Anda di halaman 1dari 12

Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)

5 (2) (2020): 96-107. DOI: https://doi.org/10.24114/antro.v5i2.14217

Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal


of Social and Cultural Anthropology)
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos

Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai pada


Masyarakat Suku Batak dalam Melakukan Pendampingan
terhadap Disabilitas)
Cross-Cultural and Religious Counseling (Values of Batak
People in Assisting Disability)
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo
Magister Sosiologi Agama, Universitas Kristen Satya Wacana, Indonesia
Diterima: 01-08-2019; Disetujui: 11-10-2019; Dipublish: 30-01-2020
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis nilai-nilai hidup masyarakat Batak bahwa
“Disabilitas,” terjadi bukan karena kutukan sehingga mengalami “cacat.” Melalui pemanfaatan nilai-nilai sosial
dalam Suku Batak, penerimaan dan dukungan terhadap insan Disabilitas dapat membangun hubungan baik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara secara mendalam
dari pemerintah Kotamadya dan Kabupaten Tapanuli Tengah Sibolga, tokoh agama, unsur lembaga masyarakat
Panti Karya Hepata Laguboti dan RBM Sibolga sebagai sumber dan wawancara langsung kepada keluarga
Disabilitas. Proses konseling sosial masyarakat terjadi karena faktor perbedaan melalui cara pandang, pola pikir,
dan Budaya dalam realita. Tindakan konseling terhadap konselornya dilakukan melalui penerimaan, menghargai,
dan menghormati sesuai dengan unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat yang ada. Melalui Konseling Lintas
Budaya dan Agama perlu melakukan Pendampingan terhadap Kesejahteraan Disabilitas khususnya bagi Suku
Batak, dimana masih ada pemahaman bahwa “Disabilitas” disebabkan karena kutukan. Melalui konseling lintas
budaya dan agama, nilai-nilai msyarakat suku batak dimanfaatkan untuk memanusiakan manusia, sebab
memanusiakan manusia adalah bagian dari keadilan dalam masyarakat.

Kata Kunci: Disabilitas, Kesejahteraan dan Konseling.

Abstract
This study aims to describe and analyze the values of life that "disability" occurs not because of a curse so that it
experiences "disability." Through the use of social values in the Batak Tribe, acceptance and support for people with
disabilities can build good relations. This research uses a qualitative-descriptive approach. Data was obtained through
in-depth interviews from the municipal government and Central Tapanuli Sibolga District, religious leaders, elements
of the Hepata Laguboti Panti Karya community institution and Sibolga RBM as sources and direct interviews with
Disability families. The process of community social counseling occurs because of differences through perspective,
mindset, and culture in reality. The counseling action towards the counselor is carried out through acceptance, respect
and respect in accordance with the cultural elements in the existing community. Through Cross-Cultural and Religious
Counseling it is necessary to provide assistance to Disability Welfare, especially for Bataks, where there is still an
understanding that "Disability" is caused by curses. Through cross-cultural and religious counseling, Batak tribal
values are used to humanize humans, because humanizing humans is part of justice in society.

Keywords: Disability, Wellbeing, Counseling.

How to Cite: Sinaga, M.E. & Gulo, Y. (2020). Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai pada
Masyarakat Suku Batak dalam Melakukan Pendampingan terhadap Disabilitas), Anthropos: Jurnal
Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2): 96-107

*Corresponding author: ISSN 2460-4585 (Print)


E-mail: marryanne@gmail.com ISSN 2460-4593 (Online)

