Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH KEMERDEKAAN INDONESIA

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia – Pengumuman kemerdekaan pada suatu negara


merupakan impian yang dimiliki oleh setiap negara terutama bagi negara dan bangsa yang sudah
lama dijajah, seperti Indonesia.

Waktu Indonesia mengumumkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, maka seluruh
masyarakat Indonesia sangat senang karena mereka sudah terlalu lama dijajah oleh beberapa
negara seperti Belanda dan Jepang.

Bukan hanya senang, tetapi bangsa Indonesia juga mendapatkan semangat kemerdekaan yang
tinggi yang dilandasi dengan rasa keberanian untuk mengambil keputusan dan membela
kebenaran.

Dengan pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada dunia maka Indonesia telah
dinyatakan sebagai negara baru yang memiliki kedudukan yang sama dengan negara-negara lain
yang sudah melakukan Proklamasi Kemerdekaan. Bagi negara yang belum merdeka maka
pengumuman Proklamasi Kemerdekaan pada dunia adalah suatu impian yang sangat didamba-
dambakan.

Setiap negara punya sejarah sendiri untuk melakukan Proklamasi Kemerdekaan. Sama halnya
negara dan bangsa Indonesia yang di mana sejarah Proklamasi Kemerdekaannya membutuhkan
beberapa hal, seperti menggunakan rumah Laksamana Muda Maeda, pemilihan naskah
Proklamasi, dan lain-lain.

Namun, sebelum membahas tentang sejarah singkat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,


sebaiknya kita kenali dulu apa arti dari “proklamasi kemerdekaan”. Dengan mengetahui
“proklamasi kemerdekaan” maka kita bisa merasakan rasa kemerdekaan pada suatu negara.
Berikut pengertian “Proklamasi Kemerdekaan”.’

Pengertian Proklamasi Kemerdekaan

Pembacaan proklamasi oleh Soekarno. Sumber: Kemendikbud

Istilah “Proklamasi” berasal dari bahasa Latin, yaitu proclamare yang memiliki arti berupa
pengumuman atau pemberitahuam pada khalayak umum. Pengumuman yang dimaksud ialah
pengumuman yang berkaitan dengan hal-hal ketatanegaraan.

Sedangkan “Proklamasi Kemerdekaan” mempunyai arti, yaitu pengumuman kepada seluruh


rakyat akan kemerdekaan negaranya. Pengumuman kemerdekaan tersebut bukan hanya ditujukan
kepada rakyat yang merasakan kemerdekaan, tetapi juga ditujukan kepada rakyat yang ada di
seluruh dunia dan kepada semua bangsa yang ada di dunia.

Dengan Proklamasi Kemerdekaan yang sudah diumumkan dan diberitahukan kepada seluruh
warga dunia maka seluruh dunia akan tahu bahwa ada negara baru yang terbebas dari jajahan
negara lain. Proklamasi Kemerdekaan yang terjadi pada suatu negara sangatlah berarti bagi
bangsanya. Proklamasi Kemerdekaan merupakan sebuah tanda bahwa suatu negara dan bangsa
telah mencapai revolusi, mencatatkan sejarah perjuangan, dan yang terpenting adalah terbebas
dari cengkraman para penjajah.
Namun, untuk mencapai proklamasi kemerdekaan tersebut perjalanannya tidaklah mudah.
Seperti di Indonesia, dimana terdapat berbgai jejak perjuangan nasionalisme dan salah satunya
adalah yang terjadi di Surabaya yang dirangkum dalam buku Jejak Nasionalisme – Surabaya
Akar Pergerakan Kemerdekaan.

Proklamasi Kemerdekaan bagi suatu bangsa dan negara merupakan suatu hal yang sangat
istimewa dan tak ternilai harganya. Menjadi hal istimewa karena untuk mencapai dan meraihnya,
suatu bangsa dan negara harus berjuang dengan sungguh-sungguh bahkan sampai titik darah
penghabisan dan harus rela mengorbankan banyak hal.

Namun, tahukah kamu siapa yang memberitakan proklamasi kemerdekaan RI hingga dapat
tersebar ke seluruh dunia? Sosok M.Asad Shahab yang mendirikan Arabian Press Board (APB).
Cari tahu itu semua pada buku Sang Penyebar Berita Proklamasi RI dibawah ini.

Sejarah Singkat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia bisa dikatakan cukup panjang. Namun,
pada intinya sejarah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia terbagi menjadi tiga bagian
penting. Bagian pertama, menjelaskan pertemuan di Dalat. Bagian kedua, menjelaskan
pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda.
Dan bagian ketiga, Peristiwa Rengasdengklok.

