Anda di halaman 1dari 9

70

p-ISSN 2338-980X Elementary School 6 (2019) 70-78 e-ISSN 2502-4264


Volume 6 nomor 1 Januari 2019

PENINGKATAN SIKAP ASERTIF MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINNING


PADA SISWA DISABILITAS RUNGU DI SLB NEGERI 1 BANTUL

Faiz Noormiyanto*, Shinta Purwaningrum


Universitas PGRI Yogyakarta

Diterima: 15 September 2018. Disetujui: 25 Oktober 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatnya sikap asertif dengan teknik asertivve training
untuk meningkatkan sikap asertif pada siswa disabilitas rungu. berkembangnya sikap asertif
dapat dilihat dari seberapa jauh individu mampu mengaktualisasikan apa yang menjadi
keinginanya, menyatakan pendapat pribadi, memiliki pendirian dan mendapatkan kesejahteraan
atas apa yang menjadi keputusanya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa disabilitas rungu SDLB B SLB Negeri 1 Bantul
Pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi dan wawancara. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah analisis interaktif miles dan hubberman. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa kondisi factual sikap asertif disabilitas rungu setelah mengikuti proses
Assertive Trainning mengalami peningkatan yang signifikan, yang di tandai dengan siswa
disabilitas rungu mampu menghormati hak-hak diri sendiri maupun orang lain, berani
mengungkapkan pendapat di muka umum, pada saat pembelajaran maupun dalam pergaulan,
jujur terhadap diri sendiri dan oranglain, mampu menentukan sikapdengan memperhatikan
situasi dan kondisi sekitar, mampu menggunakan Bahasa tubuh yang sesuai dengan perasaan
yang dimiliki.
Kata Kunci : disabilitas rungu, sikap asertif, assertive training

Abstrack
The purpose of this research is to increase assertive attitude with asertivve training technique
to improve assertive attitude in students with disability. the development of assertiveness can be
seen from how far the individual is able to actualize what he wants, express his personal opinion,
have an attitude and get welfare for what his decisions. The type of research used is descriptive
qualitative research. The subjects of the study were students with disabilities SDLB B SLB
Negeri 1 Bantul Data collection using questionnaires, documentation and interviews. Data
collection techniques used are interactive analysis of miles and hubberman. The results of this
study indicate that the factual condition of assertive disability disability after experiencing the
process of Assertive Trainning experienced a significant increase, which is marked by students
with deaf disability able to respect the rights of self and others, dare to express opinions in
public, at the time of learning as well as in the association, honest with ourselves and others, able
to determine attitude by paying attention to the situation and conditions around, able to use body
language in accordance with the feelings.
Keywords: deaf, disability, assertive attitude, assertive training

*Alamat Korespondensi
Universitas PGRI Yogyakarta
faiz@upy.ac.id
Faiz N, Shinta P, Peningkatan Sikap Asertif Melalui Teknik Assertive Training Pada Siswa Disabilitas 71

