KATA PENGANTAR
Penuntun Praktikum Fisika Modern dapat membantu Mahasiswa untuk dapat melakukan
praktikum di Laboratorium Fisika Atom FMIPA USU untuk beberapa percobaan yaitu Pecepatan
Gravitasi, Menentukan Konstanta Planck, Menentukan Rasio Muatan E/M, Menentukan
Konstanta Rydberg, Radiasi Gelombang Elektromagnetik, Spektrometer Prisma, dan Percobaan
Franck Hertz.
Teori dalam penuntun ini relatif singkat, sehingga untuk lebih mengerti diharapkan para
Mahasiswa/Praktikan dapat membaca buku-buku Fisika lain yang berhubungan dengan
percobaan yang ada dalam penuntun ini. Penyusun mengharapkan penuntun ini dapat menjadi
sumber informasi yang baik dalam melakukan percobaan/praktikum.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan buku penuntun ini, untuk itu
penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Maka dari itu, Penyusun
mengucapkan terimakasih.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui besar nilai percepatan gravitasi.
2. Untuk mengetahui hubungan panjang tali terhadap nilai percepatan gravitasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh massa beban dan pengaruh sudut ayunan terhadap nilai
percepatan gravitasi.
LANDASAN TEORI
Hukum Newton universal gravitasi menyatakan bahwa setiap dua benda mengarahkan gaya
tarik menarik satu sama lain. Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat merubah kecepatan
atau berubah bentuk. Gaya juga merupakan besaran vektor yang arahnya sesuai dengan
komponen-komponen vektor yaitu dalam koordinat kartesian. Frekuensi adalah banyaknya
getaran yang dapat dilakukan dalam satu satuan waktu, dilambangkan dengan F. Perioda
merupakan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu getaran, yang
dilambangkan dengan P. Osilasi adalah peristiwa yang terjadi akibat geraknya benda bolak-balik
dengan waktu yang sama. Dan percepatan merupakan laju perubahan kecepatan tiap satuan
waktu. Bandul fisis adalah merupakan sebuah benda yagng terbuat dari sebuah massa titik yang
diikat dengan seutas tali dan digantungkan pada sebuah penyangga. Jika diberi simpangan
bandul ini berisolasi atau bergetar dengan ragam getaran selaras, maka periode getarannya
secara matematis dapat dituliskan:
𝑙
𝑇 = 2𝜋√
𝑔
4. Diukur sudut θ tegak lurus dengan statif sebesar 30o dari benang tegak lurus menggunakan
busur dengan panjang 80 cm, lalu ditarik benang pada sudut itu
5. Diayunkan tanpa didorong bandul lalu diukur waktu yang dibutuhkan bandul mencapai 1
ayunan, dilakukan sampai tiga kali untuk mendapatkan T1, T2dan T3, lalu ditentukan 𝑇
6. Diulangi percobaan nomor 4 dan 5 dengan menggunakan benang sepanjang 60 cm, dan 40
cm
7. Dicatat data
4. Diukur sudut θ tegak lurus dengan statif sebesar 60o dari benang tegak lurus
menggunakan busur dengan panjang 80 cm, lalu ditarik benang pada sudut itu
5. Diayunkan tanpa didorong bandul lalu diukur waktu yang dibutuhkan bandul
mencapai 1 ayunan, dilakukan sampai tiga kali untuk mendapatkan T1, T2 dan T3,
lalu ditentukan 𝑇
6. Diulangi percobaan nomor 4 dan 5 dengan menggunakan benang sepanjang 60 cm, dan
40 cm
7. Dicatat data
4. Diukur sudut θ tegak lurus dengan statif sebesar 30o dari benang tegak lurus
menggunakan busur dengan panjang 80 cm, lalu ditarik benang pada sudut itu
5. Diayunkan tanpa didorong bandul lalu diukur waktu yang dibutuhkan bandul
mencapai 1 ayunan, dilakukan sampai tiga kali untuk mendapatkan T1, T2dan T3,
lalu ditentukan 𝑇
6. Diulangi percobaan nomor 4 dan 5 dengan menggunakan benang sepanjang 60 cm, dan
40 cm
7. Dicatat data
4. Diukur sudut θ tegak lurus dengan statif sebesar 60o dari benang tegak lurus
menggunakan busur dengan panjang 80 cm, lalu ditarik benang pada sudut itu
5. Diayunkan tanpa didorong bandul lalu diukur waktu yang dibutuhkan bandul
mencapai 1 ayunan, dilakukan sampai tiga kali untuk mendapatkan T1, T2 dan T3,
lalu ditentukan 𝑇
6. Diulangi percobaan nomor 4 dan 5 dengan menggunakan benang sepanjang 60 cm, dan
40 cm
7. Dicatat data
ANALISA DATA
Data percobaan ditulis seperti bentuk di bawah ini :
BAB IV
θ = 30°
Untuk massa bandul 100 gram
x(cm) T1(s) T2(s) T3(s) 𝑇(s) f(Hz) T12(s) T22(s) T32(s) 𝑇2(s)
80
60
40
θ = 60°
Untuk massa bandul 100 gram
x(cm) T1(s) T2(s) T3(s) 𝑇(s) f(Hz) T12(s) T22(s) T32(s) 𝑇2(s)
80
60
40
θ = 30°
Untuk massa bandul 200 gram
x(cm) T1(s) T2(s) T3(s) 𝑇(s) f(Hz) T12(s) T22(s) T32(s) 𝑇2(s)
80
60
40
θ = 60°
Untuk massa bandul 200 gram
x(cm) T1(s) T2(s) T3(s) 𝑇(s) f(Hz) T12(s) T22(s) T32(s) 𝑇2(s)
80
60
40
Medan,
Asisten Praktikan
( ) ( )
4.2 Analisa Data
2
4π l
1. Menghitung percepatan gravitasi dari panjang bandul g =
T2
2. Membuat grafik hubungan antara panjang tali (l) dengan periode (T)
(Terlampir)
3. Menghitung gaya pemulihan dari setiap panjang bandul dengan persamaan:
F = mg sin θ
4. Membuat grafik hubungan antara periode (T) dengan frekuensi (f)
(Terlampir)
TUGAS PERSIAPAN
1. Jelaskan penurunan dari rumus menghitung periode pada persamaan di bawah ini:
𝑙
𝑇 = 2𝜋√
𝑔
TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan panjang gelombang dari masing-masing spektrum warna yang tampak dalam
percobaan.
