Anda di halaman 1dari 43

Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3)


Pengenalan & Penerapan Dasar Di Tempat Kerja
Lambang K3

Arti (Makna) Tanda Palang


Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

Arti (Makna) Roda Gigi


Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

Arti (Makna) Warna Putih


Bersih dan suci.

Arti (Makna) Warna Hijau


Bentuk lambang berupa palang Selamat, sehat dan sejahtera.
berwarna hijau dengan roda
bergerigi sebelas dengan warna
dasar putih Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Roda
Sebelas Bab Undang-Undang No 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Pengertian K3

Filosofi
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Keilmuan
Semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang
atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio aktif.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI No : PER.


02/MEN/1982 TENTANG KWALIFIKASI JURU LAS DI TEMPAT KERJA
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
Terdiri dari 17 pasal;
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini dimaksud dengan:
1.Tempat Kerja adalah tempat sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1970.
2.Pengurus adalah Pengurus sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (2) Undangundang No. 1 Tahun 1970.
3.Pegawai Pengawas adalah Pegawai Pengawas sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (5) Undang-undang
No. 1 Tahun 1970.
4.Direktur adalah Direktur sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
79 Tahun 1977;
Pasal 2
1.Peraturan Menteri ini meliputi kwalifikasi juru las untuk ketrampilan pengelasan sambungan las tumpul dengan
proses las busur listrik, las busur listrik submerged, las gas busur listrik tungstem, las karbit atau kombinasi dari
proses las tersebut yang dilakukan dengan tangan (secara manual), otomatis atau kombinasi.
2.Syarat untuk juru las yang melakukan pengelasan secara otomatis akan diatur lebih lanjut.
Pasal 3
1.Juru las dianggap trampil apabila telah menempuh ujian las dengan hasil memuaskan dan mempunyai
sertifikat juru las.
2.Juru las tersebut (1) dianggap tidak trampil apabila selama 6 (enam) bulan terus menerus tidak melakukan
pekerjaan las sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat juru las.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

Pasal 4
(1) Peserta Juru las harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.a. berbadan sehat baik physik maupun mental yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter pemeriksa
kesehatan badan tenaga kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
a. berumur sekurang-kurangnya 18 tahun;
b. pemah mengikuti dan lulus latihan las dasar atau mereka yang oleh Direktur dianggap memenuhi syarat;
(2) Direktur dapat mengadakan perubahan terhadap syarat-syarat tersebut pada ayat (1).
Pasal 5
1.Jenis pekerjaan las yang ditetapkan pada sertifikat juru las.
2.Pada pekerjaan las yang beraneka ragam, tiap jenis pekerjaan las dilakukan oleh juru las sesuai dengan jenis
pekerjaan las yang tercantum pada masing-masing sertifikat juru las.
Pasal 6
1.Juru las digolongkan atas:
a. Juru las kelas I (satu)
b. Juru las kelas II (dua)
c. Juru las kelas III (tiga)
2.Juru las kelas 1 (satu) boleh melakukan pekerjaan las yang dilakukan oleh juru las kelas II (dua). dan kelas III
(tiga).
3.Juru las kelas II (dua) boleh melakukan pekerjaan las yang dikerjakan oleh juru las kelas III (tiga) tetapi dilarang
mengelas jenis pekerjaan yang boleh dilakukan oleh juru las kelas I (satu)
4.Juru las kelas III (tiga) dilarang melakukan pekerjaan las yang boleh dilakukan oleh juru las kelas 11 (dua) atau
kelas I (satu).
Pasal 7
1.Pekerjaan las yang boleh dilakukan oleh Juru las kelas I (satu), kelas II (dua) dan kelas III (tiga) tetapi dilarang
mengelas jenis kelas II (dua) dan kelas Ill (tiga) adalah seperti tersebut pada lampiran I tabel 1.
2.Direktur dapat merubah jenis pekerjaan pada lampiran I tabel 1 tersehut pada ayat (1).
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