96
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107

PENDAHULUAN mengalami cacat yang disebabkan oleh


Penyandang Disabilitas atau Difabel terjadinya kemungkinan fungsi otak
merupakan bagian dari ketidak mampuan maupun gangguan emosi atau perilaku
secara fisik dan secara normal melalui dapat terjadi karena musibah kecelakaan,
kesehatan mental yang dialami manusia karena lalulintas maupun karena terkena
yang normal. Manusia disabilitas sering benturan barang yang keras. disabilitas
dibully dan dihindari dalam pergaulan juga bukan hanya terjadi karena hasil ke
sehari-hari. Disabilitas atau diffabel dalam tidak mampuan hayalan bahwa mental,
masyarakat secara sosial sering dipandang dapat juga disebabkan perampasan
sebelah mata melalui kekurangan fisik sensorik yang tidak normal, sehingga
mental, dan intelektual. Anggapan bahwa dapat juga karena faktor budaya atau
mereka adalah kelas dua yang tidak dapat instruksional dimana tidak adanya label
melakukan apa-apa. Agila mengatakan tunggal yang mengartikan lebih banyak
bahwa disabilitas tidak selamanya benar variasi kondisi yang tampaknya tidak
menurut anggapan manusia normal pada berhubungan dari pada istilah ketidak
umumnya (Agila, 2010). mampuan belajar. Disabilitas tidak hanya
Meremehkan kemampuan merupakan arti dari ketidak mampuan
penyandang disabilitas merupakan belajar jangka panjang tetapi dapat juga
hambatan utama bagi hidup mereka, dapat merupakan keterbatasan dari ketidak
disebabkan oleh perkataan dan perbuatan mampuan individu tersebut dalam dunia
kita, sehingga tidak dapat memberikan medis (James & Joan, 1973).
satu kesempatan bagi mereka untuk Kesehatan yang ditinjau dalam dunia
berkembang sehingga mereka sulit medis juga dapat melatar belakangi
mendapatkan motifasi dan semangat kehidupan manusia yang mengakibatkan
untuk mendukung dan membantu mereka timbulnya keterbatasan individu tersebut
dalam membangun kepercayaan diri dari orang lain, khususnya dalam
mereka. Kata diabilitas juga merupakan menerima pengetahuan atau pendidikan.
“keterbelakangan, ketidakteraturan atau Oleh sebab itu kemajuan dari satu Bangsa
perkembangan yang tertunda dalam suatu atau Negara dapat di lihat dari
proses bicara, berbahasa, membaca, peningkatan nilai sumber daya manusia
menulis, berhitung, atau mengikuti mata untuk mendapatkan perhatian kesehatan
pelajaran disekolah maupun yang lainnya” dan pendidikan bahkan ilmu pengetahuan
sehingga dapat dihasilkan bahwa mereka dari individu suatu bangsa atau Negara

97
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai

tersebut. Mengikuti proses pendidikan dan Pendekatan-pendekatan kualitatif dapat


pengajaran yang berkualitas dari suatu menyediakan inovasi yang lebih besar bagi
bangsa merupakan hak dan kewajiban kerangka kerja penelitian (Creswell,
setiap individu. Pendidikan itu sangat 2016). Jenis dan metode penelitian
berguna sebagai aspek penting yang dapat kualitatif digunakan untuk memperoleh
mengembangkan kemajuan (FIB-UP, data mendalam berdasarakan pada
2007). Mendapatkan pengajaran atau pemahaman-pemahaman para informan.
pendidikan merupakan mutu atau guna Data yang diperoleh akan diuraikan
dari gambaran masa depan individu untuk dengan kata-kata menurut pernyataan
mempersiapkan genarasi muda agar lebih informan dan kemudian akan dianalisis
menjadi yang terbaik. Oleh sebab itu secara ilmiah dengan kata-kata yang
pendidikan dapat dijadikan sebagai melatarbelakangi perilaku infoman terkait
gambaran kualitas dari suatu Negara cara berpikir (Usman & Akbar, 2008).
kepada Negara lainnya. Pendidikan Metode ini akan mendeskripsikan
merupakan menjadi tolak ukur wajah dari dan menganalisis data dengan jelas
suatu keberhasilan kualitas Negara atau berdasarkan temuan-temuan yang
bangsa (FIB-UPI, 2007). diperoleh dari para informan. Penelitian
Pendidikan yang menjadi wajah ini dilakukan di kota Sibolga Tapanuli
motifator berkembangnya dari satu bangsa Tengah. Dalam penelitian ini, ada beberapa
atau Negara, siapakah yang layak teknik pengumpulan data yang akan
menerima pendidikan dan kesejahteraan digunakan, yaitu pertama, wawancara.
tersebut? Pastinya semua setiap individu Wawacara face to face dilakukan dengan
layak menerimananya. Demikian juga tujuan untuk memperoleh data secara
kepada individu yang mengalami langsung dari tangan wawancara,
Disabilitas merupakan bagian dari dokumenter, foto-foto serta video dan
penerimaan untuk mendapatkan pustaka.
pendidikan dan kesejahteraan hidup
tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN
Konseling Lintas Budaya dan Agama
METODE PENELITIAN dalam Masyarakat Batak
Istilah budaya berasal dari kata
Dalam penelitian ini, jenis penelitian
“budaya” (Engel, 2018) yang berarti
yang digunakan yaitu deskriptif dengan
terjadinya gabungan“pikiran yang baik,
menggunakan metode penelitian kualitatif.
serta berakal budi, yang didalamnya
98
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107