2. Untuk menentukan nilai energi pada masing-masing spektrum warna.
3. Untuk menentukan harga konstanta Planck percobaan dalam percobaan..
LANDASAN TEORI
Panjang gelombang sebuah sinar cahaya dapat dicari dengan mengukur jarak antara lingkaran-
lingkaran pinggir interferensi dalam sebuah susunan bercelah rangkap. Akan tetapi, alat ini sukar
dilakukan secara teliti, karena lingkaran-lingkaran di pinggir itu adalah relatif lebar dan intensitasnya
adalah relatif lemah. Sebuah kisi difraksi, yang terdiri dari banyak celah yang jaraknya sangat rapat,
mengirimkan penentuan panjang gelombang yang jauh lebih teliti. Kita akan melihat bahwa, seperti
halnya didalam celah rangkap, jarak diantara celah-celah itu didalam kisi akan menentukan letaknya
maksimum ketajaman bergantung pada jumlah total dari celah-celah.
Prinsip kisi difraksi dilukiskan dengan meninjau kasus enam celah. Jika selisih dari jarak
sebuah teliti pada layar ke sembarang du celah yang berdekatan adalah persis suatu kelipatan sebuah
bulat dari sebuah panjang gelombang, maka semua gelombang yang mencapai layar itu adalah sefasa.
Jadi, sebuah maksimum intensitas terjadi bila
d=m.λ m = 0, ±1, ±2,….......................................................................................................... (1.1)
Keterangan:
d = lebar celah
m = banyaknya kisi
λ = panjang gelombang
dimana orde dari maksimum atau dari spektrum yang dihasilkan kisi itu. Ini adalah rumus yang sama
seperti yang didapat untuk kedudukan sudut dari maksimum didalam alat bercelah dua. Kisi-kisi
difraksi dapat digunakan untuk menganalisis berbagai daerah spektrum elektromagnetik, dan memiliki
keunggulan yang berbeda atas prisma. Salah satu keuntungannya adalah bahwa kisi-kisi
difraksi tidak bergantung pada sifat dispersi material, tetapi hanya pada geometri kisi-kisi.
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dipersiapkan peralatan yang akan digunakan
2. Dihubungkan tabung hidrogen ke statif
3. Dipasang lampu Pijar ke dalam tabung hidrogen
4. Dihubungkan induktor Rumhkorf ke sumber PLN
5. Dinyalakan induktor Rumhkorf dan ditunggu hingga lampu Pijar menyala penuh
6. Diukur jarak dari lampu Pijar ke kolimator dengan jarak sejauh 30 cm
7. Disejajarkan kolimator dengan menggeser ke kiri-kanan untuk mensejajarkan cahaya pada celah
sempit agar sejajar dengan sumbu x dan sumbu y
8. Dilihat sudut pada meja skala sebagai θstandar nya
9. Diletakkan kisi 300 lines/mm pada meja kisi
10. Dicari spektrum warna yang akan dianalisi dengan menggeser teleskop ke kiri dan ke kanan
11. Dibaca skala pada spektrometer untuk mengetahui besar sudut spektrum warna yang diperoleh
12. Dicatat hasilnya pada kertas data
13. Diulangi percobaan yang sama hingga terlihat warna yang lain
14. Dimatikan peralatan
15. Dibersihkan peralatan yang digunakan dan dikembalikan ke tempat semula
ANALISA DATA
Data percobaan ditulis seperti bentuk di bawah ini :
BAB IV
Kisi :
𝜃𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 :
Lampu :
1.
2.
3.
Medan,
Asisten Praktikan
( ) ( )
4.2 Analisa Data
∁
Epraktek = ; n = 1
λ
R=h∁
λ
TUGAS PERSIAPAN
1. Jelaskan perbedaan antara difraksi pada kisi spektrometer dan kisi pada kristal!
2. Jika sebuah kisi 300 lines/mm dilewati oleh sumber cahaya dengan panjang gelombang
500 nm. Berapa jumlah orde maksimum yang mungkin terjadi?
3. Carilah jarak hampiri terdekat dari sebuah partikel alfa berenergi 8,0 MeV yang
ditembakkan pada selembar emas.
4. Gambarkan model atom Thomson, Rutherford dan Bohr, serta jelaskan perbedaan
ketiganya.
5. Tuliskan Konstanta Planck dan jelaskan aplikasi dari percobaan ini
PRAKTIKUM III
MENENTUKAN RASIO E/M
Asisten : Lastri Debora Sitanggang
TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan rasio muatan dan massa elektron secara praktek.