BAB II
PENGUJIAN JURU LAS
Pasal 8
Pengujian juru las terdiri dari:
a. Ujian teori
b. Ujian praktek.
Pasal 9
1.Ujian teori tersebut pasal 8 huruf a untuk juru las karbit meliputi pengetahuan peraturan, cara kerja praktis,
sebagai berikut:
a. pencegahan kecelakaan, penyakit akibat kerja, kebakaran dan peledakan;
b. penggunaan alat-alat las misalnya lampu gas, botol gas, generator gas;
c. nyala gas misalnya sifat, penyetelan, pengaruh pada Las;
d. cara pengelasan;
e. persiapan mengelas;
f. pencegahan dan perbaikan kesalahan las;
g. bahan induk dan bahan pengisi.
2.Ujian teori tersebut pasal 8 huruf a untuk juru las busur listrik dan juru las TIG (Tungsten innert gas welding)
meliputi pengetahuan peraturan, cara kerja praktis sebagai berikut:
a. pencegahan kecelakaan penyakit akibat kerja, kebakaran dan peledakan;
b. penggunaan alat dan mesin las;
c. persiapan las;
d. pencegahan dan perbaikan kesalahan las;
e. pengaruh panjang busur listrik, arus listrik, polarity, pengamatan terak-terak gas untuk TIG.
3.Ujian teori bagi juru las selain dan pada jenis las tersebut ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Direktur.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

Pasal 10
Ujian praktek tersebut pada pasal 8 huruf b, setiap peserta juru las harus dapat me nunjukan ketrampilan
mengelas seperti tersebut pada tabel 2 lampiran I dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk juru las kelas I (satu) harus lulus melakukan percobaan las, 1G, 2G, 3G, 4G, 5G, dan 6G.
b. untuk juru las kelas II (dua) harus lulus melakukan percobaan las 1G, 2G, 3G dan 4G.
c. untuk juru las kelas III (tiga) harus lulus melakukan percobaan las 1G dan 2G.
Pasal 11
1.Bagi peserta ujian praktek juru las harus menempuh contoh percobaan las pelat dan pipa seperti pada
Lampiran II gambar 1 dan gambar 2.
2.Pada contoh percobaan Las tersebut ayat (1) diberi tanda sebagai berikut:
a. tanda uji dari Pegawai Pengawas;
b. nama atau nomor kode juru las;
c. kode perusahaan;
d. tanda pelaksana ujian;
e. tanda posisi las.
3.Pemberian tanda-tanda tersebut ayat (2) harus jelas dan terang dan ditempatkan pada bahan induk las muka
dan jauh dari sambungan las.
Pasal 12
1.Bagi juru las yang tidak lulus ujian dapat diberikan kesempatan ujian ulang dan jika tidak lulus juga, maka
diharuskan mengikuti latihan las untuk memperbaiki ketrampilannya.
2.Bagi juru las yang sudah lulus ujian akan tetapi dalam waktu 6 (enam) bulan tidak dapat membuktikan
melakukan pekerjaan las sesuai dengan yang tercantum dalam sertifikat kembali harus menempuh ujian ulang.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

BAB III
SYARAT LULUS UJIAN
Pasal 13
1.Contoh percobaan las diuji dengan urutan sebagai berikut:
a. sifak tampak;
b. radiografis;
c. makroskopis;
d. sifat mekanis.
2.Apabila dari hasil pengujian sifat tampak sudah menunjukan tidak memenuhi syarat, maka sudah dapat
dinyatakan tidak lulus dan pengujian selanjutnya tidak perlu dilakukan.
3.Apabila hasil pengujian sifat tampak baik, akan tetapi hasil pengujian radiografis tidak memenuhi syarat maka
sudah dapat dinyatakan tidak lulus dan pengujian selanjutnya tidak perlu dilakukan.
4.Apabila hasil pengujian radiografis baik maka dilanjutkan dengan pengujian makroskopis dan sifat mekanis.
Pasal 14
Dalam melakukan pengujian sifat tampak, hal yang dinilai adalah sebagai benikut:
1.kampuh las harus penuh, lurus dan tinggi serta lebar las harus rata: Tinggi las tidak boleh melebihi ketentuan
yang tercanturn pada Lampiran 1 tabel 3.
2.permukaan las harus rata, tidak boleh ada benjolan-benjolan, lekukan-lekukan dan pergantian setiap elektroda
las harus rata serta tidak boleh terdapat takik-takik yang tajam kecuali dalam takik antara las dan bahan induk
tidak melebihi 10% dari tebal pelat dan maksimum 0,5 mm.
3.dalamnya tembusan Las yang diperkenankan adalah kurang dan 0,1 tebal pelat akan tetapi tidak lebih dari 1
mm serta panjang garis terak seperti pada Lampiran 1 tabel 4;
4.apabila terdapat tembusan las yang kurang dibeberapa tempat maka jumlah panjang tembusan las yang
kurang tersebut tidak boleh lebih dan 25 mm.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

