Restorasi Meiji merupakan peristiwa pembaruan secara besar-besaran yang menyebabkan perubahan
pada struktur politik dan sosial negara Jepang.
Tokoh Restorasi Meiji adalah Kaisar Jepang Matsuhito atau lebih dikenal sebagai Kaisar Meiji.
Restorasi Meiji yang berlangsung antara 1866-1869 dilatarbelakangi oleh kondisi Jepang saat itu, yang
mengalami krisis ekonomi dan politik akibat kebijakan Keshogunan Tokugawa.
Oleh karena itu, salah satu tujuan Restorasi Meiji adalah melawan Keshogunan Tokugawa dan
mengembalikan kekuasaan Jepang pada kaisar.
Sejak restorasi ini terjadi, Jepang yang semula menutup diri dari pengaruh asing, berubah menjadi
terbuka terhadap segala bentuk kehadiran asing.
Bahkan Restorasi Meiji menjadi titik balik, di mana Jepang segera tumbuh dan berkembang menjadi
negara yang maju dan kuat.
Sejak saat itu pula, Jepang berhasil mengikuti jejak Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Jerman, dan
Rusia, sebagai negara imperialis.
Keisimpulan
Pada masa Restorasi Meiji, Kaisar Meiji mereformasi Jepang secara mendasar dan menekankan pada
pembaruan kehidupan melalui pembangunan industri serta teknologi.
Restorasi Meiji menjadi sejarah besar yang pengaruhnya abadi bagi bangsa Jepang.
Hanya dalam waktu sekitar tiga dekade, Jepang yang awalnya negara terisolasi, terbelakang, dan
tradisional, menjadi negara maju yang kompetitif dengan negara-negara Barat.
Jepang berhasil membuktikan diri kepada dunia sebagai bangsa yang memiliki kompetensi ilmu
pengetahuan dan teknologi maju yang dapat disejajarkan dengan negara-negara maju. Selain itu, Jepang
tumbuh menjadi salah satu negara dengan militer terkuat dan termodern pada awal abad ke-20.
Rumusan masalah
Tujuan
Daftar Pustaka
Bibliography
NIngsih, W. L. (2023, Januari 29). Apa Tujuan Restorasi Meiji? Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/21/140000279/apa-tujuan-restorasi-meiji-?page=all
Ningsih, W. L. (2023, Januari 29). Restorasi Meiji: Tokoh, Penyebab, dan Dampak. Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/29/150000079/restorasi-meiji-tokoh-penyebab-dan-
dampak?page=all
Sari, Y. N. (2020). PENGARUH RESTORASI MEIJI TERHADAP MODERNISASI DI NEGARA. Pendidikan Sejarah,FKIP-
Universitas Riau, 1-9.
Winarti, R. (2023, Januari 28). Pembukaan Politik Sakoku Jepang Pada Abad ke-19. Retrieved from
narasisejarah.id: https://narasisejarah.id/pembukaan-politik-sakoku-jepang-pada-abad-ke-19/
A. Pembukaan Politik Sakoku
Jepang telah mengalami keterasingan dari segala informasi dunia. Namun disisi lain negara
asing terutama bangsa Barat sedang terkontaminasi dengan ideologi Kapitalisme yang sedang
menjamur. Hal itu membuat bangsa barat mulai mengibarkan sayapnya dengan mau tidak mau harus
mencari daerah pemasok modal, maka dari itu bangsa barat mulai mencoba datang ke Jepang dan
merentangkan tangannya ke sana untuk melakukan hubungan kerjasama. Bangsa barat yang mulai
mencoba pertama kali menjejaki Jepang adalah Rusia pada tahun 1792 sebelum itu Rusia sudah
meluaskan wilayahnya hingga ke Siberia. Orang yang pertama diutus untuk ke Nemuro di Hokkaido
adalah Adam Laxmann ia diutus untuk memulangkan awak kapal Jepang yang kandas di Perairan Rusia,
selain itu juga Rusia membuat dan mengajukan nota resmi yang memohon dibukanya hubungan antara
Rusia dan Jepang.
