Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gampong Manekawan merupakan salah satu gampong dalam wilayah

Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara. Gampong Manekawan memiliki

iklim sedang yang terdiri dari daratan yang produktifitas, tanah yang rendah

umumnya digunakan untuk lahan persawahan serta sebagian juga untuk tambak

dan perkampungan yang masih relatif subur, apabila digerak dengan optimal akan

mendapatkan hasil yang berlimpah dari segala segi.

Gampong Manekawan Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara

jumlah penduduknya 709 jiwa terdiri dari laki-laki 257 Jiwa dan perempuan 452

jiwa dari 165 Kepala Keluarga (KK) dan mempunyai luas wilayah 120 Ha yang

terdiri dari sawah dan perkampungan, dari luas wilayah tersebut 50 ha digunakan

untuk perumahan dan termasuk perkarangan. Sedangkan selebihnya digunakan

sebagai areal tambak dan perkebunan.

Gampong Manekawan Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara

yang terbagi atas 3 dusun yaitu:

a. Dusun Baroh

b. Dusun Teungoh

c. Duson Tunong

Secara geografis Gampong Manekawan Kecamatan Seunuddon

berbatasan dengan:

50
51

a. Sebalah Timur berbatasan dengan Jambo Aye

b. Sebalah Barat berbatasan dengan Persawahan Gampong Blang Tu’e

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Tanjong Pineung

d. Sebalah Selatan berbatasan dengan Merubo Puntong.

Pada umumnya penduduk Gampong Manekawan berprofesi sehari-hari

adalah sebagai petani, pedagang,ibu rumah tangga dan ada yang sebagian kecil

Pegawai Negeri maupun pegawai swasta, siswa maupun mahasiswa.

Tabel.4.1.Pekerjaan Penduduk Gampong Manekawan

No Pekerjaan Jumlah Ket


1 Petani 250
2 Pedagang 14
3 IRT 120
4 PNS 23
5 Pegawai Swasta 30
6 Siswa 60
7 Mahasiswa 25
8 Dan lain-lain 187 Belum sekolah dan usia 70 tahun ke atas
Jumlah 709
Sumber: Dokumen Gampong Manekawan Tahun 2019

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pekerjaan penduduk

Gampong Manekawan Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara adalah

petani yaitu sekitar 250 orang atau sekitar 35,26 %, baik petani dan hanya seiktar

14 orang atau sekitar 1,9 % orang penduduk Gampong Manekawan Kecamatan

Seunuddon Kabupaten Aceh Utara yang bekerja ataupun berprofesi sebagai

pedangan.
52

Jumlah penduduk di Gampong Manekawan pada tahun 2019 tercatat

sebanyak 709 jiwa terdiri dari laki-laki 257 Jiwa dan perempuan 452 jiwa dari 165

Kepala Keluarga (KK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut

ini :

Tabel. 4.2.
Jumlah Penduduk Gampong Manekawan

NO Umur (Thn) Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah


1 0–6 42 95 137
2 7 – 12 46 86 132
3 13 – 18 30 78 108
4 19 – 25 33 55 88
5 26 – 40 41 58 99
6 41 – 54 30 41 71
7 55 ke atas 35 39 74
Jumlah 257 452 709
Sumber: Dokumen Gampong Manekawan Tahun 2019

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2019 jumlah

penduduk Gampong Manekawan Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara

tercatat sebanyak 709 jiwa terdiri dari laki-laki 257 Jiwa dan perempuan 452 jiwa.