1.kecekungan akar las (root convavity) diperkenankan apabila permukaan akan akar las adalah rata, dalamnya
cekungan tidak melebihi 1,2 mm dan tebal Las tidak kurang dan tebal pelat;
2.untuk sambungan las memanjang, kemelesetan permukaan dari bagian-bagian yang dilas tumpul tidak boleh
melebihi kemelesetan 1,2 mm untuk tebal pelat sampai dengan 10 mm, 10% dari tebal pelat dengan maximum 3
mm untuk tebal pelat lebih dari 10 mm sampai dengan 32 mm dan 3 mm untuk tebal pelat lebih dari 32 mm;
3.untuk sambungan las melingkar kemelesetan permukaan dari bagian-bagian yang dilas tumpul. tidak boleh
melebihi kemelesetan 1,2 mm untuk tebal pelat sampai dengan 6 mm, 10% dari tebal Pelat ditambah 1,2 mm
untuk tebal pelat lebih dari 6 mm s/d 25 mm dan 4 mm untuk tebal pelat lebih dari 25 mm.
Pasal 15
1.Dalam melakukan pengujian radiografis hal yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. pada sambungan las tidak boleh mengandung retak-retak.
b. tidak boleh terdapat retak memanjang (garis terak) yang panjangnya melebihi ketentuan yang tercantum pada
lampiran I tabel 4. Dan jika terdapat terak terak yang berjajaran dengan jarak antara kurang dari 3 m dianggap
merupakan 1 (satu) buah terak.
c. tidak boleh terdapat terak-terak berjajaran yang merupakan garis dengan jumlah panjang lebih dari tebal pelat
(t) untuk panjang las 12t kecuali apabila jarak antara terak-terak melebihi 6L, dimana L adalah panjang terak yang
terpanjang di dalam jajaran terak.
d. Jumlah luas liang-liang renik tidak boleh lebih dari 0,60 x 25,4 x (t mm2 atau 1,5 mm2). Apabila panjang las
kurang dari 150 mm, jumlah liang-liang renik berkurang menurut perbandingan.
e. Ukuran terbesar dari suatu liang renik ädalah 20% dari t, tetapi tidak boleh melebihi 3 mm2, kecuali jika jarak
antara liang-liang renik adalah 25 mm2 atau 2 lebih, ukuran liang renik diperkenankan 30% dari t, tetapi tidak
boleh melebihi 6 mm.
f. Pada panjang las 2 t, tetapi tidak lebih dari 25 mm, diperkenankan terdapat jumlah luas kumpulan-kumpulan
liang-liang renik (clustered) dengan konsentrasi 0,04 x 25,4 x t mm2 atau t mm2 g.
Liang-liang renik yang berjajaran dapat diterima apabila jumlah diameter dari liang-liang renik tidak melebihi pada
panjang 12 t untuk < 12,5 mm dari pada panjang 150 mm untuk t> 12,5 mm dengan jarak antana liang-liang renik
tidak kurang dari 6x diameter liang renik terbesar.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