Dengan pembuatan nota perjanjian resmi tersebut Bakufu memberitahu utusan tentang
kebijakan tentang isolasi diri, ia akan membahas tentang apa yang dilakukan oleh Rusia dengan
melakukan rapat mengenai itu di Nagasaki, dan meminta Rusia agar kembali ke negaranya terlebih
dahulu. Setelah Rusia kembali ke negaranya, ia menyuruh utusannya untuk pergi ke Nagasaki untuk
memenuhi permintaan Jepang, namun lagi-lagi perwakilannya itu diusir oleh Jepang. Hal tersebut
membuat Rusia marah dan melakukan kekerasan dengan kekuatan militernya untuk menyerang Jepang
bagian utara. Bakufu pun bergerak dengan melakukan pengawasan langsung Hokkaido dan membuat
pertahanan disana. Setelah Rusia gagal dalam melakukan perjanjian kemudian datang Amerika
(Commodore Biddle) dengan tujuan membuka hubungan perdagangan dengan Jepang pada 1846,
hasilnya juga gagal. Karena hal tersebut Amerika tidak berhenti untuk tetap menaklukan Jepang pada 8
juli 1853, (Commodore Perry) seorang Squadron Hindia Timur dari Amerika kembali mencoba
melakukan perjanjian dengan Jepang dengan membawa kapal perang di Teluk Edo.
Perry membawakan surat dari presiden Amerika Millard Fillmore, suratnya tersebut berisikan
pernyataan bahwa Amerika ingin membuka hubungan baik dengan Jepang dan meminta perlakuan
yang baik bagi awak kapal yang karam di laut Jepang, diberikan dan dibebaskan dalam pengisian batu
bara dan perbekalan di pelabuhan-pelabuhan Jepang kemudian intinya adalah izin untuk bisa
melakukan hubungan perdagangan dengan Jepang.
Tidak berhenti di sepucuk perjanjian dari presiden Amerika, Perry secara khusus memberikan
surat juga kepada Jepang yang isinya apabila Jepang tidak menyetujui permintaan Amerika, maka pada
musim semi berikutnya Amerika akan datang dan akan membawa kekuatan yang lebih besar dan kuat.
Akhirnya surat tersebut diterima oleh Bakufu dan ia meminta untuk diberikan pertimbangan untuk
menanggapi balasan surat tersebut kepada daimyo. Namun hasil dari tanggapan para daimyo malah
membuat perselisihan paham antar mereka, ada yang mengizinkan Amerika untuk berhubungan
dengan Jepang, dan ada yang menuntut supaya diusir dari Jepang atau menolaknya. Sebenarnya ada
alasan khusus mengapa Amerika menginginkan Jepang untuk bisa berhubungan dengannya, karena
pada saat Amerika meluaskan wilayahnya yang mencangkup California dan Meksiko. Saat berhasil
mendapatkan California Amerika mendapatkan pantai yang luas wilayahnya hingga perairan Pasifik.
Lalu pada saat itu Shanghai menjadi tempat terpenting dalam perluasan perdagangan Amerika dan
Amerika berencana untuk membuka jalur pelayaran baru dari San Francisco di California ke Shanghai.
Ada laporan juga yang masuk dari Belanda bahwa Jepang memiliki pulau-pulau kecil yang ada endapan
batu bara yang menurut Amerika itu sangat menguntungkan baginya dan membuat Amerika bersikeras
memaksa Jepang.
Tidak lama berselang Rusia kembali ke Jepang dengan membawa 4 pasukan Angkatan laut yang
dipimpin oleh Laksamana Putyatin yang singgah di Nagasaki, mereka memiliki tujuan yang sama
dengan Amerika tentang hubungan perdagangan. Rusia memaksa Jepang agar membuka pelabuhannya
sebagai tempat persinggahan dan perdagangan. Namun tetap saja Bakufu tidak memberikan jawaban
mengenai permintaan Rusia. Pasukan Amerika kembali datang ke Jepang pada Februari 1854, dengan
dipimpin Perry dan delapan kapal beserta pasukannya ia menaggih jawaban dari Jepang. Sebelum itu
setengah tahun setelah Perry datang untuk pertama kalinya para kaum Edo khususnya bagi penentu
kebijakan telah berdiskusi dengan para kamu Feodal di Jepang. Akhirnya dalam keadaan yang tidak
jelas itu membuat Abe Masahiro, salah satu anggota dewan senior Tokugawa (rôjû), memutuskan
untuk menerima sebagian besar apa yang diinginkan oleh Amerika, apabila upaya yang lain tidak bisa
dilakukan. Karena Amerika akan mempersiapkan kekuatan yang akan menghancurkan Jepang.
