Komunikasi Digital
Disusun Oleh :
Maulida Sri Karomah
P27838123102
2023
Modulasi Data Digital
Adalah barisan kode yang tersusun dari kode biner yang merepresentasikan sebuah
kondisi dimana nilai positif menyatakan sebuah kondisi dan negatif untuk kondisi lain,
namun kondisi netral tidak merepresentasikan sebuah kondisi.NRZ juga merupakan model
encoding yang paling sederhana dimana sinyal lemah direpesentasikan dengan nilai “0” dan
sinyal kuat direpresentasikan dengan nilai “1”.NRZ dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan pada lingkungan yang asynchronous maupun synchronous tanpa menggunakan clock
yang jelas.
Setiap bit pada NRZ-L tidak harus memiliki makna yang sesuai dengan logika
data, misalkan untuk logika “0” maka nilai pada bit tersebut tidak harus LOW begitupula
sebaliknya, dengan kata lain logika “0” tidak mesti “tegangan negatif”/”LOW” dan
logika “1” tidak mesti “tegangan positif”/“HIGH”. Sebagai contoh pada gambar berikut:
Pada contoh diatas pada bit pertama nilai “0” digambarkan dengan HIGH,
sedangkan nilai bit “1” digambarkan dengan LOW.
2. NRZ-I (Non Return to Zero Inverted)
NRZ-I adalah metode pengkodean yang digunakan dalam komunikasi digital di
mana tidak ada transisi tegangan saat data bit adalah "0," tetapi ada transisi saat bit
adalah "1." Ini berarti bahwa setiap kali ada perubahan nilai bit “1”, akan ada perubahan
nilai tegangan.
Saat bit "1" muncul, akan ada transisi tegangan, sedangkan saat bit “0” muncul
tidak ada transisi tegangan. Sebagai contoh pada gambar berikut:
Pada contoh gambar diatas menunjukkan bahwa saat data yang diterima adalah
“01001100011”, yang mana bit ke-3 adalah “1”, maka terjadi transisi dari logika “0”
menjadi logika “1”, begitupula saat bit ke-6 transisi yg terjadi dari “1” ke “0”, bit ke-7
transisi terjadi dari “0” ke “1”, bit ke-11 transisi dari “1” ke “0” & bit ke-16 terjadi
transisi dari “0” ke “1”.
MULTIPLE BINERY
Multiple Binary adalah metode modulasi di mana setiap simbol yang diteruskan mewakili
lebih dari satu bit informasi. Salah satu cara untuk menerapkan multiple binary adalah dengan
menggunakan metode bipolar-AMI dan pseudoternary.
1. Bipolar AMI
Bipolar-Ami adalah sebuah pengkodean yang memiliki fungsi untuk Bipolar-AMI Signal
Encoding, komponenya terdiri dari AMI(Alternate Mark Inversion), sebuah tegangan nol
direpresentasikan sebagai bit 0. dimana bit 0 yang berganti-ganti antara tegangan positif
dan negatif.
Ketika data yang diterima berupa bit “1” maka nilai terakhir misalkan bernilai
positif “+” maka akan berubah menjadi negatif “-“ seperti contoh pada gambar berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pada contoh diatas tampak bahwa jika data bit pertama berupa logika “0” maka kondisi
pengkodean Bipolar-AMI menjadi “0”, selanjutnya kondisi berubah menjadi positif “+”
sebab bit yang diterima berupa logika “1”. Saat data ke-5 setelah perubahan data dari “0”
ke “1” maka kondisi menjadi negatif “-“ dan setelahnya menjadi positif “+” karena
mendapatkan data berikutnya yakni data ke-6 berupa logika “1”.
2. Pseudoternary
Pseudoternary merupakan kebalikan dari Bipolar AMI yang menggunakan logika 0
sebagai tanda adanya pergerakan sinyal, baik positif maupun negatif. Sedangkan jika
tidak ada sinyal, maka digunakan logika 1.