1.Penentuan liang-liang renik untuk tebal pelat diantara dua gambar pembanding menurut tebal pelat yang
tertipis dari dua gambar pembanding tersebut atau disesuaikan dengan tabel dan gambar tersebut pada
Lampiran III.
2.Noda-noda hitam dengan bentuk bulat atau oval diinterprestasikan sebagai liang renik (gelembung gas).
3.Ketentuan tersebut ayat (1) huruf d s/d dapat digunakan untuk bahan feritik, austenitik, logam besi dan kantong
wofrani (tungsten incusions).
4.Tembusan las atau pembakaran las yang kurang dari hasil pengujian radiografis tersebut ayat (1)
diperbolehkan dalam batas-batas tertentu sesuai dengan pasal 14 huruf c.
Pasal 16
1.Untuk pengujian makroskopis benda coba diambil dari bagian percobaan las dari posisi las tersukar atau dari
bagian yang menurut pengujian radiografis mengandung cacat las.
2.Penampang las melintang dari benda coba tersebut ayat (1) poles dan dietsa sampai bentuk las tampak
dengan jelas.
3.Penilaian penampang las tersebut ayat (2) tidak boleh mengandung cacat sebagai berikut:
a. retak;
b. pembakaran atau tembusan las yang kurang, melebihi batas yang ditentukan pada pasal 14 huruf c dan d;
c. ukuran liang renik dan atau terak yang bertebaran melebihi batas yang di tentukan pada pengujian radiografis
sebagaimana tersebut pasal 15 ayat (1) huruf b,c,e,f, dan g.
Pasal 17
1.Dalam pengujian sifat mekanis dilakukan dengan 2 (dua) percobaan lengkung las muka dan 2 (dua) percobaan
lengkung.
2.Tebal duri D maksimum untuk percobaan lengkung tersebut ayat (1) sesuai dengan Lampiran I tabel 8 dan
jarak L antara kedua rol tidak boleh lebih dari D + 2, 2T. (3) Pengambilan batang-batang coba Iengkung tersebut
ayat (1) sesuai dengan Lampiran II Gambar 3, 4, 5, 6, 7 dan 8
Tujuan K3

1. Melindungi dan menjamin


keselamatan setiap tenaga kerja
dan orang lain di tempat kerja.

2. Menjamin setiap sumber produksi


dapat digunakan secara aman dan
efisien.

Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 3. Meningkatkan kesejahteraan dan


tentang Keselamatan Kerja
produktivitas Nasional.
Insiden K3

Pengertian
Kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana cedera, penyakit
akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian) dapat terjadi
(termasuk insiden ialah keadaan darurat).

Kecelakaan Kerja
Insiden yang menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK)
Kecelakaan Kerja ataupun kefatalan (kematian).

Nearmiss (hampir celaka)


Insiden yang tidak menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK)
ataupun kefatalan (kematian).

Nearmiss (hampir celaka)


Penyebab Kecelakaan Kerja

Penyebab
Penyebab Penyebab Kecelakaan
Tidak Kerugian
Dasar Langsung Kerja
Langsung

1. Kurangnya 1. Faktor Pekerjaan. 1. Tindakan Tidak 1. Kontak Dengan 1. Manusia (Cedera,


Prosedur/Aturan. 2. Faktor Pribadi. Aman. Bahaya. Keracunan, Cacat,
2. Kurangnya Sarana. 2. Kondisi Tidak 2. Kegagalan Fungsi. Kematian, PAK).
3. Kurangnya Aman. 2. Mesin/Alat
Kesadaran. (Kerusakan
4. Kurangnya Mesin/Alat).
Kepatuhan. 3. Material/Bahan
(Tercemar, Rusak,
Produk Gagal).
4. Lingkungan
(Tercemar, Rusak,
Bencana Alam).
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

Identifikasi dan Pengendalian Bahaya Di


Tempat Kerja
1. Pemantauan Kondisi Tidak Aman.
2. Pemantauan Tindakan Tidak Aman.