Pada umumnya penduduk Gampong Manekawan Kecamatan Seunuddon

Kabupaten Aceh Utara berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) Negeri maupun Swasta, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri maupun Swasta, Sekolah

Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) Negeri maupun Swasta serta

ada dari mereka ada yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri maupun

Swasta. Lamanya masa pendidikan yang ditempuh oleh siswa tergantung dari

kemampuan siswa itu sendiri dan orang tua baik dari segi kemampuan biaya
53

maupun dari segi tingkat daya pikir siswa tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 4.3.
Tingkat Pendidikan Masyarakat Gampong Manekawan

No Jenis dan Tingkat Lulusan Jumlah Jiwa


1 Belum Sekolah 170
2 Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah 20
3 Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat 45
4 Tamat SD/sederajat 201
5 SMP/ sederajat 130
6 SMA/ sederajat 108
7 Perguruan Tinggi 35
Jumlah 709
Sumber: Dokumen Gampong Manekawan Tahun 2019

Penduduk Gampong Manekawan Kecamatan Seunuddon 100 beragama

Islam, masyarakat ta`at beribadah dan sangat menjunjung tinggi norma-norma

agama dan adat istiadat setempat. Masyarakat umumnya dalam melaksanakan

religius sesuai dengan petunjuk para Teungku atau Alim Ulama yang ada di

Gampong Manekawan dan sekitarnya. Di Gampong ini terdapat balai pengajian,

tempat pertemuan khusus dan rutin difokuskan pada meunasah seminggu sekali

yaitu pengajian tiap malam minggu bagi kaum bapak-bapak dan pemuda dan pada

hari minggu jadwal pengajian para ibu-ibu.

Masyarakat Gampong Manekawan tidak tertinggal dalam hal pendidikan

bahkan lebih dari 75 penduduknya berpendidikan, baik pendidikan agama

maupun pendidikan umum. Lembaga pendidikan agama yang ada di Gampong

Manekawan adalah balai pengajian.


54

4.1.2 Kinerja Geuchik Manekawan Kecamatan Seunuddon Kabupaten


Aceh Utara dalam Menjalankan Tugasnya Dibidang Menata Adat
Gampong Berdasarkan Syariat Islam
4.1.2.1 Perencanaan Adat Gampong

Dalam struktur pemerintahan kabupaten, pemerintahan gampong berada

pada posisi terendah setelah kecamatan dan merupakan aparat terdepan dalam

berhadapan langsung dengan masyarakat. Namun demikian dengan adanya

otonomi, gampong memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan

pemerintahan kecamatan. Seiring dengan tuntutan reformasi yang berkembang

saat ini yang menghendaki perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu

menghendaki agar adat gampong berdasarkan syariat Islam dapat terlaksana

dengan lancar dan sesuai dengan ajaran agama Islam. Di sini lah peran geuchik

sangat penting dan geuchik perlu menjalankan tugasnya dengan maksimal.

Masyarakat Aceh terkenal sangat religius, dan memiliki budaya adat yang

identik dengan Islam. Kehidupan budaya adat Aceh dengan Islam tidak dapat

dipisahkan. Harmonisasi antara adat dan Islam ini berkembang dalam berbagai

aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat Aceh menyesuaikan praktek agama

dengan tradisi atau adat istiadat yang berlaku, hal ini terlihat dalam kehidupan

sosial budaya Aceh. Disini kaidah syariat Islam sudah merupakan bagian dari adat

atau telah diadatkan. Sebaliknya, adat merupakan bagian dari Islam, atau yang

telah diislamkan. Dalam kaitan dengan hal tersebut, dalam masyarakat Aceh juga

berlaku ketentuan bahwa adat itu ada dua. Pertama, ketentuan Allah SWT yang

tidak berubah sepanjang masa dan kedua adat kebiasaan masyarakat berdasarkan

syariat Islam.
55

Selanjutnya, dalam Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 4 Tahun 2009

di jelaskan bahwa geuchik mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan menata adat gampong

berlandaskan syari’at Islam. Berkaitan dengan penataan adat gampong

berlandaskan syari’at Islam dalam hal perencanaan adat gampong, Bapak Ari

Abdullah selaku geuchik Gampong Manekawan mengatakan bahwa:

“Dalam pelaksanaan urusan pemerintahan di gampong seorang


kepala desa tentunya dibantu perangkat gampong sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan gampong. Berkaitan dengan
perencanaan adat gampong memang merupakan bagian dari tugas
kepala desa dengan musyawarah dengan aparatur lainnya dan juga
masyarakat. Demi kelancaran dalam penyelenggaraan pemerintah
gampong dalam penataan adat berkaitan dengan perencanaan adat
dibentuk majelis adat gampong atas prakarsa pemerintah desa dan
juga masyarakat”. (Wawancara, 21 September 2019)

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya pemerintah desa

adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain geuchik dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan desa dibantu perangkat desa. Demi

kelancaran dalam penyelenggaraan pemerintah gampong berkaitan dengan

perencanaan adat dibentuk majelis adat gampong atas prakarsa pemerintah desa

dan juga masyarakat.