Pada saat itu, sebelum Soekarno membacakan teks Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945,
banyak sekali peristiwa yang terjadi yang melatarbelakangi terjadinya pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia, salah satu peristiwa tersebut adalah dijatuhkannya bom di
kota Hiroshima di tanggal 6 Agustus 1945 dan tanggal 9 Agustus 1945 di kota Nagasaki.

Semua bom tersebut dijatuhkan di Amerika dengan tujuan Jepang menyerah kepada Amerika
Serikat. Pada momen kekosongan kekuasaan inilah Indonesia tidak menyia-nyiakan kesempatan
untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Supaya lebih jelas, simak ulasan tentang sejarah singkat Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia.

1. Pertemuan di Dalat

Setelah Jepang semakin terpojok karena dua kota terbesarnya sudah di bom oleh Amerika
Serikat dan pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu.

Dua hari sebelum Jepang menyerah kepada sekutu atau tepatnya pada tanggal 12 Agustus 1945,
tiga tokoh nasional, yang terdiri dari Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Drs.
Mohammad Hatta memenuhi undangan dari Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan).
Jenderal Terauchi merupakan Panglima tentara besar tentara Jepang di Asia Tenggara.

Pada pertemuan yang terjadi di Dalat antara tiga tokoh nasional dan Jenderal Terauchi ada
beberapa hal yang disampaikan oleh Jenderal Terauchi, adapun beberapa hal yang disampaikan
sebagai berikut.

 Pemerintah Jepang memutuskan untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.


 Untuk melaksanakan kemerdekaan maka dibentuk Panitia Persatuan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).
 Pelaksanaan kemerdekaan secepat mungkin akan dilaksanakan setelah semua persiapan
selesai dilakukan dan secara berangsur-angsur dari Pulau Jawa kemudian disusul pulau-
pulau lainnya.
 Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.

Pertemuan yang terjadi di Dalat seharusnya menjadi sebuah momentum atau kesempatan
Indonesia untuk merdeka. Namun, pada pertemuan yang terjadi di Dalat itu terjadi perbedaan
pendapat antara tokoh golongan tua dan golongan muda. Hingga pada akhirnya perdebatan yang
terjadi mendapatkan titik temu.
2. Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda
Maeda

Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta setelah semua urusan di Dalat selesai.
Meskipun Soekarno dan Mohammad Hatta diantar oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda untuk
menemui Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara XVI (Angkatan Darat) yang
menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda.

Sebagai salah satu sosok tokoh kemerdekaan, Mohammad Hatta telah banyak membuat karya
bagi bangsa Indonesia yang dirangkum dalam buku Karya Lengkap Bung Hatta Buku
2;Kemerdekaan Dan Demokrasi.

Namun, Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto tidak ingin menerima Soekarno dan Mohammad
Hatta dan segera memberikan perintah kepada Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala
Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang untuk menerima kedatangan
rombongan itu.

Ketika menerima pertemuan dengan rombongan itu, Nishimura mengungkapkan bahwa sejak
siang hari pada 16 Agustus 1945 telah menerima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus
menjaga status quo sehingga tidak bisa memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Padahal saat bertemu Marsekal Terauchi di Dalat, ia sudah menjanjikan kemerdekaan untuk
Indonesia sehingga Soekarno dan Hatta merasa kecewa. Pada akhirnya, Soekarno dan Hatta
meminta kepada Nishimura supaya tidak menghalangi kerja PPKI.

Setelah pulang dari rumah Nishimura, Soekarno dan Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda
yang diiringi oleh Miyoshi untuk melakukan rapat mempersiapkan teks Proklamasi. Penyusunan
teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno. Mohammad Hatta, Achmad Soebardjo serta
disaksikan oleh Sukarni, B.M. Diah Sudiro (Mbah), dan Sayuti Melik.

Pada saat merancang teks Proklamasi, tiba-tiba Shigetada Nishijima seolah-olah mencampuri
penyusunan teks Proklamasi dengan memberikan saran agar pemindahan kekuasaan itu hanya
berarti kekuasaan administratif.

Berkaitan dengan pendapat Nishijima, Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, B. M.


Diah, Sukarni, Sudiro, dan Sayuti Melik mereka semua tidak setuju dengan pendapat Nishijima,
tetapi di beberapa kalangan pendapa Nishijima masih diagungkan.

Setelah semua konsep telah disepakati, maka Sayuti Melik menyalin teks dan mengetik naskah di
mesin ketik milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler yang diambil dari kantor perwakilan AL
Jerman.

