Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

MODULASI DATA DIGITAL

Disusun Oleh :

NURUL AZIZAH

NIM :

P27838123085

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


SURABAYA 2023
1

MODULASI DATA DIGITAL

DIGITAL DATA – DIGITAL SIGNAL

1. Encoding Format

a. Membuat sinyal aktual untuk mewakili data yang akan ditransfer.

b.Format pengkodean berupa tegangan (sebagai fungsi waktu)

c. Different format dibuat karena dibutuhkan manfaat yang mengakibatkan gangguan

transmisi, adanya rangkaian tertentu untuk mendeteksi sinyal dan karakteristik

tertentu yang diketahui dari data yang diwakili.

d.Format ini dapat ditransmisikan secara langsung seperti yang ditunjukkan atau

“carried” dengan teknik basic transport, misalnya melalui telepon. AM, FM, PAM,

PWM, PPM, dll.

 NRZ

NRZ adalah teknik differential encoding Dalam NRZ, nilai-sinyal tinggi „1‟
dalam bit biner, dan nilai-sinyal rendah „0‟. NRZ dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sebagai berikut :
1. NRZ-L (Non Return Zero-Level)

NRZ-L diterapkan berdasarkan pada keberadaan tegangan negatif atau positif.


Sebuah tegangan negatif akan digunakan untuk mewakili biner, dan tegangan positif
digunakan untuk mewakili biner lainnya. Di NZR-L
2

tingkat sinyal selalu konstant

Pada contoh diatas pada bit pertama nilai “0” digambarkan dengan
HIGH, sedangkan nilai bit “1” digambarkan dengan LOW.

2. NRZ-I (Non Return to Zero-Invert on ones)

Dalam NRZ-I, keberadaan masa transisi di bit, baik dari tinggi ke rendah dan
wakil versa akan bernilai „1‟. Sedangkan jika tidak ada transisi, maka nilai „0‟. selain
itu NRZ-I tidak terpengaruh oleh tingkat sinyal.

NRZ-I ini akan berubah jika logika 1, dan jika bertemu logika 0 maka tidak
berubah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pada contoh gambar diatas menunjukkan bahwa saat data yang diterima
adalah “01001100011”,
1. Dimulai dari logia low, pada bit 2 bertemu logika 1 maka akan
berlogika High.
2. Bit 3 logika 0 maka tidak berubah akan tetap High, bit 4 tetap High.
3. Bit 5 Bertemu logika 1,berubah dari logika High menjadi Low
4. Bit 6 ketemu logika 1 dari logika Low Pada bit 5 berubah jadi Logika
High pada bit 6
5. Pada bit 7 logika 0 maka tidak berubah tetap High
6. Pada bit 8 logika 0 maka tidak berubah tetap di High
7. Pada bit 9 logika 0 maka tidak berubah tetap di High
3

8. Pada bit 10 logika 1 maka dari High (bit 9) menjadi Low pada bit 10
9. Pada bit 11 bertemu logia 1 maka akan menjadi High, karena pada bit
10 berlogika Low.

3. Bipolar AMI

Bipolar AMI adalah metode pengkodean yang digunakan dalam komunikasi


digital di mana jika data bit berupa logika "0" maka kondisinya akan menjadi
netral “0”, dan akan terjadi bernilai positif “+” atau negatif “-“ jika
mendapatkan bit “1” yang perubahan nilai tersebut bergantung dari nilai
terakhir setelah bit “1” terakhir.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1
0
-1

a. Bit 1 berlogika 0 maka tetap 0

b. Bit 2 berlogika 1 maka akan logika High

c. Bit 3 dan 4 berlogika 0 maka tetap 0

d. Bit 5 logika 1 maka akan berlogika Low (karena bit sebelumnya yang
berlogika 1 adalah High)

e. Bit 6 logika 1 makan akan berlogka High karena bit sebelumnya yang
berlogika 1 adalah Low

f. Bit 7,8,9 Logika 0 maka tetap berlogika 0

g. Bit 10 logika 1, maka berlogika Low (negatif) karena bit sebelumnya yang
berlogika 1 sudah High

h. Bit 11 logika 1, maka berlogika High. Karena bit sebelumnya logika 1


kondisi Low.