Selanjutnya, samsuar selaku ketua majelis adat gampong Manekawan,

mengatakan bahwa:

“Berkaitan dengan perencanaan adat gampong tentunya perlu


dilakukan musyawarah aparatur gampong, tokoh-tokoh yang
berkaitan seperti teungku imum, tetua yang memahami tentang adat,
dan tokoh-tokoh lainnya, dan yang utama keterlibatan masyarakat
umum juga diperlukan agar menumbuhkan sikap keterbukaan.
Dalam perencanaan penataan adat tentunya harus berlandaskan
syari’at Islam”. (Wawancara, 21 September 2019)
56

Dari wawancara di atas dapat dketahui bahwasanya, dalam perencanaan

adat di Gampong Manekawan berlandaskan syari’at Islam. Berkaitan dengan

perencanaan adat gampong tentunya dilakukan dengan musyawarah yang

dilibatkan pula masyarakat. Berikut beberapa kinerja Geuchik Manekawan dalam

menjalankan tugasnya dibidang menata adat gampong berdasarkan Syariat Islam:

Tabel 4.4
Program Kerja Geucik Dalam Menata Adat Gampong
berdasarkan Syariat IslamTahun 2019

No Jenis Kegiatan Anggara Realisasi


1 Kenduri blang Swadaya masyarakat - Samadiah
- Doa bersama
- Makan bersama
2 Maulid Swadaya masyarakat - Berselawat
- Makan bersama
3 Nasehat nikah, rujuk dan Swadaya masyarakat - Memberi nasehat
talak kepada suami istri
4 Pengajian di Meunasah Swadaya masyarakat - Malam Rabu
(majelis taklim) Dana desa samadiyah
gampong
- Malam kamis
pengajian untuk
umum
- Hari minggu
pengajian ibu-ibu
- Malam Jumat
dalail khairat bagi
pemuda dan
remaja
5 Peringati Hari-hari besar Swadaya masyarakat Nuzul Quran
Islam Dana desa Tahun baru Islam
Israk mira’
Nisfu syakban
Maulid nabi
Sumber: Dokumen Gampong Manekawan Tahun 2019
57

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ari Abdullah selaku Geuchik

Gampong Manekawan sebagai berikut:

“Adapun adat-adat yang dilaksanakan berdasarkan rencana yang


telah ditetapkan gampong antara lain adalah adat Kenduri Blang
yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh sebelum turun ke sawah,
Adat Maulid yang dilakukan pada bulan Rabi'ul Awal, Rabi'ul
Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, adat Tulak Bala yang
dilakukan pada bulan Safar, adat Peutron Aneuk upacara Peutron
Aneuk yang dilakukan pada hari ke-7 setelah kelahiran, ada yang
menyeleng-garakannya pada hari ke-44 setelah kelahiran, peusijuk
merupakan salah satu upacara atau prosesi adat dalam budaya
masyarakat Aceh. Tujuan dari upacara ini untuk mendoakan orang
yang akan di-peusijuk agar diberikan keselamatan, ketentraman dan
kebahagiaan dalam kehidupan, samadiyah adalah upacara doa
bersama yang dilakukan masyarakat Aceh untuk orang yang baru
meninggal dunia, meugang ialah tradisi masyarakat Aceh terkait
penyambutan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Jelame dalam adat
istiadat masyarakat Aceh, hanya dikenal mahar berupa emas dan
uang. (Wawancara, 17 Juli 2019).

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya, berbagai macam

bentuk adat yang ada di Gampong Manekawan, seperti kenduri blang, maulid,

adat tulak bala, adat peutron aneuk, peusijuk, samadiyah, jeulame untuk

pernikahan dan hari meugang. Adat- adat inilah yang menjadi pembeda antara

satu daerah dengan daerah lain.