PENDAHULUAN jumlah tersebut sekitar 1.780.200 orang


Disabilitas rungu merupakan salah adalah penyandang disabilitas netra, 472.855
satu penyandang disabilitas yang hak- orang penyandang disabilitas rungu
haknya sebagai warga negara seperti wicara,402.817 orang penyandang
diketahui dengan baik oleh banyak disabilitas grahita/intelektual, 616.387 orang
kalangan, seperti hak dalam pendidikan, penyandang disabilitas tubuh, 170.120 orang
berorganisasi, pelayanan kesehatan dan penyandang disabilitas yang sulit mengurus
akses dalam memperoleh informasi. Pada diri sendiri, dan sekitar 2.401.592 orang
hakekatnya disabilitas rungu/ tuli adalah mengalami disabilitas ganda.
Hearing impairment. A genetic term Data diatas terdapat 472.855 orang
indicating a hearing disabiliti that range yang telah penyandang disabilitas rungu
insevety from milk to profound in includis wicara di Indonesia, permasalahan utama
the subsets deaf and hard of hearing. Deaf pada disabilitas rungu adalah untuk
person in one whos hearing disability berkomunikasi dengan orang lain yang
precludes successful processing of linguistic identik dengan lingkungan sosial tempat
information though audio, with or without a mereka berinteraksi baik itu di lingkungan
haering aid, has residual hearing sufficient sekolah maupun di lingkungan tempat
to enable sucxessful processing of linguistic mereka tinggal. Selain itu, ketika seseorang
information thoght audition. Menurut berinteraksi maka yang diharapkan adalah
Hallahan dan Kauffman (1982 : 234). suasana yang mendukung secara psikis,
Manusia adalah mahluk ciptaan sehingga kesejahteraan dan kebahagiaan
Tuhan yang paling sepesial begitupun dapat tercapai. Namun, kenyataan yang
Tunarungu karena pada hakekatnya manusia terjadi ialah tidak semudah yang
pada umumnya dan tunarungu khususnya dibayangkan karena ada beberapa faktor
merupakan mahluk yang penuh dengan yang berpengaruh diantaranya proses
dinamika. Dinamika ini merupakan sebuah penyesuaian Bahasa dalam berkomunikasi .
ungkapan atau merupakan hasil penberian Kekurangan akan pemahaman
yang sangat berharga dari Tuhan yaitu akal. bahasa lisan atau tulisan seringkali
Dengan akal inilah manusia berdinamikan menyebabkan disabilitas rungu menafsirkan
dengan mahluk lainya, karena pada sesuatu hanya sebatas pemahamanya dan ini
hakekatnya manusia adalah mahluk sosial, sering menjadi masalah pada dirinya.
begitu juga dengan tunarungu, tunarungu Tekanan pada emosinya itu dapat
merupakan mahluk sosial yang memiliki menghambat perkembangan pribadinya
sikap, perilaku, kemauan, emosi, orientasi, dengan menampilkan sikap penolakan,
dan juga potensi. Berkaitan dengan manusia bertindak agresif, atau sebaliknya
sebagai mahluk sosial memerlukan sebuah menampakkan kebimbangan dan
interaksi dan interaksi tersebut juga keraguraguan. Emosi anak disabilitas rungu
berubungan erat dengan perilaku dari selalu bergolak, hal tersebut disebabkan
tunarungu itu. Perilaku Tunarungu dalam karena kemiskinan bahasanya serta
dunia sosial ini memiliki andil yang sangat pengaruh dari luar yang diterimanya. Anak
besar dalam kelangsungan hidupnya. disabilitas rungu bila ditegur oleh orang
Melihat dari hasil Survey Sosial dengar yang tidak dikenalnya dengan
Ekonomi Nasional (Susenas) yang menggunakan Bahasa lisan akan tampak
dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) sulit untuk menangkap ucapan orang
tahun 2012, jumlah penyandang disabilitas tersebut dan cinderung tidak dapat
di Indonesia sebanyak 6.008.661 orang. Dari
Elementary School 6 (2019) 70-78 72