2. Untuk mengetahui hubungan arus (I) dan tegangan (V) dengan jejak elektron.
3. Untuk mengetahui cara kerja atau prinsip kerja tabung mata kucing.
LANDASAN TEORI
Model struktur atom pertama adalah yang dikemukakan oleh J.J. Thomson, yang telah
dikenal karena keberhasilannya mencirikan elektron dan mengukur nisbah muatan terhadap
massa (e/m) elektron. Model atom Thomson ini berhasil menerangkan banyak sifat atom
yang diketahui seperti: ukuran, massa, jumlah elektron, dan kenetralan muatan elektrik. Atom
berasal dari bahasa Yunani “atomos” yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. Suatu benda
dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, jika pembagian ini diteruskan, maka
menurut logika pembagian itu akan sampai pada batas yang terkecil yang tidak dapat dibagi
lagi, demikian pendapat Demokritus (460-370-S.M) Bagian terkecil yang tidak dapat dibagi
lagi disebut: Atom.
Pengukuran nilai muatan elektron (e) dapat diketahui setelah percobaan yang
dilakukan oleh J.J Thomson, yaitu dengan menggunakan peralatan sinar katoda. Harga e
dapat didekati dengan harga perbandingan e/m yang diperoleh dari hubungan antara nilai arus
(I) dengan tegangan (v) dan radius lintasan elektron (r). Hubungan antara ketiganya dapat
dapat diketahui dari sifat-sifat coil Helmholtz yang menyebabkan adanya gaya sentripetal
yang membuat lintasan elektron menjadi lingkaran dari gaya linier yang timbul akibat
perbedaan tegangan listrik antara katoda dan anoda (Zemansky,1986). Penggunaan pemilih
kecepatan adalah percobaan terkenal yang dilakukan oleh J.J Thomson. Gambar 1
menunjukkan tabung sinar-katoda yang digunakan oleh J.J Thomson. Elektron dipancarkan
dari katoda, yang berada pada potensial negative relative terhadap celah. Medan listrik dalam
arah dari katoda menuju celah mempercepat elektron tersebut, dan elektron ini melewati
celah ke dalam daerah bebas medan magnet. Elektron Ini kemudian memasuki medan listrik
di antara pelat defleksi yang tegak lurus terhadap kecepatan electron Karena percepatan yang
dihasilkan oleh medan listrik, kecepatan electron memiliki komponen tegak ketika elektron
meninggalkan daerah antara kedua pelat tersebut. Elektron ini menabrak layar pendar
(Fluorescent Coating) di sisi kanan tabung dengan sedikit menyimpang dari posisi yang
seharusnya ditabrak. Layar akan berpendar di tempat elektron menabraknya, yang
menandakan tempat berkas tersebut.
Disisi lain untuk menentukan nilai dari muatan dan massa elektron (e/m), kita dapat
menggunakan alat apparatus e/m. (lihat pada gambar 2)
Apparatus ini menyediakan metode yang sederhana untuk menentukan e/m. metode yang
sama digunakan oleh J.J Thomson. Sebuah berkas electron dipercepat dalam beda potensial V
yang sudah diketahui, sehingga kecepatan electron dapat diketahui menggunakan persamaan
yang lebih mudah. Sepasa koil Helmholtz memproduksi medan magnetic seragam yang
terukur. Medan magnetic ini membelokkan berkas electron dalam lintasan melingkar.
Apparatus e/m juga memiliki plat defleksi yang bisa digunakan untuk mendemonstrasikan
pengaruh medan listrik terhadap berkas electron. Ini bisa digunakan sebagai konfirmasi
muatan negatif dari electron.
Tabung e/m digunakan untuk menyelidiki pengaruh medan magnet yang dihasilkan
kumparan Helmholtz terhadap berkas elektron. Tabung e/m berisi Helium dengan tekanan 10-
2
mm Hg, dan terdiri dari elektron gun serta plat defleksi. Berkas elektron meninggalkan jejak
lintasan yang nampak, karena berkas electron berinteraksi dengan atom Helium, yang
kemudian tereksitasi dan meradiasiakan cahaya tampak.
Seperti halnya dalam tabung sinar katoda, pada apparatus e/m electron dihasilkan
dari katoda yang dipanaskan oleh filament. Elektron dipercepat menuju anoda yang
berbentuk silinder dan melewatinya. Pada bagian selanjutnya dipasang plat sejajar yang
diberi beda potensial sehingga menimbulkan medan listrik. Pada bagian ini juga terdapat
medan magnet yang digambarkan masuk bidang kertas. Jika kedua medan listrik dan medan
magnet bernilai nol, elektron akan mencapai posisi X dilayar dan menimbulkan fluoresensi.
Kumparan Helmholtz digunakan untuk menghilangkan medan magnetik bumi dan
untuk memberikan medan magnet yang konstan dalam ruang yang sempit dan terbatas.
