2020-03-26 - Nas1 Anas
2020-03-26 - Nas1 Anas
Oleh
Anas Ahmadi/anas_ahmadieni@yahoo.com
Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya
sedang belajar di Fakultas Bahasa dan Budaya Universitas Huaqiao, China
Abstrak
Dalam penelitian ini dipaparkan tentang simbol Kuan Im di Kuil (Budha
Mahayana) China selatan. Teori yang digunakan adalah struktural-antropologi dan
psikologi. Penelitian yang berpendekatan kualitatif ini menggunakan data dari
artsitektur Kuil Kuan Im. Teknik pengumpulan data (1) pengamatan, (2) pemotretan, (3)
perekaman, dan (4) pewawancaraan.
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, struktur yang dimunculkan dalam simbolisme Kuan Im adalah struktur diadik
yang terbagi dalam oposisi (i) kuil berpagoda---kuil tanpa pagoda, (ii) maskulin---
feminim, (iii) kuat---lembut, (iv) tertutup (introversi)---terbuka (ekstroversi), dan (v)
anima ---animus. Kedua, Fungsi mediasi kolektif dari simbolisme tersebut adalah Kuan
Im mempunyai simbolisme/figurasi dan hal itu menunjukkan bahwa Kuan Im memang
yang paling tinggi dan melampaui dewa ataupun dewi. Karena itu, ia bisa
mewujud/menjadi apa saja untuk membantu umat manusia di bumi.
Abstract
In this research explained about symbol Kuan Im in (Mahayana Buddhist) Temple
southern China. The theory used is structural-anthropology and psychology. This qualitative
approach research uses data from architecture Kuan Im Temple. Data collection techniques (1)
observation, (2) photographing, (3) recording, and (4) interviewing.
Based to the purpose of the research, the result shows that. First, the structure of which
appear in the symbolism of Kuan Im is a dyadic structure is divided in opposition (i) --- berpagoda
temple pagoda temples without, (ii) --- masculine feminine, (iii) strong --- soft, (iv) closed
(introversion) --- open (extroversion), and (v) --- anima animus. Second, the collective mediation
function of the symbolism is Kuan Im having symbolism / figuration and it shows that the Kuan
Im is the most high god or goddess and beyond. Because of that, he could have come into/be
anything to help humanity on earth.
PENDAHULUAN
(2000; Morris, 2003b) bukanlah menghormati atau mencerca, tetapi lebih pada
sikap kritis. Salah satu peneliti yang melakukan hal tersebut, misal, Alan
98
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
Dundes ketika ia meneliti unsur folklor dalam Quran (2003) dan folklor dalam
Bible (1999). Dundes tidak memaparkan konsepsi benar atau salah, melainkan
konteks ini, kajian dispesifikasikan pada masalah simbol Kuan Im yang terdapat
dalam ‚Legenda Kera Sakti‛ yang ditayangkan oleh ANTV sekitar tahun 1990an
legenda tersebut, Kuan Im digambarkan sebagai sosok yang welas asih yang
memberikan bantuan pada si Kera Sakti yang nakal dan selalu berbuat
kerusakan di bumi dan di (istana) langit. Pada beberapa segmen di film tersebut,
saat ini, sepanjang amatan peneliti, para peneliti yang membahas Kuan Im
1
Ada dua versi mengenai eksistensi Kuan Im. Pertama, versi yang menyatakan bahwa Kuan Im
berkait dengan Budha (Mahayana). Kedua, versi yang menyatakan bahwa Kuan Im tidak berkait
dengan Budha (Mahayana). Penulis lebih sependapat dengan yang pertama sebab beberapa praktisi
yang menulis Kuan Im mengaitkan Kuan Im dengan Budha.
99
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
pemfeminiman, yakni (1) biksuni (nun), (2) perempuan awam/desa (lay woman),
(3) istri dari laki-laki tua (wife of an elder), (4) wanita penghuni/penjaga rumah
(householder girl), (5) wanita pekerja/pejabat (official girl), (6) perempuan brahma
Idema hanya saja, Dudbridge mengaji mulai dari awal mula munculnya Kuan
legenda-legenda tentang Kuan Im, baik yang berupa cerita rakyat (folktale)
Kuan Im dalam konteks ini sebenarnya terpilah menjadi tiga, yakni Kuan
masyarakat China, dan Kuan Im dalam konteks seni (arts). Perpaduan keduanya
100
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
struktur yang terdapat di Kuil Kuan Im di China Selatan dan (2) bagaimanakah
mediasi kolektif yang dimunculkan dari struktur Kuil Kuan Im di China Selatan?
