Anda di halaman 1dari 134

PEMBELAJARAN ALQURAN MENGGUNAKAN METODE IQRO’

(Penelitian di Kelas I Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Alfian Ambarok

(115011615)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AT-TAQWA

KPAD GEGERKALONG BANDUNG

2020
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Penerapan Metode

Iqro’ untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Alquran ini beserta seluruh

isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan

atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya

apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 7 Desember 2020

Yang membuat pernyataan,

(Alfian Ambarok)

i
LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN ALQURAN MENGGUNAKAN METODE IQRO’


(Penelitian di Kelas I Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat)

Oleh:
Alfian Ambarok
NIM. 115.01.1615

Menyetujui,

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBELAJARAN ALQURAN MENGGUNAKAN METODE IQRO’


(Penelitian di Kelas I Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat)

Oleh:
Alfian Ambarok
NIM. 115.01.1615

Lulus diujikan pada tanggal 9 Januari 2021

Penguji I Penguji II

(Wahyudin, M.Pd.) (Mukarom, M.Ag.)

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah selalu teriring puji syukur sebagai bentuk terima kasih atas

limpahan taufik, rida, dan hidayah yang telah Allah Ta’ala berikan, sehingga dalam

kesempatan ini memberikan kemudahan dan kelapangan dalam penyusunan tugas

akhir kuliah berupa skripsi, sebagai prasyarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan.

Selawat serta salam selalu tercurah kepada khatamul anbiya’ Nabi

Muhammad shallallaahu ‘alaihi wassalam yang selalu menjadi inspirator bagi

peneliti dalam segala aktivitas. Tak lupa selawat salam juga tercurah kepada seluruh

keluarga Nabi, sahabat, dan orang-orang yang berjalan teguh di atas ajarannya.

Tak lupa ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut serta

membantu dalam penyusunan skripsi berjudul “Penerapan Metode Iqro’ untuk

Meningkatkan Kemampuan Membaca Alquran” ini dari awal sampai akhir.

Adapun ucapan terima kasih secara khusus peneliti sampaikan kepada:

1. Wahyudin, M.Pd, selaku Ketua STIT At-Taqwa Bandung.

2. Ediat, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam STIT At-

Taqwa Bandung, dan selaku Pembimbing II.

3. Dr. Isop Syafe’i, M.Ag. selaku pembimbing I yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi.

4. Bapak dan ibu dosen serta segenap civitas akademik STIT At-Taqwa

Bandung.

iv
5. Segenap keluarga, terutama istri, ayah dan ibu yang selalu mencurahkan

kasih sayang, perhatian, kesabaran, ketabahan serta untaian do’a yang tulus

sepanjang waktu demi keberhasilan penelitian.

6. Pimpinan dan Pengasuh, DR. Iskandar Mirza, M.Ag. beserta staf yang telah

berkenan mengizinkan penelitian di Pondok Pesantren Integritas Qurani

Bandung Barat.

7. Utsadz Khirul Rizal selaku Mudir Tahfidh PPIQ, dan para asatidz yang telah

bersedia memberikan informasi penting pada saat wawancara.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu memberikan bantuan, motivasi,

inspirasi, nasihat semangat hidup, pelajaran hidup, dan dukungan.

Semoga jasa baik yang telah diberikan mendapat balasan dan rida dari Allah

Ta’ala dan dicatat sebagai amal saleh.

Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi peneliti pada khususnya

dan pembaca yang budiman pada umumnya.

Bandung, 7 Desember 2020


Peneliti,

Alfian Ambarok
115011615

v
ABSTRAK

Alfian Ambarok (2020). Pembelajaran Alquran Menggunakan Metode Iqro’


(Penelitian di Kelas I Pondok Pesantren Integritas
Qurani Bandung Barat)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebagian besar santri baru di Pondok


Pesantren Integritas Qurani yang kemampuan membaca Alquan secara baik masih
sangat rendah, sehingga pesantren mempersyaratkan pembelajaran Iqro’ bagi setiap
santri baru. Metode iqra’ merupakan salah satu metode membaca Alquran yang
menekankan langsung pada latihan membaca. Metode Iqra’ ini termasuk salah satu
metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini sudah umum
digunakan ditengah-tengah masyarakat.

Adapun Tujuan ini adalah: (1) Mengetahui perencanaan metode iqra’


Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat, (2) Mengetahui Penerapan
metode iqra’ di Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat, (3) Mengetahui
kemampuan santri dalam membaca Alquran setelah menggunakan metode Iqro’.

Metode yang digunakan dalam peneliian ini adalah metode penelitian


kualitatif. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah Observasi,
wawancara, dan Dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini adalah dengan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian di kelas I Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung


Barat, menunjukkan yaitu: (1) Proses perencanaan pembelajaran, langkah awal
yang dilakukan adalah penentuan model pembelajaran Al-Qur’an, penyusunan
pedoman pembelajaran, melakukan tes awal penerimaan santri baru, penyusunan
jadwal, alat, media yang akan digunakan dan evaluasi yang akan digunakan. (2)
Proses pelaksanaan pembelajaran yaitu pertama ustadz melakukan tahapan-tahapan
yang dimulai dari persiapan dengan cara memberikan apersepsi kepada para santri
dengan cara bertanya, meminta kepada santri untuk membacakan beberapa surat-
surat pendek, selanjutnya ustadz menyampaikan materi-materi pokok sesuai
pedoman pembelajaran metode iqra’. (3) Hasil dari penerapan metode Iqro’ ini bisa
diketahui pada Proses evaluasi yang dilakukan dengan model evaluasi sehari-hari,
evaluasi mingguan dan evaluasi akhir semester.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR BAGAN.......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 8
E. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 9

vii
BAB II KAJIAN TEORETIS........................................................................ 15

A. Pengertian Metode dan Pembelajaran ......................................................... 15

1. Pengertian Metode ............................................................................. 15


2. Pengertian Pembelajaran .................................................................... 16

B. Pengertian Iqro’ ........................................................................................... 21

1. Pengertian Metode Iqro' ..................................................................... 21


2. Sejarah Perkembangan Metode Iqro' ................................................. 22
3. Karakteristik Metode Iqro' ................................................................. 26
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Iqro' .......................................... 28

C. Macam Macam Metode dalam Membaca Alquran ..................................... 31

1. Metode Qiroati ................................................................................... 32


2. Metode an-Nahdliyah......................................................................... 33
3. Metode Yanbu’a, Kudus .................................................................... 35
4. Metode Tartili, Jember ....................................................................... 36

D. Konsep Membaca Alquran .......................................................................... 37

E. Kemampuan Membaca Alquran .................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 44


A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 44
B. Variabel Penelitian ...................................................................................... 45
C. Objek Penelitian .......................................................................................... 47
D. Subjek Penelitian ......................................................................................... 48
E. Tehnik Penelitian ......................................................................................... 48
F. Keabsahan Data ........................................................................................... 52
G. Tehnik Analisis Data ................................................................................... 55

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................. 59
A. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 59
B. Hasil Penelitian............................................................................................ 67
1. Perencanaan Pembelajaran Iqro' ........................................................ 68
2. Penerapan Pembelajaran Iqro' ............................................................ 75
3. Hasil Penerapan Pembelajaran Iqro' .................................................. 83

C. Pembahasan ................................................................................................. 88

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 106


A. Simpulan ..................................................................................................... 106
B. Saran ............................................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109


LAMPIRAN .................................................................................................... 110
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 124

ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Hubungan Metode Iqro' .................................................................. 12
DAFTAR TABEL

Tabel 4.4 Jadwal Pembelajaran Iqro' ............................................................... 65


Tabel 4.5 Lembar Penilaian Pembelajaran Iqro' ............................................. 66
Tabel 4.6 Lembar Evaluasi Bulanan ............................................................... 66
Tabel 4.7 Perkembangan Santri Bulanan ......................................................... 93
Tabel 4.8 Hasil Tes Akhir ............................................................................... 95
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.3 Gambar Tabel Tes Santri Baru .................................................... 62
Gambar 4.4 Wawancara dengan Ustadz .......................................................... 69

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam menaruh perhatian besar terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan ini, karena sejak islam diturunkan pertama kali, atau dengan kata

lain wahyu pertama turun kepada Rasul Muhammad SAW adalah berisi

pengembangan ilmu pengetahuan. (Departemen Agama RI,2005)

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Islam menjelaskan bahwa

apabila manusia mau beriman kepada Allah dan menguasai ilmu pengetahuan

maka ia akan memperoleh derajat yang tinggi. Karena itu pula islam memotivasi

umatnya untuk belajar giat guna menguasai ilmu pengetahuan. Islam

menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib. (Nur, 2009).

Di antara tugas yang memerlukan keseriusan yang sangat dan

kepedulian yang ekstra dari setiap pendidik adalah tugas mencari metode terbaik

untuk mengajarkan Alquran kepada anak-anak, sebab mengajarkan Alquran

merupakan salah satu pokok dalam ajaran Islam. Tujuannya adalah agar mereka

tumbuh sesuai dengan fitrahnya dan hati merekapun bisa dikuasai oleh cahaya

hikmah, sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dengan berbagai nodanya yang

terbentuk melalui kemaksiatan dan kesesatan. (Sa’ad, 2007).

Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja

yang dikehendaki-Nya, kapanpun dan di manapun. Dia juga berhak untuk tidak

memberikan amanah itu kepada siapa saja yang tidak dikehendaki-Nya karena

1
2

ada hikmah di balik ketentuan-Nya. Amanah dari Allah yang berupa anak itu

membutuhkan perawatan, pemeliharaan, dan pendidikan yang dilandasi dengan

dasar-dasar yang benar. Oleh karena itu, setiap pengajar, pendidik, ataupun

murabbi sudah seharusnya belajar tata cara mendidik anak secara benar. Mereka

juga harus belajar tentang setiap sarana dan metode pendidikan terbaru untuk

menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik sehingga tercapai hasil yang

maksimal dan memuaskan. (Sa’ad, 2009).

Tentunya, setiap orang tua menginginkan anaknya mencintai Alquran

dengan cara membacanya secara terus- menerus, mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari, dan mengajarkannya kepada orang lain, terutama anak

dan cucu.

Mengajarkan anak mencintai Alquran sejak dini tak semudah

membalikkan telapak tangan. Di tengah gencarnya media, minat untuk belajar

Alquran kalah pamor dengan tayangan-tayangan televisi. Televisi dan beberapa

perkembangan teknologi lainnya menjadi sihir baru bagi anak, yang siap

mengalihkan perhatiannya dari belajar Alquran.

Padahal, program yang semestinya dilakukan oleh orang tua saat ini

adalah mengajari anak untuk mencintai Alquran. Menumbuhkan minat belajar

anak terhadap Alquran semestinya dilakukan sejak dini. Sebab, bila pada usia

dini anak tidak belajar Alquran, maka saat dewasa, orang tua lebih sulit

mengajarinya Alquran.
3

Mengajarkan Alquran kepada anak mesti disesuaikan dengan tingkat

perkembangannya. Jangan sampai anak pada usia dini langsung diajari membaca

Alquran tanpa sebelumnya diajari mengeja. Salah satu metode yang cukup tepat

bagi anak usia dini adalah tahqiq, yakni metode membaca Alquran dengan

memberikan hak-hak pada setiap huruf secara tegas, jelas dalam hal waqaf,

memanjangkan huruf, dan lain-lain. Dengan metode itu, anak lebih mudah

belajar membaca Alquran sekaligus membaca huruf-huruf di dalamnya secara

tepat dan sesuai dengan kaidah-kaidah makharijul huruf. (Najamuddin, 2011).

Secara etimologis, lafadz Alquran berasal dari bahasa Arab, yaitu akar

kata dari qara’a, yang berarti “membaca”. Alquran adalah bentuk isim masdar

yang diartikan sebagai isim maf’ul, yaitu maqru’ yang berarti “yang dibaca”.

Membaca Alquran secara harfiah berarti melafalkan, mengujarkan, atau

membunyikan huruf-huruf Alquran itu sesuai dengan bunyi yang dilambangkan

oleh huruf-huruf itu dan sesuai pula dengan hukum bacaannya. Huruf yang

digunakan dalam Alquran adalah aksara Arab yang disebut huruf hijaiyah, yang

banyaknya 29 buah. Di dalam Alquran huruf-huruf hijaiyah itu dilengkapi

dengan tanda-tanda baca dan lain sebagainya.

Untuk dapat membaca Alquran, yang terbaik adalah kita harus belajar

pada seorang ustadz atau seseorang yang pandai membaca Alquran dengan baik.

Bila kita belajar pada seorang ustadz, secara tradisional, mula-mula

diperkenalkan dengan huruf-huruf hijaiyah itu, nama-namanya, bentuk-

bentuknya, dan semua tanda baca yang ada di dalam Alquran. Kemudian, sang
4

ustadz mengucapkan huruf-huruf yang membentuk ayat-ayat Alquran, lalu santri

diminta untuk menirukannya. Hal seperti ini dilakukan secara berulang-ulang,

terus menerus sampai santri mengenal dan dapat melafalkan, mengujarkan, atau

membunyikan huru-huruf itu. Dengan latihan yang terus menerus dan di bawah

pengawasan guru kita akhirnya bisa membaca Alqurandengan baik. (Abdul,

2014).

Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat merupakan

Pesantren Tahfidzul Quran yang Kelembagaan pendidikannya Terdapat Sekolah

Menengah Pertama yang tidak jauh berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama

pada umumnya. Namun, ada ciri khas yang mungkin tidak dimiliki oleh sekolah

atau Pesantren lain, terutama sekolah negeri.

Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat menerima calon

santri dengan melaksanakan tes membaca Alquran dan wawancara. Sehingga

terlihat hasil dari kemampuan membaca Alquran masing-masing santri.

Kemampuan santri terlihat masih banyak yang belum begitu lancar. Bahkan ada

yang belum bisa membaca Alquran sama sekali.

Maka dari itu, di Pondok Psantren Integritas Qurani ada pelajaran

Tahfizh Quran dengan metode Iqro’. Penelitian ini dilaksanakan ketika

pembelajaran Tahfizh Quran di kelas I yang berjumlah 15 Santri. Pembelajaran

dilaksanakan selama satu jam lima belas menit pelajaran setiap harinya, dengan

waktu penelitian hari Senin pukul 05.00 s.d. 06.15 WIB, Selasa pukul 05.00 s.d.
5

06.15 WIB, Rabu pukul 05.00 s.d. 06.15 WIB, dan Kamis pukul 05.00 s.d. 06.15

WIB.

Sebelum pembelajaran, santri bergabung dengan kelompok belajarnya

masing-masing. Setiap kelompok rata-rata berjumlah 5 orang. Pembelajaran

diawali dengan membaca doa Kaffaratul Majlis bersama-sama, dengan salah

satu santri yang menyiapkan kelompoknya. Setelah berdoa, ustadz mengajak

kelompok belajarnya untuk mengulang hafalan salah satu surat Alquran yang

sudah dihafalnya.

Ustadz memulai pembelajaran dengan memberikan inspirasi Qurani

atau motivasi-motivasi dengan bercerita. Ustadz pun memulai metode Iqro’

dengan men-talaqqi lima baris dari satu halaman buku Iqro’.

Iqro’ jilid 1 ini, santri mempelajari tentang huruf hijaiyah berharakat

fathah saja. Iqro’ jilid 1 ini terdiri dari 36 halaman yang setiap akhir halamannnnya

disediakan halaman khusus latihan berbentuk EBTA. Sehingga ketika di akhir

pertemuan, santri dapat diketahui pemahamannya terhadap apa yang telah

dipelajari.

Iqro’ jilid 2 ini, santri mempelajari hukum Mad yang berharokat fathah

saja serta sambungan huruf dengan huruf hijaiyah lainnya. Iqro’ jilid 2 berjumlah

32 halaman, dengan halaman khusus latihan di setiap halaman akhir. Pada halaman

akhir ini, ustadz harus memastikan bahwa santrinya bisa memahami secara

sempurna di jilid 2 ini, sebelum naik ke jelid selanjutnya. Jika di jilid 2 santri belum
6

bisa memahami dengan sempurna, maka ustadz tidak dibenarkan berpindah ke

halaman selanjutnya.

Iqro’ jilid 3 ini, santri mempelajari hukum Mad yang berharokat fathah

dan kasroh saja serta sambungan huruf dengan huruf hijaiyah lainnya. Iqro’ jilid 3

berjumlah 32 halaman, dengan halaman khusus latihan di setiap halaman akhir.

Pada halaman akhir ini, ustadz harus memastikan bahwa santrinya bisa memahami

secara sempurna di jilid 3, sebelum naik ke jelid selanjutnya. Jika di jilid 3 santri

belum bisa memahami dengan sempurna, maka ustadz tidak dibenarkan berpindah

ke halaman selanjutnya.

Dalam pelaksanaanya, Santri mengulangi apa yang ustadznya bacakan.

Setelah itu, santri bersiap untuk membacakan tiga baris selanjutnya pada ustadz.

Ustadz mengoreksi bacaan santri yang keliru yaitu yang tidak sesuai kaidah yang

sudah dipelajari.

Setelah pembelajaran Iqro’ selesai, maka santri melanjutkan kegiatan

selanjutnya untuk menghafalkan surat-surat pendek Alquran yang sudah ditalaqi

oleh ustadz. Setelah semua santri dalam kelompok itu selesai menyetorkan

hafalannya, ustadz menjelaskan kembali materi tajwid yang ada dalam buku metode

Iqro’. Pembelajaran pun diakhiri dengan bersama-sama mengucap hamdalah dan

doa akhir majelis.


7

Dengan demikian, penelitian tentang penerapan metode Iqro’ untuk

meningkatkan kemampuan membaca Alquran menjadi suatu keharusan yang harus

dipelajari oleh para santri dengan metode yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Iqro’ di Pondok Pesantren

Integritas Qurani Bandung Barat?

2. Bagaimana pembelajaran metode Iqro’ untuk meningkatkan kemampuan

membaca Alquran di Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung

Barat?

3. Bagaimana kemampuan santri membaca Alquran setelah penerapan

metode Iqro’ di Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Iqro’ di Pondok Pesantren

Integritas Qurani Bandung Barat

2. Untuk mengetahui penerapan metode Iqro’ untuk meningkatkan

kemampuan membaca Alquran di Pondok Pesantren Integritas Qurani

Bandung Barat
8

3. Untuk mengetahui hasil kemampuan santri membaca Alquran setelah

penerapan metode Iqro’ di Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung

Barat

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik dari aspek teoretis maupun

dari aspek praktis.

1. Secara Teoretis

Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori tentang

penelitian sesuai dengan tema dan judul, khususnya mengenai metode

Iqro’ terhadap kemampuan membaca Alquran bagi santri Pondok

Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat.

2. Secara Praktis

a. Bagi Santri

Penelitian ini, selain menjadi wahana informasi dan

masukan bagi para santri, santri diharapkan memperhatikan dan

mengikuti pengarahan ustadz yang membimbingnya agar santri

mendapatkan hasil yang memuaskan, terutama untuk

meningkatkan kemampuan membaca Alquran.

b. Bagi Pesantren

Penelitian ini diharapkan membantu menjembatani

antara ustadz dengan orang tua santri agar lebih bekerja sama

mengajarkan Alquran dengan metode Iqro’ yang baik dan benar.


9

Sehingga Pesantren bisa lebih memerhatikan metode Iqro’ ini

lebih baik lagi.

E. Kerangka Pemikiran

1. Definisi Metode Iqro’

Metode berasal dari bahasa Yunani, yakni “Metha” berarti melalui,

dan “Hodos” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain, metode

artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.

(Arifin,1987).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S.

Poerwadarminta, bahwa “metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-

baik untuk mencapai suatu maksud”. (Poerwadarminta,649). Sedangkan

dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer pengertian metode adalah

cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu kegiatan dalam

mencapai maksudnya. (Salim,1991). Dalam metodologi pengajaran agama

Islam pengertian metode adalah suatu cara, seni dalam mengajar.

(Ramayulis, 2001)

Jadi definisi dari beberapa pengertian tentang metode ialah

menjelaskan bahwa, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-biak

untuk mencapai suatu maksud.

Iqro’ berasal dari bahasa arab yang berarti “bacalah”. Kalau kata

iqra’ digabungkan dengan metode, maka memiliki arti “suatu cara yang
10

tersusun rapi (sistematis) untuk mencapai tujuan yang dalam hal ini adalah

mampu membaca Alquran secara fasih dan tartil.