Elektron yang dihasilkan oleh filamen (yang berlaku sebagai katoda), akibat proses
termoelektron, akan dipercepat ke arah anoda yang mempunyai beda tegangan V terhadap
katoda. Dari prinsip kekekalan tenaga, jika tidak ada usaha yang dikenakan pada electron,
maka electron tersebut akan mempuyai tenaga kinetic akibat tegangan V, yang besarnya
adalah :
½ mv2 = eV
Dengan m adalah massa electron, e adalah muatan electron, v adalah kecepatan electron dan
V adalah beda potensial anoda-katoda, sehingga keceptan electron dapat dtulis sebagai :
2𝑒𝑣
𝑉=√
𝑚
Jika electron tersebut bergerak didalam medan magnet B, maka mengalami gaya magnetic
sebesar :
𝐹𝑙 = evB
Dalam percobaan sinar katoda, terdapat 2 gaya yang bekerja yaitu gaya elektromagnetik dan
gaya sentripetal. Maka didapat persamaan :
FLorentz = FSentrifugal
𝑚𝑣2
𝑒𝑣𝐵 =
𝑟
sehingga dapat ditentukan nilai muatan dan massa elektron (e/m) dengan persamaan :
𝑒 2𝑉
=
𝑚 (𝐵𝑟)2
Dimana :
e = muatan electron (C)
m = massa electron (kg)
V = beda potensial pemercepatan (Volt)
B = kuat medan magnet (tesla)
r = jari-jari lintasan elektron (m)
Medan magnet yang digunakan disini adalah kumparan Helmholtz yang mempunyai radius
kumparan sama dengan jarak kedua kumparan, dan besarnya di titik x = 0, y = ½ R, dan Z =
0 adalah :
Dengan :
n = 130 lilitan kumparan
R = radius kumparan ( 0,15 m)
I = Kuat arus kumparan (Ampere)
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Disiapkan semua peralatan percobaan.
2. Dirangkaikan peralatan seperti gambar percobaan.
ANALISA DATA
Data percobaan ditulis seperti bentuk di bawah ini :
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
6
Percobaan 2 : Arus Listrik (I) tetap, Tegangan (V) berubah-ubah
Medan,
Asisten Praktikan
( ) ( )
4.2 Analisa Data
1. Menghitung Medan Magnet (B) dari kumparan Helmholtz
4. Membuat grafik :
a. e/m – vs – I
b. e/m – vs – V
TUGAS PERSIAPAN
1. Tuliskan beberapa faktor yang menyebabkan terjadi deviasi/penyimpangan!
2. Mengapa dalam percobaan ini kita menggunakan kumparan Helmholtz?
3. Jelaskan aplikasi dari percoban ini!
4. Buktikan bahwa Ek = Ev
5. Jelaskan hubungan antara variasi tegangan (V) terhadap kecepatan elektron!
PRAKTIKUM IV
MENENTUKAN KONSTANTA RYDBERG
Asisten : Ade Rahmayani Hasibuan
TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan panjang gelombang dari masing-masing spektrum warna
2.Untuk menentukan konstanta Rydberg (R) dari beberapa spektrum warna.
LANDASAN TEORI
Pada akhir abad ke-19 banyak kegiatan eksperimen dilakukan untuk menganalisis spektrum
radiasi yang memancar ketika pengosongan muatan listrik terjadi pada gas. Atom dalam
suatu unsur dapat menghasilkan spektrum emisi (spektrum diskret) dengan menggunakan alat
spektrometer. Atom yang paling ringan dan sederhana adalah hidrogen, yang terdiri dari
sebuah nukleus dan elektron. Hidrogen memiliki spektrum yang paling sederhana
dibandingkan seluruh unsur lainnya.
Atom hidrogen adalah sebuah elektron berputar mengelilingi sebuah proton tunggal
dalam lintasan atau orbit tertentu sesuai dengan porosnya. Elektron yang berputar dalam
lintasan seolah-olah bergerak melingkar sehingga mengalami percepatan dalam gerakannya.
Agar gelombang elektron de Broglie beresonansi atau sesuai dengan suatu orbit dengan jari-
jari r. Agar gelombang elektron de Broglie beresonansi atau sesuai dengan suatu orbit dengan
jari-jari r, hal berikut ini berlaku:
𝑛 ...........................................................................................................................................................
mvnrn= (2.1)
2𝜋
Dimana n adalah bilangan bulat. Besaran mvnrn adalah momentum sudut elektron
dalam orbit ke-n. Laju elektron adalah v, massanya m, dan h adalah konstanta Planck, 6,63 x
10-34 J.det. Garis-garis spektrum yang dipancarkan oleh atom hidrogen terisolasi yang
tereksitasi (excited) terjadi dalam bentuk deret. Umumnya deret tersebut muncul sebagai
panjang-panjang gelombang yang tampak, yaitu deret Balmer. Terdapat deret yang lain, satu
dalam ultraviolet, disebut deret Lyman, yang lain dalam inframerah, dimana salah satu yang
terdekat dengan bagian spektrum yang tampak adalah deret Paschen. Garis-garis spektrum
yang dipancarkan oleh atom hidrogen terisolasi yang tereksitasi (exited) terjadi dalam bentuk
deret. Transisi elektron dari kulit bernergi tinggi (kulit luar) menuju kulit dengan energi yang
lebih rendah (kulit lebih dalam) akan menghasilkan pancaran cahaya atau foton dengan
panjang gelombang yang berbeda tergantung dari seberapa besar selisih energi antar kulit.
Untuk dapat mempelajari spektrum atom ini diperlukan sebuh alat yang
namanya spektrometer. Untuk dapat mempelajari spektrum setiap atom, para ilmuwan
memulai pengamatan dari spektrum sederhana yang dihasilkan dari transisi elektron atom
hidrogen.
Atom hidrogen merupakan atom yang memiliki struktur paling sederhana yaitu
terdiri atas 1 elektron dan satu proton. Kesederhanaan dari struktur ini menghasilkan
spektrum yang sederhana pula sehingga lebih mudah untuk diamati dan dipelajari.