Pembinaan dan Pengawasan


1. Pelatihan dan Pendidikan.
2. Konseling & Konsultasi.
3. Pengembangan Sumber Daya.

Sistem Manajemen
1. Prosedur dan Aturan.
2. Penyediaan Sarana dan Prasarana.
3. Penghargaan dan Sanksi.
Bahaya K3

Pengertian Faktor
Semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang 1. Biologi (Bakteri, Virus, Jamur, Tanaman,
berpotensi menimbulkan cedera dan atau Binatang).
penyakit akibat kerja (PAK). 2. Kimia
(Bahan/Material/Cairan/Gas/Uap/Debu
Beracun, Reaktif, Radioaktif, Mudah
Sumber Meledak/Terbakar, Iritan, Korosif).
1. Manusia. 3. Fisik/Mekanik (Ketinggian, Konstruksi,
2. Mesin. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat, Ruang
3. Material. Terbatas, Tekanan, Kebisingan, Suhu,
4. Metode. Cahaya, Listrik, Getaran, Radiasi).
5. Lingkungan. 4. Biomekanik (Gerakan Berulang,
Postur/Posisi Kerja, Pengangkutan Manual,
Desain Tempat Keja/Alat/Mesin).
Jenis 5. Psikologi/Sosial (Stress, Kekerasan,
1. Tindakan. Pelecehan, Pengucilan, Lingkungan, Emosi
2. Kondisi. Negatif).
Resiko K3

Pengertian Keparahan
Potensi kerugian yang bisa Sangat Sangat
Ringan Sedang Berat
diakibatkan apabila terdapat kontak Ringan Berat
dengan suatu bahaya (contoh : luka Sangat
Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
bakar, patah tulang, kram, asbetosis, Sering
Fr Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim
dsb).
ek
Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim
ue
Penilaian dan Kategori nsi Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Perkalian antara nilai frekuensi dengan Sangat
Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
nilai keparahan suatu resiko. Jarang

Rendah Perlu Aturan/Prosedur/Rambu

Sedang Perlu Tindakan Langsung

Tinggi Perlu Perencanaan Pengendalian


Ekstrim Perlu Perhatian Manajemen Atas
Pengendalian Resiko K3
Hirarki Pengendalian Resiko/Bahaya
Eliminasi Eliminasi Bahaya

Penggantian Tempat kerja /


Substitusi Alat/Mesin/Bahan/Tempat Kerja Pekerjaan Aman
yang Lebih Aman (Mengurangi
Bahaya)

PERLINDUNGAN
KEHANDALAN

Modifikasi Alat/Mesin/Tempat
Perancangan
Kerja yang Lebih Aman

Prosedur, Aturan, Pelatihan,


Administrasi Durasi Kerja, Tanda Bahaya, Tenaga Kerja
Rambu, Poster, Label Aman
(Mengurangi
Menyediakan APD kepada Paparan)
Alat Pelindung Diri
Tenaga Kerja
Budaya 5R

Pengertian
5R adalah cara/metode untuk mengatur/mengelola/mengorganisir
tempat kerja menjadi tempat kerja yang lebih baik secara
berkelanjutan.

Tujuan
Untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas tempat kerja.

Manfaat
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang
lebih efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan
luas.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja
yang bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan pemborosan-
pemborosan di tempat kerja.
Langkah-Langkah Penerapan 5R
Ringkas
1. Memilah barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan.
2. Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
3. Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
4. Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.

Rapi
1. Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
2. Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan penggunaannya,
keseragaman, fungsi dan batas waktu.
3. Pengaturan tanda visual supaya peralatan/barang mudah ditemukan.

Resik
1. Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
3. Meminimalisir sumber-sumber sampah dan kotoran.
4. Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak (peremajaan).

Rawat
Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.