diaturkan adat istiadat, sesuai keadaan mengalami kecelakaan, hal ini sudah yang
yang terjadi karena kebiasaan, sehingga umum dan banyak dijumpai setiap daerah
sukar untuk diubah”. Kebudayaan itu dapat menjadi cacat, namun biasanya ada
sendiri berarti “hasil kegiatan dan beberapa orang yang tidak hanya
penciptaan batin akal budi manusia seperti mendapat keterbatasan fisik namun juga
kesenian, kepercayaan dan adat istiadat” berpengaruh terhadap mental, itu
(KBBI, 2014). Menurut Koetjaraningrat disebabkan trauma pada masa yang
menjelaskan budaya dapat dimaknai lampau. Ketiga, Akibat terjadinya trauma.
sebagai keseluruhan sistem atau gagasan, Ada beberapa orang yang mengalami
tindakan dan hasil karya manusia yang sesuatu hal yang menyebabkan besarnya
diperoleh dari hasil belajar dalam rasa trauma atau menyebabkan stress
kehidupa masyarakat, yang dijadikan milik yang berlebihan yang pada akhirnya
manusia itu sendiri (Koetjaraningrat, berkelanjutan pada gangguan pisikis
1997). seseorang tersebut, sehingga orang
Disabilitas dipahami sebagai tersebut mengalami gangguan mental.
keterbatasan yang dapat dilihat dari sudut Pemerintah melakukan kebijakan
kesehatan ibu pada saat menjelang dalam hal ini, bahwa semua manusia wajib
mengandung sampai melahirkan, ketika menerima perlindungan dari negara.
ketidak seimbangan gizi dalam kelahiran Adapun perlindungan yang di lakukan
anak. Menurut penelitian kedoteran hal ini adalah perlindungan Hukum Kekerasan
dapat mengakibatkan terjadinya seseorang dan pelecehan seksual khususnya
menjadi Disabilitas atau cacat atau difabel, terhadap disabilitas. Perlindungan ini
maka hal ini dapat berakibat, Pertama, mengatasi terjadinya tindakan kekerasan
Bawaan dari lahir, pada umumnya yang terhadap kekerasan fisik dengan alasan
dapat menyebabkan seorang anak bisa apapun termasuk untuk penegakan
terlahir cacat disebabkan kurangnya disiplin. Merespon segala tindak kekerasan
nutrisi yang diterima saat dalam terhadap insan disabilitas dan membuat
kandungan, namun yang paling banyak kontak kepada anak. Mencegah dan
dijumpai adalah kandungan tersebut merespon apapun yang terjadi terhadap
kekurangan asam folat yang menyebabkan penyandang disabilitas yang merugikan
kecacatan pada otak, sumsum tulang mereka. Mencegah dan merespon
belakang, maka terjadi keterbatasan fisik. kekerasan yang terjadi dalam kehidupan
Kedua, terjadinya disabilitas akibat mereka, serta memperhatikan isu spesifik

99
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai

yang terkait dengan umur, gender dan masyarakat atau keluarga sebagai anugrah.
kecacatan. “Kamu adalah istimewa di mata Allah” itu
Menyediakan dan menampung sebanya kamu diberi ujian ini. Sedangkan
mekanisme laporan kekerasan yang model victim adalah memandang bahwa
dialami disabilitas, dan melaporkan penyandang cacat terjadi disebabkan oleh
kekerasan yang tidak senonoh tersebut kutukan dan dosa. Kecacatan fisik maupun
kepada pihak yang berwajib. Menghargai mental dianggap berhubungan dengan
hak dan kewajiban mereka untuk hukuman atas dosa, ini merupakan
bernegara, bahwa mereka juga adalah pandangan masyarakat dalam budaya
warga Indonesia yang dilindungi dengan Orang Batak dan agama.
hukum negara. Serta menindak lanjuti jika Beragamnya fenomena keberadaan
terjadi kriminal kepada mereka serta dan keadaan kehidupan masyarakat saat
menghukum selayaknya hukum negara ini dapat terjadi disebabkan beberapa
yang berlaku kepada halayak masyarakat. factor yang membuat perbedaan-
Jika ada sikap pelecehan atau yang perbedaan cara pandang dan pola pikir
merugikan disabilitas tersebut maka dapat kehidupan manusia, baik itu dikarenakan
dilaporkan kepada kepolisian bahkan Sosial lingkungan masyarakat, Ekonomi,
memberikan keputusan yang tepat kepada Politik, dan bahkan Budaya, ini merupakan
yang melakukan kekerasan tersebut. suatu realita masyarakat dalam berbangsa
Agama menjadi himpunan atau dan bernegara Indonesia, sebab budaya
persekutuan orang-orang percaya disuatu sudah menjadi relevan bagi kehidupan
tempat yang telah menerima Tuhan. masyarakat dari masing-masing manusia.
Pemberdayaan dilakukan untuk memberi Maka untuk menjadikan kesatuan dari
kekuatan, kemampuan atau tenaga dalam Negara ini, Bhinneka tunggal Ika menjadi
mendampingi disabilitas. Pemberdayaan satu semboyan persatuan yang terucap
melalui proses penguatan yang dilakukan dari seluruh Rakyat Indonesia. Keragaman
agama. Sedangkan masyarakat menjadi tersebut berpengaruh langsung terhadap
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi kemampuan pelayanan konseling.
terus menerus dari satu sitem adat istiadat Konseling adalah suatu proses
tertentu yang bersifat berkelanjutan dan pemberian bantuan yang melalui
yang terikat oleh suatu identitas bersama. hubungan antara konselor dan klien.
Model blessing artinya memandang Untuk memperoleh pemahaman dan
hadirnya orang cacat dalam satu pencapain tujuan dalam konseling, faktor

