SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
OLEH:
Penyusun selalu menantikan kritik dan saran yang membangun dan semoga dapat
menjadi referensi bagi para pembaca.
Wisanggeni Y.S
PENDAHULUAN
II.6 Batuan Metamorf
Siklus batuan menunjukkan kemungkinan batuan untuk berubah bentuk. Batuan yang terkubur sangat
dalam mengalami perubahan tekanan dan temperatur. Jika mencapai suhu tertentu, batuan tersebut
akan melebur menjadi magma. Namun, saat belum mencapai titik peleburan kembali menjadi magma,
apa yang terjadi pada batuan tersebut? Batuan tersebut berubah menjadi batuan metamorf.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses metamorfosa pada
batuan yang sudah ada karena perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau Temperatur (T)
dan Tekanan (P) secara bersamaan. Batuan metamorf diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas
atas dasar derajat metamorfosanya, yaitu:
Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami proses metamorfosis. Proses
metamorfosis terjadi hanya di dalam Bumi. Proses tersebut mengubah tekstur asal batuan,
susunan mineral batuan, atau keduanya. Proses ini terjadi dalam solid state, artinya, batuan
tersebut tidak melebur. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa fluida – terutama
air – memiliki peranan penting dalam proses metamorfosis.
1. tekstur
2. struktur
3. komposisi mineral
- berfoliasi
- tak berfoliasi
Batuan metamorf diklasifikasikan berdasakan ada atau tidaknya foliasi. Foliasi adalah
struktur planar pada batuan metamorf yang disebabkan oleh pengaruh tekanan diferensial saat
proses metamorfosis.
JENIS-JENIS METAMORFISME
Metamorfisme Kontak/Termal
Metamorfisme ini faktor dominannya ialah temperatur tinggi. Tekanan confining (tekanan
yang pengaruhnya sama besar ke semua permukaan benda) juga berpengaruh, namun tidak
signifikan. Kebanyakan terjadi < 10 km di bawah permukaan Bumi. Metemorfisme kontak
terjadi pada batuan intrusi jika ada magma yang mengintrusi batuan tersebut. Prosesnya
menghasilkan efek yang dikenal dengan sebutan baking effect. Zona kontak ini (disebut
aureole) tidak terlalu luas, hanya sekitar 1 – 100 meter. Karena tekanan diferensial (tekanan
yang pengaruhnya tidak sama besar ke semua permukaan benda) juga tidak terlalu signifikan,
batuan metamorf yang terbentuk biasanya tidak terfoliasi.
Metamorfisme Regional/Dinamotermal
Metamorfisme ini terjadi pada kedalaman yang signifikan yakni > 5 km. Batuan jenis ini
merupakan yang paling banyak tersingkap di permukaan. Biasanya pada dasar pegunungan
yang bagian atasnya tererosi. Batuan dari proses ini kebanyakan terfoliasi, menandakan
tingginya tingkat tekanan diferensial (akibat gaya tekonik). Temperatur saat terjadi proses ini
bervariasi, tergantung oleh kedalaman dan kehadiran badan magma. Kehadiran mineral
indeks dapat menentukan tingkat tekanan dan temperatur proses rekristalisasi. Contohnya:
schisthijau dan batuschist yang mengandung mineral klorit, aktinolit, dan plagioklas kaya
sodium, terbentuk pada P & T lebih rendah; sedangkan amphibolit yang mengandung
hornblende, plagioklas feldspar, dan terkadang garnet, terbentuk pada P & T lebih tinggi.
Metamorfosis regional
Terjadi karena perubahan temperature dan tekanan bersama-sama. Meliputi daerah yang luas, biasa
dijumpai didaerah tektonik, misal pembentukan pegunungan ‘zona tunjam’
Penamaan batuan metamorf didasarkan atas tekstur, struktur dan komposisi mineral yang
menyusun batuan tersebut. Adapun tekstur batuan metamorf terdiri dari: Bentuk butir
granoblatik (terdiri dari mineral-mineral granular), lepidoblastik (terdiri dari mineral-mineral
pipih), dan nematoblastik (terdiri dari mineral-mineral orthorombik), sedangkan teksturnya
ada foliasi, dan non foliasi.
Tekstur foliasi (tekstur batuan metamorf yang memperlihatkan adanya orientasi dari
mineralnya). Struktur batuan metamorf dapat terdiri dari struktur schistose (struktur batuan
metamorf yang memperlihatkan perselingan orientasi mineral pipih dan mineral granular /
nematoblastik), gneistose (struktur batuan metamorf yang memperlihatkan hubungan dari
orientasi mineral pipih dan mineral nematoblastik/granular yang saling berpotongan/tidak
menerus), hornfelsic (struktur batuan metamorf yang hanya tidak memperlihatkan foliasi).
Derajat Metamorfosa
Derajat metamorfosa adalah suatu tingkatan metamorfosa yang didasarkan atas temperatur
(T) atau tekanan (P) atau keduanya T dan P.
Tabel dibawah ini adalah nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat metamorfosa,
serta batuan asal.
Struktur Batuan Metamorf
a. Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
- Struktur Slatycleavage
- Struktur Gneissic
- Struktur Phylitic
- Struktur Schistosity
Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral
penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
- Struktur Hornfelsik
- Struktur Milonitik
- Struktur Kataklastik
- Struktur Flaser
- Struktur Pilonitik
- Struktur Augen
- Struktur Granulosa
- Struktur Liniasi
II.6.1 Batuan Metamorf Foliasi
Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut tipe foliasinya. Makin jelas foliasinya, makin tinggi
derajat metamorfosisnya (menandakan makin tingginya tekanan/temperatur).
Berasal dari foliatus atau berdaun yaitu orientasi kesejajaran mineral penyusun batuan
metamirf, tetapi harus dibedakan dengan orientasi perlapisan batuan sediment, sama sekalai tidak ada
hubungan dengan sifat perlapisan batuan sediment.
Berdasarkan kenampakan
1. kristaloblastik
2. palimset / sisa / relic
Kristaloblastik
bila tekstur batuan asal tak kelihatan lagi digunakan istilah blastik kemudaian kita lihat fabriknya.
Berdasarkan sifat butir / kristal dan hubungannya dengan yang lain dibagi :
Jenis Tekstur :
Bentuk tekstur :
Palimset/ Sisa
Tekstur asli dari batuan asal masih sangat terlihat / tersisa, digunakan awalan BLASTO untuk
penamaannya.
Saran
Sebaiknya jumlah dan jenis peraga batuan metamorf di laboraturium ditambah lagi.
Daftar Pustaka
Ir. Mawardi. 2006. Buku Batuan Untuk SMK. Yogyakarta : SMK N 2 Depok
www.wikipedia.com
www.google.com