Kebijakan yang sangat tidak populis, namun tidak bisa dihindari. Semuanya menganggap bahwa ini
adalah sebuah keputusan yang besar dan sangat bersejarah bagi 2,5 abad dalam kepemimpinan Bakufu
Tokugawa. Peristiwa ini juga membuka pintu diskusi dan kritik terhadap seluruh kebijakan bakufu
walaupun berdampak pula dengan turunnya prestise dan wewenang Tokugawa. Namun tetap saja
pendapat Abe mendapatkan penolakan dari daimyo karena terlalu ambigu dan mereka tidak mau
Jepang dimasukin negara Asing lagi setelah Portugis.
Namun para penguasa feodal setuju dengan Abe dimana Jepang harus mulai membuka
hubungan perdagangan dengan bangsa Asing lalu keuntungannya digunakan untuk memperkuat
pertahanannya. Sementara ada yang menolak bahwa tidak boleh membuat kesepakatan apapun da
menolak bangsa Amerika. Kondisi yang lebih tersebut akhirnya membuat Abe turun tangan dan
membuat perjanjian dengan Amerika dan membuat Perundingan di Yokohama, dibawah meriam kapal
Amerika, namun Perry menunjukan sikap yang tidak bisa menerima pendapatan dari Jepang.
Kondisi yang tidak jelas itu akhirnya memaksa Abe untuk menerima sebagian besar usul Perry.
Kemudian pada 31 Maret 1854, bertemu perjanjian dan ditandatangani oleh kedua belah pihak yang
dinamakan dengan perjanjian Persahabatan Jepang-Amerika Serikat (Nichibei Washin Jôyaku). Berikut
alasan mengapa perjanjian tersebut dibuat :
1. Pemerintahan Bakufu tetap mempertahankan politik isolasi, karena takut dengan dibukanya
jalur perdagangan itu akan memunculkan imperialisme oleh bangsa asing.
2. Pada tahun 1842, Tiongkok telah dibuka untuk bangsa asing oleh Inggris, (Perang Candu)
membuat Tiongkok habis terbagi menjadi daerah-daerah kecil, kecuali Jepang yang belum
disinggung-singgungkan.
3. Amerika membutuhkan tempat beristirahat dalam perjalanan dari pantai barat Amerika dan
Tiongkok. Kebetulan Jepang tempat yang paling dekat untuk bersinggah dan memiliki
potensi perdagangan (teh dan sutera) yang menguntungkan.
4. Kepulauan Jepang adalah tempat loncatan ke Tiongkok yang baik.
1. Terciptanya perdamaian yang nyata dan menyeluruh, serta perjanjian yang benar terjadi
antara sahabat yaitu Amerika dengan kekaisaran Jepang.
2. Pelabuhan Shimoda dan Hokadate dijamin oleh Jepang sebagai tempat yang bisa dimasuki
oleh kapal-kapal Amerika.
3. Apabila ada awak kapal atau kapal dari Amerika ada yang karam atau kecelakaan maka awal
kapal ke Shimoda dan Hokadate akan menolong Amerika.
4. Konsul Jendral dibuka di Shimoda.
Setelah dibuat perjanjian tersebut, negara Barat lainnya seperti Inggris, Rusia dan Belanda
membuat perjanjian perdagangan yang sama dengan Amerika. Hal tersebut membuat Jepang terbuka
untuk bangsa asing, dan pada akhirnya politik isolasinya Jepang sudah gugur yang telah berlangsung
dua abad. Dalam suatu perjanjian itu Jepang merasa bahwa ada dua pelabuhan yang dianggap tidak
penting namun terisolasi, akhirnya dibuka yaitu Shimoda yang terletak di ujung Semenanjung Izu yang
bergunung-gunung dan pelabuhan Hokodate yang ada di Hokkaido. Mereka juga menyepakati
penempatan konsulat Amerika di Shimoda dan berjanji memperlakukan awak kapalnya karam dengan
baik. Tidak ada perjanjian menyangkut hak dan pasal perdagangan.