Panjang gelombang yang dihasilkan pada spektrum atom hidrogen dipengaruhi oleh
transisi elektron dari kulit ke kulit dengan mengikuti persamaan berikut:
dengan
λ= panjang gelombang yang dihasilkan spekrum atom hidrogen
R=tetapanRydberg(1,097×107m-1)
n=kulitelektronyangdituju
m = kulit elekron mula-mula atau asal
Panjang gelombang yang dihasilkan dari spektrum atom hidrogen merupakan sebuah
bilangan istimewa yang menghasilkan sebuah deret yang disebut deret spektral. Deret
spektral yang pertama ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama J.J Balmer pada tahun 1885
ketika dia sedang mempelajari bagian sinar tampak pada spektrum atom hidrogen.
Balmer menemukan bahwa cahaya sinar tampak dihasilkan pada transisi elektron
dari berbagai kulit luar menuju kulit ke-2 (n=2). Selanjutnya beberapa ilmuwan
seperti Lyman, Paschen, Bracket, dan Pfund menemukan beberapa deret lain yang terletak
pada daerah panjang gelombang berbeda.
Semua deret yang dihasilkan pada spektrum atom hidrogen dapat disusun sebagai
berikut:
1. Deret Lyman terbentuk pada transisi elektron dari kulit luar menuju kulit
dasar lintasan elektron.
n = 1 m = 2,3,4,5,6,7…..
2. Deret Balmer terbentuk pada transisi elektron dari kulit luar menuju kulit ke-
2 lintasan elektron
n = 2 m = 3,4,5,6,7,8,…..
3. Deret Paschen terbentuk pada transisis elektron dari kulit luar menuju kulit
ke-3 lintasan elektron
n = 3 m = 4,5,6,7,8,9,…..
4. Deret Bracket terbentuk pada transisi elektron dari kulit luar menuju kulit
ke-4 lintasan elektron
n = 4 m = 5,6,7,8,9,10,…
5. Deret Pfund terbentuk pada transisi elektron dari kulit luar menuju kulit ke-5
lintasan elektron
n = 5 m = 6,7,8,9,10,11,…
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
40 cm β
Medan,
Asisten Praktikan
( ) ( )
4.2. Analisa Data
1
𝑑= = 0,0033 𝑚𝑚/𝑙𝑖𝑛𝑒𝑠
300𝑙𝑖𝑛𝑒𝑠/𝑚𝑚
3. Menentukan R untuk masing-masing spektrum warna:
1 1 1
=𝑅 2− 2
𝜆 2 𝑛
1⁄𝜆
𝑅=
1 1
(21 − 𝑛2)
4. Menentukan % deviasi untuk kisi
𝑅𝑡 − 𝑅𝑝
% 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 = | | 𝑥 100%
𝑅𝑡
Dimana Rt = 1,097 x 107 m-1
𝑅1+𝑅2+𝑅3
Rp= | |
3
TUGAS PERSIAPAN
1. Jelaskan tentang sifat-sifat cahaya beserta contohnya
2. Tuliskan perbedaan antara deret Balmer, Lyman, dan Paschen
3. Gambarkan model atom Thomson, Rutherford, dan Bohr, serta jelaskan perbedaan
ketiganya
4. Tuliskan konstanta Rydberg dan jelaskan aplikasi dari percobaan konstanta Rydberg
PRAKTIKUM V
TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan perbandingan energi untuk masing-masing tapis dari tabung yang
polos dan tabung yang dihitamkan karena perbedaan suhu.
2. Untuk menentukan perbandingan suhu kalor untuk masing- masing tapis dari tabung yang
polos dan tabung yang dihitamkan karena perbedaan suhu.
3. Untuk mencari panjang gelombang untuk masing-masing tapis dari tabung yang polos
dan tabung yang dihitamkan karena perbedaan suhu.
LANDASAN TEORI
Radiasi adalah perpindahan panas tanpa zat perantara. Biasanya disertai cahaya, cahaya tersebut
bisa berupa sinar infra red. Misalkan saat tangan kita didekatkan pada kompor gas yang sedang
menyala, hangatnya tubuh ketika dekat dengan api unggun. Radiasi infra merah dihasilkan oleh
benda pijar seperti dapur atau tanur atau bahan pijar lain. Efek pada radiasi menyebabkan katarak
pada lensa mata.
Radiasi elektromagnetik terdiri atas berbagai macam jenis. Kumpulan dari berbagai jenis radiasi
elektromagnetik ini membentuk spektrum elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik dikelompokkan
berdasarkan frekuensi atau panjang gelombangnya. Jika dibuat daftar radiasi elektromagnetik
dengan urutan dari frekuensi rendah (panjang gelombnag tinggi) ke frekuensi tinggi (panjang
gelombang pendek), maka diperoleh kelompok radiasi elektromagnetik yaitu : gelombang radio,
gelombang TV, gelombang radar, sinar Infra Red, cahaya tampak, sinar Ultra Violet, sinar-X, sinar
Gamma. Dari sekian banyak radiasi elektromagnetik tersebut, hanya sinar-X dan sinar Gamma yang
merupakan radiasi pengion. Kedua sinar ini mempunyai sifat fisik yang hampir sama. Perbedaannya
adalah terletak pada frekuensi dan panjang gelombangnya. Frekuensi sinar-X berkisar dari 1016 –
1020 Hertz (Hz) atau panjang gelombangnya berkisar dari 10-9 – 10-6 cm. Sedangkan frekuensi sinar
gamma berkisar dari 1020-1025 Hz dengan panjang gelombangnya jauh lebih pendek dibandingkan
sinar-X, yaitu berkisar antara 10-11 – 10-8 cm bergantung pada energinya. Perbedaan lainnya antara
sinar-X dan sinar gamma adalah terletak pada sumber kedua sinar tersebut. Sinar-X dibangkitkan
melalui pesawat sinar-X, sedangkan sinar gamma dipancarkan langsung oleh inti atom radioaktif.