100
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107

utama yang mempengaruhi yaitu bahasa, pertama, konseling dapat membuat


dapat merupakan alat yang sangat penting. konselor peka terhadap masalah
Dalam tindakan yang dilakukan oleh para lingkungan yang mempengaruhi
konseling yakni lebih memperhatikan perkembangan manusia. Kedua, profesi
keadaan yang dialami oleh konselornya konseling mengharuskan konselor
lewat penerimaan keadaan orang lain memiliki pengetehuan dan keterampilan
dalam bentuk menghargai, dan untuk berkomunikasih tentang perlunya
menghormati perasaan orang lain sesuai perubahan dan tindakan kolaboratif
dengan unsur-unsur kebudayaan dalam (Partisipasi mitra kerja).
masyarakat yang terjadi disekitarnya. Kemajuan dari satu bangsa atau
Penyelesaian masalah individu sangat Negara dapat di lihat dari peningkatan
mungkin dikaitkan dengan budaya yang nilai sumber daya manusia untuk
mempengaruhi individu (Enge, 2018). mendapatkan pendidikan dan ilmu
Konselor seharus lebih peka dan perlu pengetahuan dari individu suatu bangsa
menyadari bahwa kehidupan ini didasari atau Negara tersebut. Mengikuti proses
oleh banyaknya nilai-nilai yang berlaku pendidikan dan pengajaran yang
secara umum maupun khusus untuk berkualitas dari suatu bangsa merupakan
membentuk kepercayaan bagi klien. Lewat hak dan kewajiban setiap individu.
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat Pendidikan itu sangat berguna sebagai
konselor kiranya mempunyai pandangan aspek penting yang dapat
yang baik untuk dapat membagun mengembangkan kemajuan. Mendapatkan
semangat klien agar dapat menggapai pengajaran atau pendidikan merupakan
sesuatu hal membagun rasa kepercayaan mutu atau guna dari gambaran masa
diri. Persepsi atau pandangan seorang depan individu untuk mempersiapkan
konselor yang dapat menolong lewat genarasi muda agar lebih menjadi yang
memberikan motifasi kepada klien, sudah terbaik. Maka pendidikan dapat dijadikan
merupakan langkah awal bagi konselor sebagai gambaran kualitas dari suatu
untuk melaksanakan konseling. Untuk itu Negara kepada Negara lainnya. Pendidikan
dalam hal ini dibahas mengenai unsur- merupakan menjadi tolak ukur wajah dari
unsur budaya yang menjadi kajian dalam suatu keberhasilan kualitas Negara atau
konseling. bangsa (Sinaga, 1986).
Konseling lintas budaya memiliki Konseling lintas budaya terkait
beberapa tindakan dalam konseling, dengan kultur yang membentuk keeksaan