Rajin
Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
Penerapan Budaya 5R Di Tempat Kerja
Makna Rambu Di Tempat Kerja

Tanda Larangan Tanda Bahaya Tanda Kewajiban

Tanda Sarana
Tanda Sarana Keselamatan,
P3K dan Evakuasi Tanda Sarana /
Darurat Fasilitas Umum
Kebakaran Darurat
Label Kemasan Bahan Beracun Dan Berbahaya (B3)

Mudah Meledak Mudah Oksidator


Menyala/Terbakar

Korosif Beracun Mengganggu


Pernafasan, Pemicu
Kamker

Contoh Label Kemasan B3

GHS (Globally Harmonized System) – UN (United Nations) Pemicu Iritasi Gas Bertekanan Pencemar
Lingkungan
Tanda Dan Makna Papan Informasi Di Tempat Kerja

Petunjuk K3 Informasi Umum / Informasi Bahaya


Pengumuman

Pesan Umum Informasi Fasilitas Informasi Larangan


Radioaktif
Tanda, Makna Warna Dan Label Di Tempat Kerja

LABEL Batas Area Kerja, Batas Jalur.

LABEL Produk Jadi, Sarana Umum.

LABEL Bahan Baku, Sarana P3K, Keselamatan, Darurat dan Evakuasi.

LABEL Barang Menunggu Diproses Lebih Lanjut (WIP).

LABEL Barang Inspeksi QC.

LABEL Barang Cacat, Barang Tidak Terpakai, Tanda Berhenti.

LABEL Inventaris, Identitas Laci Penyimpanan, Rak, Peralatan, dsj.

Area Terbatas Untuk Untuk Kepentingan Operasional.

Area Terbatas Untuk Untuk Kepentingan Keselamatan.

Zona Berbahaya.
Contoh Dokumentasi Penerapan 5R Di Tempat Kerja
Izin Pekerjaan Bahaya/Resiko Tinggi

1. Izin kerja diperlukan untuk Pekerjaan :


pekerjaan non-rutin yang 1. Panas (pengelasan, gerinda,
mengandung bahaya/resiko dsj).
tinggi di tempat kerja.
2. Ketinggian
2. Izin kerja bertujuan untuk (konstruksi/perbaikan di
memastikan bahwa semua ketinggian di atas 2 meter).
kegiatan/kondisi/lokasi aman
untuk dilangsungkannya 3. Listrik (arus besar).
pekerjaan berbahaya/resiko 4. Galian.
tinggi. 5. Penggunaan Alat Berat.
3. Pengurusan izin kerja 6. Perbaikan Tangki.
dilaksanakan oleh tenaga kerja
bersangkutan dengan petugas 7. Peraikan Perpipaan.
K3 Perusahaan. 8. Ruang Terbatas.
Alat Pelindung Diri (APD)

Kelengkapan
wajib yang
digunakan saat Pelindung Kepala Pelindung Mata dan Muka Pelindung Pendengaran

bekerja sesuai
dengan bahaya
dan resiko kerja
untuk menjaga Pelindung Pernafasan Pelindung Tangan Pelindung Kaki
keselamatan
tenaga kerja itu
sendiri maupun
orang lain di
tempat kerja.

Pelindung Tubuh pakaian Pelindung dada (Apron)


kerja praktek Pelindung lengan (long sleave)
 Kaca las memiliki klasifikasi berbeda berdasarkan besar arus listrik yang dapat
diatur pada mesin lasnya, sbb:

a. Kaca las no.6 dipakai untuk las titik (tack weld)


b. Kaca las no.6 dan no. 7 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere
c. Kaca las no.8 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 30 Ampere – 75 Ampere
d. Kaca las no.10 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 75 ampere – 200 Ampere
e. Kaca las no.12 dipakai untuk pengelasan dengan arus sebesar 200 Ampere – 400 Ampere
f. Kaca las no.14 dipakai untuk pengelasan menggunakan arus sebesar diatas 400 Ampere.
Sinar terang (cahaya tampak)
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata, akan diteruskan oleh lensa
mata dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya yang masuk terlalu
kuat, mata akan menjadi lelah dan sakit, tetapi hanya bersifat sementara.