Dengan bergerak cepat Amerika menempatkan Jendralnya yang bernama Townsend Harris,
seorang mantan pengusaha, ia tiba di Shimoda pada 1856. Harris memiliki suatu peran yang sangat
penting untuk menekan bakufu agar membuka perdagangan dengan Amerika. Dalam suatu krisis untuk
pertama kalinya shogun meminta pertimbangan seorang kaisar untuk kembali merundingkan
permintaan Amerika. Namun, Ii Naosuke, Abe Masahiro, dan Tokugawa Yoshinobu (Keiki), yang
merupakan para pembela bakufu agar menyetujui permintaan Amerika dan terbentuklah perjanjian
perdagangan antara Jepang dan Amerika yang dikenal dengan (Nichibei Shûkô Tsûshô Jôyaku), yang
isinya:
1. Pajak akan dibayar kepada pemerintahan Jepang dari barang yang di ekspor oleh Jepang
sesuai dengan tarif yang telah disepakati bersama.
2. Jika tawaran diterima oleh pemilik, maka harga penjualan dimiliki oleh Jepang tanpa
potongan.
3. Barang untuk kebutuhan kapal Amerika boleh dibongkar dan ditumpuk dalam gudang dan
tidak wajib membayar pajak.
4. Akan tetapi jika barang dijual kepada Jepang maka penjual harus membayar pajak kepada
Jepang.
5. Pemasukan candu dilarang, kapal Amerika hendak berdagang candu lebih dari 3 kali
beratnya, maka kelebihannya menjadi hak milik Jepang atau dimusnahkan.
Selain itu, perjanjian ini juga berisi:
1. Orang Amerika jika bersalah maka harus diadili di pengadilan konsulat Amerika, dan
mendapatkan hukuman sesuai hukum Amerika.
2. Orang Jepang Bersalah maka harus diadili oleh penjabat Jepang dan dihukum dengan
hukum Jepang.
3. Pengadilan Amerika terbuka untuk orang Jepang yang mempunyai hutang dan
memungkinkan dapat ganti terhadap tuntutan mereka.
4. Pengadilan Jepang terbuka untuk orang Amerika yang mempunyai hutang dan
memungkinkan dapat ganti terhadap tuntutan orang Jepang.
5. Amerika dan Jepang tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk pembayaran yang dilakukan
oleh warganya masing-masing.
Setelah perjanjian tersebut dirundingkan dan ditandatangani 29 Juli 1858, Jepang harus
membuka 4 pelabuhan lain selain Hakodate untuk jalur perdagangan yaitu Kanagawa, Nagasaki,
Niigata dan Hyogo.
Nampaknya perjanjian yang dibuat dengan Amerika membuat negara barat yang lain ingin
mengikuti jejaknya dalam berhubungan dengan Jepang. Duta Besar khusus Inggris mempelajari
perjanjian yang dibuat oleh Amerika kepada Jepang lalu mencontohnya, dia adalah Lord Elgin. Ia
membuat perjanjian yang hampir sama dengan Amerika dengan menambahkan pasal yang
menyangkut perlakuan sama antar negara yang berdagang di sana. Elgine menyelesaikan perjanjian itu
pada tanggal 26 Agustus 1858, tidak lama lagi perjanjian semacam itu dibuat oleh negara lainnya
seperti perancis, Rusia dan Belanda.
Sayangnya hal ini membuat Jepang termakan dengan kekacauan internasional, dan itu semua
lebih banyak disebabkan oleh negara Asing. Hal ini terjadi karena bangsa Barat menganggap dirinya
yang paling berkuasa dan paling hebat daripada negara-negara di Timur, tak terkecuali Jepang. Lama
kelamaan hal ini membuat bangsa Barat mendominasi dan membuat ketidakadilan dengan perjanjian
yang telah disepakatinya. Bangsa Barat sudah tidak lagi peduli dengan biaya pajak ataupun hukum yang
berlaku, bahkan mereka bisa dengan mudahnya menikmati hak ekstrateritorial yang bukan milik
mereka.
