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi kawasan
dibawahnya. Kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai Kawasan Lindung di luar Kawasan
Hutan.
Rencana kawasan resapan air di Kabupaten Brebes ditetapkan disebagian wilayah
Kecamatan Banjarharjo, Bantarkawung, Bumiayu, Ketanggungan, Larangan, Paguyangan,
Salem, Sirampog, dan Tonjong, dengan luas kurang lebih 21.564,1 Ha. Lebih rincinya
rencana alokasi ruang untuk kawasan resapan air meliputi:
a. Kecamatan Banjarharjo kurang lebih 1.170 Ha;
b. Kecamatan Bantarkawung kurang lebih 2.813 Ha;
c. Kecamatan Bumiayu kurang lebih 0,1 Ha;
d. Kecamatan Ketanggungan kurang lebih 1.043 Ha;
e. Kecamatan Larangan kurang lebih 372 Ha;
f. Kecamatan Paguyangan kurang lebih 2.041 Ha;
g. Kecamatan Salem kurang lebih 10.550 Ha;
h. Kecamatan Sirampog kurang lebih 3.375 Ha;
i. Kecamatan Tonjong kurang lebih 200 Ha

Kawasan lindung ini berfungsi sebagai kawasan resapan air di Kabupaten Brebes, karena :
1. Memiliki curah hujan yang tinggi di daerah atas / Selatan ( > 2500 mm/tahun );

IV - 1
2. Jenis tanahnya regosol dan litosol disampinng sangat peka terhadap erosi juga mudah
meresapkan air karena tekstur tanahnya dan tidak pernah tergenang air;
3. Merupakan daerah hulu dari banyak sungai sehingga merupakan bagian dari DAS
Pemali Hulu, DAS Pakijangan, DAS Kabuyutan, DAS Babakan, dan DAS Cisanggarung.
Arahan pengelolaan Kawasan Resapan Air meliputi:
a. Kegiatan atau hal-hal yang bersifat menghalangi masuknya air hujan ke dalam tanah
diminimalkan, bahkan ditiadakan;
b. Kegiatan budidaya yang diperbolehkan adalah kegiatan yang tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan;
c. Kegiatan yang diperbolehkan dilaksanakan di kawasan resapan air adalah pertanian
tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang disertai tindakan konservasi; dan
d. Kawasan resapan air dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata.

4.1.3. Kaw asan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan lahan yang
dapat menjaga kelestarian jumlah, kualitas dan penyediaan tata air dan kelancaran serta
ketertiban pengaturan dan pemanfaatan air dari sumber-sumber air.
Kawasan perlindungan setempat terdiri dari kawasan, sempadan pantai, sempadan sungai,
sekitar mata air, dan sekitar danau/waduk.
A. Sempadan Pantai
Kawasan tertentu sepanjang pantai, yang bermanfaat penting untuk menjaga kelestarian
fungsi pantai dari berbagai kegiatan yang dapat mengancam kelestariannya.
Kriteria :
Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai dengan ketentuan 100 meter dari titik pasang tertinggi
Lokasi :
Sempadan Pantai di Kabupaten Brebes terdapat di sepanjang pantai utara dari
Kecamatan Brebes sampai Kecamatan Losari dengan luas kurang lebih 722 Ha1.
Arahan pengelolaan :
a. Perlindungan kawasan sempadan pantai 100 meter dari pasang tertinggi dengan
pelarangan mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas
pantai;
b. Penghijauan (reboisasi) terhadap hutan bakau di kawasan sempadan pantai yang
telah rusak;
c. Melakukan kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat perlindungan
kawasan sempadan pantai dari abrasi dan infiltrasi air laut ke dalam tanah;

1
Hasil pengukuran panjang garis pantai berdasarkan peta adalah 72,180 km

IV - 2
d. Kepemilikan kawasan sempadan pantai sedapat mungkin dipertahankan sebagai
tanah negara, dan apabila dimohonkan ijin, diperkenankan sebagai hak pakai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. Usaha-usaha yang berkaitan dengan kelautan (pelabuhan, tempat pelangan ikan,
tower penjaga keselamatan pengunjung pantai dan atau kegiatan lain yang
membutuhkan lokasi di tepi pantai) tetap dapat dilakukan sepanjang tidak
mengganggu atau mengurangi fungsi lindung kawasan.
B. Sempadan Sungai
Kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi
primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi sungai.
Kriteria :
Kriteria perlindungan kawasan ini adalah:
(1). Sungai Bertanggul
a. Garis sempadan sungai yang bertanggul di dalam kawasan perkotaan adalah 3
(tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
b. Garis sempadan sungai yang bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah 5
(lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
(2). Sungai Tidak Bertanggul
a. Garis sempadan sungai yang tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
adalah sebagai berikut :
1)Sungai yang berkedalaman kurang dari 3 (tiga) meter adalah 10 (sepuluh)
meter;
2) Sungai yang berkedalaman 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh)
meter adalah 15 (lima belas) meter;
3) Sungai yang berkedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter adalah 30 (tiga
puluh) meter.
b. Garis Sempadan Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah 50
(lima puluh) meter;
1) Sungai besar, adalah 100 (seratus) meter;
2) Sungai kecil, adalah 50 (lima puluh) meter.
Lokasi :
Luas areal yang ditetapkan sebagai sempadan sungai sebesar kurang lebih 1.963 Ha,
lokasinya tersebar disepanjang sungai-sungai di Kabupaten Brebes.

Tabel 4.1.
Nama Sungai Yang Dilindungi di Kabupaten Brebes
NO NAMA LOKASI KECAMATAN
1 Kaligangsa Brebes
Bantarkawung, Larangan, Jatibarang, dan
2 Pemali
Brebes
3 Balaikambang Wanasari
4 Luwungmalang Wanasari

IV - 3
NO NAMA LOKASI KECAMATAN
5 Bangsri Bulakamba
6 Pakijangan Bulakamba
7 Kluwut Bulakamba
8 Babakan Tanjung
9 Buntiris Ketanggungan
10 Kabuyutan Tanjung
11 Sinung Tanjung
12 Tanjung Tanjung
13 Bancang Losari
14 Cisanggarung Losari
15 Keruh Bumiayu
16 Erang Bumiayu
17 Pedes Tonjong
18 Glagah Tonjong
19 Cigunung Salem, Bantarkawung
20 Cilakar Bantarkawung
21 Rambatan Larangan
22 Ciomas Bantarkawung
Sumber : Hasil Identifikasi

Arahan Pengelolaan
Guna memberikan perlindungan sungai dengan optimal maka arahan pemanfaatan
kawasan sempadan sungai ditetapkan sebagai berikut :
1. Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai;
2. Dilarang melakukan kegiatan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan
intensitas aliran air sama sekali tidak diperbolehkan;
3. Diperbolehkan bagi kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkankan
pada kawasan sempadan sungai;
4. Diperbolehkan bagi kegiatan yang tidak memanfaatkan lahan secara luas;
5. Diperbolehkan melakukan kegiatan yang dapat memperkuat fungsi perlindungan
kawasan sempadan sungai dan tidak mengubah fungsi kegiatannya di masa
mendatang.
Pengendalian sungai perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh banjir,
pencemaran, kekeringan, erosi, dan sedimentasi. Pengendalian kegiatan yang ada
disekitar sungai dengan memanfaatkan lahan di daerah manfaat sungai dapat
diperuntukan bagi kegiatan tertentu sebagai berikut :
a. Kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan; namun lebih
diutamakan dilakukan penanaman tumbuhan/ pepohonan berakar dalam guna
mencegah terjadinya longsor;
b. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, rambu-
rambu pekerjaan/pengamanan, serta sarana bantu navigasi pelayaran;
c. Untuk pemasangan rentang kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air minum;