4. Pseudoternary
Pseudoternary merupakan pengkodean dengan kondisi kebalikan dari Bipolar
AMI yang mana jika data bit berupa logika "1" maka kondisinya akan menjadi netral
4

“0”, dan akan terjadi bernilai positif “+” atau negatif “-“ jika mendapatkan bit logika “0”
yang perubahan nilainya juga bergantung dari nilai terakhir setelah bit “0” terakhir.
Contoh gambar sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

a. Bit 1 berlogika 0 maka High

b. Bit 2 berlogika 1 maka tetap 0

c. Bit 3 berlogika 0 maka berlogika Low, karena bit sebelumnya yang


berlogika 0 sudah High

d. Bit 4 logika 0 berlogika High

e. Bit 5 logika 1 maka tetap 0

f. Bit 6 logika maka tetap 0

g. Bit 7,8,9 Logika 0 maka berlogika Low, High, Low

h. Bit 10 dan 11 logika 1 maka tetap 0

5. Pengkodean B8Zs

Pengkodean B8ZS (Bipolar with 8 Zero Substitution) adalah teknik pengkodean


yang digunakan dalam modulasi digital untuk mengatasi masalah jangka panjang tanpa
transisi LSZ (Long String of Zeros) dalam data. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa dalam aliran data yang dikodekan, tidak ada lebih dari tujuh bit nol berturut-
turut. Jika ada lebih dari tujuh nol berturut-turut, kode B8ZS akan memasukkan pola
khusus untuk menghindari masalah ini.

Dalam pengkodean B8ZS, setiap kali ada 8 nol berturut-turut dalam data yang
akan dikodekan, pola tertentu digunakan untuk menggantikan pola nol tersebut dengan
urutan simbol yang sesuai. Ini membantu menjaga transisi yang cukup dalam aliran
data, yang penting untuk sinkronisasi dan deteksi kesalahan dalam komunikasi digital.
5

Contohnya, jika ada 8 nol berturut-turut dalam aliran data, pengkodean B8ZS
akan menggantikan pola tersebut dengan simbol khusus menjadi “0 0 0 + - 0 - +” jika
logika terakhir yang diterima adalah positif “+” atau “0 0 0 - + 0 + -“ jika data terakhir
adalah negatif “-“. Dengan cara ini, pola yang dibuat membantu menjaga
keberlangsungan transisi dalam data yang dikodekan, sehingga mencegah masalah
jangka panjang tanpa transisi.

Data terakhir = “-“


-+0+-

Gambar 5. Format Encoding B8Zs

Pada contoh gambar diatas menunjukkan bahwa terdapat bit “0” sebanyak 8 kali
dengan nilai bit terakhir adalah negatif “-“ sehingga bentuk sinyal setelah “0” tiga kali
diganti menjadi “- + 0 + -“. dan bentuk sinyal setelahnya akan sama dengan pola
bipolar-AMI dimana jika nilai terakhir adalah negatif “-“ maka sinyal akan menjadi
positif “+” dan seterusnya.

6. Pengkodean HDB3

Mirip dengan pengkodean B8Zs namun pada pengkodean HDB3, setiap kali ada
pola berulang yang terdiri dari empat nol berturut-turut, sebuah transisi khusus diberikan
dengan menggantikan beberapa nol dengan nilai positif atau negatif. Pola ini disebut
sebagai "violation" dan digunakan untuk membentuk transisi.

Pengkodean HDB3 memiliki 2 kondisi dalam mengganti nilai nol tersebut yakni
dengan melihat kondisi logika “1” terakhir apakah “+” atau “-“ dan menghitung jumlah
logika “1” tersebut apakah ganjil atau genap, dengan pola saperti pada tabel berikut:
Last Add even
“+” 000+ -00-
“-“ 000- +00+
6

Contohnya, jika ada pola 0000 dalam aliran data, pengkodean HDB3 akan
menggantikan nol pertama dengan nilai positif atau negatif berdasarkan pola
sebelumnya. Misalnya, jika pola sebelumnya positif, maka nol pertama dalam pola 0000
akan digantikan dengan nilai negatif. Hal ini membantu dalam menjaga jumlah transisi
yang diperlukan dalam aliran data. Pola tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

+
12- 0 0-

Gambar 6. Format Encoding HDB3

Pada gambar diatas sesuai dengan panah dimana terdapat logika “0”
dalam aliran lebih dari 4 kali, dengan kondisi terakhir logika “1” adalah positif
“+“ sebanyak 2 kali “genap” maka pola pengganti “0 0 0 0” menjadi “- 0 0 -“.