Perjanjian Shimoda (1854) Sebuah perjanjian yang dibuat oleh Amerika dan Jepang sebagai
bentuk perjanjian persahabatan untuk pembukaan pelabuhan Jepang sebagai persinggahan Amerika
dari pantai barat menuju Tiongkok. Perjanjian ini juga menjadi simbolik untuk perjanjian perdagangan
bebas yang pada akhirnya membuka politik isolasi di Jepang dan membuat bangsa Asing banyak yang
ikut untuk membuat perjanjian denagn Jepang agar bisa berhubungan. Inti isi dari perjanjian ini adalah
dibukanya pelabuhan Shimoda dan Hokodate yang bebas dilalui oleh bangsa-bangsa yang sudah
memiliki perjanjian dengan Jepang. Karena Jepang menganggap bahwa dua pelabuhan ini tidak penting
dan tidak berpengaruh juga terhadap negara Jepang.
Pada tahun 1858 Jepang kembali membuka pelabuhan-pelabuhan lainnya untuk memperluas
wilayahnya agar bisa dilewati sebagai jalur perdagangan bebas. Pelabuhannya diantaranya adalah
Yokohama, Nagasaki, Kobe, Tokyo, dan Osaka, dan Nigata. Dampak dari Pembukaan Jepang bagi
Bangsa Asing diantaranya:
Hal ini terjadi karena para masyarakat kecewa terhadap keputusan para shogun yang
dianggap terlalu mudah takluk dengan ancaman yang diberikan oleh bangsa Asing. Dan semua
menganggap bahwa mereka telah menjual tanah airnya sendiri kepada bangsa Asing dengan
menandatangani perjanjian antara Jepang dengan bangsa Eropa yang lainnya.
Para masyarakat mendukung penuh Komei Tenno sebagai orang yang kuat untuk menolak
dan tidak menandatangani perjanjian dengan bangsa Asing yang pada akhirnya membuka politik
Isolasi yang sudah dua abad lebih dialkukan. Sehingga semua memaksa shogun untuk turun dan
menyerahkan kekuasaan negara kepada Kaisar. Intinya masyarakat sudah tidak lagi percaya
dengan para shogun yang dianggap sangat lemah.
Pada 8 November 1867 M, para shogun menyerahkan kekuasaan kepada para kaisar
karena aspirasi dari rakyatnya dan itu juga merupakan usaha keras dari kaisar Koumei. Tetapi
kaisar Koumei telah meninggal dunia delapan bulan sebelum Shogun terakhir meletakkan
jabatannya pada 3 Februari 1867 M. Akhirnya jabatan kaisar digantikan kepada Kaisar Mutsuhito
yang saat itu masih berusia 14 tahun, masa pemerintahannya dikenal sebagai nama Kaisar Meiji
(Meiji Tenno). Pada 25 Januari 1868-30 Juli 1912 kaisar Meiji sudah resmi diberikan kekuasaan
sepenuhnya untuk memegang pemerintahan di Jepang saat itu. Pengalihan kekuasaan kepada
kaisar Meiji inilah yang pada akhirnya menimbulkan perubahan yang sangat signifikan bagi Jepang
yang dikenal dengan Restorasi Meiji yang disebut sebagai masa pemulihan Jepang untuk kembali
dalam kebangkitan.
Bangsa Jepang juga pada akhirnya memikirkan cara untuk modernisasi dengan cara mencari
bagaimana mengejar ketertinggalan yang sangat jauh dari arus yang sudah berkembang saat itu.
Berbagai cara yang dilakukan :
1. Bidang Pemerintahan
2. Angkatan Perang
Jepang menjadikan angkatan perang menjadi dua bagian yang dipegang oleh keluarga
Chosu dan keluarga Satsuma yang akan meniru angkatan perang milik barat caranya. Keluarga
Chosu memegang angkatan perang dengan meniru sistem yang ada di Jerman. Sedangkan
keluarga Satsuma dan meniru sistem angkatan laut milik Inggris. Para mentri juga akan
bertanggung jawab langsung kepada kaisar yang pada akhirnya akan tercipta Gunbatsu
(Pemerintahan diktator militer).