memahami apa yang diucapkan Karena sadar akan kelebihan-kelebihan yang


penggunaan Bahasa yang berbeda. dimiliki dan memandang kelebihan-
Perkembangan pada pemahaman kelebihan tersebut lebih penting dari pada
Bahasa lisan anak disabilitas rungu kelemahannya, begitu pula sebaliknya.
selanjutnya memerlukan pembinaan secara Asertivitas seseorang dapat ditunjukkan
khusus dan intensif sesuai dengan taraf dengan mengkomunikasikan kebutuhan,
disabilitas rungu dan kemampuan– keinginan, perasaan atau opini kepada orang
kemampuan yang lain. Menurut Skinner lain dengan cara langsung dan jujur tanpa
(dalam Mumpuniarti, 2007: 40) bahwa bermaksud menyakiti perasaan siapapun.
tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh Pada umumnya orang yang asertif dalam
stimulus. Tingkah laku atau respon tertentu kehidupannya sehari-hari, mampu mengenal
akan timbul sebagai reaksi terhadap dirinya sendiri dengan baik, sehingga
stimulasi tertentu. Kelemahan dan kesulitan mampu menentukan pilihan keinginan dan
komunikasi dengan orang dengar pada anak tujuan hidupnya tanpa harus mempengaruhi
disabilitas rungu sangat berakibat pada orang lain. Berdasarkan uraian di atas maka
kekecewaan individu dan memacu penting untuk meningkatkan sikap asertif
munculnya emosi itu berakibat anak dengan teknik asertif training pada siswa
disabilitas rungu kecewa dan berpengaruh disabilitas rungu.
terhadap perilaku asertif disabilitas rungu Banyak istilah yang telah kita kenal
tersebut. untuk menyebutkan suatu keadaan atau
Perilaku asertif merupakan kondisi kelainan pendengaran, salah satunya
terjemahan dari istilah assertiveness atau adalah disabilitas rungu. Menurut UU No.8
assertion, yang artinya titik tengah antara tahun 2016 Penggunaan Tuna pada semua
perilaku non asertif dan perilaku agresif. pengandang cacat diganti menjadi
Menurut Rini (2001) mengemukakan Disabilitas, tetapi dalam buku maupun jurnal
asertivitas adalah perilaku yang masih menggunakan terminologi Tunarungu
menampakkan kemampuan untuk yang berasal dari dua kata yaitu tuna dan
mengkomunikasikan apa yang diinginkan, rungu. Tuna artinya kurang sedangkan rungu
dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain berarti pendengaran. Seseorang atau anak
namun dengan tetap menjaga dan dikatakan tunarungu apabila ia kurang atau
menghargai hak-hak serta perasaan pihak tidak mampu mendengar.
lain. Seseorang dikatakan mampu bersikap Banyak definisi yang digunakan
asertif jika dirinya mampu bersikap tulus untuk menggambarkan suatu keadaan
dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, gangguan pendengaran atau tunarungu. Pada
pikiran dan pandangan pada pihak lain dasarnya semua definisi yang digunakan
sehingga tidak merugikan atau mengancam memiliki makna yang hampir sama. Salah
integritas pihak lain. satu definisi tentang tunarungu diungkapkan
Individu yang berperilaku asertif oleh Boothroyd. Menurut Boothroyd
berarti mampu mengekspresikan pikiran dan “Tunarungu (hearing impairment) adalah
perasaan secara jujur dan relatif mudah. istilah yang digunakan untuk menunjuk pada
Orang asertif mengarah pada tujuan, jujur, segala gangguan dalam daya dengar,
terbuka, penuh percaya diri. Perilaku asertif terlepas dari sifat, faktor penyebab dan
terkandung perilaku kesanggupan tingkat atau derajat ketunarunguan (Lani
bermasyarakat, berempati dan Bunawan, Cecilia Susila Yuwati, 2000,
berkomunikasi baik verbal maupun non hlm.5 )”.
verbal. Individu yang asertivitasnya tinggi
Faiz N, Shinta P, Peningkatan Sikap Asertif Melalui Teknik Assertive Training Pada Siswa Disabilitas 73