Contoh gambar sebagai berikut:
4. Pengkodean HDB3
Mirip dengan pengkodean B8Zs namun pada pengkodean HDB3, setiap kali ada pola
berulang yang terdiri dari empat nol berturut-turut, sebuah transisi khusus diberikan
dengan menggantikan beberapa nol dengan nilai positif atau negatif. Pola ini disebut
sebagai "violation" dan digunakan untuk membentuk transisi.
Pengkodean HDB3 memiliki 2 kondisi dalam mengganti nilai nol tersebut yakni dengan
melihat kondisi logika “1” terakhir apakah “+” atau “-“ dan menghitung jumlah logika
“1” tersebut apakah ganjil atau genap, dengan pola saperti pada tabel berikut:
Last Add even
“+” 000+ .- 0 0 -
“-“ 000- +00+
Contohnya, jika ada pola 0000 dalam aliran data, pengkodean HDB3 akan menggantikan
nol pertama dengan nilai positif atau negatif berdasarkan pola sebelumnya. Misalnya,
jika pola sebelumnya positif, maka nol pertama dalam pola 0000 akan digantikan dengan
nilai negatif. Hal ini membantu dalam menjaga jumlah transisi yang diperlukan dalam
aliran data. Pola tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
1 .- 0 0 -
Pada gambar diatas sesuai dengan panah dimana terdapat logika “0” dalam aliran lebih
dari 4 kali, dengan kondisi terakhir logika “1” adalah positif “+“ sebanyak 2 kali “genap”
maka pola pengganti “0 0 0 0” menjadi “- 0 0 -“.
5. Pengkodean Manchester
Pengkodean adalah metode modulasi yang mengubah data digital menjadi bentuk
gelombang dengan menghasilkan transisi pada setengah periode clock. Dalam
pengkodean ini, setiap bit data diwakili oleh perubahan tingkat sinyal pada pertengahan
periode clock. Bit 1 direpresentasikan sebagai transisi dari tingkat rendah ke tingkat
tinggi pada setengah periode clock, sementara bit 0 direpresentasikan sebagai transisi
dari tingkat tinggi ke tingkat rendah pada setengah periode clock. Perhatikan bahwa
transisi sinyal tidak selalu terjadi pada “batas-batas bit” atau bitboundaries (pembagian
antara satu bit dengan bit ainnnya, tetapi selalu ada transisi di pusat dari setiap bitnya.
Aturan pengkodean Manchester dirangkum dibawah ini:
6. Differential Manchester
Differential Manchester adalah variasi dari pengkodean Manchester. Dalam pengkodean
ini, perubahan transisi pada pertengahan periode clock tetap ada, tetapi interpretasi bit 0
dan 1 sedikit berbeda. Bit 1 direpresentasikan sebagai perubahan polaritas (contohnya
dari positif ke negatif atau sebaliknya) pada setengah periode clock, sementara bit 0
direpresentasikan sebagai tidak ada perubahan polaritas pada setengah periode clock.
Berikut contoh gambar bentuk gelombang pengkodean Manchester dan differential
Manchester:
1-0 0-1
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa pada pengkodean Manchester data yang masuk
apabila berlogika “0” maka akan membentuk gelombang dari high “1” ke low “0” dalam
satu bit/periode clock , dan akan berlaku kebalikan jika data yang diterima berlogika “1”
dimana gelombang yang terbentuk transisi dari low “0” ke high “+”. Sedangkan untuk
differential manchester pada data bit “0” transisi untuk periode clock dari high “1” ke
low “0” dan untuk data bit “1” akan terjadi perubahan jika sebelumnya transisi dari high
“1” ke low “0” maka transisi berikutnya jika mendapat data bit “1” akan berubah dari
low “0” ke high “1”
MODULASI DATA DIGITAL – ANALOG SIGNAL
Modulasi memiliki dua macam jenis, yaitu modulasi sinyal analog dan modulasi sinyal
digital. Contoh modulasi sinyal analog adalah Frequency Modulation (FM) dan Amplitude
Modulation (AM). Sementara modulasi sinyal digital antara lain Amplitude Shift Keying
(ASK), Phase Shift Keying (PSK), dan Frequency Shift Keying (FSK)
Source Encoder menerima satu atau lebih sinyal analog untuk diubah menjadi urutan symbol-
simbol. Simbol-simbol ini bisa berupa biner (1 dan 0) atau anggota himpunan yang
mempunyai dua atau lebih elemen. Jika kanal digunakan untuk mengkomunikasi kan lebih
dari satu sumber (source), maka sebuah source encoder harus dilengkapi dengan multiplexer.
