Anda di halaman 1dari 13

BAB 4: HUBUNGAN STRUKTURAL DAN

FUNGSIONAL PEMERINTAH PUSAT DAN


DAERAH
A. DESENTRALISASI ATAU OTONOMI DAERAH DALAM
KONTEKS NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
1. Desentralisasi

Istilah desentralisasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu de yang berarti lepas, dan
centerum yang berarti pusat. Desentralisasi adalah sesuatu hal yang terlepas dari pusat.
Terdapat 2 kelompok besar yang memberikan definisi mengenai desentralisasi yaitu.
a. Kelompok Anglo Saxon.
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada
pejabat pusat yang ada di daerah yang disebut dengan dekonsentrasi maupun kepada
badan-badan otonom daerah yang disebut devolusi.
b. Kelompok Kontinental.
Desentralisasi dibedakan menjadi dua bagian yaitu.
1) Desentralisasi jabatan atau dekonsentrasi.
Desentralisasi jabatan atau dekonsentrasi adalah penyerahan kekuasaan dari
atas ke bawah dalam rangka kepegawaian guna kelancaran pekerjaan semata.
2) Desentralisasi ketatanegaraan.
Desentralisasi ketatanegaraan merupakan pemberian kekuasaan untuk
mengatur daerah di dalam lingkungannya guna mewujudkan asas
desentralisasi dalam pemerintahan negara.

2. Otonomi Daerah
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu auto berarti sendiri, dan nomos berarti
hukum atau peraturan. Jadi, otonomi daerah adalah aturan yang mengatur daerahnya sendiri.
Berikut pengertian otonomi daerah menurut beberapa ahli.
a. Menurut UU No. 32 Tahun 2004 otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Menurut Kamus Hukum dan Glosarium, otonomi daerah adalah kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Otonomi Daerah dalam Konteks Negara Kesatuan

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia diselenggarakan untuk mencapai suatu tujuan.


Tujuan tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang makin baik.
b. Pengembangan kehidupan demokrasi.
c. Keadilan.
d. Pemerataan.
e. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
f. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.

4. Landasan Hukum Penerapan Otonomi Daerah di Indonesia


a. UUD 1945 Pasal 18 Ayat (1) dan (2).
b. Tap. MPR-RI No. XV/MPR/1998.
c. UU No. 12 Th. 2008.
d. UU No. 1 Th. 1945.
e. UU No. 22 Th. 1948.
f. UU No. 18 Th. 1965.
g. UU No. 5 Th. 1974.
h. UU No. 22 Th. 1999.
i. UU No. 25 Th. 1999.
j. UU No. 32 Th. 2004.
k. UU No. 33 Th. 2004.
l. Perpu No. 3 Th. 2005.

5. Nilai, Dimensi, dan Prinsip Otonomi Daerah di Indonesia


Terdapat dua nilai dasar yang dikembangkan dalam UUD NRI Tahun 1945 berkenaan
dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia.
a. Nilai Unitaris, yang diwujudkan dalam pandangan bahwa bangsa Indonesia tidak
mempunyai kesatuan pemerintahan lain di dalamnya yang bersifat negara
(eenheidstaat), yang berarti kedaulatan yang melekat pada rakyat, bangsa, dan NKRI
tidak akan terbagi diantar kesatuan-kesatuan pemerintahan.
b. Nilai Dasar Desentralisasi Teritorial, yang mewajibkan pemerintah untuk
melaksanakan politik desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang ketatanegaraan.
Titik berat pelaksanaan otonomi daerah adalah pada daerah kabupaten/kota dengan
beberapa dasar pertimbangan sebagai berikut.
a. Dimensi Politik, kabupaten/kota dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan
sehingga risiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federasi
relatif minim.
b. Dimensi Administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat relatif dapat lebih efektif.
c. Kabupaten/kota adalah daerah “ujung tombak” pelaksanaan pembangunan sehingga
kabupaten/kota-lah yang lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah prinsip yang dianut ialah nyata, bertanggung jawab,
dan dinamis. Selain itu terdapat lima prinsip dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
ialah sebagai berikut.
1. Prinsip kesatuan.
2. Prinsip riil dan tanggung jawab.
3. Prinsip penyebaran.
4. Prinsip keserasian.
5. Prinsip pemberdayaan.

B. KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH PUSAT


1. Tujuan Pemerintah Pusat
Fungsi pemerintahan pusat mencakup tiga fungsi pokok yaitu sebagai berikut.
a. Fungsi layanan.

