Anda di halaman 1dari 36

MEANING OF LIFE

(MAKNA HIDUP)
Kelompok 4
Chlorita Octavia Yunus (717212004)
Dian Angelina (717212007)
Odilia Angeline Jofan Wijaya (717212014)
Rita Octaviane (717212016)
Vania Magdalena (717212019)
MEANING IN LIFE
Origin of the expression
Penggunaan ungkapan "makna hidup" dalam bahasa Inggris
pertama kali muncul dalam Sartor Resartus karya Thomas
Carlyle (1833–1834)

Origin of the question


Arthur Schopenhauer adalah orang pertama yang
secara eksplisit mengajukan pertanyaan tersebut,
dalam sebuah esai berjudul "Character"
MEANING IN LIFE
Martin Seligman mendefinisikan kehidupan yang
bermakna sebagai "using your signature
strengths and virtues in the service of
something much larger than you are."
(Seligman, 2002)
MEANING IN LIFE
Meaning in life may be
considered one of the facets of Physical Quality Of Life,
psychological functioning (The defined as individuals’
WHOQOL Group, 1998b), or an perception of their
aspect of eudaimonic well- physical state (The
being (Ryff & Singer, 1998),
WHOQOL Group, 1998b),
referring to a purposeful and
meaningful engagement with can be conceptualized as
life (Martinez, Martin, Liem, & an indicator of physical
Colmar, 2012). health.
PENDEKATAN DAN PERSPEKTIF
TERHADAP MAKNA HIDUP
Eksistensialisme
Logoterapi
Nilai-nilai pribadi
Hubungan sosial
Transcendental
Agama
EKSISTENSIALISME
Pendekatan eksistensialis mengemukakan bahwa makna
kehidupan tidak bersifat inheren atau objektif, melainkan
harus diciptakan oleh individu melalui pilihan dan tindakan
mereka sendiri. Menurut pandangan ini, setiap individu
bertanggung jawab untuk menentukan makna dan tujuan
hidup mereka sendiri
LOGOTERAPI
Logoterapi adalah teori psikologi yang dikembangkan oleh
Viktor Frankl, seorang psikolog dan pakar psikiatri.
Logoterapi mengemukakan bahwa makna kehidupan
dapat ditemukan melalui pencarian tujuan atau tujuan
hidup yang pribadi dan berharga, serta melalui
menemukan makna dalam penderitaan dan tantangan
hidup
NILAI-NILAI PRIBADI
Pendekatan ini mengemukakan bahwa makna kehidupan
dapat ditemukan melalui pengenalan dan pengamalan
nilai-nilai pribadi yang dianggap penting. Identifikasi dan
pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai pribadi
dapat membimbing individu dalam mencari dan menjalani
hidup yang bermakna
HUBUNGAN SOSIAL
Pendekatan ini menekankan pentingnya hubungan sosial
dan koneksi dengan orang lain dalam mencari makna
kehidupan. Hubungan yang bermakna dan interaksi sosial
dapat memberikan pengalaman yang memperkaya hidup
dan memberikan makna dalam konteks sosial
TRANSCENDENTAL
Pendekatan ini berfokus pada pencarian makna
kehidupan melalui pengalaman transenden atau
penghubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri
sendiri, seperti hubungan dengan Tuhan, alam semesta,
atau prinsip-prinsip spiritual
AGAMA
Pendekatan agama terhadap makna hidup adalah
pandangan bahwa agama atau spiritualitas memiliki peran
penting dalam memberikan makna dan tujuan hidup
individu. Agama memberikan keyakinan, ajaran moral,
praktik ibadah, dan komunitas keagamaan sebagai
landasan bagi individu dalam mencari makna hidup
Maslow (1994) menjabarkan bahwa manusia akan
mencapai makna hidup jika individu mampu memuaskan
atau memenuhi kebutuhannya (need of). Dimana pada
akhirnya individu akan mencapai aktualisasi diri (self