Membaca Alquran tidak sama dengan membaca buku atau membaca

seni, seni baca alqur’an. Alqur’an adalah wahyu allah swt yang diturunkan

kepada nabi Muhammad SAW yang mengandung ajaran yang bersifat

universal dan sebagai ibadah dan mutlaq kebenarannya”. (Zakiyyah,2011).

Metode Iqro’ yang menggunakan pendekatan Shautiyah, Ustadz

As’ad Humam menyusun dan mengeksperimentasikan Metode Iqro.

Dimana dengan menggunakan metode tersebut para santri bisa membaca

Alqurandalam waktu yang relatif lebih singkat dibanding Metode

Baghdadiyah. Pada tahun 1991 Menteri Agama RI saat itu bapak Prof.

Munawir Syadjali meresmikan metode ini sebagai metode membaca

Alquranyang berlaku untuk seluruh Indonesia dengan Juz’Amma, dimana

didalamnya terdapat surat-surat pendek dari Alquranjuz 30 yang mayoritas

banyak digunakan dalam ibadah sholat lima waktu dan sholat sunnah.

(Humam, 2000).
11

2. Definisi Kemampuan Membaca Alquran

Menurut Ivor K. Navis (1996) kemampuan atau mampu berarti

kesanggupan, kecakapan, kekuasaan. Artinya apabila seseorang itu telah

sanggup, cakap dan kuasa, mempunnyai pengetahuan dan mampu

mempraktekannya, dalam hal ini mampu dalam membaca Alquran secara

fasih dan tartil. Namun ada pembatasan kemampuan dalam pelaksanaan

membaca Alquran. Kemampuan membaca Alquran ada dua jenis batasan

kemampuan yang dikemukakan Gilbert (1996) pada umumnya keterbatasan

kemampuan dapat digolongkan kedalam dua hal, yaitu:

a. keterbatasan dalam pengetahuan

b. keterbatasan dalam pelaksanaan.

Berkaiatan dengan hal ini, pengetahuan santri terbatas pada

pengetahuan ilmu tajwid dan dalam pelaksanaan terbatas untuk membaca

secara fasih dan tartil.

Maka, dari beberapa uraian diatas pemikiran keterhubungan antara

dua variabel yakni Metode Iqro’ terhadap Kemampuan santri membaca

Alquran dapat digambarkan pada bagan di bawah ini.


12
BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Pengertian Metode dan Pembelajaran

1. Pengertian Metode

Menurut Hebert Bisno (1968) yang dimaksud metode adalah

teknik-teknik yang digeneralisasikan dengan baik agar dapat diterima

atau dapat diterapkan secara sama dalam sebuah praktek, atau bidang

disiplin dan praktek. Lebih dalam lagi menurut Hidayat (1990) kata

metode berasal dari bahasa yunani, methodos yang berarti jalan atau cara.

Jalan atau cara yang dimaksud disini adalah sebuah upaya atau usaha

dalam meraih sesuatu yang diinginkan. Sedangkan menurut Max Siporin

(1975) yang dimaksud metode adalah sebuah orientasi aktifitas yang

mengarah pada tujuan-tujuan dan tugas-tugas nyata.

Cara seorang ustadz yang di pergunakan dalam mengajar agar

proses transfer ilmu berjalan dengan mudah sehingga santri menjadi

lebih paham disebut sebuah metode mengajar. Heri Rahyubi (2012)

mengartikan “metode adalah suatu model cara yang dapat dilakukan

untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik”.

Hamid Darmadi (2010) berpendapat bahwa “metode adalah cara atau

jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Sedangkan

menurut Sri Anitah dan Yetti Supriyati (2008) “metode adalah suatu cara

yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk

digunakan dalam mencapai sesuatu”. Dari ketiga pendapat tersebut dapat

13
14

diambil kesimpulan metode adalah suatu cara dalam menyampaikan

materi pelajaran kepada santri. Metode juga dapat dipergunakan oleh

seorang pengajar sebagai jalan menuju keberhasilan dalam proses belajar

mengajar. Pemilihan metode yang tepat juga akan berpengaruh terhadap

hasil belajar santri.

Jadi bisa disimpulkan Jalan atau cara yang dimaksud disini adalah

sebuah upaya atau usaha dalam meraih sesuatu yang diinginkan.

Sedangkan menurut Max Siporin (1975) yang dimaksud metode adalah

sebuah orientasi aktifitas yang mengarah pada tujuan-tujuan dan tugas-

tugas nyata. Hamid Darmadi (2010) berpendapat bahwa “metode adalah

cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”.

Sedangkan menurut Sri Anitah dan Yetti Supriyati (2008) “metode

adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara

mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu”.

2. Pengertian Pembelajaran

Kali ini akan dibahas tentang definisi pembelajaran menurut

berbagai versi. Hal ini dikarenakan banyak literatur yang berbeda beda

ketika anda mencari tahu apa itu arti pembelajaran. Masing masing pakar

dan ahli memiliki pendapatnya sendiri dalam mendefinisikan apa itu

pembelajaran.

Menurut Syaiful Sagala (2009) pembelajaran adalah

“membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori


15

belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan”.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar

dilakukan pihak ustadz sebagai pendidik, sedangkan belajar oleh santri.

Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seeorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon

terhadap situasi tertentu.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

menyatakan pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh Ustadz untuk

mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir santri, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Menurut Oemar Hamalik (2006) pembelajaran adalah “suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material

fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi

tercapainya tujuan pembelajaran”. Dari teori-teori yang dikemukakan

banyak ahli tentang pembelajaran, Oemar Hamalik mengemukakan 3

(tiga) rumusan yang dianggap lebih maju, yaitu:


16

a. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk

menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.

b. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk

menjadi warga masyarakat yang baik.

c. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi

kehidupan masyarakat sehari-hari.

Bertolak dari pengertian pengajaran yang dilakukan oleh

guru dalam proses pembelajaran yakni seperangkat peristiwa yang dapat

mempengaruhi objek didik sedemikian rupa sehingga proses belajar

mengajar dapat terjadi (Gagne, 1988), Sunaryo (1989) mengatakan

bahwa “guru perlu memiliki kemampuan membuat perencanaan

pembelajaran berupa desain pembelajaran”. Desain yang dirancang oleh

ustadz diarahkan agar santri sebagai peserta didik dapat mencapai tingkat

belajar yang seoptimal mungkin yang ditandai dengan tercapainya

prestasi belajar santri.

Dengan kata lain, definisi pembelajaran adalah proses untuk

membantu santri agar dapat belajar dengan baik. Atau mudahnya usaha

sadar dari ustadz untuk membuat santri belajar, yaitu terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri santri yang belajar, dimana perubahan

itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu

tertentu dan karena adanya usaha.


17

a. Pengertian Pembelajaran Menurut Para Ahli

Dan untuk lebih jelasnya dalam memahami definisi pembelajaran

yang benar, simak pendapat dan penjelasan mengenai apa itu arti

pembelajaran versi beberapa ahli pendidikan:

1) Gagne

Menurut Gagne (1977), pembelajaran adalah

seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang dirancang

untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat

internal.

2) Munif Chatib

Menurut Munif Chatib, pembelajaran merupakan

proses tranfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi

informasi dan siswa sebagai penerima informasi.

3) Warsita

Menurut Warsita, pembelajaran merupakan suatu

usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu

kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.

4) Gagne dan Briggs

Menurut Gagne dan Briggs (1977), pengertian

pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa yang berisi serangkaian

peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk


18

mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar

siswa yang bersifat internal.

5) Sugandi, dkk.

Sugandi, dkk. (2004) menyatakan bahwa

pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang

berarti self instruction (dari internal) dan eksternal

instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat

eksternal antara lain datang dari guru yang disebut

teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang

bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan

sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ialah seperangkat peristiwa-

peristiwa eksternal untuk mendukung belajar yang bersifat internal.

Pembelajaran bertujuan untuk proses belajar santri yang berisi serangkaian

peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa sehingga memperngaruhi

terjadinya proses belajar santri.


19

B. Pengertian Iqro’

1. Pengertian Metode Iqro’

Metode Iqro’ adalah metode pembelajaran membaca huruf-huruf

hijaiyah dari permulaan dengan disertai aturan bacaan, tanpa makna dan

tanpalagu dengan tujuan agar pebelajar dapat membaca al Qur’an sesuai

dengankaidahnya (Humam, 1990).

Menurut Menteri Agama RI (1991) “Metode iqro’ adalah cara cepat

belajar membaca Al-Qur’an”. Metode iqro’ adalah suatu metode membaca

Alquranyang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku

panduaniqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap

demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.

Dengan diterapkan metode iqro’ ini diharapkan kemampuan santri

dapat berkembang sesuai harapan karena kemampuan santri dalam suatu

pembelajaran berbeda-beda, hal ini berhubungan dengan pendapat yang

diutarakan oleh Taylor,2008:13 (dalam Nusa Putra dan Ninin Dwilestari,

2012) bahwa sel otak kita sama, tetapi koneksinya berubah sepanjang waktu

berdasarkan pengalaman. Ini berarti, meski ketika dilahirkan anak memliki

potensi yang sama, tetapi ia akan memiliki perbedaan satu sama lain karena

pengalaman dan perlakuan yang diterima dan dijalaninya berbeda.

Huruf-huruf hijaiyah yang dimaksud adalah huruf Arab dimulai dari

Alif ( ‫ ) ا‬sampai huruf Ya (‫ ) ي‬yang berjumlah 30 huruf. Humam (Humam,

1990 :4) dalam kata pengantar buku Iqro’, secara eksplisit tidak dikatakan
20

bahwa buku Iqro’ dimaksud adalah sebuah metode, namun secara implisit

penyusun mengatakan bahwa buku Iqro’ adalah metode pembelajaran

membaca Alqur’an.

Iqro ) ‫ ( ِإ ْق َرأ ْء‬berasal dari bahasa arab yang berarti “bacalah”. Kalau

kata iqra’ digabungkan dengan metode, maka memiliki arti “suatu cara yang

tersusun rapi (sistematis) atai rapi untuk mencapai tujuan yang dalam hal ini

adalah mampu membaca Alquran secara fasih dan tartil. Membaca Alquran

tidak sama dengan membaca buku atau membaca seni, seni baca alquran.

Alquran adalah wahyu allah swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad

SAW yang mengandung ajaran yang bersifat universal dan sebagai ibadah

dan mutlaq kebenarannya” (zakariyah, 2000)

Dalam membaca Alquran yang dimaksud disini adalah membaca huruf

arab dan tidak membaca abjad bahsa Indonesia, artinya membaca artinya

membaca Alquran dengan memakai tatanan tajwid supaya dalam

membacanya tidak asal membaca namun memakai kaidah-kaidah membaca

dengan tartil.

2. Sejarah Perkembangan Metode Iqro’

Tidak mengherankan kalau metode Iqro’ berkembang pesat. Sampai

saat ini (data penulis tahun 2019) tercatat 6 juta lebih menerapkan metode ini.

Bulan Juli tahun 1995 Presiden Soeharto mewisuda ribuan santri TKA/TPA.

Wakil presiden juga melakukan hal yang serupa di Yogyakarta dalam berbagai

even misalnya MTQ juga acap menampilkan santri TKA yang


21

mendemonstrasikan kemampuan mereka membaca Alquran. Metode Iqro’

memang sudah diakui dan dimanfaatkan banyak orang. Pemerintah sendiri juga

telah menganugerahkan penghargaan kepada K.H. As’ad Humam atas hasil

karyanya ini. Tahun 1991 Mentri Agama RI (H Munawir Sjadzali, MA.

Menjadikan TKA/TPA yang didirikan K.H. As’ad Humam di kampung

Selokraman Kotagede Yogyakarta sebagai Balai Litbang LPTQ Nasional, yang

berfungsi sebagai Balai Latihan dan Pengembangan dan Lembaga

Pengembangan Tilawatil Qur’an. Dari waktu ke waktu metode Iqro’ semakin

memasyarakat, bukan saja masyarakat sekitar yang memanfaatkanya, tetapi

menyebar ke masyarakat pelosok di DIY, berbagai daerah di luar DIY, bahkan

akhirnya merembet ke seluruh Indonesia. Yang mempermudah persebaran

metode ini antara lain karena keihklasan K.H. As’ad Humam dan para murid

di sekretariat Team Tadarus AMM (Angkatan Muda Masjid-Musholla) Kota

Gede (miftahuljannah, 2015).

Metode Iqra’ adalah cara cepat belajar membaca Alquran dalam waktu

relatif singkat dapat dengan mudah mengantarkan santri dan orang dewasa bisa

membaca Alquran dengan menggunakan buku panduan Iqro’

Metode Iqra’ ditemukan oleh KH. As’ad Humam dari Balai Litbang

LPTQ Nasional, Team Tadarus “AMM” Kotagede Yogyakarta. Metode ini

tersusun dalam sebuah buku yang dinamai pengarangnya dengan nama buku

Iqro’ Cara Cepat Membaca Alquran yang terdiri dari enam jilid. Buku ini

disusun secara praktis dan sistematis yang mendorong santri menjadi pelajar
22

yang aktif dalam belajar membaca Alquran KH. As’ad Humam telah lebih dari

lima puluh tahun mengajar santri membaca Alquran. Berbagai metode

pembelajaran telah diterapkan dan dirasa masih belum sempurna. Oleh sebab

itu beliau menyusun metode Iqra’ yang diadaptasi dari metode Qiro’ati

karangan Ustadz H. Dachlan Salim Zarkasyi (Humam 2003).

Sejarah berawal dari keinginan K.H. As’ad Humam bersama kawan-

kawannya yang dihimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid

dan Mushalla. Team Tadarus “AMM” Yogyakarta, untuk mencari bentuk baru

bagi sistem pengelolaan pengajian anak-anak dan metode pembelajaran

membaca Alquran pada saat itu, metode membaca Alquran selain iqro’ juga

sudah ada seperti metode Juz Amma, metode Al-Banjari, metode Al-Bargy dan

banyak metode lainnya.

Banyak para penguji mencoba mengadakan pengujian terhadap

kekurangan metode ini. Ternyata karena selain sederhana dengan metode iqra’

sangat mudah mempelajari Alquran dibanding metode yang lain. Singkatnya,

setelah mulai studi banding dan uji coba tersebut, maka pada tanggal 21 Rajab

1408 H, bertepatan dengan 16 Maret 1988, didirikan taman kanak-kanak

Alquran (TKA) “AMM” Yogyakarta. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16

Ramadhan 1409 H (23 April 1989) didirikan pula Taman Pendidikan Alquran

(TPA) “AMM” Yogyakarta.

Antara TKA dan TPA tidaklah memilik perbedaan dalam sistem,

keduanya hanya berbeda dalam hal usia anak didiknya. TKA untuk anak usia
23

(4,0-6,0 tahun) sedangkat TPA, untuk anak usia SD (7,0-12,0 tahun). TKA-

TPA “AMM” ini terletak di kampong Selokrama, suatau kampong di pinggiran

kota Yogyakarta yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bantul.

Selokrama ini masuk wilayah Kelurahn Purbayan, kecamatan Kotagede

Yogyakarta. Pada awal berdirinya (1988), TKA-TPA “AMM” ini belum

memiliki gedung sendiri. Mula-mula hanya menempati beberapa ruang (salah

satunya adalah ruang garasi) dari rumah milik pribai K.H. As’ad Humam. Baru

kemudian pada tahun 1991 bisa membangun sebuah gedung yang memiliki 15

ruang, 4 ruang diantaranya berada di lantai 2. 11 ruang untuk kegiatan belajar

(ruang kelas). 2 ruang untuk kantor, 1 ruang untuk secretariat Team Tadarus

“AMM” dan 1 ruang untuk ruang tamu. Disebelah kiri ruang-ruang kelas

terdapat kamar kecil dan halaman samping, sedangkan di depan gedung

terdapat halaman yang cukup luas untuk bermain dan upacara.

Atas hasil karya beliau tersebut, tahun 1991 Menteri Agama RI H.

Munawir Sjadzali MA menjadikan TKA/TPA yang didirikan K.H. As’ad

Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya sebagai balai bidang LPTQ

Nasional. Dan selanjutnya, perkembangan iqra’ pun meluas tidak hanya di

Yogyakarta dan Jawa Tengah saja, namun sudah sampai ke pondok-pondok

tanah air dan mancanegara. Bahkan di Malaysia, metode iqro’ ditetapkan

sebagi kurikulum wajib di sekolah (Acidfact, 2016).


24

3. Karakteristik Metode Iqro’

Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat

perhatian anak belajar al Qur’an. Selain itu, didalam masing-masing jilid dari

buku panduan Iqro’ ini sudah dilengkapi dengan bagaimana cara membaca dan

sebagai berikut:

a. Bacaan Langsung

Santri langsung diperkenalkan dengan bacaan, tidak perlu mengeja

terlebih dahulu.

b. CBSA (Cara Belajar Santri Aktif)

Ustadz hanya menerangkan pokok bahasan, setelah itu santri harus

aktif membaca sendiri, ustadz sebagai penyimak saja, jangan sampai

menuntun, kecuali hanya memberi contoh saja.

c. Privat /Klasikal

Privat (satu per satu) klasikal (kelompok). Cara klasikal dipakai

terutama bila terjadi kekurangan ustadz, dan untuk mengevaluasi secara

umum kemampuan santri terhadap pelajaran, kemudian santri

dikelompokkan berdasarkan kemampuan.

d. Modul (Pokok Bahasan)

Mengenai pokok bahasan ustadz langsung memberi contoh

bacaannya, tidak perlu banyak penjelasan. Santri juga tidak perlu diberi

penjelasan dengan istilah-istilah yang asing baginya yang justru akan


25

memebuatnya bingung dan berfikir keras sehingga konsentrasinya

terpecah. Yang penting santri dapat membaca dengan baik dan benar.

e. Asistensi

Santri yang lebih tinggi tingkatannya dapat diminta bantunnya untuk

menyimak bacaan dari santri yang lain tingkat dibawahnya.

f. Praktis

Buku iqro’ sangat praktis, disusun sedemikian rupa sehingga mudah

dibawa karena bentuknya simple seperti buku saku namun isinya

lengkap.

g. Sistematis

Buku iqro’ disusun dengan sangat sistematis sehingga santri tidak

merasa susah dan terbebani dalam belajar, tanpa disadari ada peningkatan

materi pada setiap jilid yang sudah dibacanya.

h. Variatif

Buku iqro’ disusun dengan sangat variatif (baik dalam segi warna

yang berbeda pada setiap jilidnya), juga dari segi materi pada setiap

halaman yang tidak monoton, sehingga santri tertarik dan timbul rasa

persaingan sehat dengan teman-temannya, dan tidak merasa bosan

ataupun jenuh dalam belajar.

i. Komunikatif

Buku iqro’ sangat komunikatif bagi pembacanya, ini ditandai

dengan adanya ungkapan-ungkapan perhatian yang ada di dalamnya.


26

Demikian juga ustadz jangan diam saja saat santri membaca. Berikan

sanjungan bila bacaan benar dan berikan perbaikan saat bacaan salah.

Ingat perhatian/ sanjungan/ penghargaan yang diberikan jangan monoton

dan berlebihan.

j. Fleksibel

Buku iqro’ dapat dipelajari dan cocok untuk setiap jenjang usia, dari anak

anak sampai orang tua.

4. Kelebihan dan kekurangan metode Iqro’

1. Kelebihan metode Iqro’

1) Menggunakan metode CBSA, jadi bukan ustadz yang aktif

melainkan santri yang dituntut aktif.

2) Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara

bersama) prifat (penyemakan secara individual), maupun cara

eksistensi (santri yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan

temannya yang berjilid rendah).

3) Komunikatif artinya jika santri mampu membaca dengan baik dan

benar ustadz dapat memberikan sanjungan, perhatian dan

penghargaan.

4) Bila ada santri yang sama tingkat pelajarannya, boleh dengan system

tadarrus, secara bergilir membaca sekitar dua baris sedang lainnya

menyimak.

5) Bukunya mudah di dapat di toko-toko.