101
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai

individu (Achmad, 2016). Model konseling tahun 1998 sebagai istilah yang digunakan
lintas budaya memerlukan kopetensi untuk menyebut individu yang mengalami
konselor untuk memahami individu yang kelainan fisik, atau eufimisme dari istilah
terkait pada sosial budaya, gaya hidup dan penyandang cacat (Aziz, 2014). Istilah ini
politik (Aderson, 1991) konseling budaya masih menyimpan stigma negatif, ternyata
bukan hanya melihat tetapi hendak tidak hanya Indonesia memiliki masalah
memahami bagaimana keterlibatan terminologi. Ini juga mendapatkan istilah
integritas konselor tersebut kepada sikap yang netral dan tidak menyimpan potensi
konseli dalam nilai agama, nilai budaya diskriminasi dan stigmatisasi, maka
konseli tersebut, serta sikap fleksibel, dilakukan sebuah pendekatan dalam
sikap positif dan kepuasan praktis, serta memahami hidup mereka.
dapat menghadirkan eksisten diri dan Disabilitas memiliki karakteristik
ekspresi diri. khusus yang berbeda dengan anak-anak
Konseling Lintas Budaya berguna pada umumnya. kekhususan disabilitas
untuk memahami manusia melampaui adalah memiliki bakat yang berebeda-
batasan dualis super naturalistik dan beda, anak berkebutuhan khusus sangat
materialistik. Konseling Lintas Budaya berbeda dibandingkan dengan anak yang
cenderung kepada konseling mampu normal. Oleh sebab itu perlu untuk
memahami kebiasaan kehidupan konselor memahami kebutuhan dan talenta-
dan membagun komunikasi yang baik. talentanya (Agila, 2010). Orang dengan
Konseling Lintas Budaya meminta agar demensia adalah seorang yang sedang
konselor memiliki kepekaan Budaya mengalami penderitaan fisik dan mental
terhadap klaiennya serta dapat sehingga kekurangan dalam tubuh
mengapresiasi diversitas budaya dan mencapai 40% yang di defenisikan secara
memiliki keterampilan-keterampilan yang otoritas medis, seperti: Kebutaan
responsitif secara kultural. Penglihatan yang berkurang, cerebral
palsy, lepra, gangguan pendengaran,
Nilai Hidup Disabilitas/Diffabel disabilitas locomotor, mental illness, mental
Kata difabel sendiri adalah akronim retardation, juga multiple disabilities
dari Different Ability, atau Different Ability (Setiawan, 2015).
People, dimana ada kemampuan yang Fauzi Rachmanto, juga berpendapat
berbeda (Kompas 1992). Istilah diffabel bahwa penyebab terjadinya bayi
muncul dan digunakan di Indonesia sekitar berkelainan fisik maupun mental

102
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107

disebabkan oleh beberapa kemungkinan, berkonotasi sesuatu yang bersifat negative


antara lain: Penyakit yang diturunkan (UU, 1997). Kata “penyandang” diberikan
ibunya atau genetic, dapat juga ibu kepada seseorang sebagai tanda atau label
mengkonsumsi obat berlebihan sehingga negatif yaitu kata cacat pada keseluruhan
bahan kimia yang berbahaya dapat pribadinya. Namun pada kenyataannya,
merusak pertumbuhannya dalam Rahim, seseorang penyandang Disabilitas hanya
seperti minuman beralkohol, merokok mempunyai kekurangan fisik tertentu dan
atau Narkoba, sehingga dalam peredaran ada juga dapat juga yang keseluruhan.
darah terjadi keracunan dalam tubuh, Untuk itu istilah "cacat" dirubah menjadi
kekurangan pasokan nutrisi pada saat "difabel" yang lebih berarti “ketidak
hamil dan tinggat stres ibu hamil dapat mampuan” secara penuh atau
berakibat tidak baik kepada ibu yang “keterbatasan fisik dan mental” (Aziz,
sedang hamil (Rini, 2019). 2014). Kamus besar bahasa Indonesia
Maria Montessori, memahami bahwa mengartikan bahwa cacat merujuk pada
cacat mental bukan sekedar masalah barang atau benda mati yang tidak
medis, melainkan dapat juga terjadi saat terpakailagi, atau dalam kata lain Afkir
melalui pendidikan yang tepat bagi anak- (KBBI, 2010).
anak yang mengalami kelainan mental International Classification of
serta dapat juga terjadi saat Functioning for Disability and Health, yang
mengembangkan pengetahuannya, kemudian disepakati oleh World Health
sehingga pada akhir hidupnya ia dapat Assembly dan digunakan oleh WHO juga
mandiri (Tung, 2013). Dari catatan jumlah yakni Disability serves as an umbrella term
penduduk dunia WHO mendefenisikan for impairments, activity limitations or
bahwa, difabel merupakan suatu keadaan participation restrictions, disabilitas
terjadinya kehilangan atau ketidak merupakan arti kata dari “payung” yang
normalan baik psikologis, fisiologis berterminologi untuk gangguan,
maupun kelainan struktur atau fungsi keterbatasan aktivitas atau pembatasan
anatomis. partisipasi (WHO, 2016). Maka Pemerinta
Menurut UU RI (Republik Indonesia) melakukan kebijakan melalui Kementerian
No. 4 tahun 1997 disebutkan bahwa Luar Negeri mendorong ratifikasi UU
"Penyandang Cacat" dianggap sebagai penyandang cacat menjadi UU konvensi
subyek hukum yang dipandang kurang penyandang disabilitas (The Convention on
diberdayakan. Istilah “Cacat” memiliki arti the Rights of Persons with Disabilities) pada