Fungsi pelayanan dilakukan dalam rangka


memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara
tidak diskriminatif dan tidak memberatkan serta
dengan kualitas yang sama.

b. Fungsi pengaturan.
Fungsi ini memberikan penekanan bahwa
pengaturan tidak hanya kepada rakyat tetapi kepada
pemerintah sendiri. Ada enam fungsi pengaturan
yang dimiliki pemerintah.
1) Menyediakan infrastruktur ekonomi.
2) Menyediakan barang dan jasa kolektif.
3) Menjembatani konflik dalam masyarakat.
4) Menjaga kompetisi.
5) Menjamin akses minimal setiap individu kepada barang dan jasa.
6) Menjaga stabilitas ekonomi.
c. Fungsi pemberdayaan.
Fungsi ini dilakukan pemerintah dalam rangka
pemberdayaan masyarakat. Dalam fungsi ini,
pemerintah hanya berfungsi sebagai fasilitator dan
motivator bagi masyarakat.

2. Wewenang Pemerintah Pusat


a. Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro.
b. Dana perimbangan keuangan.
c. Sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara.
d. Pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia.
e. Pendayagunaan sumber daya alam dan pemberdayaan sumber daya strategis.
f. Konservasi dan standardisasi nasional.
C. KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH
1. Kedudukan Pemerintah Daerah
Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh
lembaga pemerintahan daerah yaitu pemerintah
daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD). Peran pemerintah daerah selaku pemegang
kekuasaan eksekutif dibedakan dalam dua pengertian
yuridis, yakni sebagai berikut.
a. Selaku alat kelengkapan negara yang bertindak untuk dan atas nama negara yang
kekuasaannya melekat pada kedudukan seorang kepala negara.
b. Selaku pemegang kekuasaan tertinggi atas penyelenggaraan pemerintahan atau selaku
administrator negara (pejabat atau badan usaha atas negara).

2. Kedudukan DPRD
DPRD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di
daerah. DPRD mempunyai 3 fungsi yakni sebagai berikut.
a. Legislasi, berkaitan dengan pembentukan perda.
b. Anggaran, berkaitan dengan kewenangan dalam hal APBD.
c. Pengawasan, berkaitan dengan kewenangan mengontrol
pelaksanaan perda dan peraturan lainnya serta kebijakan
pemerintah daerah.

3. Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi


Khusus
UDD NRI Tahun 1945 pasal 18B Ayat (1) menyatakan negara mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa
yang diatur dengan undang-undang. Adapun yang dimaksud dengan satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang diberi otonomi khusus, yaitu
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Provinsi Papua. Adapun daerah istimewa adalah Daerah
Istimewa Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
a. Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Menurut UU RI No. 29 Th. 2009 beberapa hal yang menjadi
pengkhususan bagi provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut.
1. Provinsi DKI Jakarta berkedudukan sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Provinsi DKI Jakarta adalah daerah khusus yang berfungsi sebagai ibu kota NKRI
sekaligus daerah otonom pada tingkat provinsi.
3. Provinsi DKI Jakarta berperan sebagai ibu kota NKRI yang memiliki kekhususan
tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab tertentu dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan sebagai tempat kedudukan perwakilan negara asing, serta pusat
perwakilan lembaga internasional.
4. Wilayah Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam kota administrasi dan kabupaten
administrasi.
5. Anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta berjumlah paling banyak 125% dari jumlah
maksimal untuk kategori jumlah penduduk DKI Jakarta sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang.
6. Gubernur dapat menghadiri sidang kabinet yang menyangkut kepentingan ibu
kota NKRI. Gubernur mempunyai hak protokoler, termasuk mendampingi
presiden dalam acara kenegaraan.
7. Dana dalam rangka pelaksanaan kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai ibu
kota negara ditetapkan bersama antara Pemerintah dan DPR dalam APBN
berdasarkan usulan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
b. Daerah Istimewa Yogyakarta

Menurut UU NRI No.


13 Th. 2012,
keistimewaan DIY
meliputi :
1) Tata cara
pengisian
jabatan,
kedudukan,
tugas, dan
wewenang gubernur dan wakil gubernur.
2) Kelembagaan pemerintah DIY.
3) Kebudayaan
4) Pertanahan.
5) Tata ruang

.
c. Provinsi Aceh
Aceh merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan
diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perudang-undangan dalam
sistem dan prinsip NKRI.
Selain itu, kewenangan khusus pemerintah kabupaten/kota meliputi
penyelenggaraan kehidupan beragama dalam bentuk pelaksanaan syariat Islam
bagi pemeluknya di Aceh dan tetap menjaga kerukunan hidup antarumat
beragama, penyelenggaraan kehidupan adat yang bersendikan Islam,
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas serta menambah materi muatan
lokal sesuai dengan syariat Islam.
d. Otonomi Khusus Papua

