2 PB
2 PB
Abstract
This study aims to describe and analyze the values of life that "disability" occurs not because of a curse so that it
experiences "disability." Through the use of social values in the Batak Tribe, acceptance and support for people with
disabilities can build good relations. This research uses a qualitative-descriptive approach. Data was obtained through
in-depth interviews from the municipal government and Central Tapanuli Sibolga District, religious leaders, elements
of the Hepata Laguboti Panti Karya community institution and Sibolga RBM as sources and direct interviews with
Disability families. The process of community social counseling occurs because of differences through perspective,
mindset, and culture in reality. The counseling action towards the counselor is carried out through acceptance, respect
and respect in accordance with the cultural elements in the existing community. Through Cross-Cultural and Religious
Counseling it is necessary to provide assistance to Disability Welfare, especially for Bataks, where there is still an
understanding that "Disability" is caused by curses. Through cross-cultural and religious counseling, Batak tribal
values are used to humanize humans, because humanizing humans is part of justice in society.
How to Cite: Sinaga, M.E. & Gulo, Y. (2020). Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai pada
Masyarakat Suku Batak dalam Melakukan Pendampingan terhadap Disabilitas), Anthropos: Jurnal
Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 5 (2): 96-107
96
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107
97
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai
diaturkan adat istiadat, sesuai keadaan mengalami kecelakaan, hal ini sudah yang
yang terjadi karena kebiasaan, sehingga umum dan banyak dijumpai setiap daerah
sukar untuk diubah”. Kebudayaan itu dapat menjadi cacat, namun biasanya ada
sendiri berarti “hasil kegiatan dan beberapa orang yang tidak hanya
penciptaan batin akal budi manusia seperti mendapat keterbatasan fisik namun juga
kesenian, kepercayaan dan adat istiadat” berpengaruh terhadap mental, itu
(KBBI, 2014). Menurut Koetjaraningrat disebabkan trauma pada masa yang
menjelaskan budaya dapat dimaknai lampau. Ketiga, Akibat terjadinya trauma.
sebagai keseluruhan sistem atau gagasan, Ada beberapa orang yang mengalami
tindakan dan hasil karya manusia yang sesuatu hal yang menyebabkan besarnya
diperoleh dari hasil belajar dalam rasa trauma atau menyebabkan stress
kehidupa masyarakat, yang dijadikan milik yang berlebihan yang pada akhirnya
manusia itu sendiri (Koetjaraningrat, berkelanjutan pada gangguan pisikis
1997). seseorang tersebut, sehingga orang
Disabilitas dipahami sebagai tersebut mengalami gangguan mental.
keterbatasan yang dapat dilihat dari sudut Pemerintah melakukan kebijakan
kesehatan ibu pada saat menjelang dalam hal ini, bahwa semua manusia wajib
mengandung sampai melahirkan, ketika menerima perlindungan dari negara.
ketidak seimbangan gizi dalam kelahiran Adapun perlindungan yang di lakukan
anak. Menurut penelitian kedoteran hal ini adalah perlindungan Hukum Kekerasan
dapat mengakibatkan terjadinya seseorang dan pelecehan seksual khususnya
menjadi Disabilitas atau cacat atau difabel, terhadap disabilitas. Perlindungan ini
maka hal ini dapat berakibat, Pertama, mengatasi terjadinya tindakan kekerasan
Bawaan dari lahir, pada umumnya yang terhadap kekerasan fisik dengan alasan
dapat menyebabkan seorang anak bisa apapun termasuk untuk penegakan
terlahir cacat disebabkan kurangnya disiplin. Merespon segala tindak kekerasan
nutrisi yang diterima saat dalam terhadap insan disabilitas dan membuat
kandungan, namun yang paling banyak kontak kepada anak. Mencegah dan
dijumpai adalah kandungan tersebut merespon apapun yang terjadi terhadap
kekurangan asam folat yang menyebabkan penyandang disabilitas yang merugikan
kecacatan pada otak, sumsum tulang mereka. Mencegah dan merespon
belakang, maka terjadi keterbatasan fisik. kekerasan yang terjadi dalam kehidupan
Kedua, terjadinya disabilitas akibat mereka, serta memperhatikan isu spesifik
99
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai
yang terkait dengan umur, gender dan masyarakat atau keluarga sebagai anugrah.