IV - 4
d. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan umum;
e. Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air;
f. Untuk menyelenggarakan kegiatan bagi masyarakat yang tidak menimbulkan
dampak merugikan bagi kelestarian dan fungsi sungai (dapat digunakan untuk olah
raga, rekreasi, parkir dan lain-lain);
g. Untuk pemanfaatan lain yang diatur melalui peraturan daerah sesuai dengan
kondisi sungai dan kondisi daerah, serta tetap mempertimbangkan kelestarian dan
fungsi sungai.
Sedangkan pemanfaatan badan air sungai dapat diperuntukan bagi kegiatan tertentu
sebagai berikut :
1. prasarana angkutan air;
2. sarana kegiatan pariwisata;
3. olah raga air;
4. perikanan;
5. pembangkit listrik tenaga air (jika memungkinkan);
6. penambangan bahan galian (dengan batasan tertentu, dalam arti kegiatan yang
dilakukan tidak mengganggu ekosistem sungai, kelestarian sungai dan kualitas air
sungai);
7. kegiatan budaya dan keagamaan.
C. Pengelolaan Kawasan Sempadan Waduk
Kawasan sekitar danau/waduk/rawa adalah kawasan di sekeliling danau/waduk/ rawa
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/
waduk/rawa, dengan tujuan untuk melindungi danau/waduk/rawa dari kegiatan budidaya
yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/waduk/rawa.
Kriteria
Sempadan waduk yang ditetapkan di Kabupaten Brebes adalah 100 (seratus) meter dari
dari titik pasang tertinggi ke arah darat proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
waduk.
Lokasi
Waduk Mahalayu seluas kurang lebih 925 Ha di Kecamatan Banjarharjo dan Waduk
Penjalin seluas kurang lebih 125 Ha di Kecamatan Paguyangan.
Arahan Pengelolaan
Arahan pengelolaan kawasan sekitar danau/waduk/rawa adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan pembangunan bangunan fisik atau penanaman tanaman semusim yang
mempercepat proses pendangkalan danau/waduk/rawa dilarang;
2. Tidak diperbolehkan mendirikan bangunan, permukiman, atau kegiatan lain yang
dapat mengganggu kelestarian daya tampung waduk/danau/rawa, pada kawasan
sempadannya, termasuk daerah pasang surutnya;

IV - 5
3. Kegiatan yang masih boleh diusahakan adalah perikanan dan pariwisata,
khususnya yang berkaitan dengan penikmatan pemandangan alam sekitar
danau/waduk/rawa. Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu yang
dijinkan, masih bisa dilaksanakan di kawasan ini. Kegiatan lain yang tidak
memanfaatkan ruang secara luas diperbolehkan, seperti pemasangan
iklan/reklame, kabel/tiang listrik, beton dermaga, atau kegiatan lain yang sejenis,
khususnya yang menjadi pelengkap kegiatan pariwisata.
D. Sekitar Mata Air
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Tujuan
perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang
dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.
Kriteria :
Kriteria perlindungan kawasan ini adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m di
sekeliling mata air, kecuali untuk kepentingan umum.
Lokasi :
Di Kabupaten Brebes, kawasan yang termasuk dalam kawasan yang melindungi sumber
mata air di wilayah Kabupaten Brebes meliputi sumber mata air yang tertuang dalam
Tabel 4.2. dan dengan total luas kurang lebih 2.798 Ha.
Tabel 4.2.
Daftar Mata Air Yang ada di Kabupaten Brebes
No Nama Lokasi Luas Areal (Ha)
1 Leuwi Liang Salem 10
2 Ciwenay Bantarkawung 17
3 Cipanas Bantarkawung 10
4 Ciburial Bantarkawung 20
5 Wates Bantarkawung 12
6 Cibeurih Bantarkawung 14
7 Gunung geulis Bantarkawung 16
8 Cipanas Bantarkawung -
9 Tlaga Paguyangan 30
10 Glagah Paguyangan 50
11 Crewet Paguyangan 25
12 Sirengseng Paguyangan 22
13 Buyah Paguyangan 24
14 Kedungagung Paguyangan 10
15 Mungguhan Paguyangan -
16 Wuluh Paguyangan -
17 Salak Paguyangan 41
18 Longkrang Paguyangan 34
19 Gondok Paguyangan 25
20 Putat Paguyangan 8
21 Tasie3m Paguyangan 18
22 Dudul Paguyangan 30
23 Cipetung Paguyangan 8
24 Longkrang Paguyangan 123

IV - 6
No Nama Lokasi Luas Areal (Ha)
25 Sidomoro Paguyangan 6
26 Yampak Paguyangan 6
27 Sangkarwangi Paguyangan 2
28 Cipendok Paguyangan 2
29 Kedung Cina Paguyangan 4
30 Baas Paguyangan 77
31 Guci Paguyangan 8
32 Tanjurmalang Paguyangan 37
33 Sat Paguyangan 7
34 Kemadu Paguyangan 6
35 Arca Paguyangan 6
36 Grayang Paguyangan 8
37 Kudu Paguyangan 17
38 Benuang Paguyangan 24
39 Cipanas Paguyangan 6
40 Manggis Paguyangan -
41 Mranggi Paguyangan 7
42 Sirah Pemali Paguyangan 15
43 Sirah Duaji Paguyangan 24
44 Gronggongan Paguyangan 12
45 Telaga renjeng Paguyangan -
46 Muncang Bumiayu 31
47 Malik Bumiayu 68
48 Majapahit Bumiayu 23
49 Watu Ganjel Bumiayu 13
50 Cilebak Bumiayu 63
51 Arus I Bumiayu 63
52 Arus II Bumiayu 182
53 Biyuk Bumiayu 10
54 Tinggan Wangi Bumiayu 29
55 Bulakan Bumiayu -
56 Gembrong Bumiayu 12
57 Bulu Bumiayu 52
58 Aripi Bumiayu 4
59 Sirah Bumiayu 2
60 Ampel Bumiayu 3
61 Podol Bumiayu 75
62 Dlimas Bumiayu 1
63 Petuanan Bumiayu 2
64 Kondang Bumiayu 3
65 Mudal Bumiayu -
66 Tlagasari Sirampog 16
67 Salak Sirampog 10
68 Crona Sirampog 21
69 Nangka Sirampog 41
70 K. Pari Sirampog 29
71 K. Giri Sirampog 168
72 Sridadi Sirampog 137
73 Tlahap Sirampog 64
74 Plembang Sirampog 43
75 Bali Sirampog 25
76 Biuh Sirampog 10
77 Kaligiri Sirampog 16

IV - 7
No Nama Lokasi Luas Areal (Ha)
78 Suci Sirampog 105
79 Jayu Sirampog 115
80 Arif/Sanjayuda Sirampog 45
81 Jumbleng Sirampog 25
82 Kubang Sirampog 23
83 Mudal Sirampog 25
84 Lame belang Tonjong 17
85 Manggang I Tonjong 30
86 Manggang II Tonjong 100
87 Singkup Tonjong 11
88 Jumbleng Tonjong 30
89 Guyang Tonjong 11
90 Jimat Tonjong 19
91 Rajawetan Tonjong 11
92 Tlaga Kubang Tonjong 26
93 Pangebonan/Cipayo Banjarharjo 30
94 Pangebonan/Pancuran Mas Banjarharjo 5
95 Buadil Banjarharjo 5
96 Cihalimun Banjarharjo 10
97 G. Canggah Banjarharjo 8
98 P. Malaka Banjarharjo 10
99 Cikadu Banjarharjo 10
100 G. Garang Banjarharjo 15
101 Cipagreget Ketanggungan 75
Sumber : Hasil Identifikasi

Arahan Pengelolan
Keberadaan mata air ini sangat bermanfaat bagi penduduk setempat sebagai alternatif
pemenuhan kebutuhan hidup akan air bersih dan sebagai potensi pariwisata. Untuk itu
sumber air yang ada perlu tetap dilindungi dengan menjaga sempadan mata air agar
tidak berubah fungsi menjadi daerah terbangun yang dapat mengancam sumber air yang
ada. Oleh karena itu, langkah-langkah atau arahan pengelolaan pemanfaatan daerah
sekitar mata air yang perlu diterapkan di daerah sekitar mata air dilakukan melalui :
1. Kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan perhutanan dengan jenis tanaman
tahunan yang produksinya tidak dilakukan dengan cara penebangan pohon;
2. Dilarang melakukan kegiatan penggalian atau kegiatan lain yang sifatnya
mengubah bentuk kawasan sekitar mata air dan/atau dapat mengakibatkan
tertutupnya sumber mata air;
3. Diperbolehkan melakukan kegiatan persawahan, perikanan, atau kegiatan
pertanian dengan jenis tanaman tertentu yang diperbolehkan;
4. Diperbolehkan melakukan kegiatan yang secara langsung tidak terkait dengan
pemanfaatan sumber mata air; dan
5. Kegiatan yang sudah ada dan dapat mengganggu fungsi kawasan sekitar mata air,
dipindahkan dengan penggantian yang layak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

IV - 8
E. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota menurut UU No. 26 Tahun 2007 adalah
area memanjang atau jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Pembagian RTH kawasan perkotaan terdiri dari RTH publik dan RTH
privat. RTH publik merupakan RTH yang dimiliki oleh kota/kawasan perkotaan yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH publik
adalah RTH sepanjang jaringan jalan, RTH pemakaman umum, RTH taman kota, dan
RTH hutan kota. Sedangkan yang termasuk RTH privat adalah kebun atau halaman
rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Proporsi RTH kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Brebes adalah paling sedikit 30
% dari luas kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja di tanam. Pembagian RTH ini terdiri dari RTH publik
paling sedikit 20 % dan RTH privat 10 %. Distribusi RTH kawasan perkotaan disesuaikan
dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana
struktur dan pola ruang wilayah.
Adapun beberapa kecamatan yang termasuk kawasan perkotaan dan harus memenuhi
proporsi 30% dari luas wilayahnya di Kabupaten Brebes meliputi Kecamatan Losari,
Tanjung, Bulakamba, Wanasari, Brebes, Jatibarang, Kersana, Ketanggungan, dan
Bumiayu dengan luas wilayah kawasan perkotaan sebesar kurang lebih 3.247 ha. Dari
luasan wilayah perkotaan tersebut yang termasuk ruang terbuka hijau kota adalah 30%
yaitu seluas kurang lebih 974 ha yang tersebar secara proporsional.
Proporsi RTH publik seluas minimal 20 % dan privat 10 % yang disediakan dimaksudkan
agar proporsi RTH minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya, sehingga memungkinkan
pemanfaatannya secara luas oleh masyarakat. Untuk lebih meningkatkan fungsi dan
proporsi RTH di kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Brebes, maka pemerintah,
masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan di atas bangunan gedung
miliknya.