Tunarungu ialah orang yang kesehatan untuk mengatasi hambatan


mengalami kekurangan atau kehilangan komunikasi dan permasalahan lain yang
kemampuan mendengar yang disebabkan mereka alami sebagai akibat dari
oleh kerusakan atau tidak berfungsinya ketunarunguannya.
sebagian atau seluruh alat pendengaran Asetif training atau latihan asertif
sehingga ia mengalami hambatan dalam menurut Mochamad Nursalim (2013; 141)
perkembangan bahasanya. Ia memerlukan merupakan suatu strategi terapi dalam
bimbingan dan pendidikan khusus untuk pendekatan perilaku yang digunakan untuk
mencapai kehidupan lahir batin yang layak. mengembangkan sikap asertif pada diri
Mufti Salim (dalam Sutjihati Somantri, klien. Corey (2013; 213) pendekatan
1996,hlm. 74). behavioral yang cepat mencapai popularitas
Imas A.R Gunawan dalam Sardjono adalah latihan asertif yang bisa diterapkan
(2000: 9) menjelaskan tuna rungu adalah tertama pada situasi-situasi interpersonal
orang yang kehilangan kemampuan dimana individu mengalami kesulitan untuk
pendengarannya demikian rupa sehingga menerima kenyataan bahwa menyatakan dan
anak tersebut tidak dapat mengerti bahasa menegaskan diri dalah tidakan yang laya dan
oral walaupun menggunakan alat bantu benar. Sedangkan pengertian asertif sendiri
dengar. Istilah tuna rungu atau yang dahulu menurut Alberti dan Emmons (dalam
disebut tuli bisu, atau ada yang mengatakan Mochamad Nursalim: 2013; 138) yang
tuli atau bisu adalah merupakan suatu mengemukakan definisi kerja perilaku
keadaan dimana seseorang tidak dapat asertif dengan menyatakan bahwa perilaku
mempergunakan telinganya sebagai alat asertif memperkembangan persamaan hak
pendengaran karena terganggu dalam hubungan manusia, memungkinkan
pendengarannya atau kelainan kita untuk bertindak bebas tanpa merasa
pendengarannya sebagai alat komunikasi cemas, untuk mengekspresikan perasaan
baik dengan atau tanpa alat bantu dengan senang dan jujur, untuk
mendengar (Hearing aid) dan juga suatu menggunakan hak pribadi tanpa
keadaan dimana seseorang terganggu mengabaikan hak atau kepentingan orang
bicaranya (Sardjono, 2000:1). lain.
Dari beberapa definisi mengenai Penelitian yang relevan dalam
Disabilitas rungu di atas dapat disimpulkan penelitian ini adalah sebagai berikut :
bahwa Disabilitas rungu adalah seseorang Penelitian dari Raziyeh Saeed Manesh dkk,
yang mengalami kekurangan atau dengan judul “The Effectiveness of
kehilangan kemampuan mendengar yang Assertiveness Training on Social Anxiety of
disebabkan oleh kerusakan atau tidak Health Volunteers of Yazd” dari University
berfungsinya sebagian atau seluruh alat of Medical Sciences, Yazd, Iran Tujuan dari
pendengaran, sehingga mengakibatkan penelitian ini adalah untuk mengetahui
seseorang tidak dapat menangkap berbagai keefektifan pelatihan asertif pada kecemasan
rangsang teutama melalui indera sosial relawan Petugas kesehatan Akhirnya,
pendengarannya. Ketidakmampuan indera ditunjukkan bahwa latihan asertif
pendengaran untuk menangkap rangsang mengurangi kecemasan sosial dalam
bunyi menyebabkan gangguan bicara dan memutuskan suatu tindakan.
kesulitan untuk memahami bahasa oral bagi Beheshteh Niusha dkk, dengan judul
penyandang tunarungu. “Effects of assertiveness training on test
Anak tunarungu sangat memerlukan anxiety of girl students in first grade of
layanan khusus, baik pendidikan maupun guidance school” dari Islamic azad
Elementary School 6 (2019) 70-78 74