actualization).
FAKTOR MENEMUKAN MAKNA HIDUP
Individu akan menemukan makna hidup jika dirinya mampu
memenuhi kebutuhan fisiologisnya
Individu juga akan merasa menemukan makna hidup jika dirinya
mampu memenuhi kebutuhannya akan afiliasi (need of
affiliation)
Individu juga akan merasa menemukan makna hidup jika ia telah
memenuhi kebutuhannya akan rasa aman (need of secure).
Individu juga akan merasa menemukan makna hidup jika dirinya
sudah memenuhi kebutuhan akan penghargaan (need of
achievment)
MENEMUKAN MAKNA HIDUP MELALUI
PENDERITAAN
Viktor Frankl (2006) menyatakan bahwa pendekatan kita dalam
menghadapi penderitaan adalah penentu utama bagaimana kita
menemukan makna dalam hidup. Bukan usaha pengingkaran diri,
melainkan pengakuan bahwa melalui penderitaan dan kesulitan, kita
didorong untuk kembali mengevaluasi hidup kita. Melalui re-evaluasi
ini kita dapat mengalami transformasi. Penderitaan merupakan
stimulus untuk perkembangan spiritual.
Hasil penelitian Tedeschi dan Calhoun, ketahanan terhadap kesulitan
hidup memiliki tiga keuntungan:
1) Kemungkinan meningkatkan kepercayaan diri;
2) Peluang untuk meningkatkan relasi antarpribadi;
3) Kesempatan untuk menemukan makna hidup.
Bastaman (1996), terdapat langkah-langkah
atau tahapan dalam hidup seseorang dalam
rangka mengubah penghayatan hidup dari
kondisi tidak bermakna (meaningless)
menjadi bermakna (meaningfull)
TAHAP DERITA (PERISTIWA TRAGIS,
PENGHAYATAN TANPA MAKNA).
Individu berada dalam kondisi hidup tidak bermakna.
Mungkin ada peristiwa tragis atau kondisi hidup yang
tidak menyenangkan.
TAHAP PENERIMAAN DIRI (PEMAHAMAN
DIRI, PENGUBAHAN SIKAP)
Muncul kesadaran diri untuk mengubah kondisi diri menjadi
lebih baik lagi. Biasanya muncul kesadaran diri ini disebabkan
banyak hal, misalnya perenungan diri, konsultasi dengan para
ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil doa dan
ibadah, belajar dari pengalaman orang lain atau peristiwa-
peristiwa tertentu yang secara dramatis mengubah hidupnya
selama ini.
TAHAP PENEMUAN MAKNA HIDUP
(PENEMUAN MAKNA DAN PENENTUAN
TUJUAN HIDUP)
Menyadari adanya nilai-nilai berharga atau hal-hal yang sangat penting
dalam hidup, yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup. Hal-hal
yang dianggap penting dan berharga itu mungkin saja berupa nilai-nilai
kreatif, seperti berkarya, nilai-nilai penghayatan seperti penghayatan
keindahan, keimanan, keyakinan dan nilai-nilai bersikap yakni
menentukan sikap yang tepat dalam menghadapi kondisi yang tidak
menyenangkan tersebut.
TAHAP REALISASI MAKNA (KEIKATAN
DIRI, KEGIATAN TERARAH DAN
PEMENUHAN MAKNA HIDUP)
Semangat hidup dan gairah kerja meningkat, kemudian secara
sadar membuat komitmen diri untuk melakukan berbagai
kegiatan nyata yang lebih terarah. Kegiatan ini biasanya
berupa pengembangan bakat, kemampuan dan keterampilan.
TAHAP KEHIDUPAN BERMAKNA
(PENGHAYATAN BERMAKNA,
KEBAHAGIAAN)
Pada tahap ini timbul perubahan kondisi hidup yang
lebih baik dan mengembangkan penghayatan hidup
bermakna dengan kebahagiaan sebagai hasil
sampingnya.
ARTIKEL JURNAL PENELITIAN
Meaning in Life and Physical Quality
of Life: Cross-Lagged Associations
During Inpatient Rehabilitation
(Czekierda et al., 2019)
INTRODUCTION
Central Nervous System Diseases Musculoskeletal System Diseases
(CNSD) (MSD)