3. Bidang Industri
Jepang ingin mensetarakan industrinya sama dengan Eropa agar bisa mengejar
ketertinggalan yang sudah sangat lama sekali, oleh karena itu semua tenaga yang memiliki
keahlian dan potensial akan dikirim untuk belajar teknologi industri di Eropa. Disisi lain juga Jepang
berhasil mendatangkan mesin-mesin dari negara inggris dengan menjual hasil alamnya yaitu teh
dan kain sutera yang memiliki nilai jual sangat tinggi.
4. Bidang Pendidikan
Jepang sangat mengutamakan tentang pengetahuan agar bisa sejajar dengan bangsa barat
sehingga ia memberikan wajib belajar bagi anak-anak yang ada di Jepang dengan sekolah wajib
selama 6 tahun dengan tanpa perbedaan. Selain itu Jepang memiliki terobosan untuk mengirim
pelajar yang sangat berpotensi untuk sekolah dan menyerap ilmu diluar negeri khususnya di Eropa
untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan tekhonologi, agar bisa diterapkan di negaranya
sendiri.
C. Restorasi Meiji
1. Penyebab Restorasi Meiji
Selama shogun berkuasa, tidak jarang terjadi peperangan dan pemberontakan yang
berupaya memulihkan peran kaisar. Konflik semakin memanas saat Keshogunan Tokugawa mulai
berkuasa pada 1633.
Pasalnya, dinasti ini menjalankan kebijakan baru yang dikenal dengan nama "sakoku", di
mana orang Jepang tidak boleh pergi ke luar negeri, begitu pula sebaliknya. Upaya menutup diri
juga dilakukan dengan melarang peredaran buku-buku berbahasa asing.
Alasan utama penerapan kebijakan sakuku adalah, Tokugawa khawatir Jepang akan
mendapatkan pengaruh buruk dan dikuasai oleh pihak asing. Kebijakan ini terbukti mematikan
ekonomi Jepang.
Memasuki abad ke-18, timbul kemerosotan ekonomi akibat bencana alam dan korupsi.
Untuk menyiasati kondisi itu, pemerintahan Tokugawa lantas menaikkan pajak kepada
petani, yang kemudian menyulut penolakan serta kerusuhan di berbagai daerah.
Dari pihak asing, muncul tekanan agar Jepang kembali membuka diri dan menormalkan
hubungan perdagangan dengan negara-negara Barat.
Jepang baru bersedia membuka hubungan ketika armada militer Amerika Serikat yang
dipimpin oleh Komodor Matthew Perry berlabuh di negaranya pada 1853.
Namun, masuknya kembali bangsa-bangsa asing ke Jepang membuat Tokugawa
kehilangan wibawanya dan dianggap mengingkari janji oleh rakyatnya.
Dikombinasikan dengan faktor-faktor internal, yakni krisis ekonomi dan pemerintahan
Tokugawa yang goyah, tuntutan agar kekuasaan pemerintahan dikembalikan ke tangan kaisar
terus bergaung.
2. Perang Boshin
Upaya modernisasi militer yang dilakukan kelompok anti-shogun mulai membuahkan hasil
pada 1866.
Keberuntungan kembali berpihak kepada mereka saat Kaisar Komei meninggal dan
digantikan oleh putranya, Matsuhito, yang nantinya dikenal sebagai Kaisar Meiji.
Kendati demikian, mereka masih memiliki pengaruh kuat dalam aktivitas pemerintahan
Jepang.
Hal inilah yang berakibat pada pecahnya Perang Boshin antara pasukan Tokugawa
melawan pasukan pro-kekaisaran.
Perang Boshin menjadi titik awal dari gerakan Restorasi Meiji dan kemajuan Jepang. Pada
1868, pasukan kekaisaran berhasil menguasai tiga dari empat pulau utama di Jepang, yakni
Kyushu, Shikoku, dan Honshu.
Dalam perang ini, perlawanan pasukan dan pendukung Tokugawa akhirnya dapat
dihentikan pada Mei 1869.
Restorasi Meiji diprakarsai oleh Kaisar Jepang Matsuhito atau Kaisar Meiji dan berlangsung
antara tahun 1866-1869.
Pada periode ini, Jepang memasuki era baru, yang dimulai dengan penghapusan politik
isolasi oleh Kaisar Meiji.
Kaisar Meiji mereformasi Jepang secara mendasar dan menekankan pada pembaharuan
kehidupan manusia melalui pembangunan industri serta teknologi.
Hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan Jepang dari negara-negara Barat sekaligus
menaikkan posisinya di mata internasional.
Salah satu kebijakan Restorasi Meiji adalah mengirimkan para pemuda untuk belajar ke
luar negeri.
Mereka dikirim ke Amerika dan Eropa untuk mempelajari bidang teknologi yang dapat
diterapkan di negaranya.
Di saat yang sama, Jepang juga mengundang para pakar dan ahli dari luar negeri untuk
mengajar di negaranya.
Hasilnya, dalam waktu relatif singkat, Jepang tumbuh menjadi sebuah negara industri yang
maju.
Selain Kaisar Meiji, berikut ini beberapa tokoh penting selama Restorasi Meiji.
Setelah terjadinya Restorasi Meiji, sistem pemerintahan Negara Jepang bergeser dari
Negara Feodal menjadi Negara Monarki. Pimpinan Negara pun telah dikembalikan kepada
Kaisar. Jepang pun berusaha untuk menyusun UUD dan sistem ketatanegaraan. Sejak tahun
1882, beberapa orang Jepang memulai survey UUD Negara Barat dan akhirnya memilih
konstitusi Negara German sebagai contoh UUD Jepang yang baru. Pada tanggal 25 Februari
1889 diumumkan dan diberlakukan pada tahun 1890. UUD Jepang yang baru bersifat
Monarkis dan Kaisar memegang kekuasaan tertinggi (Kaisar dianggap sebagai dewa tertinggi).
Meskipun belum sempurna, namun UUD 1889 adalah UUD modern kedua di Asia
setelah UUD Ottoman Empire (Turki) pada tahun 1876. Jepang akhirnya berkembang menjadi
Negara yang maju dan diperhitungkan hingga akhirnya ikut terseret dalam Perang Dunia II dan
akhirnya mengalami kekalahan.
Kekalahan ini membawa dampak luka yang sangat besar bagi rakyat. Ada yang
menganggap ikutnya Jepang dalam perang ini karena Konstitusi Jepang yang kurang baik yang
tidak bisa membatasi kekuasaan eksekutif hingga akhirnya terjadi perubahan UUD dan
konstitusi di Negara Jepang. Pada tanggal 3 November 1946 diumumkan konstitusi baru dan
berlaku pada tanggal 3 Mei 1947. UUD ini dikenal dengan UUD 1947.
UUD ini sangat berbeda dengan UUD 1889. Dalam UUD 1947 diberlakukan pembatasan
kekuasaan Kaisar, Kaisar sebagai symbol rakyat, membatalkan kekuatan militer dan penolakan
perang serta kedaulatan rakyat.
Jika UUD 1889 mengikuti konstitusi German maka UUD 1947 lebih banyak mencontoh
Negara Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan Amerika Serikat menguasai Jepang setelah
Perang Dunia II sebagai pemenang pihak yang menang pada Perang Dunia II.
Namun,ada pihak yang menganggap bahwa UUD 1947 yang berlaku hingga saat ini
bukan milik warga Jepang, tapi paksaan dari luar (Amerika Serikat). Namun dikarenakan UUD
Jepang termasuk UUD Rigid, maka prosedur perubahan UUD jauh lebih susah daripada UUD
biasa. Sampai saat ini, perubahan UUD adalah salah satu isu krusial yang membagi kanan dan
kiri aliran politik.
b. Pendidikan
Pada tahun 1886 pemerintahkan wajib beajar di sekolah dasar selama tiga atau
empat tahun. Kemudian perauran itu diubah pada tahun 1900 pendidikan wajib diberika
cuma-cuma dan pada tahun 1908 menjadi enam tahun. Setelah Perang Dunia II masa wajib
belajar menjadi Sembilan tahun hingga kini, mencakup sekolah dasar dan sekolah lanjutan
pertama.
c. Militer.
Selama masa feodal dan Tokugawa, militer dipegang dan dikendalikan oleh Golongan
Samurai secara turun temurun. Namun setelah masa Restorsi Meiji, Jepang membangun
militer dengan bantuan Negaranegara Barat. Jepang bekerjasama dengan Negara Inggris
dalam mengembangkan Angkatan Laut.