Satuan untuk panjang gelombang radiasi elektromagnetik lainnya yang sering digunakan adalah:
picometer, pm (1 pm = 10-12 m). Setiap radiasi elektromagnetik memiliki energi yang besarnya
dirumuskan oleh Planck sebagai berikut:
E=hv
Dengan: E = energi radiasi elektromagnetik (Joule)
h = Konstanta Planck yang nilainya: 6,63 × 10−34 (Joule detik)
v = frekuensi gelombang elektromagnetik (Hz atau 𝑆−1)
Karena v=c/λ
maka persamaan tersebut dapat juga ditulis dalam bentuk:
E = (h c) / λ
Dengan: c = cepat rambat cahaya dalam vakum yang nilainya: 3× 108 m/s
λ = panjang gelombang radiasi elektromagnetik (m)
Dalam sistem Satuan Internasional (SI), satuan dari energi adalah Joule dan disingkat J.
Namun, untuk energi radiasi elektromagnetik, satuan Joule merupakan satuan yang terlalu besar.
Untuk energi radiasi elektromagnetik, satuan yang biasa digunakan adalah elektron Volt yang
disingkat eV. Satu eV merupakan energi yang dimiliki oleh elektron yang berada pada beda
potensial satu Volt. Untuk mencari besarnya nilai daya serap kalor diberikan oleh persamaan:
E = e σ A 𝑇4
Besarnya energi elektron yang dipercepat dengan beda potensial V dirumuskan sebagai :
E=Ve
Sinar X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen
pada tanggal 8 November 1895. Pada saat Roentgen menyalakan sumber listrik tabung untuk
penelitian sinar katoda, beliau mendapatkan bahwa sejenis cahaya berpendar pada layar yang
terbuat dari barium platino sianida yang kebetulan berada didekatnya. Jika sumber listrik
dipadamkan, maka cahaya pendar pun hilang. Roentgen segera menyadari bahwa sejenis sinar
yang tidak kelihatan telah mencul dari dalam tabung sinar katoda. Karena sebelumnya tidak
pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-X. Namun untuk menghargai jasa beliau dalam
penemuan sinar-X ini, maka sering kali sinar itu dinamai juga sinar Roentgen. Sinar-X dapat
diproduksi dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung
vakum sinar katoda.
PERALATAN DAN FUNGSI
1. Lampu pijar 100 watt
Fungsi : sebagai sumber cahaya
2. Reflektor
Fungsi : untuk memfokuskan cahaya
3. Tabung aluminium yang dihitamkan dan yang polos
Fungsi : Sebagai wadah (tempat) yang akan
diisi cairan
4. Isolator dengan lubang celah
Fungsi : untuk mencegah agar suhu cairan tidak terkontaminasi dengan suhu ruangan
5. Tapis merah dan biru
Fungsi : sebagai penyaring cahaya
6. Termometer digital 1 buah
Fungsi : untuk mengukur suhu cairan
7. Gelas ukur
Fungsi : untuk mengukur volume es yang akan digunakan
8. Penggaris
Fungsi : untuk mengukur jarak tabung dengan lampu pijar atau sumber cahaya
9. Tissue
Fungsi : untuk mengelap / membersihkan peralatan
10. Stopwatch
Fungsi : untuk mengukur waktu saat penyinaran
11. Serbet
Fungsi : untuk mengelap / membersihkan peralatan
12. Es batu
Fungsi : sebagai sampel yang akan diukur besar suhunya
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Tanpa Tapis
a. Tabung yang polos
1. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diletakkan sumber infra red dengan reflektor yang berisi lampu pijar
sebesar 100 watt.
3. Diukur suhu ruangan dengan menggunakan termometer.
4. Diukur sampel (es batu yang telah dicairkan) dengan menggunakan gelas
ukur sebanyak 100 mL.
5. Dituang sampel kedalam tabung yang polos.
6. Ditutup tabung dengan isolator dengan lubang celah.
7. Diukur dan diletakkan tabung yang polos sejauh 10 cm dari sumber infra
red dan reflektor tanpa melepas termometer.
8. Dihitung dan dicatat suhu awalnya dengan menggunakan termometer.
9. Dihidupkan sumber infra red dan reflektor bersamaan dengan stopwatch.
10. Diukur kenaikan suhu air yang ada didalam tabung yang polos setiap 1
menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit dan 6 menit.
11. Dicatat hasilnya pada kertas data percobaan.
b. Tabung yang dihitamkan
1. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diletakkan sumber infra red dengan reflektor yang berisi lampu pijar
sebesar 100 watt.
3. Diukur suhu ruangan dengan menggunakan termometer.
4. Diukur sampel (es batu yang telah dicairkan) dengan menggunakan gelas
ukur sebanyak 100 mL.
5. Dituang sampel kedalam tabung yang dihitamkan.
6. Ditutup tabung dengan isolator dengan lubang celah.
7. Diukur dan diletakkan tabung yang dihitamkan sejauh 10 cm dari sumber
infra red dan reflektor tanpa melepas termometer.
8. Dihitung dan dicatat suhu awalnya dengan menggunakan termometer.
9. Dihidupkan sumber infra red dan reflektor bersamaan dengan stopwatch.
10. Diukur kenaikan suhu air yang ada didalam tabung yang dihitamkan setiap
1 menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit dan 6 menit.