103
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai

18 Oktober 2011 sudah ditanda tangani untuk kesejahteraan sosial kepada para
sejak tahun 2007. Hal ini merupakan insan disabilitas tersebut. Di keterbatasan
upaya untuk memberikan kesetaraan bagi kemampuan yang mereka miliki ada nilai
para penyandang disabilitas dengan ketidak normalan menurut pandangan
masyarakat lainnya. “Jadi perlindungan individu yang normal, sesuai pemahaman
tidak lagi sifatnya hanya memberikan yang oleh orang lain miliki.
sumbangan tapi lebih kepada kesetaraan Memanusiakan manusia (Siahaan,
hak, mereka sama seperti orang normal” 2013). Manusia adalah gambar Allah yang
Keberagaman nilai budaya ciptaan di pahami sebagai ciptaan yang normal
Tuhan dalam Lingkungan masyarakat, atau yang sempurna, yang dimodelkan
agama dan pemerintah pastinya ada kita atau digambarkan dari Allah sang pencipta
temui dalam masyarakat yang disabilitas (Latin: Imaginem et similitudinem Dei atau
juga. Kita semua adalah ciptaan Tuhan Imagodei), “diberi penilaian oleh Allah
yang saling membutuhkan satusama lain, sebagai yang amat terbaik dan segambar
yang juga berhak menerima pendidikan serupa dengan-Nya” hal ini, sebagai
dan keadilan yang berguna kelak untuk jaminan stabilitas kelanjutan maka ciri-ciri
kesejahteraan hidupnya, tanpa ada yang kesempurnaan dalam tubuh manusia tidak
membedakan asal-usul, status social normal (Gunawan, 2016). Apakah
ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, kenormalan tentang keberadaan manusia
khususnya kepada insan disabilitas. UU No. dilihat dari Allah yang menciptakan
8 tahun 2016 tentang penyandang manusia sebagai ciptaan yang tertinggi.
disabilitas pasa 1 ayat 1 berisikan bahwa Allah meciptakan semua manusia dengan
Penyandang disabilitas merupakan bahwa nilai yang serupa dan menerima Hak serta
setiap orang yang mengalami keterbatasan melaksanakan tanggung jawabnya masing-
fisik, inetelektual, mental dan/atau masing.
sensorik dalam jangka waktu lama yang Perlu pemahaman bahwa kondisi
dalam berinteraksi dengan lingkungan disabilitas adalah kebutuhan khusus oleh
dapat mengalami hambatan dan kesulitan keberagaman, sebagaimana perbedaan
untuk berpartisipasi secara penuh dan warna kulit, suku ras, dan etnik dalam
efektif dengan warga negara lainnya budaya-budaya ada dalam kehidupan
berdasarkan kesamaan hak. Maka manusia. Jika ditinjau dari kehidupan
pentingnya memahami mereka serta bernegara, penyandang disabilitas juga
memberikan pendidikan yang berguna adalah warga Negara yang memiliki hak

104
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107

yang sama dengan warga Negara lainnya adalah suatu kebahagiaan yang tidak
untuk memperoleh pendidikan, pekerjaan, ternilai bagi keluarga dan kerabat
serta penghidupan yang layak bagi (Harahap & Siahaan, 1987).
kemanusiaan. Konseling lintas budaya Nilai Hagabeon dalam memahami
yang multikultural menjadi sebuah alat pentingnya keluarga menghantar bahwa
yang dapat memproses konseling tersebut sebenarnya suku Batak memiliki nilai-nilai
dengan melibatkan konselor dan klien kearifan bahwa manusia dalam keluarga
yang pada awalnya adalah berbeda adalah harta yang sangat berharga. Nilai
budayanya mejadi tidak memiliki hagabeon menyatukan keluarga yang tidak
perbedaan tetapi dalam penerimaan mengenal istilah diffabel atau disabilitas.
menjadi saling memahami, maka dalam hal Nilai Hagabeon yang menganggap keluarga
ini konselor dituntut untuk memiliki skil adalah tempat kebahagiaan dan
serta kepekaan budaya, agar dapat kesejahteraan menjadi satu model
mengerti serta mengapresiasi diversitas konseling lintas budaya dalam mendukung
budaya tersebut, bahkan dapat dan menerima kekurangan disabilitas dan
memfasilitasi keadaan perbedaan menjadi diffabel dalam keluarga.
penerimaan antara sesame individual.
Memahami sebagai Konselor harus dapat Nilai Dalihan Na Tolu
benar-benar memiliki keterampilan dalam Arti harafiannya dalihan na adalah