Adapun tujuan penelitian, yakni (1) memaparkan struktur yang terdapat di Kuil
LANDASAN TEORI
Seni (arts) merupakan bagian dari wilayah kajian antropologi. Karena itu,
seni bisa ditinjau dari perspektif antropologi, salah satunya adalah struktural-
digunakan oleh para antropolog untuk menelaah budaya dan juga cerita rakyat
dipandang dan diakui sebagai teori yang holistis oleh beberapa pakar, misal
eksplanatoris. Struktur yang bersifat teoretis tidak ada kaitannya dengan realitas
berada di balik apa yang kita amati, sembari menghasilkan. Jadi, struktur tidak
Hubungan yang dibayangkan oleh Claude Lévi Strauss di sini mirip dengan
101
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
yang diisyaratkan oleh Saussure antara langue dan parole (Strinati, 2007:107).
Karena itu, Claude Lévi Strauss mampu membedah hubungan triadik yang
Pemikiran itulah yang membedakan antara Claude Lévi Strauss dengan para
antropolog pendahulunya.
antropologi menjadi lebih kokoh. Oposisi biner tersebut bisa berkait dengan
masyarakat kolektif.
Karena itu, mediasi yang mereka lakukan kadang-kadang tidak disadari. Dengan
2012:7). Dalam konteks ini, mediasi tersebut bisa muncul melalui logika-logika
102
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
METODE PENELITIAN
cara memaparkan data-data yang diperoleh penulis dari lapangan, referensi, dan
wawancara. Sumber data dan data yang digunakan berupa arsitektur yang
berkait dengan Kuan Im di dua kuil Kuam Im yang terletak di Xiamen, Provinsi
Fujian, China selatan. Teknik pengumpulan data penelitian ini, meliputi langkah
tidak terstruktur pada biksu kuil Kuan Im dan penganut Budha). Teknik analisis
data, yakni (1) identifikasi, (2) klasifikasi, (3) analisis, (4) penyimpulan, dan (5)
verifikasi.
PEMBAHASAN
Indonesia ia dikenal dengan Kuan Im/Kwan Im. Ia dianggap sebagai dewi yang
Sebagai dewi welas asih ia pun bersumpah tak akan ke nirvana sebelum
dinasti Sung (960--1126) jelas-jelas berbentuk maskulin. Tetapi setelah periode itu
Sang Bodhisattva selalu dipuja dengan bentuk feminin Perubahan itu tidak
103
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
begitu bersifat seksual tetapi cuma simbolis bagi orang China, feminin
tangan seribu (di China) merupakan manifestasi dari dewa Siwa di India.
benar.
legenda Kuan Im. Pada masa itu, sosok Kuan Im muncul dengan nama kecil
dan Miaoyuan. Ketika besar, Miaoshan diminta oleh sang raja menikah. Namun,
500 biarawati tersebut hilang tanpa jejak. Hanya tinggal Miaoshan yang duduk
tegak sambil membaca sutra dan api tidak bisa membakarnya. Setelah itu, ia
neraka.
banyak sekali orang yang susah. Ia pun menolongnya. Namun, selalu saja masih
banyak orang yang belum tertolong. Akhirnya, Kuan Im terjatuh dan meninggal.
kelebihan tangan seribu agar bisa membantu umat yang menderita (Mahäthera,
104
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
2007). Kemudian, Kuan Im kembali ke alam fana dan membantu umat manusia
berjubah putih dengan rambut panjang tergelung tinggi dan bermahkota. Bentuk
gambaran itu jelas-jelas feminin kecuali bahwa dia memiliki dada maskulin!
Inilah sejauh hal pemanusiaan Kuan Im —manusia tidak boleh lupa bahwa dia
adalah perwujudan karuôä, yang melampaui jenis kelamin! Agar sejalan dengan
(Mahäthera, 2007:23).
Kuil ini terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, bagian luar, terdapat patung
(ukuran besar) Budha tidur, patung singa penjaga (yang merupakan manifestasi
dari dewa), arsitektur pahatan batu yang mengisahkan Kuan Im, altar pemujaan.
Kedua, bagian dalam (tempat pemujaan) terdapat patung (ukuran besar) Kuan
Im Tangan Seribu yang terletak dibagian ruang utama. Di ruang tersebut Kuan
benda duniawiah. Adapun pada bagian sisi kanan belakang terdapat dua
patung dewa.
105
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
Kuil (Kuan Im) Tangan Seribu (gambar 1) merupakan kuil yang dibangun
(Mahäthera, 2007:23) dalam filosofi Cina kuna, gunung (dianggap sebagai ‘naga’)
adalah tempat keramat —tempat yang amat baik untuk mendirikan patung
terletak di lereng gunung. Kuil ini juga terbagi menjadi dua bagian. Pertama,
bagian depan, dibagian ini terdapat altar pemujaan, pahatan dari batu motif
bunga teratai (lotus) yang menyimbolkan Kuan Im. Bagian dalam, ruang
106
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
panjang.
Kuil Kuan Im (gambar 2), menurut Bikshu Wang Wei Li (50 th)2,
merupakan kuil yang dibangun pada tahun 1994. Usianya masih muda. Karena
itu, di bagian belakang kuil (bagian kanan) masih dibangun beberapa gedung
untuk sarana pemujaan. Adapun di bagian belakang (bagian kiri) masih proses
Struktur Diadik
keperkasaan, dan kekuatan. Karena itu, kuil tersebut adalah kuil Tangan Seribu.
2
Wawancara tanggal 20 Maret 2014 di Xiamen, Fujian, China Selatan
107
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
Kuan Im dengan Tangan Seribu mampu membantu segala derita umat manusia.
Adapun kuil Kuan Im yang kedua tidak berpagoda. Di sekitar area kuil
tersebut terdapat artsitektur lotus (teratai/seroja) yang ada di area pagar dan
Dok. Penulis
feminim daripada maskulin. Lotus warna putih bersih dan mampu hidup
dilumpur bahkan pada saat tanah kering pun lotus masih bisa bertahan hidup.
Selain warna putih, lotus juga ada yang berwarna merah. Lotus jenis ini adalah
lotus yang disukai masyarakat China sebab mitosnya warna merah mengandung
lotus putih.
108
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
Dok. Penulis
Jika ditelusuri secara historis, simbol lotus bukanlah murni berasal dari
Buddha, Kuan Im. Simbol lotus muncul (D’Alviella, 2000:31 & 157) dari Mesir
(Egypt) Kuna (sekitar 3150 SM), adapun ajaran Buddha ditengarai baru muncul
digunakan oleh agama Hindu dalam bentuk yang agak berbeda, yakni trisula.
Namun, unsur kemiripan dengan simbol lotus masih ada. Simbol tersebut
perkembangan zaman.
Dok. D’Alviella
Struktur Diadik
Pada kuil pertama dan kuil kedua menghasilkan struktur diadik tampak
seperti berikut.
109
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
Maskulin —feminim
Kuat—lembut
Anima-Animus
dioposisikan dengan tidak berpagoda. Dalam konteks ini, tidak ada istilah
dibuat model perkasa dan kuat yang sebenarnya kesan-kesan tersebut lebih
mengarah pada bentuk maskulin; dan (2) pagoda yang menyimbolkan penis
memegang daun panjang. Patung tersebut lebih mengarah pada bentuk feminim;
dan (2) bentuk (form) artsitektur lotus yang menyimbolkan kefeminiman. Jika
diri pada Budha, haruslah bisa menenangkan diri dari hasrat duniawiah agar
bisa menuju nirvana (dunia langitan) dengan mudah. Simbol ini dioposisikan
menolong sesama, tidak hanya berkutat pada tempat isolasi saja, melainkan juga
110
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
harus menjadi manusia yang membumi (tidak hanya memikirkan diri sendiri).
seimbang (balance of power). Selain itu, konsep anima (jiwa perempuan yang ada
di jiwa laki-laki) dan animus (jiwa laki-laki-laki yang ada di jiwa perempuan)
Dewa Tangan Seribu bukanlah sebuah masalah. Hal ini disebabkan Kuan Im
adalah yang Satu. Jika mengikuti pemikiran Jungian (Jung, 1981:355), istilah
tersebut disebut mandala3 sebuah lingkaran utuh yang tak terpecahkan. Ada
kesatuan yang utuh yang tidak terpecahkan. Dia adalah yang ‘Ada’ yang berada
dalam keti-‘Ada’-an (nothingness). Penganut Buddhism, misal Shu Hui4 (26 th)
ataupun Wang Li Cheng5 (25 th) memercayai bahwa Kuan Im memiliki bentuk
(form) yang berbeda dalam artian ‘malih rupa’. Bagi mereka, dengan adanya
3
Istilah mandala yang digunakan oleh Carl G. Jung sebenarnya mengadaptasi dari Hinduism.
Namun, jauh sebelum itu, konsep mandala sudah muncul pada zaman Yunani Kuna.
4
Wawancara tanggal 21 Maret 2014 di Xiamen, Fujian, China Selatan
5
Wawancara tanggal 22 Maret 2014 di Xiamen, Fujian, China Selatan
111
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
dan melampaui dewa ataupun dewi. Karena itu, ia bisa mewujud/menjadi apa
bahwa laki-laki itu kuat dan perkasa. Hal ini berkaitan dengan kultur budaya
langsung. Hal ini tampak dalam kehidupan keseharian bahwa sepasang suami-
istri lebih menyukai anak mereka lahir laki-laki bukan perempuan. Bahkan,
baru-baru ini (tahun 2013) diberitakan ada seorang ibu yang membuang anaknya
sakit, dan dititipkan ke panti asuhan. Bahkan, berdasarkan hasil riset Tsomo et.al
SIMPULAN
simbolisme Kuan Im adalah struktur diadik yang terbagi dalam oposisi (i) kuil
bahwa Kuan Im memang yang paling tinggi dan melampaui dewa ataupun
112
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
dewi. Karena itu, ia bisa mewujud/menjadi apa saja untuk membantu umat
menyimbolkan bahwa laki-laki itu kuat dan perkasa. Hal ini berkaitan dengan
dengan simbolisme lotus yang memiliki artian lemah lembut dan welas asih
113
URNA, Volume 3, Nomor 1, hal: 98-108
DAFTAR PUSTAKA
114