Sinar ultraviolet
sebenarnya pancaran sinar yang mudah terserap dan mempunyai
pengaruh besar terhadap reaksi kimia yang terjadi pada tubuh. Bila sinar
itu terserap oleh lensa dan kornea mata manusia melebihi jumlah
tertentu, maka pada mata akan terasa adanya benda-benda asing di
dalamnya, dalam waktu 6-12 jam kemudian mata akan menjadi sakit
selama 6-34 jam, dan kemudian akan hilang sakitnya setelah 48 jam.

Sinar Inframerah.
Adanya sinar tidak segera terasa oleh mata, karenanya hal itu lebih
berbahaya karena tidak diketahui, tidak terlihat, dan tidak terasa.
Pengaruhnya terhadap mata sama dengan pengaruh panas yang
menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata dan terjadi penyakit
kornea, prebiopia yang terlalu dini dari kerabunan.
Kesehatan Kerja

Pengertian
Penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat
yang setinggi-tingginya dari kesehatan fisik,
mental dan sosial dari tenaga kerja pada
semua pekerjaan, pencegahan gangguan
kesehatan pada tenaga kerja yang disebabkan
oleh kondisi kerjanya, perlindungan tenaga
kerja dari resiko akibat faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan tenaga kerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikologisnya, dan
sebagai kesimpulannya merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
manusia kepada pekerjaanya.
Kesehatan Kerja (Lanjutan)

Dasar Hukum
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 8
2. Permenakertrans No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3)
3. Permenakertrans 02/MEN/1982 tentang Kwalifikasi Juru Las di tempat kerja Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
4. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14
5. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 12
6. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3
Kesehatan Kerja (Selesai)

Ruang Lingkup
1. Penyelenggaraaan pelayanan kesehatan kerja :
o Pelaksanaan pemerikSarana.
o Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter perusahaan dan paramedis
perusahaan).
o Organisasi (pimpinan unit PKK, pengesahan penyelenggaraan PKK).
2. saan kesehatan kerja tenaga kerja (Awal, Berkala, Khusus dan Purna Bakti)
3. Pelaksanaan P3K (Petugas P3K, Kotak P3k dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan gizi kerja (pemeriksaan gizi dan makanan tenaga kerja, kantin, katering
pengelola makanan tenaga kerja , pengelola dan petugas katering).
5. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi.
6. Pelaksanaan pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja,
Penyakit Akibat Kerja)
Tanggap Darurat
Pengertian Keadaan Darurat Pelaksanaan Tanggap Darurat
Keadaan sulit yang tidak diduga yang
Secara Umum
memerlukan penanggulangan segera supaya
tidak terjadi kecelakaan. 1. Matikan/hentikan seluruh
proses/mesin/aktivitas produksi/kerja.
Ruang Lingkup 2. Segera menuju titik evakuasi dengan
1. Kebakaran yang gagal dipadamkan regu mengikuti jalur evakuasi darurat.
pemadam kebakaran Perusahaan. 3. Selamatkan aset yang memungkinkan
2. Peledakan. untuk diselamatkan.
3. Kebocoran gas/cairan/material berbahaya 4. Tetap tenang dan cepat bertindak.
yang tidak dapat diatasi dalam waktu 5. Informasikan kepada petugas Tanggap
singkat. Darurat apabila ada rekan yang masih
4. Keracunan. tertinggal/terperangkap/terluka.
5. Bencana Alam. 6. Tetap di area aman hingga ada instruksi
6. Perampokan. lanjutan dari petugas berwenang.
7. Ancaman Bom.
8. Demonstrasi / Unjuk Rasa.
9. Huru-hara.
Api Dan Kebakaran

Pengertian Api
Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang
terbentuk dari 3 unsur (panas, oksigen dan bahan
Panas mudah terbakar ) yang menghasilkan panas dan
cahaya.

Pengertian Kebakaran
Rantai Nyala api baik kecil maupun besar pada tempat,
Reaksi
Bahan situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang
Oksigen
Mudah
bersifat merugikan dan pada umumnya sulit
Terbakar
dikendalikan.