university dengan tujuan penelitian penelitian, 2 bulan berikutnya yaitu tahap


mengetahui keefektifan pelatihan asertif penelitian di lapangan dan 1 bulan
dalam kecemasan siswa perempuan di berikutnya untuk pengolahan dan intepretasi
angkatan pertama masuk sekolah, akhirnya data serta laporan penelitian.
ditunjukan bahwa pelatihan asertif dapat Instrumen Penelitian
mengurangi kecepasan siswa perempuan di Dalam penelitian ini yang menjadi
sekolah angkatan pertama. instrumen penelitian adalah peneliti sendiri.
METODE PENELITIAN Jadi dalam penelitian ini instrumen
Desain Penelitian penelitiannya adalah sebagai berikut:
Jenis penelitian ini merupakan 1. Melakukan observasi di SDLB B SLB
penelitian kualitatif deskriptif dimana Negeri 1 Bantul, Mancatat hasil observasi
sumber data utama adalah penelitian yang setiap kegiatan proses asertif training
berupa kata-kata dan tindakan dari subjek selesai.
penelitian yang diamati atau diwawancarai. 2. Mewawancarai siswa berkebutuhan
Sedang bersifat deskriptif karena penelitian khusus beserta semua pihak yang dapat
ini dimaksudkan untuk menggambarkan memberikan tambahan informasi lebih
keadaan yang terjadi. Penelitian ini rinci seperti Kepala Sekolah, guru kelas,
mengambil lokasi di SDLB B SLB Negeri 1 guru pendamping, dan peserta didik
Bantul, oleh karena itu penelitian ini normal lainnya.
digolongkan dalam penelitian lapangan. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian lapangan (field research) adalah Untuk memperoleh data atau
penelitian dengan menggunakan informasi informasi dari aktivitas penelitian ini
yang diperoleh dari sasaran penelitian, yang diperlukan sebuah metode/ teknik
selanjutnya disebut sebagai informan atau pengumpulan data. Metode yang digunakan
responden melalui instrumen pengumpulan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
data seperti observasi, wawancara, angket adalah sebagai berikut:
dan sebagainya. Menurut Abudin (2000: 1. Metode Observasi
125) mengatakan bahwa penelitian lapangan 2. Metode Wawancara
yaitu penelitian yang pengumpulan datanya 3. Metode Dokumentasi
dilakukan di lapangan dengan menggunakan Analisis Data
penelitian kualitatif yang menghasilkan data Teknik pengolahan dan analisis data
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari menggunakan analisis proses
orang orang yang diteliti dan segala macam 1. Pengumpulan data
perilaku juga dapat diamati a. Analisis sebelum di lapangan
Subjek Penelitian b. Analisis selama di lapangan
Penelitian ini dilaksanakan di SDLB 2. Penyajian data
B SLB Negeri 1 Bantul, salah satu sekolah 3. Reduksi data
luar biasa yang lengkap dari semua jenjang 4. Penarikan kesimpulan
di Yogyakarta. Subjek penelitian adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa SDLB B SLB Negeri 1 Bantul, Siswa disabilitas rungu merupakan
dengan sampel diambil secara Purposif. peserta didik dan juga bagian dari
Waktu Penelitian masyarakat dituntut dapat berkomunikasi
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 dengan orang lain di lingkungan siswa
bulan yaitu bulan Mei-September 2017. berinteraksi. Lingkungan yang dimaksud
Adapun rincian penelitian adalah 1 bulan diantaranya adalah sekolah. Karena hampir
pertama yaitu perencanaan dan observasi sebagian waktu siswa, banyak digunakan
Faiz N, Shinta P, Peningkatan Sikap Asertif Melalui Teknik Assertive Training Pada Siswa Disabilitas 75

untuk berinteraksi di sekolah. Tugas siswa di usianya maupun di luar lingkungannya


