Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatnya sikap asertif dengan teknik asertivve training
untuk meningkatkan sikap asertif pada siswa disabilitas rungu. berkembangnya sikap asertif
dapat dilihat dari seberapa jauh individu mampu mengaktualisasikan apa yang menjadi
keinginanya, menyatakan pendapat pribadi, memiliki pendirian dan mendapatkan kesejahteraan
atas apa yang menjadi keputusanya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa disabilitas rungu SDLB B SLB Negeri 1 Bantul
Pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi dan wawancara. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah analisis interaktif miles dan hubberman. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa kondisi factual sikap asertif disabilitas rungu setelah mengikuti proses
Assertive Trainning mengalami peningkatan yang signifikan, yang di tandai dengan siswa
disabilitas rungu mampu menghormati hak-hak diri sendiri maupun orang lain, berani
mengungkapkan pendapat di muka umum, pada saat pembelajaran maupun dalam pergaulan,
jujur terhadap diri sendiri dan oranglain, mampu menentukan sikapdengan memperhatikan
situasi dan kondisi sekitar, mampu menggunakan Bahasa tubuh yang sesuai dengan perasaan
yang dimiliki.
Kata Kunci : disabilitas rungu, sikap asertif, assertive training
Abstrack
The purpose of this research is to increase assertive attitude with asertivve training technique
to improve assertive attitude in students with disability. the development of assertiveness can be
seen from how far the individual is able to actualize what he wants, express his personal opinion,
have an attitude and get welfare for what his decisions. The type of research used is descriptive
qualitative research. The subjects of the study were students with disabilities SDLB B SLB
Negeri 1 Bantul Data collection using questionnaires, documentation and interviews. Data
collection techniques used are interactive analysis of miles and hubberman. The results of this
study indicate that the factual condition of assertive disability disability after experiencing the
process of Assertive Trainning experienced a significant increase, which is marked by students
with deaf disability able to respect the rights of self and others, dare to express opinions in
public, at the time of learning as well as in the association, honest with ourselves and others, able
to determine attitude by paying attention to the situation and conditions around, able to use body
language in accordance with the feelings.
Keywords: deaf, disability, assertive attitude, assertive training
*Alamat Korespondensi
Universitas PGRI Yogyakarta
faiz@upy.ac.id
Faiz N, Shinta P, Peningkatan Sikap Asertif Melalui Teknik Assertive Training Pada Siswa Disabilitas 71
dengan orang lain sangat terkait dengan mengerjakan tugas dalam kegiatan belajar
adanya berbagai tuntutan perubahan yang mengajar sudah percaya pada pekerjaanya
sedang dihadapinya (Sparatkin, 1993:19). sendiri, siswa sudah berani mengatakan
Perilaku siswa yang kurang asertif tidak jika dijak temannya untuk melakukan
dipandang sebagai perilaku yang kurang sesuatu yang melanggar, sekarang jika
ideal karena dapat menimbulkan dampak diajak pasti menanyakan tujuan dan alas
buruk bagi diri siswa disabilitas an, mengatakan tidak jika dijak temannya
sendirimaupun lingkungan sosialnya untuk melakukan sesuatu yang melanggar,
karena hambatan yang dimiliki. Oleh sebab sekarang jika diajak pasti menanyakan
itu, diperlukan pelatihan asertif untuk tujuan dan alas an, berani menyuruh teman
mengembangkan perilaku asertif siswa. untuk menjelaskan secara perlahan dengan
Bentuk-bentuk perilaku asertif yaitu dapat menggunakan bahasa oral secara perlahan
menolak sesuatu yang bertentangan dengan setelah spaham baru siswa tersebut berani
dirinya (mampu mengungkapkan perasaan mengungkapkan pendapatnya, kondisi
baik positif maupun negatif), menghormati factual asertif diatas senada dengan
hak-hak orang lain, dapat mengungkapkan Spratkin, dkk (1993: 25), kemampuan
ide atau pendapat yang tepat tanpa rasa asertif seseorang tampak melalui
malu, langsung dan tegas, serta berani serangkaian perilaku, berawal dari
menentukan sikap yang bertanggung perilaku yang sederhana hingga ke
jawab. (Rini, J. 2001: 15). Menurut temuan perilaku yang kompleks dan adanya
peneliti diatas dapat menunjukan bahwa gangguan dalam pendengaran dapat
peran dari pelatihan asertif mempunyai mempengaruhi itu. Perilaku-perilaku
beberapa manfaat bagi disabilitas salah dimaksudkan meliputi: memperjuangkan
satunya guru dapat membimbing dan hak ( standing up for you rights),
mengonntrol sikap asertif siswa dalam membantu orang lain (helping others),
kehidupan sosialnya maupun dalam memberi arahan (giving instructions),
keluarga. Kekurangan dalam pendengaran menyampaikan keluhan (making a
memang mempunyai dampak yang complaint), menanggapi keluhan
signifikan terhadap kemampuan aseertif (answering a complaint) , negosiasi
disabilitas rungu. (negosiation), kontrol diri (self control),
Melihat dari berbagai fenomena mempengearuhi/meyakinkan (persuasion),
dan temuan pada saat penelitian peran menanggapi bujukan atau pengaruh (
asertif training peneliti menyimpulkan responding to persuasion), serta mengelola
bahwa pelatihan asertif dapat mengontrol tekanan kelompok (dealing with pressure).