Otonomi khusus bagi Provinsi Papua adalah sebagai berikut.


a. Pengaturan kewenangan antara Pemerintah dan Pemerintah
Provinsi Papua serta penerapan kewenangan tersebut di provinsi
Papua yang dilakukan dengan kekhususan.
b. Pengakuan dan penghormatan hak-hak dasar orang asli Papua serta
pemberdayaannya secara strategis dan mendasar.
c. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang
berciri-ciri sebagai berikut.
a) Partisipasi rakyat sebesar-besarnya dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan melalui
keikutsertaan para wakil adat, agama, dan kaum perempuan.
b) Pelaksanaan pembangunan yang diarahkan sebesar-besarnya
untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk asli Papua pada
khususnya dan penduduk Provinsi Papua pada umunya dengan
berpegang teguh pada prinsip-prinsip pelestarian lingkungan,
pembangunan berkelanjutan, berkeadilan, dan bermanfaat
langsung bagi masyarakat.
c) Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan
yang transparan dan bertanggung jawab kepada masyarakat.
d. Pembagian wewenang tugas, dan tanggung jawab yang tegas dab
jelas antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif, serta Majelis
Rakyat Papua sebagai representasi kultural penduduk asli Papua
yang diberikan kewenangan tertentu.

4. Perangkat Daerah sebagai Pelaksana Otonomi Daerah


Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang perlu ditangani.
a. Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD mempunyai tugas sebagai berikut.


1) Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD.
2) Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD.
3) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.
4) Menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan kemampuan
keuangan daerah.
b. Dinas Daerah
Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan
Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

c. Lembaga Teknis Daerah


Lembaga Teknis Daerah berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum
daerah. Kepala badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah bertanggung jawab
kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

d. Kecamatan

Kecamatan
dibentuk di
wilayah

kabupaten/kota dengan perda yang berpedoman pada PP. Kecamatan dipimpin


oleh seorang camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
dari bupati/wali kota.
e. Kelurahan

Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan perda yang berpedoman


pada PP. Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan dari bupati/wali kota.

5. Proses Pemilihan Kepala Daerah


Kepala daerah dipilih melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada atau Pemilukada)
dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi
syarat. Pemilihan kepala daerah dilakukan satu paket bersama dengan wakil kepala daerah.
Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dimaksud mencakup :
 Gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi.
 Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten.
 Wali kota dan wakil wali kota untuk kota.

Pasangan calon kepala daerah apabila memperoleh jumlah suara sah lebih dari 50%
atau terbesar dinyatakan sebagai pasangan calon terpilih.

6. Peraturan Daerah

Peraturan daerah ditetapkan oleh daerah setelah mendapat persetujuan dari DPRD dan
diserahkan ke pusat paling lama 7 hari setelah dibentuknya perda. Perda dibentuk dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Pembentukan perda melalui
beberapa tahapan yaitu perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan,
pengundangan, dan penyebarluasan.

7. Keuangan Daerah
Sumber pendapatan daerah terdiri atas sumber keuangan berikut.
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD
yang sah.
2) Dana Pertimbangan yang meliputi dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus.
3) Pendapatan daerah lain yang sah.
Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan sebagai berikut.
1) Kepastian tersedianya pendanaan dan pemerintah sesuai dengan urusan
pemerintah yang diserahkan.
2) Kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah serta
hak untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang
berada di daerah dan dana pertimbangan lainnya.
3) Hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumber-sumber
pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan.
Keuangan daerah digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan daerah dan
mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Semua pengeluaran dan penerimaan
pemerintahan daerah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang disetujui oleh DPRD.

D. HUBUNGAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL


PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

1. Hubungan Struktural
Pemerintah Pusat dan
Daerah
Hubungan struktural
adalah hubungan berdasarkan
tingkatan dalam pemerintah.
Pemerintah pusat sebagai
penyelenggara urusan
pemerintahan di tingkat
nasional, sementara
pemerintah daerah merupakan
penyelenggara urusan
pemerintahan di daerah.
2. Hubungan Fungsional Pemerintah Pusat dan Daerah
Hubungan fungsional adalah hubungan
yang didasarkan pada masing-masing
pemerintahan yang saling memengaruhi dan
saling bergantung antara satu dan yang lain.
Contoh hubungan fungsional antar pemerintah
pusat dan daerah adalah hubungan keuangan,
pelayanan umum, dan pemanfaatan sumber
daya alam.

Anda mungkin juga menyukai