3. Tapis Biru
a. Tabung yang polos
1. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diletakkan sumber infra red dengan reflektor yang berisi lampu pijar
sebesar 100 watt.
3. Diukur suhu ruangan dengan menggunakan termometer.
4. Diukur sampel (es batu yang telah dicairkan) dengan menggunakan gelas
ukur sebanyak 100 mL.
5. Dituang sampel kedalam tabung yang polos.
6. Ditutup tabung dengan isolator dengan lubang celah.
7. Diukur dan diletakkan tabung yang polos sejauh 10 cm dari sumber infra
red dan reflektor tanpa melepas termometer.
8. Dihitung dan dicatat suhu awalnya dengan menggunakan termometer.
9. Diletakkan tapis biru diantara sumber infra red dan tabung yang dipolis.
10. Dihidupkan sumber infra red dan reflektor bersamaan dengan stopwatch.
11. Diukur kenaikan suhu air yang ada didalam tabung yang polos setiap 1
menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit dan 6 menit.
12. Dicatat hasilnya pada kertas data percobaan
BAB IV
Volume air es :
Jarak :
Medan,
Asisten Praktikan
( ) ( )
4.2 Analisa Data
1. Menghitung E (intensitas atau energi radiasi) untuk masing – masing tapis dari tabung
yang polos dan tabung yang dihitamkan, dengan persamaan :
E = σ T4 dimana σ = 5,67 × 10−8 W𝑚−2𝐾−4
2. Menghitung energi rata-rata untuk masing-masing tapis dari tabung yang dihitamkan
dan tabung yang polos, dengan persamaan:
𝐸1 + 𝐸2 + 𝐸3
𝐸=
𝑛
3. Menghitung kalor (Q) untuk masing – masing tapis dari tabung yang polos dan tabung
yang dihitamkan, dengan persamaan :
Q = m c ∆T
4. Menghitung panjang gelombang masing–masing tapis dari tabung yang polos dan
tabung yang dihitamkan, dengan persamaan :
𝑐 𝑐
Ē= 𝜆=
𝜆 Ē
5. Membuat grafik T-vs-t, Q-vs-t, dan E-vs-t untuk setiap tabung yang dipakai dalam
percobaan!
TUGAS PERSIAPAN
TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan indeks bias prisma secara praktikum
2. Untuk menentukan kecepatan dari masing-masing spektrum warna yang dibentuk
oleh prisma
3. Untuk menentukan panjang gelombang spektrum warna yang dibentuk oleh prisma
4. Untuk membuktikan proses dispersi cahaya pada prisma
LANDASAN TEORI
Sinar putih (polikromatik) adalah campuran berbagai warna. Terurainya warna-warna sinar
putih setelah dibiaskan oleh prisma disebabkan oleh berbedanya indeks bias untuk masing-
masing warna. Indeks bias warna biru lebih besar daripada indeks bias warna merah sehingga
warna biru lebih dibiaskan daripada warna merah.Besar kecil uraian warna oleh suatu prisma
dinyatakan dengan apa yang dinamakan dengan dispersi. Pembiasan cahaya adalah
pembelokan arah rambat cahaya ketika melewati bidang batas antara dua medium yang
berbeda.Pembiasan cahaya dapat terlihat seperti Gambar 1.
Ada tiga hukum pembiasan cahaya yang dikemukakan oleh Willebrord Snellius yang
dikenal dengan hukum Snellius dengan persamaan :
sin 𝑖 𝑛
= 2
sin 𝑟 𝑛1
Ket : i = sudut sinar datang
r = sudut sinar bias
𝑛1= indeks bias medium pertama
𝑛2= indeks bias medium kedua
Secara umum, untuk menentukan frekuensi gelombang cahaya dapat ditentukan
dengan persamaan:
𝑣
𝑓=
𝜆
𝑓 = frekuensi cahaya (Hz)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
v = kecepatan cahaya pada medium (m/s)
di mana kecepatan cahaya dalam suatu medium ditentukan dengan persamaan:
𝑐
𝑣=
𝑛
dengan n adalah indeks bias mutlak medium dan c adalah cepat rambat cahaya dalam ruang
hampa (c = 3×108 m/s).
Untuk cahaya yang merambat dalam ruang hampa, besar frekuensinya adalah:
𝑐
𝑓=
𝜆
Sudut pembias
𝛽 = 𝑟 1 + 𝑖2
Sudut deviasi
𝛿 = 𝑖1 + 𝑟 2 − 𝛽
Sudut deviasi berharga minimum (δ = 0) jika sudut datang pertama (i1) sama dengan
sudut bias kedua (r2).
Dari rumus di atas, deviasi minimum akan terjadi jika r2 = i1 atau r1 = i2.
Dengan demikian, rumus deviasi minimum :
𝛿𝑚 = 2 𝑖1 − 𝛽
Jika kita gunakan hukum Snellius pada bidang pembias pertama, maka saat terjadi deviasi
minimum berlaku persamaan :
sin 𝑖1 𝑛2 → 𝑛1 sin ( δm + β ) = n2 sin ( β)
sin 𝑟 = 𝑛 2
1 1 2
Spektrometer prisma merupakan alat yang digunakan untuk melihat spektrum dari
suatu sumber cahaya.Dengan menggunakan hukum Snellius, indeks bias dari kaca prisma
untuk panjang gelombang tertentu dapat ditentukan. Adapun prinsip kerja dari
spektrometer yang akan digunakan pada praktikum ini adalah cahaya didatangkan lewat
celah sempit ruang disebut kalimator.