4.1.4. Kaw asan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
A. Kawasan Cagar Alam
Kawasan cagar alam yang ditetapkan di Kabupaten Brebes adalah kawasan Telaga
Renjeng dengan luas kurang lebih 48,50 Ha sebagai kawasan perlindungan alam yang
berlokasi di Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan.
Arahan Pengelolaan
1. kegiatan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan,
pendidikan dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya dalam bentuk
penggunaan plasma nutfah yang terdapat dalam cagar alam untuk keperluan
pemuliaan jenis dan penangkaran;
2. pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya di dalam
kawasan cagar alam dilakukan dengan membiarkan agar populasi semua jenis
tumbuhan dan satwa tetap seimbang dan prosesnya berjalan secara alami;

IV - 9
3. melestarikan kawasan cagar alam dari gangguan dan kerusakan agar dapat
berfungsi optimal;
4. merevitalisasi kawasan cagar alam yang telah mengalami kerusakan ekosistem;
dan
5. pengawasan dan pemantauan secara berkelanjutan terhadap kondisi cagar alam
yang memiliki kecenderungan rusak untuk mengatasi meluasnya kerusakan
terhadap ekosistemnya.
B. Kawasan Muara Sungai (Estuari)
Kawasan muara sungai (estuari) yang ditetapkan di Kabupaten Brebes berlokasi di
muara Sungai Kaligangsa, muara Sungai Pemali di Kecamatan Brebes, muara Sungai
Balaikambang muara Sungai Luwungmalang di Kecamatan Wanasari, muara Sungai
Bangsri, muara Sungai Pakijangan, muara Sungai Kluwut di Kecamatan Bulakamba;
muara Sungai Babakan, muara Sungai Kabuyutan, muara Sungai Sinung, muara Sungai
Tanjung di Kecamatan Tanjung dan muara Sungai Bancang, muara Sungai
Cisanggarung di Kecamatan Losari.
Arahan Pengelolaan
1. melakukan rehabilitasi melalui program reboisasi atau penghijauan dengan jenis
tanaman yang memiliki nilai konservasi tinggi dan cocok dengan lingkungan
setempat;
2. menghentikan dan mencegah kelanjutan pengembangan kegiatan budidaya
memanjang mengikuti aliran sungai, terutama disekitar bantaran sungai; dan
3. melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya pengalihan
fungsi lindung untuk kegiatan budidaya di sepanjang sungai, bantaran/sempadan
sungai dan estuari.
C. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai yang memiliki hutan bakau berfungsi sebagai penahan dan pemecah
ombak untuk mengurangi dampak abrasi air laut. Selain itu kawasan hutan bakau juga
sangat bermanfaat bagi habitat ikan dan biota laut lainnya. Vegetasi hutan bakau yang
terdapat di sepanjang kawasan pantai pesisir Kab. Brebes telah banyak yang rusak dan
gundul.
Kriteria :
Minimal 130 kali nilai rata – rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan di
ukur dari garis air surut terendah ke arah darat serta tanah yang berasal dari tanah timbul
atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang surut, rawa, dan bekas sungai
ditetapkan sebagai tanah yang langsung dikuasai negara.
Lokasi :
Pengembangan Kawasan Pantai Berhutan Bakau di Kabupaten Brebes terletak di
sepanjang pesisir pantai yaitu :
a. Kecamatan Losari (Desa Limbangan, Karangdempel, Prapag lor, Prapag Kidul dan
Kecipir);

IV - 10
b. Kecamatan Tanjung (Desa Krakahan dan Desa Pengaradan);
c. Kecamatan Bulakamba (Desa Grinting, Pulogading dan Bangsri);
d. Kecamatan Wanasari (Desa Sawojajar);
e. Kecamatan Brebes (Desa Kaliwlingi dan Desa Randusanga Kulon).
Arahan Pengelolaan
Untuk melindungi kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Brebes, maka arahan-
arahan yang harus dilakukan melalui :
1. melestarikan keberadaan hutan bakau untuk mencegah terjadinya kerusakan
ekosistem;
2. melakukan penanaman bibit bakau;
3. mengurangi alih fungsi lahan baik untuk kawasan budidaya tambak maupun
permukiman;
4. melarang penebangan liar hutan bakau dan memfasilitasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam melestarikan hutan bakau;
5. mengurangi pembuangan limbah industri yang dapat merusak ke wilayah pesisir
utara; dan
6. menjalin dan memantapkan kerjasama pengelolaan kawasan hutan bakau dengan
masyarakat, kelompok masyarakat dan LSM yang peduli.
D. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya
manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas. Kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia
yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan diperuntukkan bagi kegiatan yang
bertujuan untuk melindungi atau melestarikan budaya dan kegiatan pengembangan ilmu
pengetahuan. Kawasan cagar budaya di Kabupaten Brebes sekaligus merupakan
kawasan dengan fungsi pendidikan dan ilmu pengetahuan tersebar di beberapa
kecamatan, meliputi :
a. Pendopo Kabupaten di Kecamatan Brebes;
b. Masjid Agung Brebes di Kecamatan Brebes dan Masjid Walisongo di Kecamatan
Tanjung;
c. Makam Bupati Brebes dan Makam Mbah Rubi di Kecamatan Wanasari, Makam
Mbah Junet di Randusanga Kecamatan Brebes, Makam Pangeran Angka Wijaya di
Kecamatan Losari, serta Makam Dawa, Makam Panembahan Syeh Padalangu dan
Makam Keluarga Bupati Raja Urip di Kecamatan Tonjong;
d. Gedong Jimat di Kecamatan Ketanggungan;
e. Fosil Kalijurang di Kecamatan Tonjong;
f. Situs Watu Lumpang, Situs Archa Mandi, dan Situs Karang Dawa di Kecamatan
Bumiayu, Situs Candi Pangkuan, Situs Arca Agastya, Situs Arca Kuwera, dan Situs
Sindang Laya di Kecamatan Paguyangan, Situs Petilasan Aria Jipang dan Situs Gua
Batu di Kecamatan Bantarkawung, Situs Pojok Tilu, Situs Pasir Monyong, Situs Batu
Bertulis, Situs Menhir Beundak II, III, Situs Eyang Batara Guru, dan Situs Petilasan

IV - 11
Gunung Sagara di Kecamatan Salem, serta Situs Batu Datar berukuran 75 cm x 60
cm x 10 cm di Kecamatan Banjarharjo;
g. Stasiun Kereta Api Kretek Paguyangan di Kecamatan Paguyangan;
h. Klentheng di Kecamatan Brebes;
i. Pabrik Gula di Kecamatan Kersana dan Jatibarang;
j. Candi Jimat dan Candi Kyai di Kecamatan Tonjong.
Arahan Pengelolaan
1. melindungi kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah yang berguna
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia; dan
2. meningkatkan fungsi kawasan cagar budaya untuk menunjang kegiatan pariwisata.