Adat Aceh adalah tradisi yang diwarisi oleh masyarakat Aceh dari masa lalu

sampai saat ini. Beragam makna dan pesan moral dari ritual adat tersebut

menguatkan ciri khas dari kearifan lokal yang harus terus dilestarikan dari masa

ke masa. Adat-adat akan dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya. Matee aneuk meupat jrat, matee adat pat tamita adalah peribahasa

Aceh yang berarti "jika anak meninggal ada kuburannya, hilang adat tidak ada

gantinya". Sebagaimana yang dikatakan Bapak Abdurrahman selaku Ketua Tuha

Puet Gampong Manekawan sebagai berikut:


58

“Dalam perencanaan adat gampong di Gampong Menakawan


masyarakat gampong dari berbagai unsur dilibatkan. Pembentukan
majelis adat gampong bukan berarti geuchik lepas tangan terhadap
tugasnya. Akan tetapi demi kelancaran pelayanan urusan
kepemerintahan di gampong maka dibentuk majelis adat karena
tidak mungkin semua kegiatan geuchik mengerjakannya sendiri.
Meskipun begitu geuchik mempunyai tanggungjawab penuh dalam
segala kegiatan yang dilaksanakan. Selama ini dalam hal
perencanaan adat gampong yang dilakukan dengan musyawarah,
geuchik tidak pernah tidak hadir.” (Wawancara, 22 September 2019)

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, geuchik

mempunyai tanggungjawab penuh dalam segala kegiatan yang dilaksanakan,

mulai dari perencanaan hingga perealisasian. Pembentukan majelis adat gampong

bukan berarti geuchik lepas tangan terhadap tugasnya. Akan tetapi demi

kelancaran pelayanan urusan kepemerintahan di gampong maka dibentuk majelis

adat.

Selanjutnya, wawancara dengan Bapak Rusli selaku warga Gampong

Manekawan sebagai berikut:

“Selama ini dalam perencanaan adat gampong saya sendiri selaku


warga Gampong Manekawan memang ada dilibatkan dengan adanya
dibuat pengumuman untuk berkumpul di meunasah dengan
membahas persoalan adat ini. Pentingnya dilakukan perencanaan
agar tidak melenceng dari pada syar’at Islam karena kita muslim”.
(Wawancara, 21 September 2019)

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya, dalam perencanaan

adat gampong, warga Gampong Manekawan memang ada dilibatkan dengan

adanya dibuat pengumuman untuk berkumpul di meunasah dengan membahas

persoalan adat ini. Pentingnya dilakukan perencanaan agar tidak melenceng dari

pada syar’at Islam.

Keberhasilan dari pada perencanaan adat yang berlandaskan syari’at Islam

tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak di dalamnya. Pentingnya perencanaan


59

dalam segala kegiatan yang dilakukan menjadi suatu jalan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Sebagaimana halnya dalam pelaksanaan berbagai tradisi

adat di Gampong Manekawan. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Rusli

selaku warga Gampong Manekawan adalah sebagai berikut:

“Perencanaan dalam pelaksanaan adat gampong perlu dilakukan agar


berjalan sebagai mana mestinya. Misalnya adat kenduri blang. Asal
usul kenduri blang ini sudah ada sejak zaman nenek moyang. Tradisi
ini dilakukan untuk peusejuek bibit yang akan diturunkan setiap
tahun (tahun yang akan dilakukan penanaman padi). Sebelum
kenduri blang, terlebih dahulu Geuchik membuat rapat rencana
kegiatan kenduri blang dilakukan, biaya untuk kenduri tersebut
secara meuripe-ripe (kerjasama) yang dikutip setiap panen padi.
Selama Geuchik Ari Abdullah tata cara kenduri sangat Islami,
(wawancara, 20 September 2019).