sekolah yaitu belajar, dengan belajar siswa secara efektif. 2), dengan kemampuan
akan memperoleh perubahan yang positif untuk mengungkapkan apa yang dirasakan
dan dapat berkembang secara optimal, baik dan diinginkannya secara langsung, terus
ranah kognitif, afektif, dan psikomotoriknya terang, maka para siswa bisa menghindari
sehingga siap melaksanakan perannya munculnya ketegangan dan perasaan tidak
dimasa yang akan datang, tentunya dalam nyaman akibat menahan dan menyimpan
interaksi sosial tersebut siswa diharapkan sesuatu yang ingin diutarakannya. 3),
mampu berperilaku asertif, baik dalam dengan memiliki sikap asertif, maka para
menyampaikan pendapat maupun dalam siswa dapat dengan mudah mencari solusi
berkomunikasi dengan lingkungannya sesuai dan penyelesaian tentang berbagai
dengan tugas perkembangan yang ada pada kesulitan atau permasalahaan yang
dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat dihadapinya secara efektif, sehingga
Lazarus (1971:138) yang mengemukakan permasalahaan itu tidak akan menjadi
bahwa perilaku Asertif adalah perilaku beban pikiran yang berlarut-larut. 4),
dimana individu mengekspresikan perasaan asertif akan membantu para siswa untuk
(baik yang positif maupaun negatif) dan meningkatkan kemampuan kognitifnya,
pikirannya secara tegas dan bebas dengan memperluas wawasannya tentang
tetap memperhatikan perasaan orang lain. lingkungan dan tidak mudah berhenti pada
Zastrow (dalam Nursalim, 2005: 24) juga suatu yang tidak diketahuinya. 5) asertif
mengemukakan ciri-ciri interaksi individu terhadap orang lain yang bersikap atau
yang asertif yaitu: individu menjawab berperilaku kurang tepat bisa membantu
dengan spontan, berbicara dengan nada dan remaja yang bersangkutan untuk lebih
volume yang layak, melihat kearah lawan memahami kelemahan atau kekurangnnya
bicara, berbicara pada isu, mengekspresikan sendiri dan bersedia memperbaiki
perasaan dan pendapat dengan terbuka, kelemahan atau kekurangan tersebut.
melihat dirinya sama dengan orang lain, Beberapa manfaat perilaku asertif tersebut
tidak menyakiti diri sendiri maupun orang di atas mengindikasikan perlunya proses
lain. pembelajaran perilaku ini sejak dini bagi
Perilaku asertif perlu diketahui para siswa.
sejak dini oleh individu, terutama para Asertifitas bukan merupakan sesuatu
siswa SDLB B yang mempunyai hambatan yang lahiriah, Willis & Daisley (1995:
pendengaran dan yang sedang berada pada 112) menyatakan bahwa asertif merupakan
masa remaja awal. Kepada remaja perilaku yang dipelajari, sebagai reaksi
disabilitas perlu disampaikan mengapa terhadap berbagai situasi sosial yang
pentingnya berperilaku asertif dalam terjadi dalam lingkungan. Perilaku asertif
berkomunikasi walaupun mempunyai sejalan dengan perjalanan usia seseorang
hamnbatan komunikasi. Fensterheim dan sehingga penguasaan perilaku asertif pada
Baer (1980: 167) mengemukakan bahwa periode-periode awal perkembangan akan
para siswa terutama yang berumur 13-15 memberikan dampak yang positif bagi
tahun perlu belajar berperilaku asertif, perkembangan periode selanjutnya. Jika
karena beberapa manfaat sebagai berikut: perilaku asertif ini tidak dipelajari sejak
1) sikap dan perilaku asertif akan dini, maka siswa akan mengalami kesulitan
memudahkan remaja tersebut berkomunikasi dengan orang lain secara
bersosialisasi dan menjalin hubungan asertif. Kesulitan siswa menunjukkan
dengan lingkungan terutama sesama perilaku asertif dalam berkomunikasi
Elementary School 6 (2019) 70-78 76