4.1.5. Kaw asan Rawan Bencana Alam


Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan
kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh
perbuatan manusia.
Kriteria kawasan ini adalah semua lokasi yang diidentifikasikan memiliki potensi tinggi
terjadi/mengalami bencana alam seperti: tanah longsor, letusan gunung api, dan
sebagainya. Kawasan ini perlu dilindungi agar kegiatan manusia terhindar dari bencana yang
disebabkan oleh alam maupun yang disebabkan oleh perubahan pemanfaatan lahan untuk
kepentingan manusia.
Di wilayah Kabupaten Brebes, kawasan rawan bencana alam yang teridentifikasi meliputi:
A. Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kriteria :
Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim
hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan
musim hujan normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat
sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen
di tempat tersebut.
Lokasi :
Kawasan rawan bencana banjir seluas kurang lebih 703 Ha atau 0,42% dari luas wilayah
Kabupaten Brebes, di wilayah yang sering terkena banjir dan menyebar di Kecamatan
Tanjung, Bulakamba, Wanasari, Ketanggungan, Losari dan Brebes.
Arahan Pengelolaan
Rencana dilakukan untuk mengatasi bencana banjir di Daerah Rawan Banjir adalah
sebagai berikut :
1. pelestarian dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara lintas wilayah;

IV - 12
2. pembuatan tanggul/ embung/ bendung/ kawasan resapan/ saluran pembuang
khusus/ bangunan air lain pada kawasan-kawasan aliran sungai ataupun yang
terkena dampak dengan prioritas pada kawasan rawan banjir dan upaya
pengurangan/pengendalian debit air pada kondisi tertentu yang mengkhawatirkan;
3. mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air;
4. lebih mengoptimalkan lagi sempadan-sempadan sungai, dan saluran yang ada
sesuai fungsinya secara bertahap guna kesinambungan hasil penanganan banjir
yang optimal;
5. penyiapan kawasan aman sebagai tempat pengungsian dan evakuasi warga;
6. normalisasi prasarana drainase sebagai pengendali banjir;
7. melakukan eliminasi terhadap faktor-faktor yang menghalangi pengaliran air
permukaan;
8. melakukan koordinasi untuk pengelolaan dan pengembangan drainase dengan
daerah sekitarnya; dan
9. membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada jaringan primer,
sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi irigasi untuk drainase,
dengan melakukan koordinasi dan sinkronisasi program dan hasil antara
Pemerintah Provinsi dan Daerah dalam penanganan dan pengendalian bencana
banjir, serta menyusun review masterplan penanganan dan pengendalian banjir
secara terpadu baik menyangkut sarana maupun prasarananya.
B. Rawan Bencana Tanah Longsor
Kriteria :
Kawasan rawan bencana tanah longsor merupakan wilayah yang kondisi permukaan
tanahnya mudah longsor karena terdapat zona yang bergerak akibat adanya patahan
atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah.
Lokasi :
Kawasan rawan bencana tanah longsor seluas kurang lebih 901 Ha atau 0,54% dari luas
wilayah Kabupaten Brebes, yaitu wilayah yang berlereng seperti Kecamatan Tonjong,
Sirampog, Paguyangan, Banjarharjo, Bantarkawung, dan Salem.
Arahan Pengelolaan
Daerah yang masuk ke dalam Kawasan Bencana Gerakan Tanah (longsor) perlu
penanganan khusus, sehingga ekosistem di daerah tersebut tidak terganggu. Arahan-
arahan pengelolaan dan pemanfaatannya yaitu :
1. melakukan rekayasa teknik bangunan untuk menahan kekuatan getaran, dengan
memperkuat struktur bangunan pada wilayah yang diketahui rentan terhadap
gerakan tanah;
2. membatasi perkembangan penduduk pada wilayah rawan longsor terutama pada
wilayah dengan kemiringan 40 % yang diketahui dapat mengakibatkan bahaya
longsor; serta
3. stabilitasi lereng melalui reboisasi dengan tanaman keras.

IV - 13
C. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi
Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi adalah kawasan yang mendapatkan
pengaruh bahaya aktivitas Gunung Slamet dengan luas kurang lebih 1.430 Ha meliputi
Kecamatan Sirampog dan Kecamatan Paguyangan.
Arahan Pengelolaan
1. penetapan zona bahaya dan zona aman sebagai dasar wilayah pemanfaatan baik
untuk pariwisata maupun budidaya yang lain;
2. pemantapan zona bahaya agar tidak diarahkan untuk dilakukan kegiatan budidaya
seperti kegiatan permukiman dan kegiatan lainnya yang dapat mengancam
keselamatan;
3. pengelolaan kawasan rawan bencana gunung berapi juga menyangkut pelatihan
kepada masyarakat di sekitar kawasan rawan bencana untuk mengetahui tanda-
tanda alam terjadinya letusan;
4. Strategi mitigasi yang dilakukan adalah mencegah dan menghindari melalui
pengembangan jalur penyelamatan yang melewati Desa Igirklanceng – Desa
Dawuhan – Desa Batursari – Desa Kaligiri – Desa Benda dan Desa Wanareja –
Desa Pandansari – Desa Paguyangan serta penyediaan sarana emergensi/darurat.
D. Kawasan Rawan Bencana Kekeringan

Kawasan rawan bencana kekeringan di Kabupaten Brebes merupakan kawasan rawan


bencana kekeringan pada daerah irigasi. Kawasan kekeringan pada daerah irigasi
berdasarkan ketersediaan air irigasi pada waduk dan bendung kontrol point, dengan
ketentuan sebagai berikut : Faktor K = 0,5 s/d 0,7 : potensi kekeringan meliputi
Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Kersana,
dan Kecamatan Ketanggungan; Faktor K = 0.3 s/d 0,5 : rawan kekeringan meliputi
Kecamatan Jatibarang dan Kecamatan Songgom; Faktor K < 0,3 = sangat rawan
kekeringan meliputi Kecamatan Tanjung, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari,
Kecamatan Brebes, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan
Jatibarang dan Kecamatan Songgom.

E. Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi

Kawasan rawan bencana gelombang pasang dan abrasi adalah kawasan yang
mendapatkan pengaruh dari peningkatan gelombang pasang akibat pemanasan global
yang meliputi kawasan pantai di Kabupaten Brebes.
Arahan Pengelolaan
1. peningkatan rekayasa konstruksi pada lokasi tertentu, seperti pembuatan berbagai
bangunan pemecah ombak, tanggul dan kanal limpasan;
2. peningkatan pembuatan green belt, dengan penanaman dan pemeliharaan
mangrove;
3. melakukan kerjasama dengan berbagai pihak terkait, guna penyelamatan kawasan;
dan

IV - 14
4. melakukan sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat mengenai kawasan rawan
bencana gelombang pasang dan abrasi.

Kawasan Lindung Geologi


Kawasan lindung geologi di Kabupaten Brebes berupa kawasan imbuhan/cekungan air.
Pengelolaan kawasan imbuhan/cekungan air dilakukan dengan pemeliharaan ketersediaan
kuantitas dan kualitas air yang berkelanjutan, melalui pemeliharaan kelangsungan fungsi
resapan air dan daerah tangkapan air, pengisian air pada sumber air, pengendalian
pengolahan tanah di daerah hulu; pengaturan daerah sempadan sumber air, rehabilitasi
hutan dan lahan dan/atau pelestarian hutan lindung dan pelestarian alam.
Kawasan imbuhan/cekungan air di Kabupaten Brebes terbagi menjadi dua kawasan yaitu;
imbuhan/cekungan air Tegal – Brebes dan imbuhan/cekungan air Lebaksiu. Kawasan
imbuhan/cekungan air Tegal – Brebes meliputi Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung,
Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Brebes, Kecamatan Banjarharjo,
Kecamatan Kersana, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan
Songgom, Kecamatan Jatibarang, Kecamatan Bantarkawung, dan Kecamatan Tonjong.
Kawasan imbuhan/cekungan air Lebaksiu meliputi Kecamatan Tonjong, Kecamatan
Bantarkawung, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Paguyangan, dan Kecamatan Sirampog.

Kawasan Lindung Lainnya


Kawasan lindung lainnya di Kabupaten Brebes merupakan kawasan perlindungan plasma
nutfah. Kawasan perlindungan plasma nutfah meliputi kawasan perlindungan plasma nutfah
di daratan dan kawasan perlindungan plasma nutfah di perairan.
Kawasan perlindungan plasma nutfah di daratan tersebar di Kecamatan Paguyangan,
Kecamatan Sirampog, Kecamatan Salem, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan
Ketanggungan, dan Kecamatan Banjarharjo. Sedangkan kawasan perlindungan plasma
nutfah di perairan tersebar di Kecamatan Losari, Kecamatan Tanjung, Kecamatan
Bulakamba, Kecamatan Wanasari, dan Kecamatan Brebes.