27

2. Kekurangan metode Iqro’

1) Bacaan-bacaan tajwid tidak dikenalkan sejak dini

2) Tidak ada media belajar

3) Tidak dianjurkan menggunakan irama murottal.

Sifat-sifat yang terdapat dalam buku iqro’ dapat disimpulkan, ustadz

hanya menerangkan pokok bahasan, setelah itu anak-anak harus aktif membaca

sendiri, ustadz sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecuali hanya

memberikan contoh saja. Ustadz menyimak secara privat (menyimak satu persatu)

ataupun klasikal (beramai-ramai). Cara klasikal dipakai terutama bila terjadi

kekurangan ustadz dan untuk mengevaluasi secara umum kemampuan santri

terhadap pelajaran. Bila secara klasikal, maka santri harus dikelompokkan

berdasarkan persamaan kemampuan jilid. Santri yang lebih tinggi pelajarannya

dapat diminta bantuan oleh ustadznya untuk menyimak atau mencontohkan bacaan

bagi santri yang pelajarannya lebih rendah.

Buku iqro’ sangat praktis, baik dari segi jilidnya maupun dari segi

materinya. Buku iqro’ disusun sangat sistematis sehingga santri tidak merasa

susah dan terbebani dalam belajar, tanpa disadari ada peningkatan materi pada

setiap jilid yang sedang dibacanya. Buku iqra’ juga disusun dengan sangat variatif

(baik dari segi warna yang berbeda pada setiap jilidnya), juga pada segi materi pada

setiap halaman yang tidak monoton.


28

Dimulai dari pelajaran yang sangat dasar dan sederhana, tahap demi

tahap akhirnya ke tingkat suatu kalimat yang bermakna, variatif, disusun secara

berjilid sesuai dengan tingkat kesulitannya, dan berikut tahapan tahapannya:

1) Pada jilid 1 dimulai dari pengenalan huruf yang berharakaat

fathah dan juga disajikan kepada santri yang sama sekali belum

mengenal huruf hijaiyah, membaca secara langsung huruf Alif (‫)ا‬

sampai dengan huruf Ya (‫ )ي‬santri membedakan huruf–huruf

yang memiliki persamaan makhrajul hurufnya, seperti Alif (‫)ا‬

dengan ‘A(‫)ع‬, Ha (‫)ح‬, dengan Ha (‫)ه‬, Ja (‫)ج‬, dengan Za (‫)ز‬, Sa

(‫)س‬, dengan Sad (‫)ص‬, Da (‫)د‬, dengan Dza (‫ )ذ‬dan lainnya.

2) Pada jilid 2 sudah mulai mempelajari huruf yang bersambung dan

juga mengenai bacaan yang dibaca panjang. Dijilid ini juga

dijelaskan mengenai huruf alaif, yang jika berada di muka atau

ditengah bukan (‫ )ا‬melainkan ‫ﻞﻟ ل‬.

3) Dijilid 3 mulai dikenalkan bacaan yang dibaca i dan u,

pengenalan nama ya’ sukun atau ya’ mati, wau sukun atau wau

mati, ha domir, dan juga mengenai huruf (‫ )ا‬yang dianggap tidak

ada.

4) Jilid 4 sudah mulai dikenalkan nama-nama huruf (dilihat di jilid

1), dan tanda-tanda seperti: dhommah, kasrah, fathah, tanwin,

sukun. Dijilid 4 juga sudah mulai mengenalkan huruf-huruf


29

qolqolah, untuk memudahkan mengatakan ingatan huruf-huruf

qolqolah boleh dengan singkatan Baju di Toko (‫)ب ج د ط ق‬.

5) Pada jilid 5 sudah memasuki masalah tajwid, tapi anak-anak

belum perlu mengenal istilah-istilah tajwid, seperti idgam, ikhfa’,

dan sebagainya yang penting secara praktis betul bacaannya.

6) Pada jilid 6 anak-anak mulai dikenalkan tanda waqaf, walaupun

sudah memasuki jilid 6 pedoman membaca “pelan asal benar”

tetap berlaku. Jadi tak apalah andaikata ada anak yang

membacanya sangat lambant/tersendat-sendat seperti banyak

sakta atau berhenti. Asalkan setiap yang membaca itu betul

semuanya, maka yang penting adalah benar (Khaeruddin,161-

174).

Setiap metode pembelajaran yang digunkan tentu memiliki metode

sendiri, namun secara umum metode pelaksanaan pembelajaran untuk pembuka

pembelajran itu sama, seperti niat yang ikhlas, berdoa, berwudhu dan lain-lain.

Namun dalam kegiatan intinya memiliki teknik masing-masing yang berbeda setiap

metode pembelajarannya.

C. Macam Macam Metode dalam Membaca Alquran

Zaman dahulu, pembelajran membaca Alquran sangat terkenal dengan

metode yang disebut Bahgdadiyah. Dalam metode ini, setiap huruf dieja dengan

harakatnya. Alif fathah a, alif kasrah i, alif dhammah u, bacanya a-i-u.


30

Kadang santri diajak belajar menulis dengan kata-kata unik.

Misalnya kaf fathah ka, kaf kasrah ki, kaf damah ku, digabungkan menjadi kakiku.

Kini banyak anak-anak kecil sudah bisa membaca Alquran dengan

lancar, tartil, dan merdu. Kalau dulu orang baru bisa khatam Alquran setelah ngaji

bertahun-tahun, kini dalam hitungan bulan anak-anak sudah ada yang khatam

Alquran.

Itu semua tak lepas dari jasa para ulama dan ustaz yang berkreasi

menciptakan berbagai metode cepat belajar membaca Alquran. Berikut ini 5 metode

belajar membaca Alquran yang paling terkenal di Indonesia:

1. Metode Qiroati, Semarang

Metode ini adalah yang paling awal. Mulai disusun pada

tahun 1963 dan buku panduannya saat itu berjumlah 10 jilid.

Penyusunnya adalah K.H. Dachlan Salim Zarkasyi (1928-2001).

Lahirnya metode ini tak lepas dari keprihatinan beliau

ketika melihat pengajaran Alquran yang masih jauh dari kaidah tajwid

dan gurunya pun terkesan asal-asalan.

Awalnya, metode ini masih dipakai untuk mengajar anak

didik beliau saja. Namun setelah melihat keberhasilan metodenya,

seorang ulama Semarang H. Ja’far, mengajak beliau sowan kepada K.H.

Arwani Kudus untuk menunjukkan buku Qiroatinya.


31

Setelah diteliti dan dikoreksi, akhirnya metode itu

mendapat restu Kiai Arwani. Setelah mendapat restu K.H. Arwani, buku

Qiroati mulai dikenalkan kepada masyarakat Semarang dan sekitarnya.

Kini Qiroati terdiri dari enam jilid buku panduan yang

harus dipelajari oleh santri, ditambah dengan buku panduan

mempelajari tajwid dan gharib (bacaan yang sulit dan langka).

Seusai menyelesaikan pembelajaran melalui tingkatan-

tingkatan tersebut, santri sudah bisa membaca Alquran dengan mahir

dan secara tartil.

Metode Qiroati dikenal dengan ciri khasnya menetapkan

standar yang ketat untuk ustadz dan kelulusan santri. Hanya ustadz yang

memiliki syahadah atau sertifikat saja yang bisa mengajar baca Alquran

dengan metode ini. Santri dinyatakan lulus setelah menjalani ujian yang

ketat.

Sejak tahun 2000, metode Qiroati telah menyebar di

beberapa negara seperti Australia, Malaysia, Brunei Darusalam dan

Singapura.

2. Metode an-Nahdliyah, Tulungagung

Metode ini diusun oleh K.H. Munawir Kholid bersama

rekan-rekannya. Berawal dari keinginan menyusun metode cepat belajar

membaca Alquran yang lebih khas nuansa NU-nya, beliau mulai

membentuk tim perumus.


32

Tim itu terdiri dari Kiai Munawir Kholid, Kiai Manaf, Kiai

Mu’in Arif, Kiai Hamim, Kiai Masruhan, dan Kiai Syamsu Dluha.

Pembentukan tim itu juga tak lepas dari petunjuk yang ia dapatkan

setelah beristikharah.

An-Nahdliyah sempat berubah nama sebanyak tiga kali.

Pertama bernama Metode Cepat Baca Alquran Ma’arif (format disusun

PCNU Tulungagung pada tahun 1985).

Kedua, Metode Cepat Baca Alquran Ma’arif

Qiroati (dengan meminta izin penyusun Qiroati untuk dicetak dengan

nama tersebut). Dan ketiga, Metode Cepat Baca Alquran Ma’arif An-

Nahdliyah (mulai dicetak pada tahun 1991). Metode an-Nahdliyah juga

tediri dari 6 jilid.

Ciri khas pengajaran metode ini adalah penggunaan

tongkat untuk menjaga irama bacaan agar sesuai panjang pendek

bacaannya. Tongkat hanya bisa didapat melalui jalur LP. Ma’arif

sebagaimana bukunya.

Keistimewaannya, tongkat tersebut telah didoakan oleh

para kiai dan dinamakan Tongkat Penyentuh Jiwa. Para ustaz pengajar

juga diijazahi wirid khusus agar diberi kemudahan dalam mendidik

santri.
33

3. Metode Yanbu’a, Kudus

Metode ini merupakan rumusan para kiai Alquran yang

merupakan tokoh pengasuh Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an putra

K.H. Arwani Amin Al-Kudsy (Alm) yang bernama: K.H. Agus M. Ulin

Nuha Arwani, K.H. Ulil Albab Arwani dan K.H. M. Manshur Maskan

(Alm).

Terlibat pula tokoh lain di antaranya: K.H. Sya’roni

Ahmadi (Kudus), K.H. Amin Sholeh (Jepara), Ma’mun Muzayyin

(Kajen Pati), K.H. Sirojuddin (Kudus), dan K.H. Busyro (Kudus),

alumni Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an yang tergabung dalam majelis

“Nuzulis Sakinah” Kudus.

Mulai terbit awal 2004 dan terdiri dari 6 jilid materi utama

disusul buku pegangan pengajar dan buku materi hafalan, metode ini

menekankan penggunaan Mushaf Rasm Usmani ala Timur Tengah

yang banyak dipakai di negara-negara Islam.

Keistimewaan metode ini terletak pada sanadnya yang

bersambung kepada para ahli Alquran dan huffazh yang berguru pada

Kiai Arwani Kudus dan karenanya memiliki sanad keilmuan hingga

Nabi Muhammad SAW.

Awalnya, pembuatan metode ini diawali dorongan para

alumni agar memiliki ikatan kedekatan pada Pesantren Tahfidz

Yanbu’ul Qur’an.
34

4. Metode Tartili, Jember

Metode ini dicetuskan oleh Ustaz Syamsul Arifin Al-

hafidz, pengasuh Pondok Pesantren Darul Hidayah, Kesilir, Wuluhan,

Jember, Jawa Timur. Beliau awalnya adalah Koordinator Qiroati se-

Jawa dan Bali.

Penyusunan metode ini berawal dari sulitnya mendapat

buku pedoman Qiroati yang harus ke Semarang. Beliau juga

berpendapat bahwa metode Qiroati dan lainnya yang lebih dulu ada

sudah terasa membosankan dan memakan waktu lama.

Dibanding metode lainnya, Tartili terbilang paling cepat

karena hanya terdiri dari 4 jilid buku panduan. Sejak diperkenalkan

pertengahan tahun 2000, metode ini mulai menyebar ke berbagai daerah

Indonesia.

Metode ini juga mendapatkan pengakuan dari pihak LP

Ma’arif NU Wilayah Jawa Timur. Perlu dicatat bahwa Metode Tartili

berbeda dengan metode Tartili al-Irsyad yang dikenalkan baru-baru ini

oleh LPP Al-Irsyad Al-Islamiyah Purwokerto.

Beberapa metode membaca Alquran di atas memiliki

kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang lebih

bagus, maupun yang kurang bagus dari yang lainnya. Setiap metode

memiliki cara unik tersendiri yang bagi tiap orang berbeda


35

kecocokannya. Metode yang satu cocok bagi seseorang, tetapi belum

tentu cocok bagi orang lain.

D. Konsep Membaca Alquran

Membaca Alquran secara harfiah berarti melafalkan, mengujarkan,

atau menyembunyikan huruf-huruf Alquran itu sesuai dengan bunyi yang

dilambangkan oleh huruf-huruf itu dengan hukum bacaannya (Choer, 2014:

209). Menurut Mardiyo (1999) tujuan pembelajaran membaca Alquran,

adalah : (a) Santri dapat membaca kitab Allah dengan mantap baik dari segi

kecepatan harakat, saktah (tempat tempat berhenti) (b) Santri mengerti

makna Alquran dan terkesan dalam jiwanya (c) Santri membiasakan

membaca pada mushaf dan memperkenalkan istilah-istilah yag tertulis baik

untuk waqaf, mad dan idgham. (Mutmainnah, 2011:th).

Beberapa metode yang pernah dikembangkan untuk meningkatkan

kemampuan membaca santri , antara lain : (a) Metode Kosakata (b) Cara kerja

metode motivasi (minat) (c) Metode bantuan alat (d) Metode gerak mata

(Pandawa, 2009:th).

Menurut Dedeng Rosyidin (2016), dalam mengajarkan Alquran dapat

ditempuh antara lain dengan langkah-langkah seperti berikut: (a)

Muqaddimah (b) Penyajian (c) Asosiasi (d) kesimpulan (e) aplikasi (f)

penutup.

Membaca Alquran dalam ajaran Islam, dipercaya memberi pahala

yang banyak untuk setiap hurufnya. Memahami maknanya akan menambah


36

pahala lagi dan sebagai acuan menjalani hidup. Maka dari itu ada 4 (Empat)

Konsep dalam membaca Alquran dengan baik dan benar.

1. Mengenal Huruf Hijaiyah

Langkah pertama membaca Alquran dengan benar yakni

memahami dan mengenal setiap huruf hijaiyah atau huruf ejaan

bahasa Arab. Membiasakan diri untuk mengucapkan setiap huruf

layaknya belajar huruf abjad (A, B, C, D, E). Huruf ejaan bahasa

Arab sebagai bahasa asli Alquran, sehingga wajib bagi Anda untuk

mengenal cara bacanya yang tepat.

2. Mengenal Tanda Baca

Setelah mengikuti langkah sebelumnya dan memahami cara

baca setiap huruf dengan baik dan benar. Selanjutnya mengenal

tanda baca, layaknya mempelajari huruf vocal (A, I, U, E, O).

Bahasa Arab memiliki tanda baca yang disebut dengan harakat,

berfungsi untuk menentukan pengucapan kata dan kalimat dalam

alquran.

3. Mengenal Tajwid

Membaca Alquran dengan benar selanjutnya dengan

mengenal bacaan tajwid. Ilmu tajwid perlu digunakan untuk

mengetahui cara membunyikan huruf dan kalimat Alquran

dengan baik dan benar.


37

Ilmu tajwid terbagi menjadi beberapa jenis, seperti bacaan

yang mendengung, samar-samar, dan dibaca jelas. Layaknya

belajar grammar dalam bahasa Inggris. Mengenal tajwid antara

lain, ikhfa, bacaan Idgham, bacaan Idzhar, bacaan Iqlab dan

masih banyak lagi.

4. Rajin dan Bersungguh-sungguh

Belajar memang tidak ada yang instan, semua butuh proses

untuk menggapai keberhasilan. Cara membaca Alquran dengan

benar juga membutuhkan semangat yang rajin dan sungguh-

sungguh.

Itulah beberapa konsep membaca Alquran dengan benar

yang patut diketahui, sebagaimana dilasir oleh merdeka.com

(7/12 /2020).

E. Kemampuan Membaca Alquran

Dalam bab ini diterangkan bahwa kemampuan atau mampu berarti

kesanggupan, kecakapan, kekuasaan. Artinya apabila seseorang itu telah

sanggup, cakap dan kuasa, mempunnyai pengetahuan dan mampu

mempraktekannya, dalam hal ini mampu dalam membaca Alquran secara fasih

dan tartil. Namun ada pembatasan kemampuan dalam pelaksanaan membaca

Alquran.

Alquran adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW. Dan suatu rahmat bagi semesta alam, di dalamnya terdapat wahyu Allah
38

sebagai petunjuk, pendoman dan pelajaran bagi yang mempercayainya dan

mengamalkannya (Departemen Agama RI, 2014). Kemampuan membaca

Alquran adalah keterampilan santri dalam melafazkan bacaan berupa huruf-

huruf yang diungkapkan dalam ucapan atau kata (makhrijul huruf) dan tajwid

sesuai dengan aturan yang berlaku, dalam hal ini membaca Alquran yang mana

kemampuan membaca Alquran ini dikatagorikan: tinggi, sedang, rendah.

Mengenai kemampuan membaca Alquran dikuatkan oleh keputusan

Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama RI. No. 128 Tahun 1982/44 A

Tahun 1982 tentang Usaha meningkatkan kemampuan baca tulis Alquran bagi

umat islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan Alquran

dalam kehidupan sehari-hari. Dan instruksi Menteri Agama No. 3 Tahun 1990

tentang pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan baca tulis Alquran. Jadi

berdasarkan peraturan perundangan di indonesia. Pendidikan Alquran

mendapat pondasi yang kokoh dan merupakan realisasi dari pemerintah Agama

dan program pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kemampuan baca tulis

Alquran (As’ad Human, 2001).

Sebagai langkah awal dalam memahami dan mengamalkan Alquran

ialah dengan mempelajari cara membaca Alquran secara baik dan benar. Untuk

itu setiap umat islam baik laki-laki maupun perempuan harus mengenal ilmu

membaca Alquran terlebih dahulu. Ilmu yang mempelajari cara membaca

Alquran dengan baik dan benar dinamakan Ilmu Tajwid. Fuad Abdul Aziz Asy-

Syulhub di dalam karangannya “Etika Membaca Alquran” Memaparkan


39

bahwasannya yang dimaksud dengan Tartil (perlahan-lahan) ialah membaca

dengan tenang dan jelas, tanpa melampaui batas. Dalam menafsirkan ayat ini,

Ibnu Abbas mengatakan, “maksudnya ialah membacanya dengan sejelas-

jelasnya”. Sedangkan Abu Ishaq mengatakan. “membaca dengan jelas tidak

bisa dilakukan dengan tergesa-gesa, melainkan dengan memperjelas semua

huruf-hurufnya dan memberikan haknya masing-masing secara memuaskan”.

Dan faedah yang diharapkan dari membaca secara tartil ialah agar lebih mudah

memahami isi kandungan Alquran (Fuad Abdul Aziz Asy-Shalhub, 2007).

Nabi Muhammad SAW menganjurkan para sahabatnya untuk

membaca Alquran yang cakupannya meliputi kondisi membaca, model bacaan,

dan melihat intelektualitas orang Islam. Pada suatu kesempatan Rasulullah

SAW menganjurkan agar Alquran dibaca dengan keras, pada kesempatan yang

lain menganjurkan membacanya dengan pelan. Terkadang menganjurkan agar

dibaca berjamaah, dan pada situasi yang lain dibaca dengan perorangan. Beliau

juga memotivasi orang Islam yang sudah mahir membaca Alquran dengan

menjanjikan pahala yang besar, dan bagi orang yang baru dapat membacanya

dengan terbata-bata beliau menjanjikan dua pahala yaitu pahala membaca

Alquran dan pahala karena jerih payahnya (Abdullah, 2007).

Menurut Ibnu Shalah, membaca Alquran merupakan satu kemuliaan

yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia. Sesungguhnya para malaikat

tidak diberikan kemuliaan itu. Mereka amat merindukan diberikan kemuliaan


40

tersebut agar dapat mendengarkannya (Syarifuddin, 2005). Dalam membaca

Alquran perlu memperhatikan berbagai aspek, diantaranya:

1. Kemampuan membaca huruf hijaiyah,

2. Lafal atau ucapan huruf hijaiyah,

3. Hukum atau aturan bacaan,

4. Kemampuan membaca lancar dan tartil

5. Kemampuan membaca Alquran dengan tajwid dan makhraj

(Sarikin, 2012: th).

Berpijak dari berbagai problem tentang kemampuan membaca

Alquran santri inilah, maka Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung

Barat, Menggunakan konsep pembelajaran metode Iqro’ dengan tujuan

terciptanya santri yang mampu membaca Alquran dengan baik dan benar.