dan meningkatkan sikap asertif siswa KESIMPULAN
disabilitas rungu, peningkatan sikap asertif Berdasarkan hasil penelitian yang
disabilitas rungu ini dapat ditandai dengan dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan,
kondisi factual sikap asertif sekarang diantaranya. Kondisi factual sikap asertif
setelah menjalani asertif training siswa sekarang setelah menjalani asertif training
disabilitas rungu sudah bisa siswa disabilitas rungu sudah bisa
mengungkapkan perasaan kepada mengungkapkan perasaan kepada
temannya seperti siswa sudah berani temannya seperti siswa sudah berani
mengungkapkan kemarahan pada mengungkapkan kemarahan pada
temannya yang melakukan kesalahan pada temannya yang melakukan kesalahan pada
dirinya, sudah berani percaya akan dirinya, sudah berani percaya akan
kemampuannya sendiri, pada saat kemampuannya sendiri, pada saat
Faiz N, Shinta P, Peningkatan Sikap Asertif Melalui Teknik Assertive Training Pada Siswa Disabilitas 77
mengerjakan tugas dalam kegiatan belajar Chaplin, J.P. 2006. kamus Lengkap
mengajar sudah percaya pada pekerjaanya Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
sendiri, siswa sudah berani mengatakan Persada
tidak jika dijak temannya untuk melakukan Depdiknas, Undang-Undang Sitem
sesuatu yang melanggar, sekarang jika Pendidikan Nasiona No 20 Tahun
diajak pasti menanyakan tujuan dan alas 2003. Jakarta: Depdiknas, 2003
an, mengatakan tidak jika dijak temannya Fensterheim, H. & J. Baer. 1995. Jangan
untuk melakukan sesuatu yang melanggar, Bilang Ya Bila Anda akan
sekarang jika diajak pasti menanyakan Mengatakan Tidak. Jakarta: Gunung
tujuan dan alas an, berani menyuruh teman Jati.
untuk menjelaskan secara perlahan dengan Gerald Corey. 2010. Teori dan Praktek
menggunakan bahasa oral secara perlahan Konseling dan Psikoterapi. Jakarta :
setelah spaham baru siswa tersebut berani Refika Aditama.
mengungkapkan pendapatnya. Hallahan, D.p. & Kauffman, J.m. (1982).
Siswa disabilitas mengalami Exceptional Children Introduction
peningkatan sikapasertif, yang di tandai to Special Education.
dengan siswa disabilitas rungu mampu Virginia:Prentice hall International,
menghormati hak-hak diri sendiri maupun Inc.
orang lain, berani mengungkapkan Kartono dan Gulo 1990. Kamus Psikologi.
pendapat di muka umum, pada saat Bandung: Pionir Jaya
pembelajaran maupun dalam pergaulan, Li, C.C., Yu, M.C., Henderson, B.E. 1985.
jujur terhadap diri sendiri dan oranglain, Some epidemiologic observations of
mampu menentukan sikapdengan nasopharyngeal carsinoma in
memperhatikan situasi dan kondisi sekitar, Guangdong, People’s Republic of
mampu menggunakan Bahasa tubuh yang China. Ntl Cancer Inst Monogr,
sesuai dengan perasaan yang dimiliki. Vol. 69, pp. 49-52.
Adapun saran untuk penelitian ini Lani Bunawan, Cecilia Susila Yuwati. 2000.
yaitu pelaksanaan layanan pelatihan asertif Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu.
training untuk disabilitas rungu sebaiknya Jakarta : Yayasan Santi Rama
menggunakan jasa penerjrmah Bahasa Miles, M. B dan Huberman, A. (1992).
isyarat yang profesional guna Qualitative Data Analysis. Alih bahasa
memperlancar pengambilan data serta Tjejep Rohendi Rohidi. Analisis Data
wawancara kepada disabilitas rungu. Kualitatif. Jakarta: Universitas
DAFTAR PUSTAKA Indonesia.
Abudin, Nata. (2000). Metodologi Studi Mochamad Nursalim. 2013. Strategi dan
Islam. Jakarta: Grafindo Persada Intervensi Konseling. Jakarta :
Bimo Walgito. (1997). Pengantar Psikologi Akademia Permata.
Umum. Yogyakarta: Andi Offset Mohammad Efendi. 2006. Pengantar
Buseri, Kamrani. 1990.Pendidikan Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Keluarga Dalam Islam. Yogyakarta: Jakarta: Bumi Aksara
CV.Bina Usaha. Raziyeh Saeed Manesh. 2015. The
Beheshteh Niusha dkk. 2012. Effects of Effectiveness of Assertiveness
assertiveness training on test anxiety Training on Social Anxiety of Health
of girl students in first grade of Volunteers of Yazd. Yard, Iran :
guidance school. Saveh,Iran: Procedia authors and Scientific Research
- Social and Behavioral Sciences 46 Publishing Inc.
Elementary School 6 (2019) 70-78 78
Rini, J. F. 2001. Asertivitas. (Http:// www. Willis, L dan Daisley, J. 1995. The Assertive
E-Psikologi.com) Trainer: A Practical
Sudjana, Nana dan Ibrahim (2007). HandbookAssertiveness of Trainers
Penelitian dan penilaianPendidikan. and Running Assertiveness Course.
Bandung: Sinar Baru Algensindo USA: McGraw Hill
Sugiyono. 2007. Metode Tulisan Kuantitatif Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial.
Kualitatif dan R & D. Bandung : Yogyakarta: ANDI
Alfabeta Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: Andi