IV - 15
4.1. Peta Rencana Kawasan Lindung

IV - 16
4.2. RENCANA POLA KAWASAN BUDIDAYA
4.2.1 Kaw asan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Brebes yaitu hutan yang berada dalam pengawasan
KPH Pekalongan Barat dan KPH Balapulang, serta hutan rakyat. Kawasan hutan produksi di
Kabupaten Brebes mencapai kurang lebih 43.860,98 Ha atau 26,04% dari luas wilayah
Kabupaten Brebes di bawah pengawasan KPH.
Rencana pengembangan kawasan hutan produksi meliputi hutan produksi tetap dan hutan
produksi terbatas. Hutan produksi tetap seluas kurang lebih 23.650,68 Ha yang tersebar di
Kecamatan Larangan, Songgom, Tonjong, Ketanggungan, Banjarharjo, Losari, Bumiayu,
Paguyangan, Bantarkawung dan Salem. Hutan produksi terbatas seluas kurang lebih
20.210,3 Ha yang tersebar di Kecamatan Banjarharjo, Ketanggungan, Paguyangan, Salem,
Bantarkawung, Tonjong, Bumiayu, dan Sirampog.
Arahan Pengelolaan
1. penetapan kriteria teknis dan pola penataan lahan serta pengelolaan kawasan hutan
produksi yang lahannya dimiliki oleh negara akan ditetapkan dan dikoordinasikan
pemerintah dalam hal ini menteri yang tugas dan tanggungjawabnya berkaitan dengan
bidang kehutanan;
2. penetapan kriteria teknis dan pola penataan lahan serta pengelolaan kawasan hutan
produksi yang lahannya tidak dimiliki oleh negara akan ditetapkan dan dikoordinasikan
oleh kepala dinas terkait yang tugas dan tanggungjawabnya berkaitan dengan bidang
kehutanan;
3. beberapa hutan produksi tetap yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan
tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi;
4. pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan
kesempatan kerja yang lebih banyak;
5. pengelolaan kawasan hutan produksi dengan pengembangan kegiatan tumpang sari
atau budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman pokok;
6. peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan hutan
kerakyatan;
7. pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan
hutan lainnya;
8. pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk
diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah; serta
9. peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan
rotasi tanaman yang mendukung keseimbangan alam.

4.2.2 Kaw asan Peruntukan Pertanian


4.2.2.1. Pertanian Lahan Basah
Penggunaan tanah untuk pertanian khususnya tanah sawah tiap tahun mengalami
penyusutan. Sehingga jika kondisi ini dibiarkan, akan menjadi polemik dimasa yang akan

IV - 17
datang yang meliputi berkurangnya produktivitas padi yang mengakibatkan goyahnya
swasembada pangan.
Kriteria
Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi
kegiatan pertanian lahan basah karena didukung oleh kondisi topografi tanah yang sesuai
dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi lahan yang sesuai untuk lahan basah dalam
menghasilkan produksi pangan, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Selanjutnya kriteria kawasan ini adalah lahan yang sesuai untuk tanaman pangan lahan
basah yang mempunyai sistem dan atau potensi pengembangan yaitu Ketinggian kurang
dari 1000 m, Kelerengan kurang dari 40%, Kedalaman efektif lapisan tanah atas lebih dari 30
cm dan Curah hujan rata-rata 1500 – 4000 mm per tahun.
Lokasi :
Rencana pengembangan kawasan pertanian lahan basah (sawah) dilakukan di seluruh
kecamatan Kabupaten Brebes. Luas rencana kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten
Brebes kurang lebih 60.634 Ha.
Arahan Pengelolaan
Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Brebes memiliki fungsi dan peran yang
sangat penting karena produksi yang ada belum mampu mencukupi kebutuhan lokal. Untuk
mengurangi ketergantungan dengan wilayah lain maka produktifitas harus ditingkatkan.
Usaha-usaha dan pengaturan yang perlu dilakukan melalui :
a. Pengelolaan sistem irigasi dengan baik sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan status irigasi;
b. Mencegah konversi lahan pertanian lahan basah untuk penggunaan diluar pertanian;
c. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung pertanian untuk meningkatkan
produksi dan nilai tambah hasil pertanian;
d. Penggunaan teknologi dan modernisasi dalam pengelolaan pertanian.
Sedangkan arahan pengelolaan Kawasan Pertanian Lahan Basah adalah :
1. Kawasan pertanian lahan basah (sawah) diarahkan untuk budidaya tanaman pangan;
2. Mempertahankan lahan basah (sawah) yang beririgasi teknis untuk mendukung program
ketahanan pangan nasional;
3. Pertanian lahan basah ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
cadangan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
4. Pengaturan debit air irigasi sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan air;
5. Pengelolaan pertanian lahan basah harus memperhatikan kaidah pelestarian dan ramah
lingkungan;
6. Pemeliharaan sumber air untuk menjaga kelangsungan irigasi; dan
7. Pada lereng dengan kemiringan lebih dari 8 % (delapan persen), perlu memperhatikan
pengelolaan teknis budidaya padi sawah.

IV - 18
4.2.2.2. Pertanian Lahan Kering
Sesuai dengan rencana penataan ruang yang menetapkan daerah Kecamatan Sirampog,
Paguyangan, Ketanggungan, Bantarkawung, Salem, dan Banjarharjo sebagai
pengembangan pertanian lahan kering maka dibutuhkan penanganan yang optimal dengan
menonjolkan tanaman pertanian lahan kering yang bisa menjadi andalan bagi wilayah
Kabupaten Brebes. Rencana luas pengembangan pertanian lahan kering kurang lebih
23.561 Ha.
Arahan Pengelolaan
Untuk mendukung pengembangan pertanian lahan kering supaya dapat lebih maju dilakukan
dengan:
1. kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan
tanaman tahunan yang produktif, dan kawasan ini merupakan kawasan yang boleh
dialihfungsikan untuk kawasan terbangun, sebagai cadangan lahan dengan berbagai
fungsi, sejauh sesuai dengan rencana rinci tata ruang;
2. peningkatan pengolahan lahan dengan menggunakan teknologi yang sesuai;
3. mempertahankan tanaman yang telah ada dan memiliki daya saing tinggi;
4. penambahan sarana dan prasarana pendukung pengolahan hasil-hasil pertanian; dan
5. penggunaan teknologi tepat guna dan memperhatikan kaidah pelestarian dan ramah
lingkungan serta melakukan kerjasama dengan pihak investor luar.

4.2.2.3. Pertanian Hortikultura


Untuk tanaman hortikultura didasarkan kriteria pada luas lahan dan tingkat produktivitasnya,
dikembangkan di Kecamatan Ketanggungan, Larangan, Banjarharjo, Songgom, Salem,
Tonjong, Losari, Wanasari, Bulakamba, Brebes, Paguyangan, Sirampog, Tanjung,
Bumiayau, dan Ketanggungan.
Rencana pengembangan lahan tanaman hortikultura ini direncanakan pada areal seluas
kurang lebih 17.632 Ha. Dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, konservasi tanah
dan air, mempertimbangkan aspek sosial ekonomi masyarakat, dan mengembangkan jenis
tanaman hortikultura yang memiliki prospek pasar lokal dan regional.
Arahan Pengelolaan
1. penetapan komoditas tanaman hortikultura dengan mempertimbangkan kesesuaian
lahan, konservasi tanah dan air, serta mempertimbangkan aspek sosial ekonomi
masyarakat; dan
2. mengembangkan jenis tanaman hortikultura yang memiliki prospek pasar lokal dan
regional.

4.2.3. Kawasan Peruntukan Perkebunan


Luas areal kawasan perkebunan di Kabupaten Brebes mencapai luas kurang lebih 14.593
Ha dimana 4 % merupakan perkebunan PT Perkebunan Negara (PTPN) sedangkan 96%
merupakan perkebunan rakyat. Sehingga dalam perencanaan peruntukan kawasan
perkebunan lebih diutamakan pada pengembangan perkebunan rakyat dengan tetap

IV - 19
memperhatikan perkebunan PTPN sebagai salah satu penunjang pertanian di wilayah
Kabupaten Brebes.
Tanaman perkebunan yang bersifat tahunan, didasarkan pada tingkat produksi dan luas
lahan yang ada, Terdapat 19 komoditas yang berkembang di Kabupaten Brebes yaitu nilam,
cengkeh, kapas, tebu, kelapa, kapok, tembakau, kemiri, melinjo, kopi, jahe, kencur, jambu
mete, lada, panili, teh, aren, kapulaga, dan lainnya. Dengan komoditas yang menjadi
andalan perkebunan Kabupaten Brebes adalah nilam, cengkeh, dan kapas.
Untuk pengembangan lebih lanjut ditentukan sentra-sentra pengembangan sebagai berikut :
a. Sentra tanaman Kelapa berada di Kecamatan Tonjong, Bumiayu, dan Bantarkawung;
b. Sentra tanaman Kopi berada di Kecamatan Sirampog, Paguyangan, dan Salem;
c. Sentra tanaman Kakao berada di Kecamatan Salem;
d. Sentra tanaman Aren berada di Kecamatan Bantarkawung dan Salem;
e. Sentra tanaman Teh berada di Kecamatan Paguyangan dan Sirampog;
f. Sentra tanaman Lada berada di Kecamatan Tonjong dan Paguyangan;
g. Sentra tanaman Panili berada di Kecamatan Paguyangan dan Tonjong;
h. Sentra tanaman Jambu mete berada di Kecamatan Tonjong dan Banjarharjo;
i. Sentra tanaman Kapas berada di Kecamatan Ketanggungan, Losari dan Bulakamba;
j. Sentra tanaman Nilam berada di Kecamatan Salem, Bantarkawung, dan
Paguyangan;
k. Sentra tanaman Kapulaga berada di Kecamatan Paguyangan dan Bantarkawung;
l. Sentra tanaman Kapuk berada di Kecamatan Bantarkawung dan Ketanggungan;
m. Sentra tanaman Cengkeh berada di Kecamatan Bantarkawung, Sirampog, dan
Paguyangan;
n. Sentra tanaman Tebu berada di Kecamatan Jatibarang, Songgom, Larangan dan
Kersana.
Selain 14 jenis perkebunan disebutkan diatas maka ditentukan juga pengembangan
perkebunan untuk tanaman buah-buahan yang meliputi jenis buah-buahan dataran tinggi
untuk daerah Selatan dan buah-buahan dataran rendah di wilayah Utara Kabupaten Brebes.
Sentra-sentra pengembangannya meliputi :
a. Sentra buah alpokat di Kecamatan Sirampog;
b. Sentra buah Jeruk di Kecmatan Paguyangan;
c. Sentra buah Rambutan di Kecamatan Sirampog;
d. Sentra buah Nanas di Kecamatan Tonjong;
e. Sentra buah Durian di Kecamatan Bumiayu;
f. Sentra buah Pepaya di Kecamatan Bumiayu;
g. Sentra buah Nangka di Kecamatan Tonjong;
h. Sentra buah Duku/langsat di Kecamatan Bumiayu;
i. Sentra buah Salak di Kecamatan Tonjong;
j. Sentra buah Jambu biji di Kecamatan Banjarharjo;
k. Sentra buah Belimbing di Kecamatan Brebes;
l. Sentra buah mangga di Kecamatan Jatibarang;
m. Sentra buah Sawo di Kecamatan Jatibarang.