PERSAMAAN
1. MSD dan CNSD merupakan penyebab utama disabilitas
2. MSD dan CNSD mengikutsertakan disabilitas mobilitas
3. MSD dan CNSD merupakan penghambat Physical QoL
4. Rehabilitas dari MSD dan CNSD memiliki pengaruh yang Persepsi individu tentang keadaan
fisik mereka (The WHOQOL Group,
besar terhadap disabilitas, mobilitas dan QoL 1998b), dapat dikonseptualisasikan
sebagai indikator kesehatan fisik
Prediktor Penyesuaian
Meaning in Life
Terhadap Penyakit
Meaning in life berhubungan dengan kesehatan
dan QOL fisik melalui perilaku kesehatan,
proses fisiologis, dan koping (Park, 2015).
Hasil Adaptasi
Selama Proses
Pemulihan

Dihipotesiskan bahwa tingkat makna hidup yang lebih tinggi pada waktu 1 (T1) akan memprediksi
QOL fisik yang lebih baik pada waktu 2 (T2), dan QOL fisik yang lebih baik (T1) akan memprediksi
tingkat makna hidup yang lebih tinggi (T2).
METHOD
Partisipan
N = 339 (MSD = 250; CNSD = 89)
Usia = 18 - 84 Tahun, 57.9% wanita
Prosedur
T1 dilakukan di awal rehabilitasi
Pengambilan data melibatkan 3 personal Psikolog Klinis
Partisipan diberikan diberikan terkait tujuan, desain
penelitian, anonimitas dan memberikan informed consent
Konsultasi jenis diagnosis
Pengambilan data dilakukan dengan memberikan
kuesioner atau wawancara (@30 menit)
T2 dilakukan pada akhir rehabilitasi (1 month follow-up)
Pengukuran Analisis Data
Kalkulasi jumlah partisipan menggunakan
perhitungan GPower
Analisis pendahuluan dilakukan dengan ANOVA
dan uji post hoc Bonferroni. Model panel cross-
lag diuji dengan analisis jalur manifes (Byrne,
2010) yang dilakukan dengan IBM AMOS 25
Memeriksa efek timbal balik dari meaning in life
dan physical QoL, cross-lagged path model
mengasumsikan:
(a) efek sinkron mengacu pada hubungan
cross-sectional antara variabel yang berbeda
pada setiap titik waktu (meaning in life dan
physical QoL sebagai IV di T1, meaning in life
dan physical QOL sebagai DV di T2)
(b) autokorelasi mengacu pada asosiasi
variabel pada T1 dan T2
(c) efek cross-lagged mengacu pada asosiasi
satu variabel di T1 dengan variabel lain di T2
RESULT

Path analysis menunjukkan cross-lagged effect yang


signifikan (0,126, p 0,002 [95% BCI: 0,020, 0,132]) dari
meaning in life (T1) ke Physical QOL (T2).
Physical QOL (T1) tidak mendahului Meaning in life (T2)
Meaning in life pada T1 berhubungan positif dengan
meaning in life pada T2, serta dengan Physical QOL yang
lebih baik (T1 dan T2)
Meaning in life tidak berubah dari waktu ke waktu (dari T1
ke T2)
Physical QOL dalam total sampel meningkat dari T1 ke T2
RESULT

PERBANDINGAN
Pasien CNSD Pasien MSD
Memiliki tingkat meaning in Memiliki tingkat meaning in life
life yang lebih rendah pada yang lebih tinggi pada T1 dan
T1 dan T2 T2