mendengar klien, sebab itu konselor harus tungku yang tiga batunya. Tungku ialah

menyadari bahwa klien adalah individu alat masak, dimana periuk dan kuali

yang sangat kompleks dan beragam. Oleh diletakkan diatasnya untuk memasak

karena itu, mengkombinasikan faktor makanan. Ada orang yang

budaya dan keragaman sebagai bagian menanamkannya dalam bahasa Indonesia

untuk mengerti adalah hal yang sangat tungku nantiga (Siahaan, 1976). Istilah

esensial. dalam bahasa Indonesia yang


dikemukakan kedua orang tersebut tidak

Nilai Hagabeon tepat seperti yang diartikan dalam istilah

Hagabeon berarti bahagia dan Dalihan Na Tolu. Karena dalihan artinya

sejahtera. Kebahagiaan yang dimaksudkan Tungku kemudian na tolu artinya kaki

adalah kebahagiaan dalam hal keturunan. tunggku ada tiga. Lambang Dalihan Na

Keturunan dipandang sebagai pemberi Tolu merupakan tiga batu yang

harapan hidup, karena keturunan itu melambangkan struktur social orang batak

105
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai

(Siahaan, 1976). Pardede mengatakan, SIMPULAN


Nilai Dalihan Na tolu dapat menjadi Berdasarkan uraian di atas penulis
kerangka sosial yang memiliki hubungan- menyimpulkan, nilai-nilai masyarakat
hubungan kekerabatan yang semarga dan suku Batak melalui Hagabeon dan Dalihan
hubungannya yang mempertalikan satu Na Tolu, memberi satu model konseling
kelompok (Simanjutak, 2016). lintas budaya bahwa disabilitas atau
Dalihan Na Tolu merupakan suatu difabel merupakan manusia yang memiliki
ungkapan yang menyatakan kesatuan keterbatasan aktivitas dan pembahasan
hubungan kekeluargaan pada suku Batak. partisipasi yang membutuhkan hidup yang
Ketiga hubungan tersebut adalah hula-hula dimanusiakan. Disabilitas atau diffabel
(keluarga dari pihak pemberi istri), dongan adalah fenomena kompleks, Bukan
sabutuha (kawan semarga), boru (keluarga kutukan atau karma atas dosa keluarga,
dari pihak penerima istri). Anak laki-laki melainkan karya paling agung dari Allah.
nantinya akan beristri dan keluarga pihak Melalui konseling lintas budaya di tengah-
pemberi istri akan disebut dengan hula- tengah masyarakat lewat kearifan yang
hula sedangkan anak perempuan akan menjadi filosofi hidup suku Batak,
bersuami dan keluarga pihak penerima disabilitas/diffabel menjadi bagian
istri akan disebut boru (Simbolon & masyarakat secara sosial yang memiliki
Siregar, 2014). hak yang sama dengan manusia normal,
Dalihan Na Tolu, dalam pemaknaan manusia yang membeutuhkan keadilan
suku batak, memahami bahwa suatu dan hak yang sama diantara masyarakat
keseimbangan dalam keluarga untuk dimana ia berinteraksi, butuh dukungan
memperoleh kerukunan, kedamaian dan sokongan agar dapat berkarya dan
sesehatian yang dijunjung tinggi sebagai percaya diri melelui bekal pendidikan yang
perhargaan dan harkat dan martabat butuhkan untuk kesejahteraan sosial
dalam kekerabatan. Melalui Dalihan Na hidup dan hak-hak sosial dalam
Tolu suku Batak memahami hidup yang masyarakat. Melalui nilai kearifan suku
damai dan rukun. Kerukunan adalah nilai batak memberi satu model konseling lintas
Dalihan Na Tolu yang dapat menjadi model budaya terhadap masyarakat normal
konseling lintas budaya demi kerukunan maupun yang disabilitas.
dan kedamaian dalam kekerabatan suku
Batak. UCAPAN TERIMAKASIH
Mengucapkan banyak terimakasih
kepada Ayah Penulis Oloan Sinaga dan Ibu
106
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107