Indikator-indikator kemampuan membaca Alquran dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Kelancaran membaca Alquran

Ialah kencang tidak terputus-putus, tidak tersangkut sangkut,

cepat dan fasih. (Poerwadarminta,2006). Yang dimaksud peneliti

dengan lancar adalah membaca Alquran dengan fasih dan tidak

terputus-putus.

2. Ketepatan Membaca Alquran sesuai dengan kaidah tajwid.

Ilmu tajwid adalah mengucapkan setiap huruf Alquran sesuai

dengan makhrajnya menurut sifat-sifat huruf yang seharusnya di


41

ucapkan. (Hasanuddin,1995). Ilmu tajwid berguna untuk memelihara

bacaan Alquran dari kesalahan perubahan serta memelihara lisan dari

kesalahan membacanya. Adapun hukum membaca Alquran dengan

memakai aturan aturan tajwid adalah fardlu 'ain atau kewajiban

pribadi.

3. Kesesuaian membaca dengan makhrajnya

Sebelum membaca Alquran, sebaiknya seseorang terlebih

dahulu mengetahui makhraj dan sifat-sifat huruf. Sebagaimana yang

dijelaskan dalam ilmu tajwid. Makharijul huruf adalah membaca

huruf huruf sesuai dengan tempat keluarnya huruf seperti

tenggorokan, ditengah lidah, antara dua bibir dan lain-lain.

(Abdul,2013).
42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah

ini berarti suatu kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan

yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah kualitatif.

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berdasarkan pada

kenyataan lapangan dan apa yang dialami oleh responden, akhirnya

dicarikan rujukannya teorinya (Sudjarwo,2001). Sumber lain menyatakan

pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang tidak

menggunakan dasar kerja secara statistik, tetapi berdasarkan bukti-bukti

kualitatif. Yaitu unsur inovasi, baik fonologis maupun leksikal yang

dimiliki oleh suatu kelompok bahasa tertentu secara eksklusif. (Harwijaya,

2007). Penelitian ini melakukan pendekatan berdasarkan pada kenyataan

di lapangan yang berupa bukti-bukti kualitatif dan apa yang dialami oleh

responden.

Jenis metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas

peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
43

untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena

yang diselidiki. (Nazir,2003).

Penelitian ini akan mendeskripsikan secara sistematis dan akurat

tentang fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang berkenaan

dengan penerapan metode iqro’ untuk meningkatkan kemampuan

membaca Alquran santri kelas I di Pondok Pesantren Integritas Qurani 368

desa Ciwaruga.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2013).

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut. Sedangkan operasionalisasi

variabel penelitian berarti menjelaskan secara terperinci mengenai

variabel-variabel yang ada di dalamnya menjadi beberapa bagian yaitu

dimensi, indikator, ukuran, dan skala.

Variabel dari penelitian ini terdiri dari variabel X (variabel

independen) sebagai variabel bebas dan variabel Y (variabel dependen)

sebagai variabel terikat. Berikut ini variabel-variabel yang ada di dalam

penelitian ini:
44

1. Variabel penelitian ini terdiri dari variable bebas yaitu

variable Independent dalam penelitian ini adalah

Implementasi (X) Penerapan Metode Iqro’ untuk

meningkatkan kemampuan membaca Alquran.

2. Variabel Dependent dalam penelitian ini adalah variable

terikat yaitu variable dependent dalam penelitian ini adalah

untuk meningkatkan kemampuan membaca Alquran santri

(Y) Penelitian yang digunakan adalah Penelitian kulitatif

dengan memakai jenis deskriptif. Dalam hal ini penelitian

dimaksudkan mendeskripsikan bagaimana strategi yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca

Alquran oleh santri.

Variabel Y merupakan objek dan hasil dari metode ini. Keterkaitan

antara masing masing variabel dapat digambarkan sebagai berikut

X Y

Keterangan:

X: Metode Iqro’

Y: Kemampuan Membaca Alquran


45

C. Objek Penelitian

Pengertian objek penelitian menurut Supriati (2012) adalah

variabel yang diteliti oleh peneliti ditempat penelitian dilakukan.

Sedangkan menurut Iwan Satibi (2011) adalah objek penelitian

secara umum akan memetakan atau menggambarkan wilayah penelitian

atau sasaran penelitian secara komperhensif, yang meliputi karakteristik

wilayah, sejarah perkembangan, struktur organisasi, tugas pokok dan

fungsi lain-lain sesuai dengan pemetaan wilayah penelitian yang

dimaksud.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010) objek penelitian

atau variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan inti dari

problematika penelitian.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa objek

penelitian merupakan sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dan

mengetahui apa, siapa, kapan dan dimana penelitian tersebut dilakukan.

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Integritas Qurani

Bandung Barat yang terletak di Jl. Kampus polban, Perumahan Setra

Regency, Desa Ciwaruga Kecamatan Parompong Kabupaten Bandung

Barat.
46

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut Suharsimi Arikonto tahun (2016:26)

memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat

data untuk variabel penelitian melekat, dan yang di permasalahkan.

Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian mempunyai peran yang

sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang

variabel yang penelitian amati.

Oleh sebab itu subjek penelitian kualitatif ini adalah santri kelas

I Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat Tahun Pelajaran

2019/2020. Aspek yang diteliti adalah penerapan metode Iqro’ dalam

kemampuan membaca Alquran pada santri kelas I di Pondok Pesantren

Integritas Qurani Bandung Barat. Jumlah santri yang menjadi subjek

penelitian berjumlah 15 orang dengan latar belakang kemampuan yang

berbeda.

E. Tehnik Pengumpulan Data

Burhan Bungin (ed) (2003), menjelaskan metode pengumpulan

data adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat

dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan

informasi yang valid dan reliable.

Menurut Sugiyono (2016), tehnik pengumpulan data adalah suatu

langkah yang dinilai strategis dalam penelitian, karena mempunyai

tujuan yang utama dalam memperoleh data.


47

Menurut Suharsimi Arikunto (2000), tehnik pengumpulan data

adalah alat bantu yang di pilih dan digunakan oleh peneliti dalam

kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

tehnik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan informasi tentang variable yang sedang diteliti.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Observasi

Purwanto (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008)

mengatakan istilah observasi adalah metode atau cara menganalisis

dan pencatatan secara sitematis mengenai tingkah laku dengan cara

melihat atau mengamati langsung individu atau kelompok yang

dituju. Peneliti melakukan observasi secara partisipan (participant

observation), yaitu peneliti akan terlibat dengan kegiatan subjek

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian (Basrowi dan Suwandi, 2008,106). Tujuan dilakukan

pengamatan ini terutama untuk membuat catatan atau deskripsi

mengenai perilaku yang nyata dan memahami perilaku tersebut

(Adi, 2004).

Metode ini peneliti gunakan untuk mempermudah dalam

mengamati secara langsung terhadap hal-hal yang diperlukan dalam


48

penelitian ini. Dalam hal ini peneliti berusaha melakukan suatu

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penggunaan

metode iqro’ yang ditrapkan di Pondok Pesantren Integritas Quarni

368 Bandung Barat yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

Peristiwa itu berupa kegiatan dan pelaksanaan pembelajaran, dilihat

dari bagaimana perencaaan sebelum belajar Iqro’, seberapa

antusiasnya santri dalam mengikuti kegiatan tersebut, keikutsertaan

ustadz dalam kegiatan tersebut dan apa yang menjadi kendala dari

kegiatan tersebut. Hal ini dirasa sangat penting dilakukan oleh

peneliti untuk meyakinkan dan menguatkan data yang diperoleh.

2. Wawancara

Di samping observasi lapangan, peneliti juga menggunakan

metode wawancara untuk pengumpulan data. Menurut Adi (2004)

wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan

komunikasi, yaitu melalui hubungan pribadi antara peneliti dengan

sumber data. Wawancara dilakukan karena ada anggapan bahwa

hanya subjeklah yang mengerti tentang diri mereka sendiri sehingga

informasi yang tidak didapatkan melalui pengamatan atau alat lain,

akan diperoleh melalui wawancara (Adi, 2004).

Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas

terpimpin artinya wawancara dengan mengajukan kerangka

pertanyaan pokok yang telah tersusun dengan baik, tetapi dalam


49

pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan muncul pertanyaan

baru yang menyimpang dari masalah.

Adapun yang akan diwawancarai antara lain:

a. Kepala Bagian Tahfidh Pondok Pesantren Integritas

Qurani Bandung Barat untuk memperoleh data

seputar kegian Pembelajaran Iqro’.

b. Uatdaz pengajar Alquran di Pondok Pesantren

Integritas Qurani Bandung Barat untuk mengetahui

materi dan metode Iqro’

c. Santri Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung

Barat untuk memperoleh data bagaimana

perkembangan setelah mempelajari metode Iqro’

untuk kemampuan membaca Alquran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal kata dokumen yang artinya barang-

barang tertulis. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan

sebagainya.

Melalui metode dokumentasi, peneliti gunakan untuk

menggali data berupa dokumen terkait pembelajaran agama Islam,

di antaranya: silabus, RPP, dokumen penilaian, buku acuan


50

pembelajaran, jadwal kegiatan pembelajaran, daftar nama, sarana

dan prasarana, foto-foto dokumenter, dan sebagainya.

F. Keabsahan Data

Menurut Zuldafrial (2012) keabsahan data merupakan padanan

dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) disesuaikan

dengan tuntutan pengetahuan, kereteria, dan paradigmanya sendiri.

Untuk menghindari kesalahan atau kekeliriuan data yang telah

terkumpul, perludilakukan pengecekkan keabsahan data. Pengecekkan

keabsahan data didasarkan pada kriteria derajat kepercayaan (credibility)

dengan teknik triangulasi, ketekunan pengamatan, pengecekkan teman

sejawat (Moleong, 2002).

Keabsahan data dapat dicapai dengan menggunakan proses

pengumpulan data yang tepat, salah satu caranya yaitu dengan proses

triangulasi Menurut Afifuddin (2009) triangulasi yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

keabsahan data adalah data yang dikumpulkan benar benar valid dan dapat

dipertanggung jawabkan.

Untuk dapat mamperoleh keabsaan dari data-data yang telah di

peroleh peneliti di lokasi penelitian, maka usaha yang dilakukan oleh

peneliti antara lain sebagai berikut:


51

1. Perpanjangan Kehadiran

Penelitian ini mengharuskan peneliti menjadi instrument,

karena keterlibatan peneliti dalam keunggulan data tidak dapat

berlangsung secara singkat, akan tetapi memerlukan perpanjangan

kehadiran pada saat penelitian berlangsung agar dapat terjadi

peningkatan derajat kepercayaan atas data yang dikumpulkan. Peneliti

mengadakan penelitian langsung di lokasi selama satu bulan berturut-

turut.

Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek

kembali apakah data yang telah diberikan selama ini merupakan data

yang sudah benar atau tidak. Apabila data yang diperoleh selama ini

setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain

ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan secara lebih

luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi

peningkatan validitas dan dalam data penelitian kualitatif.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Triangulasi ada 3 (tiga) macam, yaitu:

a. Triangulasi Sumber
52

Triangulasi sumber untuk menguji sahnya data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber. Dalam kaitannya dengan pengujian

sahnya data, peneliti menggunakan triangulasi sumber dengan

cara mengajukan wawancara kepada Kepala bagian Tahfidh dan

Ustadz pembimbing Alquran terkait tentang penerapan metode

Iqro’ di PPIQ-368. Dari berbagai narasumber diharapkan

terdapat sinkronisasi jawaban yang menunjukkan kebenaran.

b. Triangulasi Tehnik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini teknik

yang digabungkan adalah teknik wawancara, observasi, dan

dokumentasi dengan sumber data Kepala bagian Tahfidh dan

Ustadz pembimbing Alquran. Dari penggabungan berbagai

teknik ini dimaksudkan dapat menunjukkan gambaran

penerapan metode iqro’ secara menyeluruh dan sedetail

mungkin.

c. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi keabsahan data.

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari

belum tentu sama dengan siang. Bila hasil uji menghasilkan data
53

yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga

sampai ditemukan kepastian datanya.

G. Tehnik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Untuk

menganalisa data dalam penelitian ini digunakan teknik analisa data kulitatif.

Seiring dengan jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif

kualitatif, dalam analisis data di lakukan dengan cara “mendeskripsikan’.

Adapun untuk mengelola data – data kualitatif ini dengan mengadakan

observasi terus menerus, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan

atau verifikasi. Dalam penelitian ini, penelitian ini menggunakan analisis data

kualitatif, yang meliputi 3 hal yaitu:

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2015) Reduksi data merupakan proses

berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan

kedalaman wawasan yang tinggi.

Menurut Daymon dan Holloway (2008) Reduksi data adalah

proses memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-


54

potongan yang lebih teratur dengan mengoding, menyusunnya menjadi

kategori, dan merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana.

Untuk itulah dengan adanya reduksi data akan mempermudah peneliti

untuk mengumpulkan informasi selanjutnya dan melengkapi data yang

diperlukan. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh

Sugiyono (2013) menyatakan bahwa Reduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya”.

Jadi kesimpulannya Reduksi data adalah proses penyederhanaan

yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstrakan data

mentah menjadi data yang bermakna. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting.

Pada tahap reduksi data ini peneliti memfokuskan pada hal-hal

yang berkaitan dengan apa saja peran ustadz pembimbing Alquran

membimbing metode iqro’, kendala-kendala yang di alami ustadz

pembimbing dalam menerapkan metode iqro’ dan solusi yang

digunakan ustadz dalam mengatasi kendala-kendala dalam menerapkan

metode iqro’.

Dalam penelitian ini peneliti mereduksi data wawancara,

observasi, dan dokumentasi untuk kemudian memilih dan

mengelompokkan data yang dianggap penting.


55

2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

penyajian data. Menurut Sugiyono (2015) dalam penelitian kualitatif

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles

and Huberman (Sugiyono 2015) menyatakan “The most frequent form

of display data for qualitative research data in the past has been

narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan, untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Jadi dalam penyajian data ini peneliti menguraikan data

wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk kemudian disajikan

dalam bentuk narasi.

3. Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2015) Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga


56

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau

interaktif, hipotesis atau teori.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam

proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan

menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah

didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar,

foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang didukung dengan

studi dokumentasi.

Pada Langkah ini peneliti membuat kesimpulan terhadap hasil

data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Penarikan kesimpulan ini disajikan dalam bentuk narasi.


57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak Georafis

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Integritas

Qurani Bandung Barat, Desa Ciwaruga, Kecamatan Parompong,

Kabupaten Bandung Barat. Secara geografis, pesantren ini terletak di

lingkungan komplek perumahan penduduk. Batas-batas Pondok

Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat sebagai berikut: (a) Sebelah

Timur: Perumahan penduduk, (b) Sebelah Barat: Perumahan penduduk,

(c) Sebelah Utara: Kampus Politehnik Bandung, (d) Sebelah Selatan:

kantor Desa Ciwaruga.

Penelitian ini Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung

Barat. Hal ini dikarenakan letak pesantren yang cukup strategis, mudah

dijangkau oleh penduduk karena letaknya dekat dengan jalan raya

Polban sehingga menghemat waktu dan biaya, serta pertimbangan

pembelajaran, karena di pesantren inilah metode iqro’ juga diterapkan

sebelum mengahafal Alquran.


58

2. Profil di Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat

Ide pendirian pondok pesantren Integritas Qur’ani (PPIQ) ini

telah dimulai sejak tahun 2008 yang diimplementasikan dengan cara

mengumpulkan dana wakaf melalui kegiatan training motivasi Spiritual

Qur’ani (MSQ) di dalam dan di luar negri.

Dari hasil usaha training termaksud, lembaga MSQ-368 yang

berada dibawah manajemen CV. Adz-Dzikr Edutainment sejak tahun

2010 senantiasa istiqomah menyisihkan sebagian dari hasil usaha

trainingnya guna mewujudkan cita dan rasa membangun rumah Hafidz

Alquran yang didukung penuh dari wakaf para donatur, dan alumni

training MSQ-368 serta masyarakat luas.

Pada tanggal 4 pebruari tahun 2012, rapat pendirian yayasan d

lakukan. Rapat tersebut merekomendasikan pembentukan struktur

yayasan yang terdiri dari personil manajemen Adz-Dzikr, alumni MSQ

-368, tokoh masyarakat dan alim ulama.

Pada tanggal 26 pebruari tahun 2012, pengurus bertekad

melakukan peletakan batu pertama pembangunan mesjid Al-Hafidz dan

pesantren Tahfidz Alquran atas seizin pemilik tanah HJ. Maemunah

dengan maksud agar dapat mendatangkan muwakif yang lebih

produktif, karena pada saat itu status tanah wakafmasih down payment

(dp).
59

Alhamdulillah, pada tabnggal 15 April tahun 2012, dua orang

donatur yang merupakan ketua Alumni training MSQ-368 di Samarinda

yaitu Bapak ir. Suheriyatna dan Dr. Ika Fikriyah melunasi dan

mewakafkan tanah seluas 300 M kepada Nadzir wakaf rumah Hafidz-

368 KH. DR. Iskandar Mirza, M. Ag yang bertindak sebagai pembina

sekaligus sebagai Pimpinan dan pengasuh Pondok Pesantren Integritas

Qur’ani (PPIQ). Tanpa harus menunggu lama pondasi pembangun

Rumah Hafidz-368 langsung dipancangkan.

Pada tanggal 3 juli 2012, pihak yayasan memberanikan diri

walau tanpa bangunan permanen menerima santri tahfidz perdana yang

atas kebaikan keluarga dr. Awan Buana beserta bunda Ir. Ety, yang juga

merupakan alumni training, memberikan tumpangan salah satu ruang

kelas di SD SIAS Cihanjuang Bandung. Disanalah cikal bakal pondok

pesantren Integritas Qur’ani pertama kali menjalankan aktifitas

pembelajarannya.

Keterbatasan ruang dan tempat tidak serta merta membatasi dan

menghalangi santri al-sabiquna al-awwalun (laskar al-fatihah) untuk

bersungguh-sungguh untuk mencapai cita dan harapan masa depannya,

kesungguhan itu dibuktikan dengan haflah wisuda Juz 30 pada tanggal

30 September 2012.

Badan Hukum Yayasan Rumah Hafidz-368 akhirnya selesai

melalui akta Notaris Novrita, SH No.1 tanggal 4 Oktober tahun 2011,


60

telah terdaftar dan mendapat pengesahan dari Kementrian Hukum dan

Hak Asasi Manusia RI, tertanggal 15 desember 2011. Pada tanggal 30

November tahun 2012, Rumah Hafidz-368 mendapat izin Persetujuan

Pendirian Pondok Pesantren berdasarkan SK. Kemenag No.

Kd.10.26/I/PP.00./5120/2012.

Dengan ucapan “bismillahirrahmanirrahiem” pada tanggal 22

Juni tahun 2013 masjid al-Hafidz dan Pondok Pesantren Integritas

Qur’ani-368 diresmikan oleh seluruh komponen masyarakat yang

dihadiri oleh perwakilan alumni MSQ-368 dari Nusantara, Tokoh

Masyarakat dan Alim-Ulama.

Perlu diketahui pula, mengapa Pesantren ini diberi nama

Integritas Qur’ani? Dalam bahasa arab, kata Integritas Qur’ani disebut

dengan istilah Al-Ittihad Alqurani.

“Integritas” berasal dari bahasa ilmiah populer yang artinya;

kesempurnaan, kesatuan, keterpaduan, ketulusan hati, kejujuran, tak

tersuaap. Sedangkan kata “Qur’ani” diambil dari akar kata qoro’a-

yaqro’u-qur’anan artinya membaca. Kata Qur’ani dimaksudkan dengan

dasar, pondasi dan sumber inspirasi dalam membentuk jiwa dan

kepribadian diri, yaitu Alquran sebagai kalamullah yang tidak ada

keraguan di dalamnya (Arsip pesantren,2015)


61

3. Visi dan Misi PPIQ-368

a. Visi

Mewujudkan Generasi Qur’ani berakhlaq al-karimah, berjiwa

mandiri, tangguh jiwa raga, dan cerdas paripurna.

b. Misi Utama

Menjadi Lembaga Pendidikan Tahfidz Alquran

Internasional, unggul, teladan, dan Solutif Berbasis Akhlaq

Qur’ani.

c. Misi Khusus

1) Menyediakan dan Menyelenggarakan Pendidikan Tahfidz

Alquran Berwawasan Global.