Yang menjadi perhatian kita adalah bahwa source encoder mendapatkan input berupa time
signal (s(t)) dan system komunikasi data dimulai dengan sebuah sinyal digital (misalkan data
didapatkan dengan menekan tombol di keyboard).
Dari peralihan sistim komunikasi tulisan tangan menjadi sistim komunikasi listrik, diperlukan
suatu model pengamanan terhadap data yang akan dikirim maupun diterima. Harus
diyakinkan bahwa hanya penerima yang bersangkutan saja yang bisa memahami data atau
pesan yang terkirim, dan ha nya pengirim yang resmi saja yang bisa mengirimkannya. Proses
Encryption melaksanakan pengamanan tersebut.
Channel Encoder menaikkan efisiensi dari sistem komunikasi digital. Peralatan ini
mengurangi efek dari error transmisi. Jika ada noise yang masuk ke kanal bersama-sama
dengan data, ada kemungkinan sebuah simbol yang sudah terkirim akan di-interpretasi kan
sebagai simbol yang lain pada sisi penerima. Efek dari error-error ini dapat dikurangi dengan
menerapkan struktur redundansi pada sinyal data.
Output dari kanal encoder adalah sebuah sinyal digital yang dikomposisikan dalam bentuk
simbol-simbol. Sebagai contoh, dalam sistem biner outputnya berupa urutan bit 1 dan 0.
Sebuah kanal listrik dapat mengirimkan sinyal yang hanya berbentuk gelombang listrik. Ini
penting. Jangan beranggapan bahwa sebuah sinyal digital dapat ditransmisikan dalam bentuk
yang belum termodifikasi. Sebagai contoh, jika kita menggunakan sebuah kanal suara untuk
mengirimkan “10101”, bukan berarti kita mengucapkan lima kata tadi, karena pengucapan
satu kata saja (misalkan “satu” sama dengan 1 pada 10101), sama halnya dengan mengirim
sebuah urutan sinyal analog. Jadi, di sini kita mengirimkan sebuah sinyal digital
menggunakan gelombang analog. Kelihatannya ini merupakan proses yang be rsimpangan,
dan memang betul demikian. Untuk mengirim sebuah sinyal analog, perlu diubah menjadi
sinyal digital, kemudian mengirimkan sinyal digital tersebut melalui gelombang analog,
mengkonversikan bentuk gelombang analog yang diterima menjadi sinyal digital kembali
(pada receiver) dan mengubah sinyal digital tersebut kembali menjadi sinyal analog. Proses
ini memiliki keuntungan tahan terhadap lingkungan noise maupun distorsi dibandingkan
sistim analog langsung.
Pada bentuk gelombang ASK jika data bit berupa logika “0” maka amplitudo
direndahkan/tidak ada amplitudo, sedangkan jika berlogika “1” maka amplitudo akan lebih
tinggi/tampak.
Pada gelombang BFSK jika bit berlogika “0” maka frekuansi yang terbentuk lebih rendah
dibanding jika berlogika “1”.
Pada bentuk gelombang BPSK phase akan berubah jika terjadi perubahan data bit, yang mana
jika berlogika “0” maka bentuk rambatan gelombang seperti gelombang pada tanda “A” dan
jika berlogika “1” maka phase akan berubah sehingga rambatan gelombang seperti pada
tanda “B”.