kecacatan. “Kamu adalah istimewa di mata Allah” itu
Menyediakan dan menampung sebanya kamu diberi ujian ini. Sedangkan
mekanisme laporan kekerasan yang model victim adalah memandang bahwa
dialami disabilitas, dan melaporkan penyandang cacat terjadi disebabkan oleh
kekerasan yang tidak senonoh tersebut kutukan dan dosa. Kecacatan fisik maupun
kepada pihak yang berwajib. Menghargai mental dianggap berhubungan dengan
hak dan kewajiban mereka untuk hukuman atas dosa, ini merupakan
bernegara, bahwa mereka juga adalah pandangan masyarakat dalam budaya
warga Indonesia yang dilindungi dengan Orang Batak dan agama.
hukum negara. Serta menindak lanjuti jika Beragamnya fenomena keberadaan
terjadi kriminal kepada mereka serta dan keadaan kehidupan masyarakat saat
menghukum selayaknya hukum negara ini dapat terjadi disebabkan beberapa
yang berlaku kepada halayak masyarakat. factor yang membuat perbedaan-
Jika ada sikap pelecehan atau yang perbedaan cara pandang dan pola pikir
merugikan disabilitas tersebut maka dapat kehidupan manusia, baik itu dikarenakan
dilaporkan kepada kepolisian bahkan Sosial lingkungan masyarakat, Ekonomi,
memberikan keputusan yang tepat kepada Politik, dan bahkan Budaya, ini merupakan
yang melakukan kekerasan tersebut. suatu realita masyarakat dalam berbangsa
Agama menjadi himpunan atau dan bernegara Indonesia, sebab budaya
persekutuan orang-orang percaya disuatu sudah menjadi relevan bagi kehidupan
tempat yang telah menerima Tuhan. masyarakat dari masing-masing manusia.
Pemberdayaan dilakukan untuk memberi Maka untuk menjadikan kesatuan dari
kekuatan, kemampuan atau tenaga dalam Negara ini, Bhinneka tunggal Ika menjadi
mendampingi disabilitas. Pemberdayaan satu semboyan persatuan yang terucap
melalui proses penguatan yang dilakukan dari seluruh Rakyat Indonesia. Keragaman
agama. Sedangkan masyarakat menjadi tersebut berpengaruh langsung terhadap
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi kemampuan pelayanan konseling.
terus menerus dari satu sitem adat istiadat Konseling adalah suatu proses
tertentu yang bersifat berkelanjutan dan pemberian bantuan yang melalui
yang terikat oleh suatu identitas bersama. hubungan antara konselor dan klien.
Model blessing artinya memandang Untuk memperoleh pemahaman dan
hadirnya orang cacat dalam satu pencapain tujuan dalam konseling, faktor
100
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107
101
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai
individu (Achmad, 2016). Model konseling tahun 1998 sebagai istilah yang digunakan
lintas budaya memerlukan kopetensi untuk menyebut individu yang mengalami
konselor untuk memahami individu yang kelainan fisik, atau eufimisme dari istilah
terkait pada sosial budaya, gaya hidup dan penyandang cacat (Aziz, 2014). Istilah ini
politik (Aderson, 1991) konseling budaya masih menyimpan stigma negatif, ternyata
bukan hanya melihat tetapi hendak tidak hanya Indonesia memiliki masalah
memahami bagaimana keterlibatan terminologi. Ini juga mendapatkan istilah
integritas konselor tersebut kepada sikap yang netral dan tidak menyimpan potensi
konseli dalam nilai agama, nilai budaya diskriminasi dan stigmatisasi, maka
konseli tersebut, serta sikap fleksibel, dilakukan sebuah pendekatan dalam
sikap positif dan kepuasan praktis, serta memahami hidup mereka.