dengan orang lain sangat terkait dengan mengerjakan tugas dalam kegiatan belajar
adanya berbagai tuntutan perubahan yang mengajar sudah percaya pada pekerjaanya
sedang dihadapinya (Sparatkin, 1993:19). sendiri, siswa sudah berani mengatakan
Perilaku siswa yang kurang asertif tidak jika dijak temannya untuk melakukan
dipandang sebagai perilaku yang kurang sesuatu yang melanggar, sekarang jika
ideal karena dapat menimbulkan dampak diajak pasti menanyakan tujuan dan alas
buruk bagi diri siswa disabilitas an, mengatakan tidak jika dijak temannya
sendirimaupun lingkungan sosialnya untuk melakukan sesuatu yang melanggar,
karena hambatan yang dimiliki. Oleh sebab sekarang jika diajak pasti menanyakan
itu, diperlukan pelatihan asertif untuk tujuan dan alas an, berani menyuruh teman
mengembangkan perilaku asertif siswa. untuk menjelaskan secara perlahan dengan
Bentuk-bentuk perilaku asertif yaitu dapat menggunakan bahasa oral secara perlahan
menolak sesuatu yang bertentangan dengan setelah spaham baru siswa tersebut berani
dirinya (mampu mengungkapkan perasaan mengungkapkan pendapatnya, kondisi
baik positif maupun negatif), menghormati factual asertif diatas senada dengan
hak-hak orang lain, dapat mengungkapkan Spratkin, dkk (1993: 25), kemampuan
ide atau pendapat yang tepat tanpa rasa asertif seseorang tampak melalui
malu, langsung dan tegas, serta berani serangkaian perilaku, berawal dari
menentukan sikap yang bertanggung perilaku yang sederhana hingga ke
jawab. (Rini, J. 2001: 15). Menurut temuan perilaku yang kompleks dan adanya
peneliti diatas dapat menunjukan bahwa gangguan dalam pendengaran dapat
peran dari pelatihan asertif mempunyai mempengaruhi itu. Perilaku-perilaku
beberapa manfaat bagi disabilitas salah dimaksudkan meliputi: memperjuangkan
satunya guru dapat membimbing dan hak ( standing up for you rights),
mengonntrol sikap asertif siswa dalam membantu orang lain (helping others),
kehidupan sosialnya maupun dalam memberi arahan (giving instructions),
keluarga. Kekurangan dalam pendengaran menyampaikan keluhan (making a
memang mempunyai dampak yang complaint), menanggapi keluhan
signifikan terhadap kemampuan aseertif (answering a complaint) , negosiasi
disabilitas rungu. (negosiation), kontrol diri (self control),
Melihat dari berbagai fenomena mempengearuhi/meyakinkan (persuasion),
dan temuan pada saat penelitian peran menanggapi bujukan atau pengaruh (
asertif training peneliti menyimpulkan responding to persuasion), serta mengelola
bahwa pelatihan asertif dapat mengontrol tekanan kelompok (dealing with pressure).
dan meningkatkan sikap asertif siswa KESIMPULAN
disabilitas rungu, peningkatan sikap asertif Berdasarkan hasil penelitian yang
disabilitas rungu ini dapat ditandai dengan dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan,
kondisi factual sikap asertif sekarang diantaranya. Kondisi factual sikap asertif
setelah menjalani asertif training siswa sekarang setelah menjalani asertif training
disabilitas rungu sudah bisa siswa disabilitas rungu sudah bisa
mengungkapkan perasaan kepada mengungkapkan perasaan kepada
temannya seperti siswa sudah berani temannya seperti siswa sudah berani
mengungkapkan kemarahan pada mengungkapkan kemarahan pada
temannya yang melakukan kesalahan pada temannya yang melakukan kesalahan pada
dirinya, sudah berani percaya akan dirinya, sudah berani percaya akan
kemampuannya sendiri, pada saat kemampuannya sendiri, pada saat
Faiz N, Shinta P, Peningkatan Sikap Asertif Melalui Teknik Assertive Training Pada Siswa Disabilitas 77