2) Mengimplementasikan sistem pendidikan suri teladan

berbasis akhlaq Al-karimah sesuai dengan Alquran dan As-

sunnah serta perkembangan Teknologi dan Informasi.

3) Membangun karakter Qur’ani melalui budaya dan

pembiasaan ‘ubudiyah yang baik dan benar.

4) Memgembangkan Studi dan metodologi keilmuan Alquran

yang dikemas secara ilmiah, universal dan komprehensif.

5) melahirkan dan mendidik kader-kader imam, da’i, dan

pemimpin masa depan yang berakhlaq Qur’ani.


62

4. Keadaan Asatidz dan Karyawan

Ustadz disini ada yang mukim dan ada juga yang tidak mukim.

Yang mukim ada 14 orang, sedangkan yang non mukim 6 orang. Yang

mukim merupakan alumni pesantren Al-amien prenduan madura dan

juga alumni Angkatan ke I dan ke II PPIQ-368, sehingga mereka

memahami betul system dan kehidupan di pesantren. Dengan adanya

guru mukim maka semua kegiatan santri akan terkontrol dan terawasi

dengan lebih baik.

Tabel 4.1
Daftar Nama Ustadz/Gru PPIQ 2020
No Nama Ustadz/Guru Bidang Studi Pendidikan Terakhir
1 KH. DR. Iskandar Mirza, M.ag Tauhid, B. Arab S3 UIN Bandung
2 Ny. Cut Zaida Murinna, MT Matematika, IPA S2 ITB
3 Prof. Eddie Sagith Agryculture S3 Selandia Baru
4 Alfian Ambarok A. Inggris STIT At Taqwa
5 Naqiatus Sariroh B. Inggris S1 IDIA Al Amien
6 Dharifah B. Arab MTA Al Amien
7 Nurrahmah Alquran ELKID Bogor
8 Waashil ar-rahiim Alquran tajwid PPIQ-368
9 Abdul Rozaq B. Arab PPIQ-368
10 Ridwan Rahmansyah B. Arab PPIQ-368
11 Ikbal azhari B. Inggris PPIQ-368
12 Ahmad Naufal Hadist, Matematika PPIQ-368
13 Dani Kurniawan B. Arab PPIQ-368
14 Farid Hamzah Ekstra Kurikuler PPIQ-368
15 Azhari B. Arab KMI Palembang
16 Yusef Abdurrahman B. Inggris S1 Polban
17 Robin Silat -
18 Ghifa Silat S1 UNPAD
63

19 Ai Hamidah Matematika S2 UPI


20 Engkos Kosasih B. Arab S3 UIN Bandung
21 Pak komar Panahan

Yang non mukiam biasanya lebih kepada pelajaran umum dan

ekskul dengan kualifikasi ada yang lulusan S1, S2, bahkan S3. Mereka

inilah yang bertugas mengajar saja (transfer of knowledge), terutama untuk

pelajaran yang berkaitan kurikulum nasional. Adapun yang mukim adalah

mereka yang punya kualifikasi untuk pengembangan prilaku dan memberi

suri tauladan.

Gbr 4.1 Para Asatidz yang mukim bersama para santri


64

5. Keadaan Santri

Santri Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat pada

tahun ajaran 2019/2020 terbagi SMP dan SMA dengan total Jumlah santri

90 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Kelas Laki-Laki Perempuan Total Ruang Kelas

1 VII 7 - 1

2 VIII 13 - 1

3 IX 20 - 1

4 X 16 - 1

5 XI 8 - 1

6 XII 10 - 1

7 Diniyah 16 2

Total 90
Table 4.2 keadaan Santri

6. Sarana dan Prasarana

Secara umum sarana prasarana di PPIQ sudah sangat memadai

dan terus mengalami perkembangan, seperti : mesjid, ruang kelas, ruang

aula yang juga bisa dijadikan kelas, meja dan kursi santri maupun guru yang

representatif, asrama untuk santri maupun ustadz, ruang komputer,

perpustakaan, kantin/koperasi, kamar mandi dan toilet yang memadai,

halaman/lapangan untuk melakukan aktivitas di luar kelas seperti ekskul

Silat, Panahan, Kepramukaan, dan Futsal, ruang multi media yang

dilengkapi dengan komputer/laptop, infocus dan sound system, dan lain-


65

lain. Walaupun memang karena tempat atau lahan yang sangat terbatas

harus memanfaatkan lahan yang ada dengan seoptimal mungkin, misalnya

halaman depan mesjid digunakan untuk futsal, memanah, pencak silat, dan

pramuka. Jadi satu lapangan bisa digunakan untuk berbagai macam

kegiatan.

Berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja pesantren,

yang menjadi sumber dana pendirian dan biaya operasional pesantren

selama ini berasal dari berbagai pihak yang bebas dan tidak mengikat, antara

lain : 1) Muwakif; 2) Donatur Tetap; 3) Orang Tua Asuh; 4) SPP santri yang

mampu; 5) Infaq, Zakat, Shadaqoh; 6) Pendapatan Training dan Penjualan

produk-produk CV. Adz-Dzikr; 7) Bantuan lain yang tidak mengikat (CSR-

BJB, Lembaga Pemerintah dan Swasta baik korporasi maupun individu).

Jejaring kemitraan dengan para Alumni Training HSQ dalam dan luar negeri

dan beberapa Lembaga Pendidikan Tahfidz serta Universitas juga telah

terbentuk dengan baik.

Partisipasi orang tua mulai saat menyerahkan anaknya ke PPIQ

telah diikat dengan pakta integritas. Tujuannya agar orang tua dan pesantren

punya visi dan misi yang sama dalam mendidik santri. Dengan demikian

diharapkan agar nilai-nilai apa yang diajarkan dan ditanamkan oleh para

orang tua terhadap anaknya, sejalan dengan nilai-nilai apa yang diajarkan

dan ditanamkan oleh pesantren.


66

B. Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan menguraikan serta menerangkan data

dan hasil penelitian tentang penerapan metode Iqro’di Pondok Pesantren

Integritas Qurani Bandung Barat. Hasil dari penelitian ini diperoleh dengan

teknik wawancara mendalam secara langsung kepada informan sebagai

bentuk pencarian dan dokumentasi langsung di lapangan. Kemudian peneliti

juga memakai teknik observasi sebagai cara untuk melengkapi data yang

telah ditemukan. Peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif untuk

melihat kondisi alami dari suatu fenomena. Pendekatan ini bertujuan untuk

memperoleh pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian

yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

berdasarkan orang atau perilaku yang diamati. (Nasution, 2003:)

1. Perencanaan Pembelajaran Iqro’ Pondok Pesantren Integritas

Qurani Bandung Barat

Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Dalam temuan peneliti, terdapat fakta-fakta yang menarik

terkait dengan pelaksanaan pembelajaran Alquran melalui metode Iqro’ di

di Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat. Kenyataan tersebut

sebagaimana diungkapkan oleh kepala Tahfidh Pondok Pesantren Integritas

Qurani Bandung Barat. Menurutnya keberadaan pembelajaran Metode Iqro’


67

tidak lepas dari keprihatinannya tentang para santri baru yang minim dalam

kemampuannya membaca Alquran.

Keprihatinan tersebut ditindak lanjuti melalui rapat setiap awal

tahun sebelum penerimaan santri baru pada waktu itu, dengan melibatkan

berbagai steakholder pihak pesantren. Kepala Tahfidh menambahkan bahwa

perencanaan dalam menentukan sebuah kegiatan dalam hal ini pembelajaran

Iqro’ menjadi sesuatu yang sangat penting, sebab nantinya santri harus

menyelesaikan target hafalan Alquran yang sudah ditentukan.

Data tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti dengan kepala Tahfidh di pesantren tersebut:

“Banyaknya santri baru yang belum bisa membaca Alquran


dengan baik dan benar, maka untuk itulah pesantren mensyaratkan
untuk lulus uji iqro’ dulu sebelum menghafal Alquran. Memang di
waktu SD mereka belajar Iqro’ atau di mushola mereka belajar Iqro’
tapi karena porsinya kurang banyak dan mungkin penggunaan
metodenya kurang tepat, jadi banyak dari mereka harus mengulang
lagi, dan dibimbing lagi. Sedangkan disisi lain, santri harus
menghafal Alquran dan syaratnya ya harus bias baca quran.”
(Wawancara bersama Ustadz Ikbal Khoir selaku kepala Tahfidh pada
tanggal 4 Nopember 2020 di Masjid al-Hafidh).

Kepala Tahfidh juga menambahkan bahwa dengan adanya

pembelajaran Iqro’ sebelum membaca Alquran akan sangat memudahkan

santri dalam membaca dan menhafal Alquran.

Di PPIQ semua santri secara keseluruhan akan diuji kemampuan

membaca Alqurannya. Sebagaimana hasil wawancara berikut:

“disini setiap tahun santri baru akan mengikuti bimbingan iqro’


sampai lancar, sampai bagus bacaanya” (Wawancara bersama
68

Ustadz Ikbal Khoir selaku kepala Tahfidh pada tanggal 4 Nopember


2020 di Masjid al-Hafidh).

Pesatnya teknologi informasi serta pergeseran nilai-nilai kehidupan

diakui sebagai salah satu penyebab menipisnya kesadaran masyarakat

tentang pentingnya belajar agama, dan yang lebih memprihatinkan, hal

tersebut terjadi pada generasi muda dan anak-anak. Sebagaimana hasil

wawancara berikut ini:

“Pesantren ingin anak-anak tidak hanya memahami ilmu umum


saja tapi ilmu agamanya juga jalan, lihat kondisi saat ini sangat
memprihatinkan, kalo pesantren tidak berupaya ya tidak bisa, sebisa
mungkin kita upayakan agar anak-anak memperoleh menu seimbang”
(Wawancara bersama Ustadz Ikbal Khoir selaku kepala Tahfidh pada
tanggal 4 Nopember 2020 2020 di Masjid al-Hafidh).

Kepala kepala Tahfidh Pondok Psantren Integritas Qurani menjawab

kondisi tersebut dengan diadakannya pembelajara Iqro’di Pesantren.

Adapun mengapa metode pembelajaran Alquran menggunakan Iqro’,

padahal terdapat berbagai macam metode pembelajaran Alquran baik yang

klasik maupun yang modern. Dalam temuan peneliti melalui wawancara

dengan ustadz yang merupakan salah satu pembina atau pengajar Iqro’.

Beliau menyebutkan bahwa dipilihnya metode Iqro’ karena Iqro’

merupakan metode pembelajaran Alquran yang sangat sederhana dan

praktis. Menurutnya melihat latar belakang sosial keagamaan para santri

yang cukup minim, maka akan sangat pas jika metode yang digunakan
69

memudahkan dan menyenangkan. Maka dipilihlah iqro’ sebagai

metodenya.

Gbr. 4.3 Gambar Tabel hasil tes santri baru seblum belajar Iqro’ di PPIQ

Dalam kajian peneliti tentang dokumen dan pedoman pembelajaran

Iqro’ peneliti menemukan beberapa alasan yang disampaikan oleh ustadz

pembina Iqro’, bahwa dipilihnya iqra’ sebagai metode pembelajaran karena

memiliki kelebihan dalam konteks kesesuaian dengan latar belakang santri

, yaitu pertama bacaan langsung, artinya bahwa Iqro’ mengajarkan kepada

santri untuk membaca secara langsung tanpa di eja, sehingga santri

terdorong untuk berani dan percaya diri dalam membaca, kedua praktis,

praktis dalam konteks ini sederhana dan tidak terlalu menuntut santri

memahami terlalu tinggi dan sulit. Sehingga sangat relevan dengan kondisi

dan latar belakang para di Pondok Psantren Integritas Qurani Bandung

Barat.

Sedangkan menurut ketua bagian kurikulum bahwa perencanaan

dalam kegiatan pembelajaran Iqro’ telah memenuhi berbagai dialog dan


70

komunikasi, baik melalui rapat maupun diskusi tentang bagaimana

merealisasikan pembelajaran Iqro’ di PPIQ.

Selain itu salah satu visi misi pesantren adalah bagaimana santri

memiliki kematangan dan pemahaman tentang Alquran, maka salah satu

strategi yang digunakan adalah dengan mewajibkan semua santri baru

mengikuti kegiatan bimbingan Iqro’ selama 3 (tiga) bulan. Sebagaimana

disampaikan Ketika wawancara:

“Setiap penerimaan santri baru tugas kami adalah membuat


proses bimbingan selama 3 bulan. Ini berlaku bagi siapa saja yang
Namanya santri baru baik itu lulusan SD, MI, atau bahkan SMP.
Tujuannya supaya metode yang diajarkan sama dan seragam dengan
metode Iqro’ yang ada di PPIQ, dan juga kebanyakan santri baru
banyak yang belum bisa ngaji.” (Wawancara bersama Ustadz Ahamad
Naufal selaku kepala Kurikulum pada tanggal 4 Nopember 2020 di
Masjid)

Secara spesifik bagian kurikulum telah mempersiapkan berbagai

perangkat dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan Iqro’. Beberapa

perangkat tersebut yaitu pedoman pengajaran, jadwal pembelajaran, lembar

penilaian serta evaluasi setiap 2 minggu dan akhir bulan.

Secara spesifik dalam perencanaan tersebut sesuai dengan hasil

wawancara peneliti dengan kepala tahfidh dan kepala kurikulum, dapat

peneliti uraikan sebagai berikut:

a. Mempersiapkan dukungan dan keterlibatan kegiatan bimbingan

melalui rapat dan komunikasi terhadap berbagai pihak yang terkait

dengan pengembangan lembaga.


71

b. Menentukan ustadz pengajar atau pembina yang di anggap kompeten

dan memiliki penguasaan terhadap pengajaran Alquran.

c. Mempersiapkan dan merencanakan pedoman pembelajaran yang

meliputi pemilihan buku sebagai kitab dalam pembelajaran Alquran.

d. Menentukan model dan metode pembelajaran Iqra’ yang sesuai

dengan kondisi dan situasi Pondek Pesantren Integritas Qurani

Bandung Barat.

e. Menyiapkan alat dan media pembelajaran. Alat dan media

pembelajaran dalam Alquran yang digunakan oleh ustadz dalam

menyampaikan materi meliputi buku pedoman pembelajaran Iqro’,

buku tulis serta alat tulis. Namun, seiring dengan perkembangan

waktu, pesantren telah menyediakan fasilitas sound system dan

LCD. Menurut guru pengajar, alat dalam pembelajaran memiliki arti

yang sangat penting mengingat dengan alat yang baik dan efektif

ustadz akan mampu menyampaikan materi dengan baik dan

maksimal. Alat dalam hal ini sound system sering digunakan oleh

ustadz dalam merangsang santri untuk mendengarkan tartil maupun

lagu-lagu dalam qira’ah, artinya ustadz sering memutarkan bacaan

Alquran yang dapat merngsang santri untuk mampu membaca dan

menghafalkan. Hal ini sesuai dengan hasil dari wawancara berikut

ini:

“jadi semuanya sudah kami susun dan dipersiapkan segala


kebutuhannya biar enak nanti ngajarnya soalny kan masing-
72

masing santri beda bed acara nangkepnya. Ada yang dengan


mendengar, karena dengan mendengar mereka akan mengikuti
dan selanjutnya akan memiliki kebiasaan dalam membaca Al-
Quran (Wawancara bersama Ustadz Ahamad Naufal selaku
kepala Kurikulum pada tanggal 4 Nopember 2020 di kantor).

f. Membuat jadwal pembelajaran. Sebelum melakukan kegiatan

bimbingan Iqro’, Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat

membuat jadwal kegiatan bimbingan. Dari data dokumentasi peneliti

memperoleh jadwal kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai

berikut:

HARI JAM PENGAJAR


SENIN 05.00-06.15 Ust. Azhari
SELASA 05.00-06.15 Ust. Azhari
RABU 05.00-06.15 Ust. Ahmad
KAMIS 05.00-06.15 Ust. Ahmad
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Bimbingan Iqro’ di PPIQ

g. Mempersiapkan lembar penilaian sehari-hari, lembar penilaian UTS

dan UAS. Dari data dokumentasi peneliti memperoleh lembar

penilaian sehari-hari, lembar penilaian UTS dan UAS. Lembar

penilaian sehari-hari, lembar penilaian UTS dan UAS tersebut

adalah sebagai berikut:


73

Lembar penilaian belajar Iqro’ sehari-hari


Nama :
Asal :
Kelas :

No Hari/Tanggal Halaman Capaian Ttd Ttd


guru wali
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 4.5 Lembar Penilaian Bimbingan Iqro’ di PPIQ

Lembar Evaluasi Dwi Mingguan dan Bulanan

JILID 1/2/3 Nilai Akhir


No Nama Santri Tajwid Makhraj Fashohah

Tabel 4.6 Lembar Evaluasi Bulanan Bimbingan Iqro’ di PPIQ

Sedangkan perencanaan yang dilakukan oleh ustdaz ialah sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan ajar sebelum memasuki ruangan belajar

b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan

c. Menentukan Pendekatan, model, metode, strategi dalam mengajar

d. Mamahami Karakter Santri


74

Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh ustadz Azhari pada saat

wawancara:

“…seperti biasa, siapin dulu bahan ajarnya yang mau


diajarkan setelah alat-alatnya, metodenya, dan tak kalah
penting paham karakter santrinya” (Wawancara bersama
Ustadz Azhari selaku kepala Kurikulum pada tanggal 4
Nopember 2020 di kantor).

2. Penerapan Metode Iqro’ untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca

Alquran

Pelaksanaan pembelajaran Alquran di Pondok Pesantren Integritas

Qurani Bandung Barat selalu mengacu pada pedoman pelaksanaan Buku iqro’.

Dalam wawancara peneliti dengan Pembina Alquran terdapat temuan bahwa

proses pembelajaran bimingan iqro’ dilaksanakan pada hari senin sampai hari

kamis setelah shalat subuh berjamaah. Berdasarkan temuan peneliti melalui

hasil observasi dan wawancara, peneliti dapat memaparkan data dengan

mengungkapkan beberapa temuan dalam proses pelaksanaan pembelajaran

Alquran melalui metode Iqro’, sebagai berikut:

a. Penentuan kelas dan kemampuan Membaca

Sebelum pembelajaran dilakukan, santri dikumpulkan dalam satu

tempat untuk dilakukan tes atau pengukuran kemampuan dalam membaca

Alquran, dalam proses tes ini santri ditanya apakah pernah belajar Alquran

sebelumnya, jika santri menjawab pernah, maka guru Pembina yang

melakukan tes mempersilahkan kepada santri tersebut untuk membaca apa

yang pernah dia pelajari, dalam proses tersebut, ustadz akan menentukan
75

apakah santri tersebut memiliki kemampuan baik, cukup atau kurang.

Sebaliknya jika dalam wawancara santri ditanya apakah pernah atau belum

pernah mempelajari Iqro’ atau Alquran dan santri tersebut belum pernah, maka

ustadz akan mencoba untuk melakukan pengukuran melalui perekaman dengan

cara santri tersebut dipersilahkan untuk membaca Iqro’ jilid 1, sebagai

pembuktian bahwa santri tersebut memang benar-benar belum mengetahui dan

mengenal metode pembelajaran Alquran baik melalui Iqro’ maupun metode

yang lain.

Setelah itu ustadz menentukan adanya pengelompokan melalui

pembagian kelas-kelas. Dalam prosesnya santri dibagi menjadi tiga kelas.

Pertama, kelas A yaitu santri dengan kemampuan membaca yang bagus, baik

dari segi tajwid, makhorijul huruf maupun panjang dan pendeknya. Kedua,

kelas B kelas ini merupakan kelas dimana santri memiliki kemampuan yang

sedang-sedang dalam membaca Alquran. Ketiga kelas C dalam kelas ini

terdapat santri yang masih dasar atau pemula dalam membaca dan belajar

Alquran. Pembagian kelas tersebut dimaksudkan agar ustadz mudah dalam

menyampaikan materi serta dapat secara baik melakukan diagnosa terhadap

kekurangan para santri.