IV - 20
Selain pengembangan melalui pembentukan sentra-sentra maka juga diperlukan bentuk
pola-pola pengelolaan dalam pengembangan perkebunan di Kabupaten Brebes yaitu melalui
4 pola yang saling mendukung berikut ini :
 Pola UPP ( Unit Pelayanan Pengembangan );
 Pola swadaya ( dilaksanakan sendiri oleh Petani );
 Pola partial ( diberikan bantuan sebagian );
 Pola PTPN.
Arahan Pengelolaan
1. penetapan komoditi tanaman perkebunan yang mempertimbangkan kesesuaian lahan,
konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan
keindahan; dan
2. peningkatan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan perkebunan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.

IV - 21
4.2. Peta Rencana Kawasan Peruntukan Pertanian

IV - 22
4.2.4. Kaw asan Peruntukan Perikanan
Kawasan perikanan adalah kawasan yang difungsikan untuk kegiatan perikanan dan segala
kegiatan penunjangnya dengan tujuan pengelolaan untuk memanfaatkan potensi lahan
untuk perikanan dalam meningkatkan produksi perikanan, dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan. Kawasan perikanan dibedakan menjadi kawasan perikanan kawasan
perikanan tangkap dan kawasan budidaya perikanan.
A. Kawasan Perikanan Tangkap
Kawasan perikanan tangkap adalah perairan laut yang digunakan penduduk pesisir
Kabupaten Brebes untuk melakukan aktivitas budidaya ikan baik melalui keramba,
penangkapan, pemancingan, dan lain-lain. Sebagai salah satu mata pencaharian utama
penduduk wilayah pesisir Kabupaten Brebes, kegiatan perikanan tangkap diupayakan
mampu memberikan pengaruh terhadap tingkat perekonomian wilayah..
Hasil dari penangkapan ikan sangat bergantung kepada alat tangkap dan teknologi yang
digunakan. Usaha penangkapan ikan pada wilayah pesisir Kabupaten Brebes, sebagian
besar menggunakan jenis alat tangkap jaring cumi-cumi, pukat cincin, rawai dasar, jaring
cantrang, trammel net, jaring pejer, pancing senggol, dan dogol.
Pengembangan kawasan perikanan tangkap di wilayah pesisir Kabupaten Brebes perlu
memperhatikan faktor-faktor pengembangan sebagai berikut :
1. Potensi perikanan tangkap yang besar dan didukung kestrategisan wilayah laut
Kabupaten Brebes mendorong perkembangan tingkat pemanfaatan sumber daya
perikanan mampu bertumbuh pesat terutama ditinjau dari aspek hasil produksi perikanan
tangkap;
2. Animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam usaha perikanan tangkap sangat besar,
namun pengusahaan modal tidak dimiliki secara merata oleh seluruh lapisan
masyarakat;
3. Sarana dan Prasarana Perikanan tangkap seperti tempat pendaratan ikan TPI sudah
tersedia dan mampu melayani kebutuhan yang diperlukan, tetapi masih diperlukan
optimalisasi pada beberapa TPI yang masih dibatasi oleh kelengkapan sarana masih
sederhana;
4. Perlu ditingkatkanya pengembangan industri pengolahan, pada lokasi industri
pengolahan yang ada perlu ditingkatkan pengembangannya ke arah kawasan home
industri. Adapun kajian mengenai rencana pengembangan industri pengolahan ini akan
dijabarkan pada sub bab tersendiri.
Adapun kawasan penangkapan ikan skala kecil dengan daerah tangkapan antara 0-3 mil
dari pantai, sedangkan kawasan penangkapan ikan skala menengah dengan daerah
tangkapan antara 3-6 mil dan kawasan penangkapan ikan skala besar/industri dengan
daerah tangkapan diatas 6 mil dari garis pantai.

B. Kawasan Budidaya Perikanan


B.1. Budidaya Perikanan Tambak
Pengembangan kegiatan budidaya tambak direncanakan berada di sepanjang pantai
wilayah pesisir Kabupaten Brebes yang terbentang di tiap kecamatan-kecamatan pesisir
IV - 23
Kabupaten Brebes dengan areal pengembangan kurang lebih 12.748 Ha. Dengan jenis
tanah berupa aluvial hidromorf, dan mediteran coklat di sepanjang kawasan tambak tersebut
mengindikasikan bahwa wilayah tersebut sangat potensial untuk dikembangkan dan
dibudidayakan sebagai areal pertambakan terutama pada areal berjenis tanah aluvial
hidromorf, hal ini dikarenakan areal lahan berjenis tanah aluvial relatif memiliki kelerengan
yang datar dan tidak bergelombang.
Potensi lahan tersebut didukung pula oleh adanya beberapa sungai yang melintasi areal
sekitar kawasan pertambakan, sehingga seharusnya pemenuhan kebutuhan akan air untuk
keperluan budidaya perikanan dapat dipenuhi. Tetapi kondisi yang memprihatinkan dan
merupakan permasalahan terhadap keberadaan tambak di wilayah pesisir Kabupaten
Brebes adalah beberapa sungai yang melintasi kawasan pertambakan tersebut sebagian
telah mengalami degradasi oleh pencemaran air limbah industri.
B.2. Budidaya Perikanan Air Tawar
Kegiatan budidaya perikanan perikanan darat dikembangkan di beberapa kecamatan
dengan luas kolam kurang lebih 114 Ha berada di Kecamatan Salem, Bantarkawung,
Banjarharjo, Bumiayu, Ketanggungan, Paguyangan, Sirampog dan Tonjong.
Arahan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan perikanan darat ini adalah meliputi :
1. Kegiatan yang sudah ada sebelum penetapan ini, yang tidak sejalan dengan kegiatan
perikanan dapat tetap dipertahankan dengan syarat tidak melakukan perluasan atau
pengembangan;
2. Pihak yang melakukan kegiatan perikanan agar melakukan pengamanan sedemikian
rupa sehingga kegiatan yang telah ada tersebut dibatasi pengembangan dan
perluasannya agar tidak mengganggu.