mengerjakan tugas dalam kegiatan belajar Chaplin, J.P. 2006. kamus Lengkap
mengajar sudah percaya pada pekerjaanya Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrafindo
sendiri, siswa sudah berani mengatakan Persada
tidak jika dijak temannya untuk melakukan Depdiknas, Undang-Undang Sitem
sesuatu yang melanggar, sekarang jika Pendidikan Nasiona No 20 Tahun
diajak pasti menanyakan tujuan dan alas 2003. Jakarta: Depdiknas, 2003
an, mengatakan tidak jika dijak temannya Fensterheim, H. & J. Baer. 1995. Jangan
untuk melakukan sesuatu yang melanggar, Bilang Ya Bila Anda akan
sekarang jika diajak pasti menanyakan Mengatakan Tidak. Jakarta: Gunung
tujuan dan alas an, berani menyuruh teman Jati.
untuk menjelaskan secara perlahan dengan Gerald Corey. 2010. Teori dan Praktek
menggunakan bahasa oral secara perlahan Konseling dan Psikoterapi. Jakarta :
setelah spaham baru siswa tersebut berani Refika Aditama.
mengungkapkan pendapatnya. Hallahan, D.p. & Kauffman, J.m. (1982).
Siswa disabilitas mengalami Exceptional Children Introduction
peningkatan sikapasertif, yang di tandai to Special Education.
dengan siswa disabilitas rungu mampu Virginia:Prentice hall International,
menghormati hak-hak diri sendiri maupun Inc.
orang lain, berani mengungkapkan Kartono dan Gulo 1990. Kamus Psikologi.
pendapat di muka umum, pada saat Bandung: Pionir Jaya
pembelajaran maupun dalam pergaulan, Li, C.C., Yu, M.C., Henderson, B.E. 1985.
jujur terhadap diri sendiri dan oranglain, Some epidemiologic observations of
mampu menentukan sikapdengan nasopharyngeal carsinoma in
memperhatikan situasi dan kondisi sekitar, Guangdong, People’s Republic of
mampu menggunakan Bahasa tubuh yang China. Ntl Cancer Inst Monogr,
sesuai dengan perasaan yang dimiliki. Vol. 69, pp. 49-52.
Adapun saran untuk penelitian ini Lani Bunawan, Cecilia Susila Yuwati. 2000.
yaitu pelaksanaan layanan pelatihan asertif Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu.
training untuk disabilitas rungu sebaiknya Jakarta : Yayasan Santi Rama
menggunakan jasa penerjrmah Bahasa Miles, M. B dan Huberman, A. (1992).
isyarat yang profesional guna Qualitative Data Analysis. Alih bahasa
memperlancar pengambilan data serta Tjejep Rohendi Rohidi. Analisis Data
wawancara kepada disabilitas rungu. Kualitatif. Jakarta: Universitas
DAFTAR PUSTAKA Indonesia.
Abudin, Nata. (2000). Metodologi Studi Mochamad Nursalim. 2013. Strategi dan
Islam. Jakarta: Grafindo Persada Intervensi Konseling. Jakarta :
Bimo Walgito. (1997). Pengantar Psikologi Akademia Permata.
Umum. Yogyakarta: Andi Offset Mohammad Efendi. 2006. Pengantar
Buseri, Kamrani. 1990.Pendidikan Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Keluarga Dalam Islam. Yogyakarta: Jakarta: Bumi Aksara
CV.Bina Usaha. Raziyeh Saeed Manesh. 2015. The
Beheshteh Niusha dkk. 2012. Effects of Effectiveness of Assertiveness
assertiveness training on test anxiety Training on Social Anxiety of Health
of girl students in first grade of Volunteers of Yazd. Yard, Iran :
guidance school. Saveh,Iran: Procedia authors and Scientific Research
- Social and Behavioral Sciences 46 Publishing Inc.
Elementary School 6 (2019) 70-78 78

Rini, J. F. 2001. Asertivitas. (Http:// www. Willis, L dan Daisley, J. 1995. The Assertive
E-Psikologi.com) Trainer: A Practical
Sudjana, Nana dan Ibrahim (2007). HandbookAssertiveness of Trainers
Penelitian dan penilaianPendidikan. and Running Assertiveness Course.
Bandung: Sinar Baru Algensindo USA: McGraw Hill
Sugiyono. 2007. Metode Tulisan Kuantitatif Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial.
Kualitatif dan R & D. Bandung : Yogyakarta: ANDI
Alfabeta Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai