Pengertian dan metoda pengetesan dari parameter tersebut dibahas dalam uraian berikut:
Nilai ECT adalah nilai tekanan maksimal sebelum deformasi dibagi dengan panjang
spesimen. Satuannya dinyatakan dalam Kgf/cm. Nilai ECT ini berkorelasi positif dengan kekuatan
tekanan tegak box, Box Compression Strength Test (BCT). Artinya semakin besar nilai ECT maka
semakin besar pula kekuatan tekanan tegak box nya.
Beberapa jenis potongan spesimen menurut standar metoda test yang berlaku sebagai berikut:
Spesimen diletakan di alat penekan universal, sama dengan alat ukur ECT, namun tidak perlu pakai
holder. Setelah diletakkan di tengah bidang alat ukur, mesinnya dihidupkan dan akan menekan
spesimen dengan kecepatan tetap. Tekanan yang diterima oleh spesimen akan ditunjukkan di
display. Nilainya akan terus meningkat seiring bertambahnya tekanan, dan akan berhenti pada
Parameter kualitas box yang berkorelasi dengan FCT adalah kekuatan tekan tegak box. Apabila
corrugated sheet mempunyai FCT yang tinggi artinya pola flute tidak akan cepat rubuh apabila
mendapat tekanan mendatar. Ketebalan sheet akan bertahan, tidak mudah mengalami penipisan.
Ketebalan sheet ini berkorelasi positif degan BCT.
Prinsip dari metoda uji ini adalah dengan menarik kearah berlawan bidang lem antara lapisan liner
dengan flutingAlat untuk uji PAT ini berupa satu set rangkaian jarum yang tersusun rapi dengan
ukuran dan jarak tertentu. Ukuran dan jarak ini sesuai dengan jenis fluting yang akan di test, dan
tidak bisa dipertukarkan untuk flute yang berbeda.
Spesimen dipotong berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 x 15 cm. Hal terpenting dalam
proses pemotongan ini adalah bentuk potongan harus tegak lurus dengan alur fluting. Kedalam
potongan spesimen ini dimasukkan jarum alat PAT yang sesuai.
Salah satu faktor yang penting dari unsur proteksi sebuah kemasan adalah ketahanan terhadap
tekanan jebol atau ketahanan retak . Tekanan jebol yang berasal dari lingkungan atau dari luar
kemasan dan juga tekanan jebol dari barang yang dikemas ke arah luar.
Tekanan jebol atau Bursting Strength Test (BST) dari corrugated sheet merupakan jumlahan dari
BST masing-masing kertas penyusunnya. Memang nilainya tidak sama persis karena ada faktor
proses yang mempengaruhi BST akhir. Untuk evaluasi, BST suatu corrugated sheet hanya
diperhitungkan dari BST kraft linernya saja.
Pengukuran BST corrugated sheet hampir sama dengan pengukuran kertas. Corrugated sheet yang
akan di tes dimasukkan ke BST tester. Apabila ukurannya cukup besar dan menyulitkan bisa
dipotong. Corrugated sheet dijepit di alat tester dengan kekuatan jepit tertentu.
Alat bursting streng tester sesuai dengan prinsip Mullen merupakan standar bagi kebanyakan
institusi . JW Mullen adalah yang pertama kali mengembangkan alat hydraulic bursting
strengthpada awal 1887.Hingga saat ini prinsip alat yang sama masih banyak digunakan namun
mengalami kemajuan dalam hal material yang lebih baik, peralatan elektronic yang modern dan
penggunaan teknologi micro computer yang memberikan hasil test yang lebih akurat.
Prinsip alat ini adalah memanfaatkan tekanan fluida untuk menjebol spesimen karton. Fluida dari
alat tersebut tidak bersentuhan langsung dengan karton karena ada membran pembatas. Pada saat
karton jebol oleh tekanan membran fluida, skala ukuran tekanan akan menunjukkan angka yang
bersesuaian pada kondisi jebol tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa BST dari corrugated board sesuai dengan prinsip Mullen tidak dapat
digunakan untuk double wall board dengan grammature sangat tinggi dan triple wall board karena
hasilnya tidak akurat.
Pada saat melakukan test bursting, hal yang penting untuk diperhatikan adalah besarnya tekanan
yang diberikan pada saat penjepitan karton yang akan di test. Tekanan jepit yang terlalu rendah
akan memberikan nilai BST yang tidak akurat. Tekanan jepi yang rendah akn memberikan nilai
BST yang tinggi. Apabila tekanan jepit dinaikkan maka nilai BST akan semakin turun.
Kesetimbangan nilai BST mulai terjadi pada tekanan jepit 300 kpa. Disarankan tekanan jepit berada
pada nilai diatas itu.