Penulis Erimsa br Sitompul yang telah Materi Pengajaran, (2005). Pendidikan Agama
Kristen Protestan Untuk Perguruan Tinggi,
membiayai selama kuliah di UKSW. UNIMED, Medan
Prasasty, S. Konseling Lintas Budaya, Surakarta:
Universitas Tunas Pembanguan,
DAFTAR PUSTAKA ejournal.utp.aci.id (4)2, 88-99.
Safrudin, A. (2014). Perpustakaan Rumah Difabel,
Agila, S. (2010). Anak Cacat Bukan Kiamat, Metode
AR-RUZZ MEDIA, Jogyakarta,
Pembelajaran Dan Terapi Untuk Anak
Setiawan, Y.B., (2015). Teologi Disabilitas, Hand -
Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Katahati.
Out, Fakultas Teologi, Salatiga: UKSW.
Ayu, R. (2009). Menu Ibu Hamil, Mencegah Bayi
Siahaan, P. (2013). Arti kata “memanusiakan
Lahir cacat, Jakarta, Pustaka Mina.
manusia, bukanlah diartikan secara harafia.
Bandi, D. (2006). Pembelajaran Anak Berkrbutuhan
www.kompasiana.com diakses 9 Mei 2019.
Khusus, dalam sentting Pendidikan Inklusi,
Simanjutak, B.A, (2016). Struktur Sosial dan Sistem
PT. Refika Aditama, Bandung.
Politik Batak Toba hingga 1945, Jakarta:
Creswell, J.W., (2016). Research Desaign:
Yayasan Obor Indonesia.
Pendekatan Metode Kuallitatif, Kuantitatif,
Sinaga, F.G. (1986) Pedoman Guru Ilmu
dan Campuran, (Terjemahan) Yogyakarta:
Pengetahuan Sosial, Untuk Sekolah Luar
Pustaka Belajar.
Biasa Bagian C Tingkat D 6., Jakarta: CV.
Donna, A.J. & Ann Craston-Gingras. (1991).
Karya Sejahtera.
“Sensitizing Counselors and Educators to
Sutirna, (2013). Perkembangan dan Pertumbuhan
Multicultural Issues: An Interactive
Peserta Didik. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Approach”. Journal of Counseling and
Sutirna, H. (2013), Perkembangan Dan
Development. (70), 2.
Pertumbuhan Peserta Didik, Andi Offset,
Effendi, O.U, (1993). Ilmu, Teori dan Filsafat
Yogyakarta.
Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Tung, Y.K, (2013). Filsafat Pendidikan Kristen,
Engel, J.D, (2018). Konseling Masalah Masyarakat,
Meletakkan Fondasi dan Filosofi Pendidikan
Yogyakarta: Kanisius.
Kristen di Tengah Tantangan Filsafat Dunia,
FIB-UPI, (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidkan, Tim
ANDI, Yogjakarta,
Pengembangan Imu Pendidikan, Pendidikan
Ubaidillah, A, (2016). Jurnal Bimbingan konseling
Lintas Bidang, Jakarta: PT. Imperial Bhakti
Lintas Budaya, Perspektif Abdurahman
Utama.
Wahid, Universitas Islam Negri (UIN),
Gunawan, C, (2016). Materi Pengajaran, Pendidikan
Walisongo Semarang Indonesia, Vol.7, No.1,
Agama Kristen Protestan, Medan: Unimed.
Juni 2016, 87-94.
Harahap, B.H. & Siahaan, H.M. (1987). Orientasi
Ubaidillah, A. (2016). Jurnal Bimbingan konseling
nilai-nilai budaya Batak Toba: suatu
Lintas Budaya, Perspektif Abdurahman
pendekatan terhadap perilaku Batak Toba
Wahid, Universitas Islam Negri (UIN),
dan AngkolaMandailing. Jakarta: Sanggar
Walisongo Semarang Indonesia, (7), 1, 122-
Willem Iskandar.
132.
Husaini, U. & Purnomo, A.S. (2008). Metodologi
Undang-Undang Republik Indonesia, Penyandang
Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
cacat, artikel ini di akses 25 Oktober 2018
J. McCarthy, J. and McMcCarthy, J.F, (1973).
pada,
Learning Disabilities, Boston-America.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_1997.
Koetjaraningrat, (1997). Manusia dan kebudayaan
Yulia, A.T, (2017). kesesuaian pemenuhan
di Indonesia, Yogyakarta: Djambatan.
kebutuhan difabel tunanetra dan tunadaksa
Masyur, E, (1993). Hak Asasi Manusia Dalam
di kota Surakarta terhadap kriteria kota
Hukum Nasional Dan Internasional, Ghalia
ramah difabel, Universitas Sebelas Maret:
Indonesia, Bogor.
Jurnal Region, 12(2): 181-191.

107

Anda mungkin juga menyukai