dapat menghadirkan eksisten diri dan Disabilitas memiliki karakteristik
ekspresi diri. khusus yang berbeda dengan anak-anak
Konseling Lintas Budaya berguna pada umumnya. kekhususan disabilitas
untuk memahami manusia melampaui adalah memiliki bakat yang berebeda-
batasan dualis super naturalistik dan beda, anak berkebutuhan khusus sangat
materialistik. Konseling Lintas Budaya berbeda dibandingkan dengan anak yang
cenderung kepada konseling mampu normal. Oleh sebab itu perlu untuk
memahami kebiasaan kehidupan konselor memahami kebutuhan dan talenta-
dan membagun komunikasi yang baik. talentanya (Agila, 2010). Orang dengan
Konseling Lintas Budaya meminta agar demensia adalah seorang yang sedang
konselor memiliki kepekaan Budaya mengalami penderitaan fisik dan mental
terhadap klaiennya serta dapat sehingga kekurangan dalam tubuh
mengapresiasi diversitas budaya dan mencapai 40% yang di defenisikan secara
memiliki keterampilan-keterampilan yang otoritas medis, seperti: Kebutaan
responsitif secara kultural. Penglihatan yang berkurang, cerebral
palsy, lepra, gangguan pendengaran,
Nilai Hidup Disabilitas/Diffabel disabilitas locomotor, mental illness, mental
Kata difabel sendiri adalah akronim retardation, juga multiple disabilities
dari Different Ability, atau Different Ability (Setiawan, 2015).
People, dimana ada kemampuan yang Fauzi Rachmanto, juga berpendapat
berbeda (Kompas 1992). Istilah diffabel bahwa penyebab terjadinya bayi
muncul dan digunakan di Indonesia sekitar berkelainan fisik maupun mental
102
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107
103
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai
18 Oktober 2011 sudah ditanda tangani untuk kesejahteraan sosial kepada para
sejak tahun 2007. Hal ini merupakan insan disabilitas tersebut. Di keterbatasan
upaya untuk memberikan kesetaraan bagi kemampuan yang mereka miliki ada nilai
para penyandang disabilitas dengan ketidak normalan menurut pandangan
masyarakat lainnya. “Jadi perlindungan individu yang normal, sesuai pemahaman
tidak lagi sifatnya hanya memberikan yang oleh orang lain miliki.
sumbangan tapi lebih kepada kesetaraan Memanusiakan manusia (Siahaan,
hak, mereka sama seperti orang normal” 2013). Manusia adalah gambar Allah yang
Keberagaman nilai budaya ciptaan di pahami sebagai ciptaan yang normal
Tuhan dalam Lingkungan masyarakat, atau yang sempurna, yang dimodelkan
agama dan pemerintah pastinya ada kita atau digambarkan dari Allah sang pencipta
temui dalam masyarakat yang disabilitas (Latin: Imaginem et similitudinem Dei atau
juga. Kita semua adalah ciptaan Tuhan Imagodei), “diberi penilaian oleh Allah
yang saling membutuhkan satusama lain, sebagai yang amat terbaik dan segambar
yang juga berhak menerima pendidikan serupa dengan-Nya” hal ini, sebagai
dan keadilan yang berguna kelak untuk jaminan stabilitas kelanjutan maka ciri-ciri
kesejahteraan hidupnya, tanpa ada yang kesempurnaan dalam tubuh manusia tidak
membedakan asal-usul, status social normal (Gunawan, 2016). Apakah
ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, kenormalan tentang keberadaan manusia
khususnya kepada insan disabilitas. UU No. dilihat dari Allah yang menciptakan
8 tahun 2016 tentang penyandang manusia sebagai ciptaan yang tertinggi.
disabilitas pasa 1 ayat 1 berisikan bahwa Allah meciptakan semua manusia dengan
Penyandang disabilitas merupakan bahwa nilai yang serupa dan menerima Hak serta
setiap orang yang mengalami keterbatasan melaksanakan tanggung jawabnya masing-
fisik, inetelektual, mental dan/atau masing.