Sebelum digunakan, setiap alat bursting tester harus dikalibrasi. Caranya dengan melakukan test
bursing pada alumunium foil yang telah memiliki nilai busrting standar tertentu. Ada dua macam
alumunium foil untuk test, yakni high pressure (standar BS 11,4 kgf/cm2) untuk test karton
gelombang dan low pressure (standar BS 5,8 kgf/cm2) untuk test kraft liner.
Output dari test ini berupa nominal beban maksimal yang dapat ditahan oleh box. Perlu
diperhatikan bahwa beban ini merupakan beban maksimal sesaat. Pembebanan selama proses
pengujian juga dilakukan dalam kondisi dinamis yang ajeg atau steady. Tidak ada unsur kejutan
2. Drop Test
Box dibentuk sempurna dan diisi dengan produk yang akan dikemas. Dalam kondisi tertentu karena
pertimbangan biaya, produk yang dikemas bisa berupa dummy. Setelah dikemas sempurna, box
tersebut di jatuhkan dari ketinggian tertentu ke bidang datar yang keras dan tidak lentur atau
memantul. Proses ini diulang beberapa kali sesuai kebutuhan. Output dari test ini berupa
pengamatan visual terhadap kemasan beserta produk yang dikemasnya. Pengamatan meliputi
kerusakan secara kualitatif.
Berbeda dengan proses BCT, dalam proses uji jatuh ini kondisi yang berpengaruh dalam adalah
efek kejut. Efek kejut ini menjadi penting karena dalam handling dilapangan atau proses distribusi
karton dan produknya sering mengalami perlakuan dibanting atau dilempar
3. Vibration Test
Dalam pengujian ini, box diberi beban vertikal dan horizontal secara dinamis. Uji ini merupakan
upaya peniruan kondisi proses distribusi dimana box mengalami goncangan vertikal dan horizontal
secara dinamis selama perjalanan di jalur distribusi.
C. Standar Kualitas Nasional dan Internasional
1. Spesifikasi Karton Gelombang SNI. 14.1439-1998 (Revisi)
a. Karton Gelombang Dinding Tunggal (Single Wall)
Jml
GSM Liner Minimum BST Minimum ECT
g/m2 Kgf/cm2 kPa Kgf/cm kN/m
250 7.5 735 3.2 3.13
300 9.0 882 3.6 3.53
400 12.0 1176 4.5 4.41
550 15.4 1510 5.7 5.59
600 17.0 1657 6.0 5.88
b. Karton Gelombang Dinding Ganda (Double Wall)
Jml
GSM Liner Minimum BST Minimum ECT
g/m2 Kgf/cm2 kPa Kgf/cm kN/m
375 9.0 882 5.1 5.00
425 10.6 1039 5.5 5.39
525 14.7 1440 7.0 6.86
675 19.0 1862 7.6 7.45
725 20.0 1960 8.0 7.84
Center liner didasarkan pada kertas medium 125 gsm
Ketentuan pengangkutan untuk kemasan corrugated box dapat diringkaskan sebagai berikut:
Spesifikasi box harus disebutkan (menggunakan parameter BCT atau ECT) untuk berat
tertentu dari barang yang akan dikemas.
Ukuran box tidak boleh melebihi batas yang ditentukan (ukuran disini adalah jumlahan
panjang, lebar, dan tinggi dari ukuran luar box)
Kegagalan dalam memenuhi aturan pengangkutan bisa dikenai penalti semisal ongkos yang lebih
mahal, penolakan oleh angkutan atau tidak dibayarnya claim atas kerusakan barang.
Ketentuan ini juga mengharuskan pencantuman Box Manufacturer’s Certificate (BMC) yang
dicetak di bagian bawah dari kemasan box . Contoh BMC seperti gambar berikut:
a. Single Wall
1. UN Packaging symbol:
Simbol ini menyatakan bahwa packaging sudah di test dan lolos dari uji performance kemasan UN.
Simbol ini tidak boleh dipakai sembarangan khususnya untuk kemasan yang belum dilakukan
pengujian
Materials of Construction
A – Steel
B – Aluminum
C – Natural wood
D – Plywood
F – Reconstituted wood
G – Fiberboard
H – Plastic material
L – Textile
M – Paper, multi-wall
N – Metal (other than steel or aluminum)
P – Glass, porcelain or stoneware (not used in these regulations)
3. Packing Group
Packing group menyatakan tingkatan bahaya dari barang berbahaya yang dikemas.
Berikut ini adalah kode yang dipakai untuk menentukan group barang berbahaya yang akan
dimasukan dalam kemasan.
6. Year of Manufacture:
Menyatakan tahun kemasan ini dibuat. Penulisannya berupa dua angka terakhir dari tahun
pembuatan
7. Origin of Manufacture:
Menyatakan negara asal kemasan ini dibuat.
8. Manufacturer Code:
Bagian terakhir dari tanda UN menyatakan kode dari pabrik pembuat kemasan.