4.2.5. Kaw asan Peruntukan Peternakan


Kawasan peternakan di Kabupaten Brebes merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi
peternakan dan atau padang penggembalaan ternak untuk berbagai jenis hewan ternak,
yaitu ternak besar dan ternak kecil. Arahan pengembangan kawasan peternakan yang ada di
Kabupaten Brebes dikembangkan pada seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes,
mengingat potensi yang adapun menyebar di hampir di setiap kecamatan dengan sentra-
sentra pengembangan ternak. Rencana yang harus dilakukan adalah memaksimalkan hasil
ternak sebagai sumber pendapatan dengan meningkatkan pegolahan hasil ternak, dengan
sentra-sentra sebagai berikut :
a. Sentra ternak kuda di Kec. Ketanggungan, Banjarharjo, Losari, Bulakamba dan
Wanasari;
b. Sentra ternak sapi di Kec. Ketanggungan, Banjarharjo, Salem, Tonjong, Larangan, dan
Bantarkawung;
c. Sentra ternak kerbau di Kec. Salem, Banjarharjo, Bantarkawung, Bumiayu,
Paguyangan, Tonjong, Larangan dan Songgom;
d. Pusat pengembangan ternak domba di Kec. Losari;
e. Pusat pengembangan ternak kambing di Kec. Sirampog;
f. Pusat pengembangan ternak kelinci di Kec. Wanasari dan Paguyangan;

IV - 24
g. Pusat pengembangan unggas di Kec. Brebes dan Bulakamba.
Arahan pengelolaan kawasan peternakan meliputi :
1. mengutamakan komoditas ternak yang bernilai ekonomis tinggi dan pemasaran yang
luas;
2. usaha peternakan yang sudah ada dan berkembang serta berada di luar kawasan
peternakan dan tidak memenuhi persyaratan lokasi bagi jenis ternak tertentu serta
menimbulkan dampak bagi masyarakat, secara bertahap diusahakan pemindahannya
ke tempat yang memenuhi syarat;
3. kegiatan peternakan masyarakat yang merupakan bagian dari budaya ekonomi
masyarakat perdesaan dapat menyatu di kawasan permukiman perdesaan;
4. penyediaan lahan untuk kawasan penggembalaan umum terletak di wilayah padat
ternak yang fungsinya meliputi penghasil tumbuhan pakan, tempat perkawinan alami,
seleksi, kastrasi dan pelayanan inseminasi buatan, tempat pelayanan kesehatan hewan
dan/atau tempat obyek penelitian pengembangan peternakan dan kesehatan ternak;
dan
5. peningkatan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil ternak seperti
pembuatan industri pengolahan hasil ternak, mengolah kulit, dan industri lainnya.

4.2.6. Kaw asan Peruntukan Pertambangan


Potensi pertambangan di Kabupaten Brebes adalah jenis mineral dan batubara.
Pengembangan kawasan pertambangan di kabupaten Brebes masih membutuhkan
beberapa tahapan sebelum sampai pada tahapan eksploitasi. Hal tersebut karena masih
belum diketahui mengenai kondisi volume kandungan bahan tambang yang ada. Meskipun
sudah terindikasikan luasan hamparan tambang yang merata di wilayah kabupaten Brebes.
Sedangkan sampai saat sekarang penguasaan dan pengusahaan bahan galian tambang
yang ada masih ditangani oleh masyarakat umum awam dengan system pengelolaan
informal.
Rencana pengembangan kawasan pertambangan ini mencakup beberapa hal berikut :
a. Eksploitasi bahan galian berlokasi di Kecamatan Brebes, Jatibarang, Wanasari, Losari,
Banjarharjo, Ketanggungan, Larangan, Bumiayu, Paguyangan, Songgom, Tonjong,
Sirampog, Bantarkawung dan Salem, dengan potensi bahan minerba dan non logam
meliputi pasir sungai, trass, batu pasir, andesit, lempung grabah, bentonit, gipsum dan
batu gamping;
b. Sistem penambangan yang berlaku saat ini perlu diperhatikan dengan usaha
meminimalkan kerusakan lingkungan. Karena sebagian besar pengelolaan hasil
tambang bahan galian pasir sungai, trass, batu pasir, andesit, lempung grabah, bentonit,
gipsum dan batu gamping merusak lingkungan. Usaha-usaha tersebut adalah :
1) Peningkatan sumber daya manusia dengan pendidikan dan penyuluhan
penambangan;
2) Pembenahan tata usaha pengembangan dan penambangan oleh instansi terkait
terutama perindustrian, pertambangan, perdagangan dan koperasi;
3) Inventarisasi terhadap jenis penambangan yang bersifat informal maupun formal.

IV - 25
c. Studi dan ekplorasi tambang batu gamping meliputi Kecamatan Songgom dan Larangan,
emas, perak, dan platina di Kecamatan Salem, minyak bumi dan pirit (Fes) di
Kecamatan Bantarkawung, batubara di Kecamatan Salem dan Bantarkawung, serta
pasir besi di Kecamatan Brebes.
d. Ekspolrasi dan eksploitasi panas bumi di Kecamatan Sirampog, Paguyangan, Bumiayu
dan Bantarkawung.
e. Dalam rangka mengeksplorasi dan mengeksploitasi kawasan peruntukan pertambangan
harus memperhatikan:
1. kegiatan penambangan harus mendapatkan ijin dari Pemerintah dan atau
Pemerintah Daerah;
2. kegiatan penambangan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian,
kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan;
3. pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi sesuai dengan zona
peruntukkan yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah subur dan/atau
bahan-bahan lainnya, sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali
sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya dengan tetap
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
4. setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah
atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi lahan bekas penambangan;
5. pada kawasan yang teridentifikasi bahan tambang yang bernilai ekonomi tinggi,
sementara pada bagian atas kawasan penambangan adalah kawasan lindung atau
kawasan budidaya sawah yang tidak boleh alih fungsi, atau kawasan permukiman,
maka eksplorasi dan/atau eksploitasi tambang harus disertai AMDAL, kelayakan
secara lingkungan, sosial, fisik dan ekonomi terhadap pengaruhnya dalam jangka
panjang dan skala yang luas; dan
6. menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan
sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian
yang ketat.
Rencana kawasan pertambangan belum bisa direncanakan, tetapi langkahnya adalah :
 Inventarisasi bahan tambang bernilai tinggi yang indikasinya telah ada;
 Eksplorasi kekayaan tambang dan mineral dengan persiapan studi kelayakan,
rencana tindak dan sistem kerjasama yang akan dikembangkan.

4.2.7. Kaw asan Peruntukan Industri


Pengembangan industri besar dan kecil di Kabupaten Brebes diorientasikan pada
pembentukan lokasi industri untuk industri menengah dan besar, sedangkan untuk industri
kecil dengan membuat sentra-sentra industri. Pengembangan kawasan industri meliputi
industri kecil dan industri besar, dengan pertimbangan-pertimbangan potensi alam yang
mendukung dan aksesibilitas yang mudah untuk dikembangkan.
Kawasan Industri direncanakan dengan pertimbangan memenuhi syarat zona industri, yaitu :
a. Terletak pada jalur arteri;
b. Memenuhi syarat secara geografis;

IV - 26
c. Tersedia sumber air baku cukup;
d. Adanya sistem pembuangan limbah;
e. Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah;
f. Tidak menimbulkan dampak sosial negatif.
Rencana pengembangan industri dengan membentuk kawasan atau zone sebagai berikut :
1. Kawasan peruntukan industri menengah dan besar dikembangkan di sepanjang jalan
Arteri Primer Pantura yang mencakup wilayah Kecamatan Losari, Tanjung, Bulakamba
dan Wanasari dengan sifat kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau
teknologi ramah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap
kemungkinan adanya bencana industri;
2. Daerah industri menengah dengan sifat kegiatan agro industri di sekitar jalan arteri
Kecamatan Paguyangan dengan pengawasan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) dan Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) yang ketat;
3. Pembentukan sentra-sentra industri kecil pada sebuah kawasan sebagai berikut :
a. Industri rebana di desa Kaliwadas Kecamatan Bumiayu;
b. Industri minyak nilam di Kecamatan Bantarkawung, Bumiayu, dan Salem;
c. Industri batik tulis di Desa Bentar dan Desa Bentarsari Kecamatan. Salem;
d. Industri keramik dan tembikar di Desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo;
e. Industri tali di Desa Kubangwungu dan desa Tanggungsari Kecamatan
Ketanggungan;
f. Industri telor asin di bagian pantai utara Kabupaten Brebes;
g. Industri sanggul, bandeng duri lunak di Kelurahan Limbangan Wetan Kecamatan
Brebes;
h. Sentra industri soun di Kecamatan Tanjung;
i. Sentra industri pengolahan perikanan di Kecamatan Bulakamba;
j. Sentra industri opak dan biting hio di Kecamatan Tonjong;
k. Sentra industri baru berorientasi teknologi industri yang mendukung sektor
pertanian seperti: padi, cabe dan bawang merah.
Arahan pengelolaan kawasan industri di Kabupaten Brebes meliputi :
1. Pengelolaan sesuai dengan manajemen kawasan peruntukan industri dan
memperhatikan dampak lingkungan;
2. Melibatkan penduduk sekitar dalam proses produksi untuk menghindari kesenjangan di
dalam wilayah dan antar wilayah;
3. Pembinaan industri kecil, rumah tangga dan industri agro dilakukan guna meningkatkan
nilai produk;
4. Pengembangan kegiatan industri baik industri ditunjang oleh ketersediaan sarana dan
prasarana pendukungnya, seperti peningkatan aksessibilitas yang baik, serta suplai air,
listrik dan telekomunikasi yang memadai.
Untuk mendorong iklim investasi pengembangan industri yang lebih baik, pengembangan
jenis industri menengah dan kecil yang tidak terlalu memberikan bahaya lingkungan yang
besar, lokasi dapat dilakukan dimana saja. Aspek yang terpenting adalah jenis industri ini
diharapkan mampu mendukung perkembangan pusat-pusat pelayanan kawasan dan pusat

IV - 27
pelayanan lingkungan dan bahan baku yang dibutuhkan diarahkan berasal dari lingkungan
setempat (local resources). Dengan demikian produksi sektor-sektor lokal dapat diolah
melalui industri lokal setempat, dan ‘multiplier efect’ dari kegiatan produksi ini dapat
memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat dan daerah.