sensorik dalam jangka waktu lama yang Perlu pemahaman bahwa kondisi
dalam berinteraksi dengan lingkungan disabilitas adalah kebutuhan khusus oleh
dapat mengalami hambatan dan kesulitan keberagaman, sebagaimana perbedaan
untuk berpartisipasi secara penuh dan warna kulit, suku ras, dan etnik dalam
efektif dengan warga negara lainnya budaya-budaya ada dalam kehidupan
berdasarkan kesamaan hak. Maka manusia. Jika ditinjau dari kehidupan
pentingnya memahami mereka serta bernegara, penyandang disabilitas juga
memberikan pendidikan yang berguna adalah warga Negara yang memiliki hak
104
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
5 (2) (2020): 96-107
yang sama dengan warga Negara lainnya adalah suatu kebahagiaan yang tidak
untuk memperoleh pendidikan, pekerjaan, ternilai bagi keluarga dan kerabat
serta penghidupan yang layak bagi (Harahap & Siahaan, 1987).
kemanusiaan. Konseling lintas budaya Nilai Hagabeon dalam memahami
yang multikultural menjadi sebuah alat pentingnya keluarga menghantar bahwa
yang dapat memproses konseling tersebut sebenarnya suku Batak memiliki nilai-nilai
dengan melibatkan konselor dan klien kearifan bahwa manusia dalam keluarga
yang pada awalnya adalah berbeda adalah harta yang sangat berharga. Nilai
budayanya mejadi tidak memiliki hagabeon menyatukan keluarga yang tidak
perbedaan tetapi dalam penerimaan mengenal istilah diffabel atau disabilitas.
menjadi saling memahami, maka dalam hal Nilai Hagabeon yang menganggap keluarga
ini konselor dituntut untuk memiliki skil adalah tempat kebahagiaan dan
serta kepekaan budaya, agar dapat kesejahteraan menjadi satu model
mengerti serta mengapresiasi diversitas konseling lintas budaya dalam mendukung
budaya tersebut, bahkan dapat dan menerima kekurangan disabilitas dan
memfasilitasi keadaan perbedaan menjadi diffabel dalam keluarga.
penerimaan antara sesame individual.
Memahami sebagai Konselor harus dapat Nilai Dalihan Na Tolu
benar-benar memiliki keterampilan dalam Arti harafiannya dalihan na adalah
mendengar klien, sebab itu konselor harus tungku yang tiga batunya. Tungku ialah
menyadari bahwa klien adalah individu alat masak, dimana periuk dan kuali
yang sangat kompleks dan beragam. Oleh diletakkan diatasnya untuk memasak
untuk mengerti adalah hal yang sangat tungku nantiga (Siahaan, 1976). Istilah
adalah kebahagiaan dalam hal keturunan. tunggku ada tiga. Lambang Dalihan Na
harapan hidup, karena keturunan itu melambangkan struktur social orang batak
105
Merryanne Elisabet Sinaga, & Yurulina Gulo, Konseling Lintas Budaya dan Agama (Nilai-Nilai
Penulis Erimsa br Sitompul yang telah Materi Pengajaran, (2005). Pendidikan Agama
Kristen Protestan Untuk Perguruan Tinggi,
membiayai selama kuliah di UKSW. UNIMED, Medan
Prasasty, S. Konseling Lintas Budaya, Surakarta:
Universitas Tunas Pembanguan,
DAFTAR PUSTAKA ejournal.utp.aci.id (4)2, 88-99.
Safrudin, A. (2014). Perpustakaan Rumah Difabel,
Agila, S. (2010). Anak Cacat Bukan Kiamat, Metode
AR-RUZZ MEDIA, Jogyakarta,
Pembelajaran Dan Terapi Untuk Anak
Setiawan, Y.B., (2015). Teologi Disabilitas, Hand -
Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta: Katahati.