Segitiga Api
Klasifikasi Kebakaran

Kelas Kebakaran Media Pemadam


A Padat Non Logam Air, Uap Air, Serbuk Kimia, Busa

B Gas/Uap/Cairan Serbuk Kimia, CO2, Busa

C Aliran Listrik Serbuk Kimia, CO2, Uap Air

D Logam Serbuk Kimia Sorium Klorida, Grafit, dsj

E Bahan Radioaktif <Belum Diketahui Secara Spesifik>

K Bahan Masakan Cairan Kimia, Serbuk Kimia, CO2

Sumber : National Fire Protection Association (NFPA) Amerika


Tabung Pemadam / APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Alat yang ringan serta mudah dilayani untuk satu orang


untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.

Tuas

Pin
Petunjuk Penggunaan :
Tanda Pemasangan APAR Manometer 1. Tarik pin pengunci
tuas.
Selang 2. Arahkan selang ke
pusat api.
Nozzle / Corong 3. Tekan tuas pegangan
tabung pemadam.
4. Sapukan secara
merata.

Pemasangan Tanda APAR Pada Tiang Bagian-Bagian APAR


Jenis-jenis Tabung Pemadam / APAR

Berdasarkan Kelas Kebakaran


1. APAR Kelas A (Kebakaran Padat Non-Logam).
2. APAR Kelas B (Kebakaran Gas & Cairan Mudah Terbakar).
3. APAR Kelas C (Kebakaran Listrik).
4. APAR Kelas D (Kebakaran Logam).
5. APAR Kelas K (Kebakaran Bahan Masakan).
6. APAR Kombinasi (ABC, AB, BC, BK).
Berdasarkan Media Pemadam
APAR Kartu Gas APAR Air, APAR Uap Air, APAR Busa, APAR Serbuk Kimia Kering, APAR Cairan Kimia, APAR Gas
CO2, APAR Halon.
Berdasarkan Konstruksi
1. APAR Kartu Gas (Menggunakan tabung gas bertekanan yang dipasang di luar tabung untuk
mengeluarkan isi tabung APAR).
2. APAR Tekanan Tetap (Gas bertekanan untuk mengeluarkan isi APAR dijadikan satu dengan
tabung APAR).
Berdasarkan Penempatan
APAR Gantung dan APAR Troli (dengan roda dorong).

APAR Tekanan Tetap Berdasarkan Kapasitas


APAR 0.6 kg s.d 90kg.
Hidran

Perlengkapan Hidran Pilar Hidran Nozzle

Hidran digunakan untuk mengatasi kebakaran besar


dengan sistem serupa keran air dengan tekanan air yang
tinggi.
Formasi Penggunaan Hidran
Penggunaan hidran sebagai pemadaman kebakaran harus
memastikan bahwa aliran listrik dimatikan supaya tidak
membahayakan petugas pemadam.
Kewajiban Pengusaha (Pengurus)

1. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan


kerja yang diwajibkan pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang
dipimpinnya.
2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di
tempat kerja yang dipimpinnya.
3. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang dipimpin maupun
orang lain yang memasuki tempat kerja disertai
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut pegawai
Keselamatan Kerja pasal 14
pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang
dipimpinnya.
Kewajiban Tenaga Kerja

1. Memberi keterangan yang benar apabila diminta


pegawai pengawas/keselamatan kerja.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang
diwajibkan.
3. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3 yang
diwajibkan.
4. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua
syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan
APD yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai
Keselamatan Kerja pasal 12 pengawas dalam batas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Syarat Dasar K3

1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.


2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K.
6. Memberi APD pada tenaga kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas,
radiasi, kebisingan & getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang (PAK) dan keracunan.
Keselamatan Kerja pasal 3
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
Syarat Dasar K3 (Selesai)

10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.


11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara &
proses kerja.
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia,
binatang, tanaman & barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan
& penyimpanan barang.
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 3 18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan
pekerjaan yang resikonya bertambah tinggi.
UTAMAKAN
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

Anda mungkin juga menyukai