Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN

PERMENKES NOMOR 15 TAHUN 2016


TENTANG
ISTITHAAH KESEHATAN JEMAAH HAJI

Istithaah kesehatan jamaah haji adalah kemampuan jemaah haji dari aspek kesehatan
yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat
dipertanggungjawabkan sehingga jamaah haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan
agama Islam. Pembinaan istithaah kesehatan haji adalah serangkaian kegiatan terpadu,
terencana, terstruktur dan terukur diawali dengan pemeriksaan kesehatan pada saat mendaftar
menjadi jemaah haji sampai masa keberangkatan ke Arab Saudi. Pengaturan istithaah
bertujuan untuk terselenggaranya pemeriksaan kesehatan dan pembinaan kesehatan jemaah
haji agar dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam.
Dalam rangka penyelenggaraan istithaah, dinas kesehatan kabupaten/kota membentuk
tim penyelenggara kesehatan haji di wilayahnya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan
pembinaan kesehatan jemaah haji di Puskesmas dan/atau Rumah Sakit yang ditunjuk.
Pemeriksaan kesehatan meliputi tiga tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada saat jemaah
haji melakukan pendaftaran untuk mendapatkan nomor porsi. Tahap kedua dilaksanakan pada
saat pemerintah telah menentukan kepastian keberangkatan jemaah haji pada tahun berjalan.
Tahap ketiga dilaksanakan oleh PPIH embarkasi bidang kesehatan di embarkasi pada saat
jemaah haji menjelang pemberangkatan.
Pemeriksaan tahap pertama menetapkan status kesehatan jemaah haji risiko tinggi atau
tidak risiko tinggi. kriteria jemaah risiko tinggi adalah berusia 60 tahun atau lebih dan atau
memiliki factor risiko kesehatan dan gangguan kesehatan yang potensial menyebabkan
keterbatasan dalam melaksanakan ibadah haji.
Pemeriksaan tahap kedua menetapkan istithaah kesehatan jemaah haji,meliputi :
1. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji adalah jemaah haji yang memiliki kemampuan
mengikuti proses ibadah haji tanpa bantuan obat, alat, dan/atau orang lain dengan tingkat
kebugaran jasmani setidaknya dengan kategori cukup.
2. Memenuhi syarat istithaah kesehatan haji dengan pendampingan adalah jemaah haji
dengan criteria berusia 60 tahun atau lebih dan/atau menderita penyakit tertentu yang tidak
masuk dalam criteria tidak memenuhi syarat istithaah sementara dan atau tidak memenuhi
syarat istithaah.
3. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementara dengan criteria: tidak
memiliki sertifikat vaksinasi internasional yang sah; menderita penyakit tertentu yang
berpeluang sembuh antara lain TBC sputum BTA positif, TB MDR,DM tak terkontrol,
hipertiroid, HIV-AIDS dengan diare kronik, stroke akut,perdarahan saluran cerna, anemia
gravis; suspek dan/atau confirm penyakit menular yang berpotensi wabah; psikosa akut;
fraktur tungkai yang membutuhkan imobilisasi; fraktur tulang belakang tanpa komplikasi
neurologis; atau hamil yang diprediksi usia kehamilannya pada saat keberangkatan kurang
dari 14 minggu atau lebih dari 26 minggu.
4. Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji dengan criteria: kondisi klinis yang dapat
mengancam jiwa antara lain PPOK derajat IV, gagal jantung stadium IV, CKD stadium IV
dengan peritoneal dialysis/hemodialisis regular, AIDS stadium IV dengan infeksi
oportunistik, stroke hemoragic luas; gangguan jiwa berat antara lain skizofrenia berat,
dimensia berat,dan retardasi mental berat; jemaah dengan penyakit yang sulit diharapkan
kesembuhannya antara lain keganasan stadium akhir,tuberculosis totally drugs resistance,
sirosis atau hepatoma decompensate.
Pemeriksaan tahap ketiga dilakukan untuk menetapkan status kesehatan jemaah haji
laik atau tidak laik terbang berkoordinasi dengan dokter penerbangan. Jemaah tidak laik
terbang jika kondisinya tidak memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional
dan/atau peraturan kesehatan internasional.
Pembinaan kesehatan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji
merupakan upaya untuk mempersiapkan istithaah jemaah haji. Jenis pembinaan meliputi
kegiatan penyuluhan, konseling, latihan kebugaran, pemanfaatan pos pembinaan terpadu
(posbindu), pemanfaatan media massa ,penyebarluasan informasi, kunjungan rumah dan
manasik kesehatan.
Berdasarkan periode pelaksanaannya, pembinaan dalam rangka istithaah kesehatan
jemaah haji terdiri atas pembinaan masa tunggu dan masa keberangkatan. Pembinaan masa
tunggu dilakukan terhadap seluruh jemaah haji setelah memperoleh nomor porsi, terintegrasi
dengan program kesehatan di kabupaten/kota antara lain keluarga sehat, pencegahan penyakit
menular, posbindu penyakit tidak menular, pembinaan kelompok olahraga dan latihan fisik serta
posyandu lansia. Pembinaan masa keberangkatan dilakukan kepada jemaah haji yang akan
berangkat pada tahun berjalan.
Setiap kegiatan pemeriksaan kesehatan dan pembinaan kesehatan dalam rangka
istithaah kesehatan jemaah haji harus dilaporkan secara berjenjang oleh tim penyelenggara
kesehatan haji dengan menggunakan system informasi kesehatan haji.

Anda mungkin juga menyukai