Pemerintah juga segera mangambil alih fasilitas pembuatan senjata dan
penggunaannya untuk industri perang. Pada tahun 1873 pemerintah memberlakukan wajib
militer untuk menggantikan pola lama yang didasarkan pada kelas bagi dinas militer. Wajib
militer ini diberlakukan untuk semua laki-laki berumur 20 tahun keatas.
Disamping itu Jepang juga mengirimkan seorang utusan bernama Yamagata Aritomo
ke Perancis dan Prusia (Jerman) untuk mempelajari organisasi militer modern model Barat.
Sekembalinya ke Jepang Yamagata Aritomo membentuk tentara yang terdiri atas para
Samurai dan rakyat umum. Pada tahun 1878 Yamagata mengorganisasikan Staf Angkatan
perang Jepang menurut model Perusia (Jerman) dan pada tahun 1883 sebuah akademi Militer
dibangun, sehingga para perwira muda Jepang tidak perlu dikirim untuk belajar ke luar negeri.
Rencana pembangunan Angkatan Laut dimulai dengan pembuatan badan-badan kapal oleh
Jepang sendiri.
d. Ekonomi
Sebagian besar masyarakat selama masa feodal Jepang hidup dengan mengandalkan
usaha keluarga yang dijalankan secara turun temurun. Karena itu kehidupan ekonomi tidak
berkembang dengan baik. Namun setelah Restorasi Meiji, ekonomi Jepang mengalami
perkembangan yang pesat. Seiring dengan kedatangan bangsa Barat dan perkembangan ilmu
pengetahuan Jepang menjadi salah satu negara yang maju.
Sebelum Restorasi Meiji, Jepang adalah negara dengan masyarakat agrikultur dan
hanya meneruskan usaha keluarga secara turun temurun. Namun pasca Restorasi Meiji,
Jepang menjadi sangat unggul dalam bidang manufaktur.
e. Budaya
Walaupun zaman Meiji merupakan titik balik dalam perkembangan politik, ekonomi
dan pendidikan Jepang, namun dalam bidang kebudayaan hampir tidak memperlihatkan
perubahan-perubahan besar. Pakaian Kimono, upacara minum teh, seni merangkai bunga dan
pembuatan taman pemandangan alam, yang berpangkal pada kebiasaan dan adat istiadat
Jepang yang telah berlaku sejak ratusan tahun yang lalu merupakan sendi-sendi kebudayaan
Jepang.
Pasukan Jepang sejak awal berusaha menguasai Indonesia sejak pecah perang Pasifik.
Alasannya, Angkatan Perang Jepang (Dai Nippon) membutuhkan minyak bumi dan bahan mentah
lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan angkatan perangnya.
Pada 10 Januari 1942, tentara Jepang telah mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur
kemudian disusul dengan penguasaan daerah Balikpapan, Pontianak dan Banjarmasin.
Tentara Jepang menjalankan siasat perang kilat (Blitz Krieg) untuk mewujudkan Imperium
Asia Timur Raya. Dalam menghadapi ekspansi Jepang, Sekutu membentuk ABDACOM (American,
British, Dutch, Australian Command) dengan markas di Lembang, Bandung.
Sementara itu Letjend Hein Ter Poorten diangkat sebagai Panglima Tentara Hindia Belanda
(KNIL). Namun dalam waktu relatif singkat tentara Jepang dapat menguasai hampir seluruh
kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.
Selain itu, terdapat beberapa divisi dalam struktur pasukan tersebut. Pada 1 Maret 1942,
tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang yang dipimpin Letjend Hitoshi Imamura telah mendarat di
Pulau Jawa di tiga tempat, yaitu:
Tentara Jepang dengan mudah merebut kota-kota penting di Jawa seperti Batavia,
Bandung dan lain-lain. Pada 8 Maret 1942, Letjend Hein Ter Poorten selaku Panglima Angkatan
Perang Hindia Belanda dan atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia menyerah tanpa
syarat kepada pasukan Jepang.
Dalam Perundingan Kalijati, dari Jepang diwakili Gubernur Jenderal Imamura, sedangkan
dari pihak Belanda diwakili Gubernur Jenderal Tjarda dan Jenderal Ter Poorten. Pada 8 Maret 1942
dimulai zaman pendudukan Jepang di Indonesia.