Out, Fakultas Teologi, Salatiga: UKSW.
Ayu, R. (2009). Menu Ibu Hamil, Mencegah Bayi
Siahaan, P. (2013). Arti kata “memanusiakan
Lahir cacat, Jakarta, Pustaka Mina.
manusia, bukanlah diartikan secara harafia.
Bandi, D. (2006). Pembelajaran Anak Berkrbutuhan
www.kompasiana.com diakses 9 Mei 2019.
Khusus, dalam sentting Pendidikan Inklusi,
Simanjutak, B.A, (2016). Struktur Sosial dan Sistem
PT. Refika Aditama, Bandung.
Politik Batak Toba hingga 1945, Jakarta:
Creswell, J.W., (2016). Research Desaign:
Yayasan Obor Indonesia.
Pendekatan Metode Kuallitatif, Kuantitatif,
Sinaga, F.G. (1986) Pedoman Guru Ilmu
dan Campuran, (Terjemahan) Yogyakarta:
Pengetahuan Sosial, Untuk Sekolah Luar
Pustaka Belajar.
Biasa Bagian C Tingkat D 6., Jakarta: CV.
Donna, A.J. & Ann Craston-Gingras. (1991).
Karya Sejahtera.
“Sensitizing Counselors and Educators to
Sutirna, (2013). Perkembangan dan Pertumbuhan
Multicultural Issues: An Interactive
Peserta Didik. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Approach”. Journal of Counseling and
Sutirna, H. (2013), Perkembangan Dan
Development. (70), 2.
Pertumbuhan Peserta Didik, Andi Offset,
Effendi, O.U, (1993). Ilmu, Teori dan Filsafat
Yogyakarta.
Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Tung, Y.K, (2013). Filsafat Pendidikan Kristen,
Engel, J.D, (2018). Konseling Masalah Masyarakat,
Meletakkan Fondasi dan Filosofi Pendidikan
Yogyakarta: Kanisius.
Kristen di Tengah Tantangan Filsafat Dunia,
FIB-UPI, (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidkan, Tim
ANDI, Yogjakarta,
Pengembangan Imu Pendidikan, Pendidikan
Ubaidillah, A, (2016). Jurnal Bimbingan konseling
Lintas Bidang, Jakarta: PT. Imperial Bhakti
Lintas Budaya, Perspektif Abdurahman
Utama.
Wahid, Universitas Islam Negri (UIN),
Gunawan, C, (2016). Materi Pengajaran, Pendidikan
Walisongo Semarang Indonesia, Vol.7, No.1,
Agama Kristen Protestan, Medan: Unimed.
Juni 2016, 87-94.
Harahap, B.H. & Siahaan, H.M. (1987). Orientasi
Ubaidillah, A. (2016). Jurnal Bimbingan konseling
nilai-nilai budaya Batak Toba: suatu
Lintas Budaya, Perspektif Abdurahman
pendekatan terhadap perilaku Batak Toba
Wahid, Universitas Islam Negri (UIN),
dan AngkolaMandailing. Jakarta: Sanggar
Walisongo Semarang Indonesia, (7), 1, 122-
Willem Iskandar.
132.
Husaini, U. & Purnomo, A.S. (2008). Metodologi
Undang-Undang Republik Indonesia, Penyandang
Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
cacat, artikel ini di akses 25 Oktober 2018
J. McCarthy, J. and McMcCarthy, J.F, (1973).
pada,
Learning Disabilities, Boston-America.
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_4_1997.
Koetjaraningrat, (1997). Manusia dan kebudayaan
Yulia, A.T, (2017). kesesuaian pemenuhan
di Indonesia, Yogyakarta: Djambatan.
kebutuhan difabel tunanetra dan tunadaksa
Masyur, E, (1993). Hak Asasi Manusia Dalam
di kota Surakarta terhadap kriteria kota
Hukum Nasional Dan Internasional, Ghalia
ramah difabel, Universitas Sebelas Maret:
Indonesia, Bogor.
Jurnal Region, 12(2): 181-191.
107