Memiliki tingkat Physical QOL Memiliki tingkat Physical QOL


yang lebih rendah pada T2 yang lebih tinggi pada T2
RESULT
Tingkat meaning in life di T1 dan T2 berhubungan positif; hal
yang sama berlaku untuk Physical QOL pada T1 dan T2.
Tingkat meaning in life yang lebih tinggi (diukur pada T1 atau
T2) terkait dengan tahun pendidikan yang lebih lama, status
ekonomi yang lebih tinggi, dan sedang bekerja (dibandingkan
dengan menjadi pensiunan ataupun pengangguran).
Physical QOL yang lebih baik (diukur pada T1 atau T2) terkait
dengan jenis kelamin laki-laki, tahun pendidikan yang lebih
lama, dan status ekonomi yang lebih tinggi. Waktu sejak
diagnosis tidak terkait dengan meaning in life atau Physical
QOL.
DISCUSSION
Limitation & Further Research
Peneliti selanjutnya yang menguji urutan di mana meaning in life dan QOL
perlu memperhitungkan Physical QOL dan Psychological QOL, baik sebagai
prediktor maupun hasil meaning in life.
Subsampel pasien CNSD relatif kecil, sehingga kesimpulan harus ditarik
dengan hati-hati.
Intervensi yang dirancang untuk meningkatkan Physical QOL di antara pasien
rehabilitasi, dapat bermanfaat dari dimasukkannya teknik yang
meningkatkan meaning in life pada pasien. Peneliti selanjutnya diharapkan
untuk mengevaluasi keefektifan intervensi semacam ini yang dirancang untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien melalui perubahan mekanisme mediasi
seperti meaning in life.
CONCLUSION
Di antara pasien yang berpartisipasi dalam rehabilitasi
karena CNSD atau MSD, tingkat Meaning in life yang
lebih tinggi dapat mendahului Physical QOL yang lebih
baik.
Intervensi yang ditujukan untuk peningkatan Physical
QOL di antara pasien yang berpartisipasi dalam
rehabilitasi rawat inap dapat bermanfaat dari fokus
pada peningkatan Meaning in life pasien.
THANK YOU
PERBEDAAN PENDEKATAN
TRANCENDENTAL DAN AGAMA
Sumber makna hidup: Pendekatan agama menekankan
peran agama atau spiritualitas sebagai sumber utama
makna hidup, di mana keyakinan, ajaran moral, praktik
ibadah, dan komunitas keagamaan menjadi landasan
untuk memberikan makna pada hidup individu.
Sementara itu, pendekatan transcendental menekankan
pada pencarian makna yang lebih dalam melalui
pengalaman transenden atau pengalaman yang
melampaui batasan individu, seperti pengalaman mistik,
pengalaman alam, atau pengalaman seni
PERBEDAAN PENDEKATAN
TRANCENDENTAL DAN AGAMA
Orientasi terhadap tujuan: Pendekatan agama cenderung
mengarahkan individu pada tujuan atau tujuan yang
ditetapkan oleh ajaran agama, seperti ketaatan kepada
Tuhan, pencapaian keberkahan, atau pemenuhan tugas
keagamaan. Di sisi lain, pendekatan transcendental
cenderung lebih menekankan pada pencarian tujuan atau
makna yang sangat pribadi dan subjektif, yang mungkin
tidak terkait langsung dengan ajaran agama tertentu
PERBEDAAN PENDEKATAN
TRANCENDENTAL DAN AGAMA
Fokus pada praktik dan ritual: Pendekatan agama sering
kali melibatkan praktik ibadah, ritual, dan ajaran moral
sebagai bagian integral dari pencarian makna hidup, yang
dianjurkan dan diikuti oleh pengikut agama. Sementara
itu, pendekatan transcendental cenderung lebih berfokus
pada pengalaman transenden atau pengalaman spiritual
yang melampaui praktik dan ritual formal, dan cenderung
menekankan pada pengalaman pribadi yang intens dan
unik

Anda mungkin juga menyukai