Pada awalnya, pembacaan Proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, tetapi karena alasan
keamanan kemudian pelaksanaan pembacaan Proklamasi dipindahkan ke kediaman Presiden
Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur, Nomor 56.

3. Peristiwa Rengasdengklok

Pada awalnya peristiwa pemboman kota Hirosima dan Nagasaki disembunyikan agar tidak ada
yang tahu, tetapi pada akhirnya peristiwa tersebut terdengar sampai ke telinga para pemuda lewat
siaran radio BBC di Bandung sehingga membuat mereka segera bergerak dan meminta
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dikumandangkan.

Para pemuda tersebut di bawah pimpinan Chaerul Saleh melakukan rapat dan rapat tersebut
menghasilkan beberapa keputusan, yaitu kemerdekaan adalah hak rakyat Indonesia, Pemutusan
hubungan dengan Jepang, dan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta diharapkan untuk segera
membacakan Proklamasi Kemerdekaan.
Setelah mendapatkan keputusan dari rapat yang diadakan, kemudian para pemuda tersebut
mengirim utusan (Wikana dan Darwis) agar segera bertemu dengan Ir. Soekarno dan
Mohammad Hatta untuk menyampaikan hasil rapat tersebut dan meminta Proklamasi
Kemerdekaan segera dilaksanakan pada 16 Agustus 1945.

Dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan memiliki tugas menjaga status quo maka
gagasan para pemuda tersebut ditolak oleh golongan tua sehingga terjadi perbedaan pendapat.

Wikana dan Darwis menyampaikan hasil laporan dari pembicaraan dengan Soekarno dan
Mohammad Hatta kepada para pemuda yang sudah berkumpul di Asrama Menteng 31. Para
pemuda yang berkumpul terdiri dari Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur,
Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman, dan Dr. Muwardi.

Para pemuda tersebut merasa kecewa setelah mendengar hasil laporan tersebut sehingga
membuat suasana rapat menjadi panas. Kemudian para pemuda tersebut membuat gagasan untuk
mengamankan Soekarno dan Hatta untuk dengan cara keluar kota yang jauh. Untuk hal ini, para
pemuda tersebut menyerahkan tugas ini kepada Syudanco Singgih dan kawan-kawan dari PETA
Jakarta.

Sukarni dan Yusuf Kunto mendampingi Syudanco Singgih dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Singgih, Rengasdengklok merupakan tempat yang tepat dan aman untuk Soekarno dan
Hatta. Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa ke Rengasdengklok. Saat
di Rengasdengklok, para pemuda berusaha dengan keras supaya Soekarno dan Mohammad Hatta
segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.

Awalnya, Soekarno dan Mohammad Hatta tidak ingin melakukan Proklamasi Kemerdekaan.
Namun, setelah melakukan perundingan dengan kelompok pemuda dan Ahmad Subardjo.

Akhirnya, Soekarno dan Mohammad Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia


pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah selesai memproklamasikan kemerdekaan, sore
harinya Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subardjo dan
Sudiro.

Penyebaran Teks Proklamasi

Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, terjadi suatu kendala atau masalah utama,
yaitu menyampaikan penyebaran berita atau informasi kemerdekaan Indonesia ke seluruh
wilayah Indonesia dan dunia.

Pada tahun 1945, alat komunikasi masih sangat terbatas dan belum memadai. Bukan hanya itu,
Jepang juga melarang Indonesia untuk menyebarkan berita Proklamasi ke seluruh wilayah
Indonesia. Larangan tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan berita Proklamasi
terlambat sampai ke beberapa daerah, khususnya daerah di luar Jawa.

Penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan penuh dengan perjuangan, salah satu orang yang
berjasa dalam penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan yaitu Jusuf Ronodipuro, ia membuat
pemancar radio baru setelah kantor berita Domei disegel dan karyawannya dilarang masuk.

Perjuangan penyebaran berita Proklamasi juga dilakukan lewat media pers dan surat selebaran.
Hampir seluruh harian di Jawa yang terbit pada tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita
Proklamasi Kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Selain menyebarkan berita Proklamasi melalui media massa dan pemancar radio, berita
Proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang
PPKI pada 18 Agustus 1945. Para utusan tersebut antara lain, Teuku Mohammad Hassan dari
Aceh, Sam Ratulangi dari Sulawesi, Ketut Pudja dari Sunda Kecil (Bali), dan A. Hamidan dari
Kalimantan.