4.2.8. Kaw asan Peruntukan Pariwisata


Kawasan pariwisata di kabupaten Brebes masih dalam lingkup pelayanan lokal, walaupun
ada beberapa yang dapat dikembangkan untuk lebih dari lokal. Kriteria yang dilakukan
untuk pengembangan kawasan pariwisata non lokal meliputi :
 kawasan yang cukup populer di luar kabupaten;
 memiliki keunikan dan kekhasan jenis wisata;
 adanya pengunjung potensial.
Potensi pariwisata alam Kabupaten Brebes meliputi :
1. Wisata alam Telaga Renjeng, di Kecamatan Paguyangan;
2. Waduk Penjalin, di Kecamatan Paguyangan;
3. Waduk Malahayu, di Kecamatan Banjarharjo;
4. Pantai Randusanga Indah, di Kecamatan Brebes;
5. Air Terjun Curug Puteri dan Sumur Penganten, di Kecamatan Sirampog;
6. Kawasan Perkebunan Teh Kaligua di Kecamatan Paguyangan.
Potensi pariwisata buatan Kabupaten Brebes meliputi:
1. Pemandian air panas Cipanas Buaran, di Kecamatan Bantarkawung; dan
2. Pemandian air panas Tirta Husada Kedungoleng, di Kecamatan Paguyangan.
Berdasarkan kriteria tersebut maka lokasi wisata yang dapat dikembangkan untuk wilayah
non lokal/regional adalah :
a. Wisata alam Telaga Renjeng dan Perkebunan Teh Kaligua;
Terletak di sebelah barat Gunung Slamet masuk ke dalam wilayah desa Pandansari,
Kecamatan Paguyangan. Jarak terdekat dengan ibukota Kecamatan yaitu 12 Km.
b. Waduk Penjalin;
Berlokasi di desa Winnduaji Kecamatan Paguyangan kurang lebih 500 meter dari jalan
raya Paguyangan Purwokerto ke arah Barat.
c. Waduk Malahayu.
Berlokasi di desa Malahayu Kecamatan Banjarharjo sejauh kurang lebih 40 Km dari
Ibukota Brebes.
d. Pantai Randusanga Indah;
Terletak di sebelah utara Ibukota Kabupaten Brebes kurang lebih 5 Km.
Pengembangan yang dapat dilakukan adalah melokalisir luasan kawasan wisata untuk
memudahkan pengembangan, terutama menciptakan kawasan wisata andalan.

IV - 28
Sedangkan untuk pengembangan kawasan pariwisata lokal, perlu diupayakan dengan
pengenalan lebih jauh ke seluruh wilayah, sehingga masyarakat umum kabupaten Brebes
mendapatkan informasi. Kawasan pariwisata unggulan untuk wisata lokal adalah
a. Pemandian air panas Cipanas Buaran;
Lokasi di desa Pangebatan Kecamatan Bantarkawung, sejauh 6 Km dari kota Bumiayu
b. Pemandian air panas Tirta Husada Kedungoleng;
Bertempat di desa Kedungoleng kecamatan Paguyangan dengan jarak dari kota
Bumiayu sejauh 12 Km dan dari Kota Brebes sejauh 75 Km ke arah Selatan.
c. Air Terjun Curug Puteri dan Sumur Penganten.
Lokasi di desa Mandala Kecamatan Sirampog lebih dari 100 kilometer dari Ibukota
Kabupaten Brebes.

4.2.9. Kaw asan Peruntukan Permukiman


Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan lindung yang diperlukan sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di daerah perkotaan atau
perdesaan. Kawasan permukiman merupakan kawasan yang dimanfaatkan untuk tempat
tinggal dan kegiatan masyarakatnya. Pada prinsipnya pengembangan kegiatan permukiman
dapat dialokasikan pada lahan-lahan yang kurang produktif dan memiliki kemiringan lereng
dibawah 15%.
Kawasan yang diperuntukkan bagi permukiman, harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Kesesuaian lahan dengan masukan teknologi yang ada;
b. Ketersediaan air terjamin;
c. Lokasi terkait dengan kawasan hunian yang telah ada dan berkembang;
d. Tidak terletak pada kawasan tanaman pangan lahan basah, kawasan yang berfungsi
lindung, kawasan hutan produksi tetap dan terbatas.
Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk menyediakan tempat permukiman yang sehat
dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan yang sesuai untuk
pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Brebes tersebar di seluruh wilayah baik di
perdesaan (rural) maupun perkotaan (urban). Pengembangan permukiman perdesaan
diperkenankan di daerah yang berdekatan dengan desa yang bersangkutan. Hal ini
bertujuan agar perkembangan kegiatan hunian tidak terjadi secara sporadis..
Kawasan permukiman perkotaan dapat terdiri atas bangunan rumah tempat tinggal, baik
berskala besar, sedang, kecil; bangunan rumah campuran tempat tinggal/usaha, dan tempat
usaha. Pengembangan permukiman pada tempat-tempat yang menjadi pusat pelayanan
penduduk sekitarnya, seperti ibukota kecamatan, ibukota kabupaten, agar dialokasikan di
sekeliling kota yang bersangkutan atau merupakan perluasan areal permukiman yang telah
ada. Untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan ini, hendaknya diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
a. Sejauh mungkin tidak menggunakan tanah sawah beririgasi teknis;

IV - 29
b. Sejauh mungkin tidak menggunakan tanah sawah beririgasi setengah teknis, tetapi
intensitas penggunaannya lebih dari satu kali dalam satu tahun.
Pengembangan permukiman pada sawah non-irigasi teknis atau kawasan pertanian lahan
kering diperkenankan sejauh mematuhi ketentuan yang berlaku mengenai peralihan fungsi
peruntukan kawasan. Adapun arahan pengelolaan Kawasan Permukiman di wilayah
Kabupaten Brebes sampai dengan akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2030 terdiri atas :
1. Perlu memperhatikan tata air, budaya lokal serta kepentingan umum;
2. Pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan atas kawasan permukiman
penduduk asli dan kawasan permukiman baru;
3. Pada permukiman atau perumahan nelayan harus dilakukan upaya penataan dan
perbaikan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kawasan. Penempatan
perumahan nelayan baru hendaknya disesuaikan dengan potensi sumber daya sekitar
dan “market” hasil budidaya perikanan;
4. Program pemanfaatan kawasan yang dapat diterapkan untuk kawasan permukiman
baru antara lain: penataan bangunan, pengaturan pengambilan air tanah, reklamasi,
pengaturan batas sempadan bangunan, program penghijauan sempadan, dll;
5. Penetapan kawasan permukiman dilakukan dengan menegaskan kembali fungsi dan
peran kawasan lindung (seperti kawasan sempadan, hutan, dan cagar alam) serta
dalam hal pengaturan bangunan serta tata lingkungan yang dapat mendukung daya
tarik wisata;
6. Bangunan di kawasan permukiman memiliki batasan KDB, KLB yang berbeda-beda,
tergantung dari peruntukan lahannya;
7. Untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang baik, maka hal-hal yang harus
diperhatikan adalah :
a. Untuk bangunan di sempadan sebaiknya tidak ada penambahan bangunan baru,
arsitektur bangunan menunjukkan ciri khas daerah (sebagai estetika kawasan),
ketinggian bangunan tidak melebihi ketinggian bangunan di daerah yang lebih
tinggi (+ 2 lantai), sistem pembuangan domestik (cair dan padat) diatur sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu kualitas air;
b. Jika permukiman yang saat ini telah berkembang di kawasan lindung (hutan),
maka kegiatan budidaya masyarakat perlu diatur agar tidak mengganggu fungsi
lindung sebagai catchment area.
8. Untuk bangunan/permukiman di sepanjang jalan utama arsitektur bangunan diatur
dengan rapi dan indah dengan mencirikan khas masyarakat setempat, kepadatan
bangunan dijaga untuk jangan sampai berubah agar tidak menambah beban jalan,
dikembangkan alternatif pembangunan jalan lokal sekunder yang melayani
pergerakan antar perumahan agar tidak perlu melalui jalan utama.

IV - 30
4.3. Peta Rencana Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

IV - 31
4.4. Peta Rencana Kawasan Budidaya

IV - 32
4.5. Peta Rencana Pola Ruang

IV - 33

Anda mungkin juga menyukai