Kolimator merupakan fokus lensa sehingga cahaya yang diteruskan akan bersifat
sejajar, kemudin diteruskan ke prisma untuk kemudian ditangkap oleh teleskop yang
posisinya dapat digerakkan.
Secara sistematis, indeks bias prisma untuk suatu gelombang cahaya dapat dituliskan
sebagai berikut:
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Dipersiapkan semua peralatan yang akan digunakan
2. Disusun peralatan
3. Disejajarkan kolimator dengan celah lampu tabung
4. Dipasang lampu pijar pada tabung lampu
5. Dihubungkan lampu pijar ke sumber PLN
6. Dicari sinar yang terbentuk secara vertikal yang disejajarkan dengan kolimator
7. Dibaca skala sebagai θ standart
8. Diletakkan prisma pada meja prisma
9. Diteropong dan digeser ke kiri atau ke kanan untuk mencari spektrum warna yang
didispersikan oleh prisma
10. Dibaca skala pada spektrometer
11. Ditentukan harga deviasi standart
12. Dihitung sudut yang ditunjukkan pada skala spektrometer dan dicatat data percobaan
pada data kertas percobaan
13. Ditentukan harga deviasi standar
Harga Deviasi = |𝜃1 − 𝜃2|
dimana :𝜃1 adalah sudut deviasi standart
𝜃2adalah sudut deviasi dari spektrum warna
14. Dikembalikan semua peralatan ketempat semula
ANALISA DATA
Data percobaan ditulis seperti bentuk di bawah ini :
BAB IV
Medan,
Asisten Praktikan
( ) ( )
4.2. Analisa Data
1. Mencari frekuensi dari lampu Pijar
𝑐 3 𝑥 108 = 6,1 𝑥1014 Hz
𝑓= =
𝜆 4,916 𝑥10−7
TUGAS PERSIAPAN
1. Tuliskan hukum Snellius tentang proses pembiasan!
2. Jelaskan tentang dispersi cahaya dalam medium dispersive!
3. Jelaskan proses terjadinya pelangi!
4. Tuliskan kecepatan dari masing-masing spektrum warna!
5. Tuliskan panjang gelombang dari masing-masing spektrum warna
PRAKTIKUM VII
EXPERIMENT FRANCK-HERTZ
Asisten : Naomi Dian M Simorangkir
TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan tegangan eksitasi
2. Untuk menentukan energi eksitasi dari setiap cincin dan panjang gelombang dari
energi eksitasi.
DASAR TEORI
Rangkaian / skema dasar eksperimen ini ditunjukkan oleh gambar. 1, elektron yang
dipancarkan oleh pemanasan (F) pada katoda (k) akan dipercepat oleh tegangan kisi (Vg),
sehingga energi kinetiknya bertambah besar. Pada tegangan kisi tertentu, energi kinetik
elektron dapat mengeksitasi atom Neon, dan elektron akan kehilangan tenaga sebesar tenaga
eksitasi atom Neon. Elektron ini tidak akan mampu lagi mencapai anoda jika tenaga sisanya
kurang dari tenaga penghalang (Vp), sehingga terjadi pemerosotan arus anoda (Ia). Bila
tegangan kisi dinaikkan lagi lebih lanjut, maka arus anoda akan naik lagi, tetapi kemudian
merosot lagi bila tegangan kisi sama dengan kelipatan bulat tegangan eksitasi (Ve). Hal ini
terjadi karena elektron sebelum sampai di kisi telah beberapa kali mengeksitasi atom Neon
dan akan mengeksitasi lagi di daerah dekat kisi, sehingga tidak mencapai anoda.
Dengan demikian grafik arus anoda (Ia) sebagai fungsi tegangan kisi (Vg) akan
memperlihatkan puncak-puncak dan lembah-lembah seperti pada gambar 2. Jarak antara dua
puncak berdekatan merupakan besarnya tegangan eksitasi atom (Ve) tersebut.
Gambar 2. Grafik arus anoda Ia sebagai fungsi tegangan kisi (Vg)
Energi eksitasi atom (Neon) merupakan perkalian antara tegangan eksitasi atom (Ve) dengan
muatan elektron (e)
𝐸 𝑒𝑘𝑠 = 𝑒 𝑉𝑒 (1)
Energi ini digunakan untuk memancarkan foton yang memiliki panjang gelombang λ, yang
terkait dengan persamaan energi foton.
𝑐
𝐸= (2)
𝜆
Dari persamaan (1) dan (2) selanjutnya akan diperoleh panjang gelombang (λ) foton yang
dipancarkan dari eksitasi atom Neon, yaitu :
𝑐
𝜆= (3)
𝑒 𝑉𝑒
Di mana;
BAB IV
Medan,
Asisten Praktikan
( ) ( )
4.2. Analisa Data
1. Menetukan tegangan eksitasi electron
𝑉𝑒1 = 𝑉2 − 𝑉1
𝑉𝑒2 = 𝑉3 − 𝑉2
𝑉𝑒3 = 𝑉4 − 𝑉3
TUGAS PERSIAPAN
1. Sebutkan beberapa sifat sinar katoda
2. Apa yang anda ketahui tentang:
a. Tabung pelucutan gas
b. Sinar katoda
c. Spektrum atom
d. Cincin sinar katoda
3. Jelaskan bunyi postulat atom bohr
4. Jelaskan aplikasi dari percobaan franck hertz