Temukan berbagai kisah para pahlawan berusaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada
buku Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia karya Mudjibah Utami yang di dalamnya terdapat
berbagai kisah heroik pahlawan Indonesia dalam membangkitkan semangat nasionalisme.
Naskah Teks Proklamasi

Naskah proklamasi Indonesia mengalami perubahan yang awalnya ditulis tangan menjadi diketik
oleh Sayuti Melik. Naskah baru Proklamasi setelah mengalami perubahan dikenal dengan
“Naskah Proklamasi Otentik”, sedangkan sebelum mengalami perubahan disebut dengan
“Naskah Proklamasi Klad”.

1. Naskah Proklamasi Klad

Naskah asli proklamasi. Sumber: Kemendikbud

Teks naskah “Proklamasi Klad” adalah teks Proklamasi yang berupa tulisan tangan Ir. Soekarno
sebagai pencatat dan teks Proklamasi merupakan karangan dua tokoh, yaitu Drs. Mohammad
Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.

Naskah “Proklamasi Klad” ini tidak dibawa oleh Soekarno dan ditinggal begitu saja di rumah
Laksamana Muda Tadashi Maeda bahkan naskah Proklamasi Klad hampir saja terbuang ke
tempat sampah. Namun, tidak jadi terbuang ke tempat sampah karena diselamatkan oleh Diah
dan ia menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari, hingga akhirnya diserahkan kepada
Presiden Soeharto di Bina Graha pada 29 Mei 1992.

2. Naskah Proklamasi Otentik

Teks Proklamasi yang sudah mengalami perubahan dikenal dengan nama naskah “Proklamasi
Otentik”. Teks Proklamasi Otentik adalah teks Proklamasi yang berupa hasil ketikan Sayuti
Melik, ia merupakan seorang tokoh pemuda yang ikut berperan dalam persiapan Proklamasi
yang isinya sebagai berikut.

Naskah prolamasi otentik. Sumber: satujam.com

Keterangan:

Keterangan tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas, baik pada teks naskah Proklamasi
Klad ataupun pada teks naskah Proklamasi Klad. Tertulis angka “tahun 05”, angka 05
merupakan kependekan dari angka “tahun 2605”. “Tahun 2605” merupakan tahun penanggalan
yang dipakai pada pemerintahan pendudukan militer Jepang. Pada saat pembacaan Proklamasi,
tahun penanggalan yang berlaku adalah “tahun 2605”.

Isi Teks Proklamasi

Setelah mengalami beberapa perubahan, akhirnya teks proklamasi yang sah adalah teks yang
dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Berikut isi teks Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia.

Isi teks proklamasi. Sumber satujam.com

Arti Penting Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia

Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan suatu hal yang berarti sehingga
memberikan arti penting bagi bangsa Indonesia. Berikut beberapa arti penting Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia bagi bangsa Indonesia.

1. Merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia setelah berjuang selama berpuluh-puluh


tahun sejak 20 Mei 1908.
2. Sebagai informasi bahwa negara Indonesia telah melepaskan diri dari kurungan
penjajahan bangsa lain.
3. Sebagai titik balik untuk mencapai tujuan nasional bangsa dan sebagai titik awal lahirnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
4. Sebagai titik awal penghentian segala bentuk penjajahan yang terjadi di Indonesia.
5. Merupakan sumber hukum bagi pembentukan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) dari Miangas sampai Rote dan dari Sabang sampai Merauke.
6. Sebagai titik awal landasan cita-cita negara Indonesia karena cita-cita bangsa dan negara
Indonesia tercantum di dalam pembukaan UUD 1945.
7. Dijadikan sebagai alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh
dunia bahwa bangsa dan negara Indonesia sudah lepas dari jajahan dan sudah memegang
hak kemerdekaan.

Kesimpulan

Perjuangan para pemuda pada saat itu sangatlah penting karena jika mereka tidak bersikeras
untuk memindahkan Soekarno dan Mohammad Hatta maka kemungkinan besar Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia tidak jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah mengetahui sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia walaupun hanya secara singkat
kita jadi tahu bagaimana perjuangan yang dirasakan ketika merancang teks Proklamasi hingga
pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Hingga saat ini, walaupun hari kemerdekaan Indonesia sudah terlewati, jasa para pahlawan dan
pengalaman mereka memperjuangkan hari kemerdekaan yang jatuh tepat pada tanggal 17
Agustus 1945 tetap terasa hingga sekarang yang diabadikan pada buku Senyum Tawa di Hari
Kemerdekaan.

Anda mungkin juga menyukai