76

Menurut ustadz pembina Alquran model pengelompokan menjadi

tiga kelas yaitu kelas A, B dan C dimaksudkan agar model pengajaran dapat

dilaksnakan secara tepat dan mudah, karena ustadz mengetahui kemampuan

para santri secara umum. Ustadz pembina Alquran juga mengakui bahwa

model-model pembagian kelas cukup efektif dilaksanakan, sebab secara

umum ustadz mampu mengetahui kemampuan dan pemahaman masing-

masing santri, serta mampu memberikan kadar materi yang sesuai.

Gbr 4.4 Peneliti melakukan wawancara dengan Ust. Azhari sebagai


penbimbing pembelajaran Iqro’ pada 5 Nopember 2020 di Masjid Alhafidh

Keterangan tersebut sesuai dengan pengakuan ustadz Pembimbing

sendiri sebagaimana dari hasil wawancara berikut:

“Sebelum mulai pembelajaran, para pembimbing akan melakukan


pengelompokan santri baru sesuai kemampuan masing masing santri,
tentu hal ini dilakukan setelah tes baca quran. Jadi santri yang bacaan
bagus digabung dengan kelompok yang bagus. Tujuannya biar enak
nanti pas ngajar.” (hasil wawancara dengan ustadz Azhari pembimbing
Iqro’ di pada 5 Nopember 2020)
77

Melalui proses pembentukan kelas-kelas tersebut, ternyata terbukti

santri mampu mempelajari Alquran secara baik dan maksimal, ustadznya pun

juga demikian, bahwa dengan mengetahui kemampuan santri, ustadz mampu

memberikan pembelajaran yang tepat bagi santri nya.

b. Pembelajaran di Kelas dengan Menggunakan Metode Iqra’

Setelah peneliti mengkaji tentang berbagai kelompok dalam kelas-

kelas pembelajaran iqra’, selanjutnya peneliti melihat dan mengikuti

pembelajarannya. Peneliti dapat memberikan paparan bahwa model

pembelajaran yang dilakukan oleh guru cukup baik dan mampu merangsang

santri untuk berani dan mandiri, sebagaimana dalam pedoman pembelajaran

metode iqra’ santri dituntut untuk memiliki keberanian dalam mengucapkan

dan mengungkapkan, hal ini telah dilakukan oleh ustadz dimasing-masing

kelas.

Salah satunya peneliti mengikuti pembelajaran di kelas B, disana

peneliti menemukan fakta bahwa para santri masih butuh bimbingan dan

pendampingan agar santri bisa membaca Alquran sesuai dengan kaidah

tajwid.

Dalam rekaman peneliti, kegiatan pembelajaran Alquran dengan

menggunakan metode iqra’ yang dilakukan oleh ustadz pembimbing, melalui

beberapa tahap sebagai berikut:

1) Ustadz mengkondisikan para santri terlebih dahulu. Kondisi

tersebut dihadapi oleh para pengajar baca Alquran di Pondok


78

Pesantren Integritasas Qurani Bandung Barat. Adapun strategi

yang digunakan oleh ustadz untuk untuk menertibkan agar santri

segera masuk ke kelasnya masing-masing adalah dengan cara

menghimbau dan mengajak dengan penuh motivasi. Kondisi

tersebut diakui oleh ustadz yang mengajar sebagai sebuah

tantangan yang perlu untuk diselesaikan, karena hal tersebut

merupakan bagian dari pembelajaran, apalagi santri baru yang

harus beradaptasi dengan lingkungan pesantren. Hal tersebut

sebagaimana diungkapkan oleh salah satu ustadznya:

“Namanya juga santri baru, pasti harus beradaptasi.


Mereka kan belum tau betul bagaimana displin pesantren.
Kadang mereka murung, tidak betah, bahkan tidur” (hasil
wawancara dengan ustadz Azhari pembimbing Iqro’ di pada
5 Nopember 2020 2020).

Setelah santri terkondisi dengan baik, ustadz meminta para

santri membaca surat-surat pendek terlebih dahulu secara klasikal

yang dimulai dari surat At-Takatsur sampai dengan surat An- Nas,

hal ini dilakukan agar santri terbiasa dan nantinya memiliki hafalan

terhadap surat-surat tersebut.

2) Setelah para santri selesai membaca surat-surat pendek tersebut,

guru mempersilahkan para santri untuk membuka buku Iqra’ dari

jilid 1. Setelah para santri siap dengan peralatan belajarnya, maka

guru mulai membacakan lembar demi lembar iqra’ tersebut.

Pembacaan yang dilakukan oleh ustadz sebagai sebuah pemberian


79

contoh tentang materi atau halaman yang akan diajarkan, setelah

ustadz membaca huruf demi huruf dan kalimat demi kalimat

selanjutnya santri menirukan secara klasikal. Santri tidak hanya

membaca huruf demi huruf yang ada di buku iqro’ tersebut tapi

harus menunjuk huruf-huruf tersebut dengan baik dan benar hal ini

sebagaimana disampaikan oleh ustadz pembimbing Ketika

wawancara:

“Iqro’ Ini sebenarnya kental dengan metode tunjuk ya,


seperti nunjuk huruf atau kalimat dengan baik. Disini
Namanya metode Muassyir (Metode tunjuk). Tapi, yang
sering banyak dilupan oleh pengajar Iqro’ yaitu metode
Muassyir itu sendiri. Kebanyakan pengajar iqro’ di tempat
lain hanya memperhatikan arah telunjuk santri ke huruf atau
kalimat yang dibaca, tapi focus perhatian mata santri nya
tidak diperhatikan. Padahal yang benar adalah ketika santri
menunjuk ke huruf Ba’ misalnya, maka arah tunjuk dan mata
santri nya tertuju pada titik huruf BA’ atau contoh lain
menunjuk huruf fathah, maka arah tunjuk dan mata santri
nya tertuju ke huruf fathah. Maka dari itulah butuh waktu 3
bulan untuk melatih fokus santri baru.” (wawancara dengan
ustadz Azhari pada 5 Nopember 2020 2020).

Ketika proses tersebut selesai, selanjutnya ustadz memanggil

santri satu persatu untuk menunjukkan kemampuannya membaca

dan dalam hal ini ustadz menyimak dan memperhatikan bacaan

santri tersebut, jika salah ustadz memberi pembenaran dan

menunjukkan kesalahannya. Namun yang menarik dalam hal ini

adalah ustadz sama sekali tidak mendikte atau bahkan menuntun

santri sampai santri tersebut selesai. Ustadz dalam konteks ini

membiarkan santri untuk membaca secara mandiri dan percaya


80

diri. Sampai santri tersebut benar-benar mampu dan memahami apa

yang dia baca. Model semacam inilah yang disebut oleh ustadz

pengajar sebagai cara belajar santri mandiri, dan kenyataannya

menunjukkan bahwa perkembangan santri dalam membaca

mengalami perkembangan yang signifikan, hal tersebut terbukti

dari kemajuan cara baca para santri nya. Karena ustadz sering

memberi tugas kepada santri nya untuk belajar dan membaca diluar

jam bimbingan, dengan demikian santri memiliki kesiapan dan

modal ketika mereka mengikuti pembelajaran di kelas. Selain itu,

maksud dan tujuan diberikan tugas adalah agar wali kelas dapat

mengontrol kondisi dan posisi anaknya dalam belajar.

3) Setelah proses pembelajaran selesai, maka ustadz membuat

kesimpulan dan menyampaiakan catatan-catatan penting tentang

kekuarangan dan kelemahan para santri dalam membaca, dengan

menyampaikan kesimpulan tersebut diharapkan para santri

memahami dan mengerti kekurangannya masing-masing agar

dalam pertemuan berikutnya dapat diperbaiki. Dan yang paling

terakhir ustadz melakukan refleksi tentang perjalanan dalam proses

pembelajaran hari itu, dengan mencoba untuk bertanya kepada

beberapa santri tentang apa yang dirasakan dalam pembelajaran

Alquran. Sesuai hasil observasi peneliti, beberapa santri menjawab

dan mengungkapkan bahwa apa yang dia peroleh dalam


81

pembelajaran sangat berarti, dia juga mengaku ada kemajuan dan

perubahan setiap pertemuan. Setelah proses-proses tersebut selesai,

para santri diajak untuk berdoa bersama-sama. Yang selanjutnya

para santri diperbolehkan untuk meninggalkan kelas pembelajaran

dengan cara dipanggil satu persatu dengan maksud agar santri tertib

ketika meninggalkan kelas pembelajaran.

Secara umum strategi dan metode dalam pembelajaran

iqro’ di Pondok Pesantren Integritas Qurani didesain sebagai

pembelajaran yang dinamis dan demokratis, artinya bahwa santri

diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam

membaca, mereka tidak harus sama dalam materi, meskipun

kelasnya sama, model seperti ini mencoba untuk memberi

kesempatan kepada santri berkompetisi dengan cara yang baik.

Artinya bahwa prinsip demokratis dikedepankan dalam proses

pembelajaran.

Selain itu yang tidak kalah penting adalah santri dirangsang

untuk bertanya tentang materi yang dipelajari, meskipun diakui

oleh ustadz yang mengajar bahwa metode tanya jawab ini dianggap

klasik, namun sangat penting untuk memahamkan santri.


82

3. Hasil Kemampuan Santri Membaca Alquran setelah Penerapan

Metode Iqro’

Dalam penelitian ini peneliti melihat bahwa, evaluasi menjadi

bagian yang sangat penting untuk dilakukan oleh pihak pesantren dalam

penyelenggaraan kegiatan bimbingan Iqro’. Sebagaimana wawancara

peneliti dengan kepala Tahfidh Pesantren, salah satu evaluasi yag dilakukan

dalam rangka melihat perjalanan dan perkembangan kegiatan bimbingan

Alquran dengan metode Iqro’ adalah dengan cara melihat prestasi itu

sendiri.

Prestasi yang dimaksud adalah sejauh mana perubahan dan

kemajuan bacaan serta pemahaman santri tentang kualitas bacaan dan

pemahamannya dari waktu kewaktu. Misalnya tahun lalu santri berada di jilid

1 maka tahun ini sudah jilid 2 atau jilid 3 dan seterusnya. Sebagaimana dalam

kutipan wawancara peneliti dengan kepala Tahfidh Pondok Pesantren

Integritas Qurani.

“Sistem penilaian pembelajaran ini dengan data kemajuan


dalam setiap pertemuannya, pertemuan hari ini kemajuannya berapa
ayat dan pertemuan berikutnya berapa ayat dan seterusnya. Apabila
masih jilid ya halaman berapa, kemudian naik ke halaman
selanjutnya. Sampai betul betul baik dan benar dalam membacanya.
Kalua belum lulus ya tetap di jilid itu sampai lulus.” (wawancara
dengan Ikbal Khoir pada 5 Nopember 2020).

Hal tersebut juga sama dengan yang disampaikan oleh ustadz yang

mengajar, beliau mengungkapkan bahwa evaluasi yang dilakukan adalah

dengan cara melihat bagaimana perkambangan santri dalam membaca


83

Alquran, jika ada perkembangan dan kemajuan berarti dapat dikatakan bahwa

kegiatan berjalan dengan baik, namun jika masih tetap sama belum ada

perkembangan, hal tersebut perlu diperbaiki.

Adapun model penilaian yang dipakai oleh pondok pesantren

Integritas Qurani dalam kegiatan bimbingan Iqro’ adalah evaluasi harian,

evaluasi 2 mingguan, dan evaluasi bulanan. Berikut rinciannya:

a. Evaluasi harian, dalam penilaian harian ini para santri akan

ditentukan apakah bacaan berikutnya dilanjutkan atau mengulang,

dan dalam hal ini mereka memiliki kartu kontrol, dalam kartu kontrol

tersebut para santri akan mendapatkan penilaian dari apa yang telah

dibaca, tentunya ustadz dalam hal ini akan melihat komponen bacaan

masing-masing santri dalam satu kelas apakah layak untuk berlanjut

atau mengulang, adapun komponen tersebut meliputi kelancaran,

tajwid, panjang pendek, kefasihan dan penguasaan materi.

b. Evaluasi dua mingguan. Pada evaluasi ini, para santri dipersilahkan

untuk membaca lembar-lembar sebelumnya serta penguasaan materi

sebelumnya, jika mereka memenuhi syarat dan kriteria penilaian,

baik tajwid, panjang pendek, kefasihan dan penguasaan materi,

maka mereka akan mendapatkan nilai berupa angka baik A, B

maupun C yang mana nilai tersebut akan disisipkan kedalam raport

yang terdapat di pesantren atau raport umum dalam kolom.


84

c. Evaluasi Bulanan. pada penilain ini para santri akan memperoleh

materi tersendiri yaitu materi ujian yang berbasis pada praktek

dengan cara membaca didepan ustadz penguji, hal ini dilakukan agar

kontrol pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal, agar

nantinya dapat dilaporkan kepada wali kelas tentang kondisi dan

perkembangan santri.

Selain model evaluasi pembelajaran Alquran di atas, pihak

pesantren juga melakukan evaluasi melalui partisipasinya dalam kegiatan

lomba-lomba serta kemajuan dalam tingkat bacaan, maka prestasi yang lain

yang juga penting adalah bagaimana kemajuan tersebut mampu ditunjukkan

kepada santri yang lainnya.

Dengan penggunaan metode yang tepat dalam melakukan

bimbingan Iqro’ di pondok pesantren Integrtas qurani bandung barat, maka

dipatkan hasil yang memuaskan. Para santri bisa dengan mudah memahami

metode baca Iqro’ dan juga bisa dengan mudah membaca Alquran hal ini

seperti yang disampaikan oleh santri Ketika wawancara:

“Alhamdulillah, Setelah belajar metode iqra’ ini saya bisa


mengaji (membaca Alquran) dengan lancar, dan saat ini saya sudah
hafal juz 30 dan juz 1.” (wawancara dengan santri PPIQ pada 7
Nopember 2020)

Hal yang sama juga disampaikan oleh ustadz pembimbing iqro’

kalau para santri bisa membaca Alquran dengan mudah dan dapat

menyelesaikan target hafalan surat pendek.


85

Selain itu, peneliti juga melakukakn wancara dengan dengan

salah satu santri terkait hasil setelah belajar metode Iqro’ dengan baik dan

benar, responden mengutarakan bahwa sebelumnya belum pernah belajar

Iqro’ tapi yang dipelajari ialah membaca Alquran dengan metode “Ummi”,

menurut santri tersebut metode Iqro’ jauh lebih mudah dan sekarang sudah

bisa membaca Alquran dengan lancar seperti yang disampaikan sewaktu

wawancara:

“Saya belum pernah belajar iqro’ sewaktu SD karena di SD


belajarnya pake metode “UMMI” bukan iqro’. Tapi alhamdulillah
disini saya belajar iqro’ dan sudah bisa membedakan mana
Panjang mana pendek. Bedanya sama UMMI kalau iqro’ simple
dan mudah dimengerti.” (wawancara dengan santri PPIQ pada 7
Nopember 2020).
Ustadz pembimbing Iqro’ juga memberikan dokumen hasil

ujiannya kepada peneliti terkait perkembangan para santrinya dalam

mempelajari metode Iqro’ seperti berikut:

DATA KEMAJUAN PERKEMBANGAN SANTRI


PADA PEMBELAJARAN MEMBACA IQRO’ DI PPIQ 2020

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3


No Nama
Jilid Nilai Jilid Nilai Jilid Nilai
1 Rois 1 40 1 55 2 80
2 Rahmad 1 50 1 65 2 75
3 Zahron 1 50 1 70 2 75
4 Davin 1 50 1 65 2 85
5 Azwar 1 40 1 80 2 75
6 Omar 1 40 1 75 2 70
7 Rifqi 1 40 2 55 3 50
8 Raifa 1 70 3 70 4 80
9 Danis 1 40 3 70 4 75
10 Aldo 1 40 3 70 4 75
11 Pyerr 1 40 3 65 4 75
86

12 Falah 1 40 4 65 5 80
13 Habib 1 70 4 85 5 85
14 Hanif 1 40 4 65 5 70
15 Raihan 1 40 4 70 5 85
Tabel 4.7 Tabel perkembangan santri per-bulan. Data oleh Pembimbing Iqro’
Dari tabel 4.7 diatas dapat kita simpulkan bahwa pada awal

pembelajaran atau pada bulan pertama hasilnya belum cukup memuaskan,

tapi di bulan bulan berikutnya terjadi peningkatan yang signifikan. Untuk

rincian lengkapnya akan peneliti urai di bab pembahsan.


87

B. PEMBAHASAN

1. Perencanaan Metode Iqro’ di Pondok Pesantren Integritas Qurani

Bandung Barat.

Alquran diturunkan kepada umat muslim untuk dijadikan

pedoman hidup umat Islam. Selain itu Alquran merupakan salah satu

wahyu Allah yang paling sempurna diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Alquran merupakan petunjuk bagi umat manusia

agar berfikir. Setiap butir hurufnya mengandung pahala yang berlipat

ganda jika kita membacanya. Walaupun tidak semua orang tahu artinya,

teapi membacanya saja sudah berpahala. Itulah keistimewaan dari

Alquran. Didalam QS. Al-Baqarah ayat 2 dijelasakan tentang tiada

keraguan kemurnian dari Alquran.

Kitab (al Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk


bagi mereka yang bertakwa, (QS. Al-Baqoroh:2)

Yang dimaksud petunjuk (Al-Huda) adalah keimanan yang

dimantabkan di dalam hati. Takwa yaitu melakukan yang diperintahkan-

Nya dan menjauhi yang dilarang-Nya. Oleh sebab itu umat Islam harus

belajar untuk membaca dengan baik dan benar.

Alquran merupakan sebuah petunjuk Allah kepada umat

manusia yang keistimewaanya luar biasa oleh kitab-kitab sebelumnya.

Oleh sebab itu penting bagi umat Islam belajar Alquran bahkan dapat

mengajarkannya kepada orang lain. Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-


88

Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari

Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu

Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu,

bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

َ ‫َخي ُْر ُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم ْاﻟقُ ْرآنَ َو‬


ُ‫علَّ َمه‬

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan


mengajarkannya.”

Masih dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin

Affan, tetapi dalam konteks yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi

Shallallahu Alaihiwa Sallam bersabda,

َ ‫ضلَ ُك ْم َم ْن تَعَلَّ َم ْاﻟقُ ْرآنَ َو‬


ُ‫علَّ َمه‬ َ ‫إِ َّن أ َ ْف‬

“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian


adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya”

Dalam dua hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat

menjadikan seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-

saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Alquran dan

mengajarkan Alquran. Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat

membuat seseorang menjadi yang terbaik, tidak bisa lepas dari

keutamaan Alquran itu sendiri. Alquran adalah kalam Allah, firman-

firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara

Malaikat Jibril Alaihissalam. Alquran adalah landasan pertama dan

acuan utama dalam ajaran Islam. Karena keutamaan yang utama inilah,

yang membuat Abu Abdirrahman As-Sulami salah seorang yang


89

meriwayatkan hadits ini rela belajar dan mengajarkan Al- Qur`an sejak

zaman Utsman bin Affan hingga masa Al-Hajjaj bin Yusuf Ats- Tsaqafi.

(Mutiarahikmah.com2019).

Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka proses perencanaan

yang dilakukan oleh PPIQ merupakan bagian tidak terpisahkan dalam

manajemen lembaga pendidikan. Temuan peneliti menunjukkan bahwa

proses manajemen telah dilakukan oleh lembaga pendidikan tersebut,

menurut peneliti, perencanaan menjadi sangat penting untuk

menentukan langkah-langkah serta program yang akan dilakukan oleh

pesantren.

Jika melihat keterlibatan berbagai pihak dalam perencanaan

tentang pelaksanaan metode Iqro’ di PPIQ, maka dapat di sampaikan

bahwa pesantren benar-benar memiliki komitmen untuk menyajikan

program pembelajaran yang berkualitas. Pihak pesantren mencoba

untuk menggali masukan-masukan dari berbagai pihak demi program

yang baik dan relevan terhadap kebutuhan pesantren ke depannya.

Temuan peneliti berikutnya adalah tentang diagnosa

kebutuhan, yaitu adanya penelitian dan pengamatan pihak pesantren

yang dilakukan oleh kepala Tahfidh dalam rangka menangkap potensi

yang dibutuhkan oleh santri baru. Diagnosa atau penangkapan tentang

kebutuhan masyarakat benar- benar tepat, masyarakat membutuhkan

pendidikan religius dalam bentuk pembelajaran Alquran.