7. Pengkodean Manchester:
Pengkodean Manchester adalah metode modulasi yang mengubah data digital
menjadi bentuk gelombang dengan menghasilkan transisi pada setengah periode clock.
Dalam pengkodean ini, setiap bit data diwakili oleh perubahan tingkat sinyal pada
pertengahan periode clock. Bit 1 direpresentasikan sebagai transisi dari tingkat rendah
ke tingkat tinggi pada setengah periode clock, sementara bit 0 direpresentasikan sebagai
transisi dari tingkat tinggi ke tingkat rendah pada setengah periode clock.
7

8. Pengkodean Differential Manchester


Differential Manchester adalah variasi dari pengkodean Manchester. Dalam
pengkodean ini, perubahan transisi pada pertengahan periode clock tetap ada, tetapi
interpretasi bit 0 dan 1 sedikit berbeda. Bit 1 direpresentasikan sebagai perubahan
polaritas (contohnya dari positif ke negatif atau sebaliknya) pada setengah periode
clock, sementara bit 0 direpresentasikan sebagai tidak ada perubahan polaritas pada
setengah periode clock.

Berikut contoh gambar bentuk gelombang pengkodean Manchester dan


differential Manchester:

1-0 0-1

Gambar 7. Format Encoding Manchester & Differential Machester

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa pada pengkodean Manchester data


yang masuk apabila berlogika “0” maka akan membentuk gelombang dari high “1” ke
low “0” dalam satu bit/periode clock , dan akan berlaku kebalikan jika data yang
diterima berlogika “1” dimana gelombang yang terbentuk transisi dari low “0” ke high
“+”.

Sedangkan untuk differential manchester pada data bit “0” transisi untuk periode
clock dari high “1” ke low “0” dan untuk data bit “1” akan terjadi perubahan jika
sebelumnya transisi dari high “1” ke low “0” maka transisi berikutnya jika mendapat
data bit “1” akan berubah dari low “0” ke high “1”.
8

MODULASI DATA DIGITAL – ANALOG SIGNAL

Amplitude Shift Keying (ASK):


ASK adalah metode modulasi di mana data digital diubah menjadi gelombang analog
dengan mengubah amplitudo sinyal pembawa. Dalam ASK, bit “0” dan “1” direpresentasikan
oleh dua tingkat amplitudo yang berbeda pada gelombang pembawa. Misalnya, bit “0” dapat
diwakili dengan amplitudo rendah, sementara bit 1 diwakili oleh amplitudo yang lebih tinggi.

Binary Frequency Shift Keying (BFSK)


BFSK adalah metode modulasi di mana data digital diubah menjadi gelombang analog
dengan mengubah frekuensi sinyal pembawa. Dalam BFSK, bit “0” dan “1” direpresentasikan
oleh dua frekuensi pembawa yang berbeda. Misalnya, bit “0” dapat diwakili oleh frekuensi
rendah, sementara bit “1” diwakili oleh frekuensi yang lebih tinggi.

Binary Phase Shift Keying (BPSK)


BPSK adalah metode modulasi di mana data digital diubah menjadi gelombang analog
dengan mengubah fase sinyal pembawa. Dalam BPSK, bit 0 dan 1 direpresentasikan oleh dua
fase pembawa yang berbeda. Apabila bit yang diterima berupa bit “0” maka bentuk gelombang
merambat kebawah “negatif” sedangkan jika bit “1” maka gelombang merambat keatas
“positif”. Untuk lebih jelasnya ketiga modulasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
9

Perubahan phasa Perubahan phasa


saat bit berlogika B
saat bit berlogika

A
Gambar 8. Modulasi ASK, BFSK & BPSK

Pada bentuk gelombang ASK jika data bit berupa logika “0” maka amplitudo
direndahkan/tidak ada amplitudo, sedangkan jika berlogika “1” maka amplitudo akan
lebih tinggi/tampak.

Pada gelombang BFSK jika bit berlogika “0” maka frekuansi yang terbentuk lebih
rendah dibanding jika berlogika “1”.

Pada bentuk gelombang BPSK phase akan berubah jika terjadi perubahan data bit,
yang mana jika berlogika “0” maka bentuk rambatan gelombang seperti gelombang pada
tanda “A” dan jika berlogika “1” maka phase akan berubah sehingga rambatan gelombang
seperti pada tanda “B”.

Anda mungkin juga menyukai