90

Kenyataan tersebut relevan dengan tujuan lembaga

pendidikan itu sendiri, artinya sebuah lembaga pendidikan dikatakan

bermakna apabila mampu menjawab kebutuhan dan tantangan

masyarakat disekitarnya. Jika PPIQ telah membaca kebutuhan

masyarakatnya, maka sebuah program akan mendapatkan respon yang

positif. Sebaliknya jika sebuah lembaga pendidikan tidak mampu

menangkap peluang tentang apa yang dibutuhkan masyarakatnya, maka

sebuah program yang disusun akan mendapatkan hambatan, karena

masyarakat tidak membutuhkannya.

Beberapa poin penting yang peneliti temukan dalam

perencanaan pembelajaran metode Iqro’ di Pondok Pesantren Integritas

Qurani.

a. Melakukan tes membaca Alquran sebelum santri mulai

menghafal atau membaca Alquran.

b. Melakukan bimbingan yang signifikan selama 3 (tiga)

bulan untuk mempelajari metode Iqro’. Program ini

wajib diikuti oleh semua santri baru.

c. Menyiapkan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan para

santri nya.

d. Menyiapkan ustadz pembimbing yang ahli di bidangnya.

e. Menyiapkan media pembelajaran metode Iqro’ yang

dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran.


91

2. Penerapan metode Iqro’ di Pondok Pesantren Integritas Qurani

Bandung Barat

Pelaksanaan metode Iqro’ di PPIQ dalam konteks penelitian

ini telah dilakukan secara prosedural sesuai dengan aturan dan

sistematika pembelajaran Iqro’. Artinya bahwa proses pelaksanaan

tersebut perlu untuk selalu ditingkatkan dan dikembangkan dalam

konteks pembelajaran metode Iqro’ di PPIQ. Peneliti sepakat bahwa

sebuah pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu

melibatkan berbagai unsur pembelajaran itu sendiri baik ustadz, metode,

santri, media serta evaluasinya. Pembelajaran tidak boleh terjebak pada

bagian-bagian tertentu saja, misalnya ustadz hanya menjadi yang paling

dominan dalam pembelajaran atau hanya menggunakan metode klasikal

seperti ceramah saja. Maka pola- pola pembelajaran dinamis dan

inovatif perlu dilakukan dan di usahakan melalui berbagai pola dan

model. Adapun dalam temuan peneliti terkait dengan pelaksanaan

pembelajaran itu sendiri, peneliti menemukan tahapan- tahapan atau

unsur-unsur dalam pembelajaran itu sendiri yang meliputi:

a. Penentuan Kelas dan kemampuan membaca

Penentuan kelas dalam pembelajaran menjadi sesuatu

yang sangat penting. Dalam temuan peneliti, PPIQ telah

melakukan tahapan seleksi tersebut, secara manajerial ketika

pembelajaran mampu memahami kebutuhan dan kondisi santri


92

dalam pembelajaran, maka dengan mudah dapat dilakukan

pemilihan materi yang akan diajarkan.

Pembina dalam konteks ini telah melakukan tahapan

tersebut dengan cara melakukan tes dan wawancara tentang

pemahaman terhadap Alquran itu sendiri. Peneliti melihat bahwa

pesantren berhasil melakukan penentuan kelas untuk selanjutnya

menentukan kemampuan membaca. Tentunya ketika kemampuan

sudah terbaca serta kebutuhan santri juga sudah terlihat, maka

pesantren perlu mencari ustadz pembimbing yang relevan dengan

usia santri itu sendiri, sebab santri memiliki kemampuan sesuai

dengan kadar usianya itu sendiri.

b. Pembelajaran Metode Iqro’

Metode dalam pembelajaran merupakan unsur penting

dalam mencapai hasil pembelajaran yang baik dan maksimal.

Tentunya ustadz perlu untuk memilih model-model pembelajaran

yang baik dan efektif dalam proses pembelajaran. Ketika guru tidak

mampu menentukan model dan metode apa yang akan digunakan,

maka dapat dipastikan proses pembelajaran akan terpengaruh

hasilnya. Peneliti melihat bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh

guru dalam metode Iqra’ sesuai dengan petunjuk pembelajaran itu

sendiri, yang pertama peneliti melihat ustadz dalam pembelajaran

telah melakukan tahapan berupa persiapan dalam pembelajaran


93

dengan cara menyiapkan perangkat pembelajaran itu sendiri berupa

buku Iqra’, pedoman pembelajaran, buku penilaian serta alat tulis.

Dalam temuan peneliti Pembina atau pengajar melakukan tahapan-

tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan, dalam persiapan ini ustadz tidak saja mempersiapkan

diri, namun juga mempersiapkan santri yang akan mengikuti

pembelajaran, memang banyak kendala ketika ustadz harus

mempersiapkan santri untuk memulai pembelajaran, banyak

santri yang kadang tidak tertib, bermain-main serta kurang

fokus dalam mengikuti pembelajaran. Dalam temuan peneliti

para santri masih banyak yang belum mampu untuk mengikuti

pembelajaran pada tahap persiapan awal ini, hal tersebut

dikarenakan mereka masih fokus untuk bermain dengan teman

sebaya atau teman dalam satu tempat duduk. Melihat kenyataan

tersebut, maka dalam sebuah pembelajaran perlu dilakukan

strategi-strategi agar santri dapat fokus dan tenang dalam

pembelajaran. Meskipun hal tersebut tidak terlalu

mempengaruhi, namun pada kenyataannya akan menjadi

kendala tersendiri dalam proses-proses pembelajaran

selanjutnya. Untuk itu perlunya bentuk strategi pembelajaran,

misalnya santri dirangsang dengan pertanyaaan atau bernyanyi

dan bercerita sebelum dimulai pembelajaran.


94

2. Pelaksanaan, dalam pelaksanaan pembelajaran ini, ustadz

menerapkan prosedur pembelajaran sebagaimana dalam

petunjuk pembelajaran metode Iqra’ yaitu ustadz berprinsip cara

belajar santri aktif (CBSA), ustadz dalam temuan peneliti

memberikan contoh bacaan yang benar dan santri

menirukannya. Selain menirukannya, santri harus bisa

mengetahui huruf atau kalimat yang dibaca melalui menunjuk

pada harkatnya atau pada hurufnya lalu selanjutnya ustadz

hanya menyimak dan kadang kala hanya memberikan pokok-

pokok bacaannya saja. Model yang dilakukan oleh ustadz

pengajar seperti ini sangat relevan dengan misi membelajarkan

santri secara mandiri. Santri dalam konteks ini terangsang untuk

belajar membaca di luar kelas secara baik dan tertib, karena

mereka akan dihadapkan pada pertangggung jawaban berupa

membaca di depan ustadznya. Tentunya model seperti ini perlu

untuk dilakukan secara masif dan terstruktur, yang terpenting di

akhir pembelajaran anak selalu diberi motivasi dan semangat

untuk terus belajar. Peneliti juga menemukan data berupa

pembelajaran secara privat dalam konteks metode Iqra’, artinya

adalah ustadz akan menyimak hasil bacaan dan belajar santri,

ustadz dalam konteks ini akan memberi pembetulan manakala

santri melakukan kesalahan. Temuan berikutnya adalah jika


95

santri telah mampu menguasai materi yang diberikan dengan

menunjukkan kefasihan dalam membaca, tajwid yang benar

serta makhorijul huruf dan panjang pendek yang sesuai serta

benar, maka santri tersebut dipersilahkan untuk melanjutkan

materi atau halaman selanjutnya. Model seperti itu cukup

menarik, sebab dalam observasi peneliti, para santri cenderung

berpacu atau berlomba antara satu teman dengan teman lainnya

untuk lebih cepat dan mengejar jilid-jilid berikutnya. Dalam

bahasa peneliti ada persaingan yang sehat dan terbuka untuk

meraih pengakuan guru pengajar tentang kelayakan bacaan itu

sendiri.

Dalam konteks pembelajaran, fakta tersebut masuk

dalam salah satu strategi pembelajaran. Dengan adanya metode

seperti itu santri cenderung terangsang untuk selalu belajar dan

membaca secara baik dan benar. Ustadz pembimbingnya pun

juga mengakui bahwa terdapat sesuatu yang menarik dalam

pembelajaran manakala para santri bersaing dalam membaca

dengan menunjukkan halaman yang melampau rata rata yang

ada. Artinya ada sesuatu yang membanggakan ketika salah satu

santri ditanya oleh temannya yang lain tentang penguasaan

materi, sedangkan dia sudah menguasai materi lebih jauh dari

temannya yang lain. Ada kompetisi dalam hal ini, fakta ini oleh
96

peneliti disingkronkan dengan pengakuan pembimbing itu

sendiri dalam kutipan wawancara berikut:

“yang menarik dari metode Iqro’ ini seperti modul dalam


pembelajaran, santri bebas membaca sesuai dengan
kemampuannya masing-masing, mereka tidak harus bareng
atau sesuai dalam halaman materi dengan santri lainnya,
sebagaimana dalam beberapa metode yang lain. Jadi kalau
anak itu aktif mereka akan jauh melampau teman-
temannya, namun ketika mereka pasif, ya akan semakin
tertinggal” (wawancara Bersama Ust. Azhari pembimbing
Iqro’ di PPIQ Pada 5 Nopember 2020)

Melihat kenyataan tersebut, ustadz harus selalu

mengontrol dan memberi motivasi agar santri selalu aktif dan

kreatif dalam pembelajaran. Ketika ustadz mampu memberikan

rangsangan dan motivasi, maka pembelajaran akan berhasil

dengan baik, sebaliknya jika ustadz kurang memberi motivasi,

maka santri cenderung pasif dan rendah dalam prestasi.


97

3. Hasil Kemampuan Santri Membaca Alquran setelah mengikuti

bimbingan Metode Iqro’

Dalam konteks penelitian ini, peneliti melihat bahwa evaluasi

menjadi bagian tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran, tanpa

evaluasi sebuah lembaga pendidikan akan mengalami kesulitan dalam

menentukan posisi dan keberadaan sebuah program yang sedang

dilakukan, oleh karena itu ketika peneliti melakukan penelitian di Pondok

Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat, terdapat temuan yang cukup

menarik, yaitu bentuk evaluasi yang cukup inovatif, inovasi evaluasi

tersebut dilakukan oleh kepala tahfidh dengan mengukur prestasi apa

yang dicapai santri dalam pembelajaran dengan mengaitkan pada

kegiatan yang diikuti santri itu sendiri, jika dalam sebuah kegiatan lomba,

terdapat santri yang mendapatkan juara atau piala, maka disitulah

sesungguhnya keberhasilan program pembelajaran.

Meskipun sesungguhnya ukuran keberhasilan santri dalam

belajar salah satu alat ukurnya bukan prestasi secara formalitas, namun

yang lebih penting adalah kemajuan apa yang sudah dicapai oleh santri

dalam belajar dari waktu kewaktu.

Saat peneliti melakukan obeservasi ke Pondok Pesantren

Integritas Qurani didapatkanlah beberapa kegiatan ujian atau evaluasi

yang dilakukan oleh pesantren diantaranya:


98

1. Pelaksaan tes baca Alquran dilakukan saat penerimaan santri baru

2. Evaluasi atau ujian baca Iqro’ dilakukan setiap hari untuk

memastikan sejauh mana pemahaman santri terhadap pelajaran iqro’

yang sudah dipelajari dan dibaca di depan ustadz yang membimbing.

3. Selain evaluasi harian, pelaksanaan evaluasi pembelajaran Iqro’ di

PPIQ dilaksanakan setiap dua minggu. Evaluasi ini meliputi ujian

jilid-jilid yang sudah diajarkan dan dibaca di depan wali kelas.

4. Yang terakhir adalah ujian bulanan yang bertujuan untuk mengetahui

penguasaan baca Iqro’ yang sudah dipleajari selama satu bulan. Ujian

ini diuji oleh penguji yang ditunjuk kepala tahfidh dan memiliki

kualifikasi minimal mempunyai hafalan 10 juz.

Selain peneliti melakukan observasi, peneliti juga melakukan

wawancara kepada 5 (lima) santri yang mengikuti bimbingan Iqro’ dalam

hal ini mereka adalah santri baru. Tujuan peneliti melakukan wawacara

kepada santri ialah untuk melengkapi validasi data dalam penetian.

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peniliti dapat

disimpulkan bahwa santri setelah mengikuti bimbingan Iqro’ bisa

mengerti Panjang pendek bacan Alquran dengan baik dan benar, hal ini

disampaikan oleh santri bernama rahmat dalam wawancara:

“alhamdulillah pak, dulu saya waktu SD memang pernah belajar


Iqro’ bahkan sampai jilid 3, tapi waktu itu belum paham Panjang
pendeknya. Pas waktu masuk PPIQ ternyata diulang di jilid 1,
ternyata walaupun ngulang dari jlid 1 justru saya banyak lebih
99

paham Panjang pendeknya” (wawancara pada 7 Nopember


2020)
Hal yang sama juga disampaikan oleh santri bernama zahron

asal bandung, santri zahron mengakui pada awalnya belaum lancar baca

Iqro’ sebagaimana disampaikan pada wawancara berikut:

“udah mulai bisa baca dan alhamdulillah sudah hafal 1 juz”


(Wawancara pada 7 Nopember 2020)

Sedangkan hasil wawancara dengan santri bernama Davin asal

bandung kota mengutarakan kalau waktu SD juga sudah mengikuti

bimbingan Iqro’ tapi belum sampai tuntas berikut hasil wawancaranya:

“dulu pas SD pernah belajar Iqo’ tapi belum selesai,


alhamdulillah disini sampai tuntas dan banyak ngerti”
(wawancara 7 Nopember 2020)

Dengan bimbingan Iqro’ ini hasil yang didapatkan juga

mampu meningkatkan santri dalam menghafal Alquran, hal ini

sebagaimana disampaikan oleh santri bernama Azwar dalam wawancara:

“dulu pas SD udah belajar Iqro’ nya tapi gak selesai sama
gurunya disuruh langsung baca Alquran, nah, disitu saya
kurang lancar. Alhamdulillah saya disini belajar Iqro’ lagi dan
sekarang saya sudah hafal juz 20 dan sedang ngafal juz 1”
(wawancara pada 7 Nopember 2020)
100

Selain dengan belajar Iqro’ mampu meningkatkan kemampuan

membaca Alquran, metode iqro’ juga dianggap praktis dan juga mudah

dipahami, hal ini disampaikan oleh santri bernama Omar dalam

wawancara berikut:

“saya belum pernah belajar iqro’ pak, dulu pas SD belajarnya


kitab UMMI, bedanya kalau Iqro’ lebih gampang paham”
(wawancara pada 7 Nopember 2020)

Selain hasil pengumpulan data dengan observasi dan

wawancara, peneliti juuga mengumpulkan data dengan pengumpulan

dokumen yang ada di PPIQ khusunya dalam hal pembelajaran Iqro’.

Dari pengumpulan dokumen ini ditemukan hasil tes santri baru sebelum

diadakannya bimbingan Iqro’ di PPIQ hasil ini diperoleh dari panitia

penerimaan santri baru PPIQ tahun 2020 berikut tabelnya:

HASIL TES BACA ALQURAN SANTRI BARU PPIQ


TAHUN 2020

No Nama Kelancaran Makhraj Panjang Keterangan


pendek
1 Akmal Rois 45 45 50 Bersyarat
2 Azhar Shihab 50 45 45 Bersyarat
3 Azwar Shihab 45 45 45 Bersyarat
4 Dafin Ilman 60 45 45 Bersyarat
5 Hanif Muhammad 65 60 70 Lulus
6 Jainanda Putra 45 45 50 Bersyarat
7 M. Abdul Aziz 60 70 60 Lulus
8 Omar Hasan 60 45 50 Bersyarat
9 Raihaan Alfarizi 65 60 70 Lulus
10 Zahran Aqeela 50 45 55 Bersyarat
Tabel 4.7 Hasil Tes Santri baru 2020 doc pada 7 Nopember 2020
101

Pada tabel diatas menunjukkan hasil bahwa pada tahap awal

pengujian tes baca Alquran santri baru yang berhasil lulus ialah 3 (santri)

sedangkan 7 (Tujuh) santri yang lain bersayarat yang artinya mereka

harus melakukan tes lagi di ujian selanjutnya sampai lulus. Hal ini

sebagaimana disampaikan oleh ketua Tahfidh PPIQ Ust. Ikbal Khoir saat

wawancara:

“awalnya memang begitu, pasti banyak yang bersayarat.


Kami krim surat kepada ortunya sayarat yang dipenuhi
minimal bisa baca Alquran atau hafal surat surat pendek.
Nanti selebihnya ikut bimbingan Iqro’ disini” (wawancara
pada 5 Nopember 2020)

Selain peneliti mengumpulkan hasil test saat santri baru,

peneliti juga diizinkan untuk mengetahui dan mendapatkan hasil ujian

bulanan di PPIQ dan berikut tabelnya:


102

DATA KEMAJUAN PERKEMBANGAN SANTRI


PADA PEMBELAJARAN MEMBACA IQRO’ DI PPIQ 2020

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3


No Nama
Jilid Nilai Jilid Nilai Jilid Nilai
1 Rois 1 40 1 55 2 80
2 Rahmad 1 50 1 65 2 75
3 Zahron 1 50 1 70 2 75
4 Davin 1 50 1 65 2 85
5 Azwar 1 40 1 80 2 75
6 Omar 1 40 1 75 2 70
7 Rifqi 1 40 2 55 3 50
8 Raifa 1 70 3 70 4 80
9 Danis 1 40 3 70 4 75
10 Aldo 1 40 3 70 4 75
11 Pyerr 1 40 3 65 4 90
12 Falah 1 40 4 65 5 80
13 Habib 1 70 4 85 5 85
14 Hanif 1 40 4 65 5 70
15 Raihan 1 40 4 70 5 85
Bulan Ke 1
Nilai Tertinngi 70
Nilai Terendah 40
Nilai rata-rata kelas 46
Jumlah presentese Lulus 5 (33%)
Jumlah presentese Tidak Lulus 10 (66%)
Bulan Ke 2
Nilai Tertinngi 85
Nilai Terendah 55
Nilai rata-rata kelas 68,3
Jumlah presentese Lulus 15 (100%)
Jumlah presentese Tidak Lulus 0 (0%)

Bulan Ke 3
Nilai Tertinngi 90
Nilai Terendah 50
Nilai rata-rata kelas 76,67
Jumlah presentese Lulus 15 (100%)
Jumlah presentese Tidak Lulus 0 (0%)
Tabel 4.8 Hasil Tes bulanan doc pada 7 Nopember 2020

Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa pada

ujian test bulan ke I nilai tertinggi ialah 70 sedangkan nilai terendah yaitu
103

40, dengan nilai rata rata kelas 46 dan jumlah prsentase lulus 33% atau 5

santri sedangkan yang tidak lulus yaitu 10 santri dengan presentasi 66%.

Sedangkan pada bulan kedua sudah Nampak perkembangan

yang baik terhadap santri dalam membaca Iqro’. pada diatas

menunjukkan nilai tertinngi ialah 85, nilai terendah 55, nilai rata-rata

kelas 68,3 santri yang lulus menjadi 15 orang atau 100% dan santri yang

tidak lulus ialah 0 atau 0%. Artinya efektifitas pada bulan kedua

pembelajran Iqro’ di PPIQ sudah membaik.

Pada bulan ketiga juga mengalami perubahan yang cukup

sginifikan yaitu nilai tertinggi 90, nilai terendah 50, nilai rata-rata kelas

76,67 prsentase yang lulus 15 orang atau 100% sedangkan yang tidak

lulus 0%. Artinya pada tahap ini santri dinyatakan lulus dan siap

mengikuti program selanjutnya di PPIQ.


104
105

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dalam penelitian ini sesuai dengan data dan temuan peneliti, maka

peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut:

1. Perencanaan dalam pelaksanaan metode Iqro’pada di Pondok Pesantren

Integritas Qurani Bandung Barat dilakukan melalui beberapa tahapan pertama

melakukan tes baca Quran bagi santri baru kedua penentuan model dan bentuk

kegiatan pembelajaran Alquran. Dalam penentuan tersebut kepala tahfidh

bersama ketua kurikulum dibantu beberapa ustadz melakukan analisa kebutuhan

tentang model apa yang tepat dalam pembelajaran Alquran, maka dilakukanlah

analisa kebutuhan secara massif yang berlanjut pada disusunnya draf

perencanaan pembelajaran Alquran itu sendiri. Selanjutnya draft tersebut

didiskusikan dalam beberapa rapat yang melibatkan berbagai komponen

pesantren baik Kepala pesantren, asatidz, maupun komite. Dalam rapat tersebut

diputuskan penggunaan Iqro’ sebagai metode pembelajaran Alquran yang

selanjutnya bagian kurikulum melakukan penyusunan pedoman pembelajaran

yang meliputi model pembelajaran, metode-metode yang digunakan, jadwal

pembelajaran, alat dan media yang akan digunakan pada saat pembelajaran,

model evaluasi serta guru pembinannya.

2. Penerapan metode Iqro’ di Pondok Pesantren Integritas Qurani Bandung Barat

dalam pembelajaran Alquran merupakan bagian dari mengimplementasikan


106

perencanaan itu sendiri, dalam pelaksanaan pembelajaran Alquran melalui

metode Iqro’ dapat disimpulkan beberapa data yaitu pembelajaran dilakukan

melalui pembagian kelas dan kelompok, tujuannya adalah mempermudah dalam

pengajaran dan penyampaian materi belajar. Dalam bimbingan ini memerlukan

waktu selama tiga bulan sesuai kadar kemampuan santri. Dalam pembelajaran ini

terdapat tiga kelompok atau kelas pembelajaran yang melputi kelas A dengan

Iqro’ jilid 1 dan 2, kelas B dengan Iqro’ jilid 3 dan 4 serta kelas C dengan jilid 5

dan 6. Dalam pelaksanaan pembelajaran ustadz melakukan tahapan-tahapan yang

dimulai dari persiapan dengan cara memberikan apersepsi kepada para santri

dengan cara bertanya, serta meminta kepada para santri untuk membacakan

beberapa surat-surat pendek, tujuan dari apersepsi tersebut adalah bagaiamana

santri dapat terangsang dalam pembelajarannya. Setelah apersepsi tersebut

diberikan, selanjutnya guru menyampaikan pokok-pokok materi sesuai dengan

pedoman pembelajarn Iqra’ itu sendiri, dalam konteks ini santri dilatih untuk

belajar secara mandiri atau yang sering disebut sebagai santri belajar aktif

(CBSA). Selain itu guru juga melakukan pembelajaran model privat artinya santri

diminta untuk menyampaikan kemampuan bacaannya di depan ustadz

pembimbing. Adanya kesalahan dan ketidak sesuaian dalam membaca, ustadz

akan memberikan pembenaran secukupnya. Agar santri dapat memperbaiki

kesalahnnya.

3. Hasil kemampuan santri dalam membaca Alquran setelah mengikuti bimbingan

salama tiga bulan mendapatkan hasil yang memuaskan seperti yang disampaikan
107

pada pembahasan di bab ke IV di atas. System ujian evaluasi bimbingan iqro’ di

pondok pesantren integritas qurani bandung barat diadakan satiap hari, dua

minggu, dan setiap bulan. Santri yang dinyatakan lulus diperbolehkan untuk

menghafal Alquran.

B. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran saran

sebagai berikut

1. Untuk lembaga PPIQ. Saran peneliti ialah untuk lebih meningkatkan

lagi kualitas asatidz pembimbing Iqro’ misalnya langsung

mendatangkan ustadz bersanad atau yang mempunyai lisensi Alquran.

2. Bagi para Asatidz. Agar melatih diri untuk meningkatkan kemampuan

membaca al Qur’an sehingga mendapat kepercayaan dari pesantren

ataupun masyarakat (wali murid). Dan memanfaatkan peluang yang

tersedia untuk mengikuti berbagai pelatihan metode pembelajaran

membaca al Qur’an sehingga mampu meningkatkan kemampuan santri

secara efektif dan efisien.

3. Bagi peneliti sealanjutnya. Penelitian ini bisa dijadikan pedoman atau

setidaknya refrensi untuk memahami penggunaan metode iqro’ untuk

meningkatkan membaca Alquran dengan baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta: Amzah, 2011)

Abu Muhammad & Zainuri Siroj, Kamus Istilah Agama Islam (KIAI), (Tangerang:

Albama: 2009)

Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Alquran, (Jakarta: Amzah, 2008)

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Pendejatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Basyiruddin Usman dan Syaifuddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka Edisi II, 2003)

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Sinar Grafika

Offset, 2006)

H.A. Djazuli, Ilmu Fiqh (Penggalian, perkembangan, dan Penerapan Hukum

Islam), (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2013)

Jumanto Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016)

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008)

Muhammad Sholihudin, Tahsinul Qur’an Pedoman Memperbaiki Bacaan Alquran,

(Yogyakarta: Darul Firdaus)

108
109

Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008)

Syaikh Mana Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Alquran, (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar, 2008)

Taufiqurrahman M.A., Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan

KHM.Bashori Alwi, (Malang, IKAPIQ Malang, 2005)

Totok Jumanto & Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah,

2012)
110

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Alquran dengan metode Iqra’ di


PPIQ-368 Bandung Barat?
a. Apa yang melatar belakangi adanya pembelajaran Alquran di
PPIQ?
b. Apakah tujuan di adakannya pembelajaran Alquran dengan metode
Iqro’ di PPIQ?
c. Berapa lama target penguasaan metode iqro’ di PPIQ?
2. Bagaimanakah cara pengajaran metode Iqro’ dari jilid I sampai jilid III di
PPIQ?
a. Metode apakah yang digunakan dalam pembelajaran Alquran di
PPIQ?
b. Mengapa memilih metode Iqra’ sebagai metode pembelajaran
Alquran di PPIQ?
c. Sejauh mana keefektifan penggunanaan metode Iqra’?
d. Apakah kelebihan dan kekurangannya dari metode Iqra’?
e. Apa materi yang digunakan dalam pembelajaran Alquran tersebut?
f. Bagaimanakah cara mengetahui kemampuan siswa?
g. Adakah datanya?
3. Bagaimana hasil kemampuan santri membaca buku Iqro’ dari jilid I sam III
setelah penerapan metode Iqro’ di PPIQ-368?
a. Apa kendala pembelajaran Alquran dengan metode Iqra’ di PPIQ?
b. Apakah semua santri setelah belajar metode iqro’ bisa langsung
membaca Alquran?
111

Transkip Wawancara

Nama Informan : Ust. Ikbal Khairul Rizal


Tanggal : 04 Nopember 2020
Jam : 08.00-08.30 WIB
Disusun Jam : 20.00-20.15 WIB
Tempat Wawancara : Masjid
Topik Wawancara : Latar belakang adanya pembelajaran al-Qur’an dengan
metode Iqra’ di PPIQ

Koding Materi wawancara


Peneliti Apa yang melatar belakangi adanya pembelajaran al-Qur’an di
PPIQ?
Informan Banyaknya santri baru yang belum bisa membaca alquran dengan
baik dan benar, maka untuk itulah pesantren mensyaratkan untuk
lulus uji iqro’ dulu sebelum menghafal alquran. Memang di waktu
SD mereka belajar Iqro’ atau di mushola mereka belajar Iqro’ tapi
karena porsinya kurang banyak dan mungkin penggunaan metodenya
kurang tepat, jadi banyak dari mereka harus mengulang lagi, dan
dibimbing lagi. Sedangkan disisi lain, santri harus menghafal alquran
dan syaratnya ya harus bias baca quran.

Refleksi Dari hasil wawancara di atas, dapat diperoleh informansi bahwa


banyak santri baru yang belum bias membaca alquran dangan baik
dan benar, maka disyaratkanlah wajib bias membaca Iqro’ sebelum
menghafal alquran. Dan juga sebagai modal utama sebelum
menghafal Alquran.
112

Transkip Wawancara

Nama Informan : Ust. Ikbal Khairul Rizal


Tanggal : 04 Nopember 2020
Jam : 08.30-09.30 WIB
Disusun Jam : 20.00-20.15 WIB
Tempat Wawancara : Di Masjid
Topik Wawancara : Tujuan di adakannya pembelajaran Alquran dengan
metode Iqro’ di PPIQ

Koding Materi wawancara


Peneliti Apakah tujuan di adakannya pembelajaran al-Qur’an dengan metode
Iqro’ di PPIQ?
Informan Dengan adanya pembelajaran al-Qur’an ini diharapkan siswa setelah
lulus nantinya bias dengan mudah membaca dan menghafal Alquran
dengan baik dan benar. Dan mampu membaca al-Qur’an yang sesuai
dengan tuntunan tajwid yang ada. Juga berpegang teguh dengannya.
Dan harapan besar bisa sesuai dengan visi dan misi PPIQ. Selain itu
anak kan semakin hari semakin berkembang bahkan sebaliknya,
sehingga nantinya anak itu mampu memberikan pengarahan kepada
masyarakat dalam segala hal, terutama bidang agama. Terlebih lagi
sebagai umat Islam yang mempunyai tugas sebagi kholifah fil ‘ardh
harus mampu memahami seluk beluk keIslaman secara menyeluruh.
Refleksi Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan dengan diadakannya
pembelajaran al-Qur’an ini diharapkan santri bias menghafal dan
membaca dengan baik dan benar dan mampu membaca al-Qur’an
yang sesuai dengan tuntunan tajwid yang ada. Dan menjadikan siswa
yang sesuai dengan harapan visi dan misi Sekolah Dasar Negeri
Ngreco V. Selain itu anak yang nantinya akan berkembang tumbuh
menjadi dewasa mampu memberikan pengarahan kepada masyarakat
dalam segala hal, terutama bidang agama. Terlebih lagi sebagai umat
Islam harus mampu memahami seluk beluk keIslaman secara
menyeluruh.
113

Transkip Wawancara

Nama Informan Ust. Khairul Rizal


Tanggal 04 Nopember 2020
Jam 08.30-09.30 WIB
Disusun Jam 20.00-20.15 WIB
Tempat Wawancara Masjid
Topik Wawancara Target Penguasaan Metode Iqro’

Koding Materi wawancara


Peneliti Berapa lama target penguasaan metode iqro’ di PPIQ?
Informan Setiap penerimaan santri baru tugas kami adalah membuat proses
bimbingan selama 3 bulan. Ini berlaku bagi siapa saja yang Namanya
santri baru baik itu lulusan SD, MI, atau bahkan SMP. Tujuannya
supaya metode yang diajarkan sama dan seragam dengan metode
Iqro’ yang ada di PPIQ, dan juga ebanyakan santri baru banyak yang
belum bias ngaji.
Refleksi Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan Metode iqro’ ini
dilakukan sejak penerimaan santri baru dengan waktu tiga bulan.
Dengan maksud metode iqro’ yang diajarkan menjadi selaras dengan
yang ada di PPIQ
114

Transkip Wawancara

Nama Informan Ust. Azhari


Tanggal 05 Nopember 2020
Jam 08.30-09.30 WIB
Disusun Jam 20.00-20.15 WIB
Tempat Wawancara Di Masjid
Topik Wawancara Tahap Pengkondisian pemebelajaran metode Iqro’

Koding Materi wawancara


Peneliti Bagaimana Pengkondisian awal saat pembelajar metode Iqro’ di
PPIQ?
Informan Sebelum mulai pembelajaran, para pembimbing akan melakukan
pengelompokan santri baru sesuai kemampuan masing masing santri,
tentu hal ini dilakukan setelah tes baca quran. Jadi santri yang bacaan
bagus digabung dengan kelompok yang bagus. Tujuannya biar enak
nanti pas nagajar.

Refleksi Pengkondisian awala pada saat pembelajaran iqro’ ialah dengan


melakukan klasifikasi sesuai hasil tes ujian masing masing santri.
115

Transkip Wawancara

Nama Informan Ust. Azhari


Tanggal 06 Nopember 2020
Jam 10.30-11.00 WIB
Disusun Jam 20.00-20.15 WIB Di ruang guru
Tempat Wawancara Sistem penilain.
Topik Wawancara Ust. Azhari

Koding Materi wawancara


Peneliti Bagaimankah sistem penilain pembelajaran Iqro’ di PPIQ?
Informan Sistem penilaian pembelajaran ini dengan data kemajuan dalam
setiap pertemuannya, pertemuan hari ini kemajuannya berapa ayat
dan pertemuan berikutnya berapa ayat dan seterusnya. Apabila masih
jilid ya halaman berapa, kemudian naik ke halaman selanjutnya.
Sampai betul betul baik dan benar dalam membacanya. Kalua belum
lulus ya tetap di jilid itu sampai lulus.
Refleksi Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
penilaiannya dengan data kemajuan dalam setiap pertemuannya,
pertemuan hari ini kemajuannya berapa ayat dan pertemuan
berikutnya berapa ayat dan seterusnya sampai dinyatakan lulus oleh
pebimbingnya.
116

Transkip Wawancara

Nama Informan Rois


Tanggal 7 Nopember 2020
Jam 13.30-14.00 WIB
Disusun Jam 20.00-20.15 WIB
Tempat Wawancara Aula Merah
Topik Wawancara Hasil pembelajaran Iqro’ di PPIQ

Koding Materi wawancara


Peneliti Apa yang anda dapatkan selama mengikuti bimbingan Iqro’ di PPIQ?
Informan Alhamdulillah, Setelah menggunakan metode iqra’ ini saya bisa
mengaji (membaca Alquran) dengan lancar, dan saat ini saya sudah
hafal juz 30 dan juz 1.

Refleksi Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan


adanya pembelajaran Iqro’ itu siswa bisa mengaji (membaca
Alquran) dengan lancar.
117

Transkip Wawancara

Nama Informan Rahmat


Tanggal 7 Nopember 2020
Jam 13.30-14.00 WIB
Disusun Jam 20.00-20.15 WIB
Tempat Wawancara Aula Merah
Topik Wawancara Hasil pembelajaran Iqro’ di PPIQ

Koding Materi wawancara


Peneliti Apa yang anda dapatkan selama belajar Iqro’ di PPIQ?
Informan Awalnya saya hanya belajar Iqra’ di waktu SD tapi belum sefasih
sekarang, kemudian setelah saya lancar membaca Iqra’ dan sudah
khatam 6 jilid. Saya kemudian melanjutkannya ke Alquran, disini
saya belajar bagaimana membaca Alquran dengan baik dan benar.
Tajwid pun juga saya pelajari, karena membaca Alquran itu harus
sesuai dengan tajwidnya.
Refleksi Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa informan
pernah belajar iqro’ di SD tapi belum fasih. Setelah mengikuti
bimbingan sekarang sudah lancar membaca Iqra’ dan sudah khatam
6 jilid. Kemudian dilanjutkannya ke Alquran, dan saat ini dapat
membaca Alquran dengan baik.
118

Transkip Dokumentasi

Tanggal 04 Nopember 2020


Di Susun Jam 20.30 WIB
Bentuk Tulisan
Isi Dokumen Data Kemajuan

DATA KEMAJUAN PERKEMBANGAN SANTRI

PADA PEMBELAJARAN MEMBACA IQRO’ DI PPIQ 2020

Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3


No Nama
Jilid Nilai Jilid Nilai Jilid Nilai
1 Rois 1 40 1 55 2 80
2 Rahmad 1 50 1 65 2 75
3 Zahron 1 50 1 70 2 75
4 Davin 1 50 1 65 2 85
5 Azwar 1 40 1 80 2 75
6 Omar 1 40 1 75 2 70
7 Rifqi 1 40 2 55 3 50
8 Raifa 1 70 3 70 4 80
9 Danis 1 40 3 70 4 75
10 Aldo 1 40 3 70 4 75
11 Pyerr 1 40 3 65 4 90
12 Falah 1 40 4 65 5 80
13 Habib 1 70 4 85 5 85
14 Hanif 1 40 4 65 5 70
15 Raihan 1 40 4 70 5 85

Tabel perkembangan santri per-bulan. Data oleh Pembimbing Iqro’


119

TRANSKIP DOKUMENTASI

Tanggal : 04 Nopember 2020


Di Susun Jam : 20.30 WIB
Bentuk : Tulisan
Isi Dokumen : Hasil Tes Baca Alquran

HASIL TES BACA ALQURAN SANTRI BARU PPIQ


TAHUN 2020

No Nama Kelancaran Makhraj Panjang Keterangan


pendek
1 Akmal Rois 45 45 50 Bersyarat
2 Azhar Shihab 50 45 45 Bersyarat
3 Azwar Shihab 45 45 45 Bersyarat
4 Dafin Ilman 60 45 45 Bersyarat
5 Hanif Muhammad 65 60 70 Lulus
6 Jainanda Putra 45 45 50 Bersyarat
7 M. Abdul Aziz 60 70 60 Lulus
8 Omar Hasan 60 45 50 Bersyarat
9 Raihaan Alfarizi 65 60 70 Lulus
10 Zahran Aqeela 50 45 55 Bersyarat
120

Transkip Dokumentasi
Tanggal : 04 Nopember 2020
Di Susun Jam : 20.30WIB
Bentuk : Gambar
Isi Dokumen : Foto-foto

Gambar 1 Kegiatan Santri

Gambar 2. Wawancara dengan Kepala Tahfidh


121

Gambar 3 Wawancara dengan salah satu santri

Gambar 4 Kegiatan Belajar santri PPIQ


122

Transkip Observasi
Nama Informan : Ahmad Naufal
Tanggal : 04 Nopember 2020, 08.30-10-30 WIB
Di Susun Jam : 04 Nopember 2020, 20.00-21.00 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Tamu
Topik Wawancara : Letak geografis PPIQ-368 Bandung Barat

Transkrip ➢ Sebelah Utara : Dibatasi jalan kampus POLBAN


Observasi ➢ Sebelah Barat : Dibatasi komplek Royal Duta
➢ Sebelah Selatan : Dibatasi Komplek Putri
➢ Sebelah Timur : Dibatasi Komplek PRV
➢ Adapun Pondok Pesantren integritas qur’ani
➢ Perum sentra regency jalan raya polban ciwaruga 40559
➢ Bandung barat - jawa barat – indonesia

Tanggapan Adapun letak geografis Pondok Pesantren integritas qur’ani


Pengamat Perum sentra regency jalan raya polban ciwaruga sangatlah
strategis untuk proses pendidikan, selain
hawa udaranya yang sejuk, dan juga jauh dari keramian. Hal
ini memudahkan santri dalam belajar dan berkratifitas.

Tanggal : 1 Nopember 2020, 18.00-19-30 WIB


Di Susun Jam : 2 Nopember 2020, 20.00-21.00 WIB
Tempat : Pondok Pesantren Integritas Qurani
Observasi : Kegiatan penunjang

Transkrip Tepat pukul 05.00 setelah sholat subuh berjamaah para santri
Observasi langsung menuju tempat belajar iqro’ yang bertempat di Aula
merah PPIQ. Sambal menunggu pembimbing para santri
mengulang pelajaran iqro’ yang telah diberikan oleh
pembimbing.

Tanggapan Kegiatan di atas menunjukkan sebuah pembelajaran yang


Pengamat menunjang belajar al-Qur’an yang dilaksanakan di pondok
pesantren integrita Qurani
123

RIWAYAT HIDUP
Lahir dengan nama Alfian Ambarok pada 16 Agustus 1992 adalah anak

pertama dari pasangan salamah dan Alm. Jamaluddin Abdullah. Dilahirkan di ujung

pulau Jawa Timur tepatnya di kabupaten sampan madura.

Menempuh Pendidikan TK pada 1999 di Arrahman lembung barat, MI dan

MTS Nurul Yaqin di Lembung barat lenteng sumenep lulus pada 2007 serta

melanjutkan Pendidikan pesantren tingkat SMA di Pondok Pesantren Al-Amien

Prenduan dari tahun 2008 sampai pengabdian pada 2011. Setelah selesai

pengabdian di pesantren, melanjutkan pengabdian mandiri ke bandung tepatnya di

Pondok Pesantren Integritas Qurani 368 mengajar pelajaean B. Inggris selama

delapan tahun.

Sekarang peneliti sedang menyelesaikan Pendidikan sarjana di STIT At-

taqwa Geger Kalong KPAD. Semuga ilmu yang didapatkan menjadi Ilmu yang

bermamfaat bagi manusia di alam semesta.

Anda mungkin juga menyukai