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya, setiap pelaksanaan

adat gampong selalu ada dilakukan musyawarah terlebih dahulu agar tidak terjadi

tumpang tindih pekerjaan. Kemudian dalam pelaksanaannya dilakukan pula

dengan cara kerjasama seperti halnya pelaksanaan adat kenduri blang.

Selanjutnya, wawancara dengan Bapak Razali selaku warga Gampong

Manekawan mengatakan bahwa:

“Untuk perencanaan adat gampong yang selama ini dilakukan di


Gampong Manekawan selalu dilibatkan tokoh-tokoh agama. Untuk
pembahasan megenai adat gampong selalu dibuat di meunasah.
Dalam perencanaan adat tidak boleh melenceng dari ajaran agama
dan disesuaikan dengan syari’at Islam. Misalnya, dalam hal
pelaksanaan adat perkawinan dilibatkannya tokoh-tokoh yang
berkepentingan. Ada beberapa tahapan dalam adat perkawinan Aceh
pada tahap awal yaitu tahap meminang disitu ditetapkan rencana
dimulai dengan penetapan mahar dan penetapan hari pertunangan,
tahap kedua dilanjutkan dengan tahapan pertunangan (cincin, gelang,
kalung) dan ba ranup (membawa sirih) kemudian tahap selanjutnya
penetuan pernikahan atau penyerahan mahar dan tanggal pesta
(Tueng Dara Baroe berserta Tueng linto Baroe) (wawancara, 22
September 2019).
60

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya, dalam perencanaan

adat gampong saya sendiri selaku warga Gampong Manekawan memang ada

dilibatkan dengan adanya dibuat pengumuman untuk berkumpul di meunasah

dengan membahas persoalan adat ini. Pentingnya dilakukan perencanaan agar

tidak melenceng dari pada syar’at Islam.

Berikutnya, kinerja geuchik manekawan kecamatan seunuddon kabupaten

aceh utara dalam menjalankan tugasnya dibidang menata adat gampong

berdasarkan Syariat Islam adalah samadiyah. Berdasarkan wawancara dengan

Bapak Muksalmina selaku warga Gampong Manekawan, mengatakan bahwa:

“Warga Gampong Manekawan masih mewarisi tradisi samadiyah.


Pelaksanaan samadiyah ini tidak lepas dari pendapat ulama bahwa
samadiyah boleh dilakukan. Kegiatan samadiyah (orang meninggal)
telah direncanakan sesuai dan telah ditetapkan berdasarkan rapat
umum. Samadiyah akan dilaksanakan setiap malam keenam
sedangkan samadiyah sudah ditetapkan oleh gampong setiap malam
keenam. Samadiyah rutin yang dilaksanakan pada malam Rabu.
Samadiyah adalah upacara doa bersama yang dilakukan masyarakat
Aceh untuk orang yang baru meninggal dunia. Biasanya Samadiyah
dilakukan selama tujuh malam berturut-turut, kerabat dan tetangga
datang ke rumah duka membawa beras, gula, kopi dan lain-lain lalu
berdoa bersama (wawancara, 17 Juli, 2019).

Dari beberapa wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa, kinerja

geuchik dalam penataan adat gampong berlandaskan syari’at Islam berkaitan

dengan hal perencanaan adat gampong memang merupakan bagian dari tugas

kepala desa dengan dibentuk musyawarah dengan aparatur gampong, tokoh-tokoh

masyarakat, dan juga masyarakat. Demi kelancaran dalam penyelenggaraan

pemerintah gampong dalam penataan adat berkaitan dengan perencanaan adat

dibentuk majelis adat gampong atas prakarsa pemerintah desa dan juga

masyarakat. Berbagai macam bentuk adat yang ada di Gampong Manekawan,

seperti kenduri blang, maulid, adat tulak bala, adat peutron aneuk, peusijuk,
61

samadiyah, jeulame untuk pernikahan dan hari meugang. Adat- adat inilah yang

menjadi pembeda antara satu daerah dengan daerah lain dan pelaksanaanya

berlandaskan syari’at Islam.

4.1.2.2 Pemanfaatan Adat Gampong

Pemanfaatan adat gampong merupakan suatu cara untuk menjaga adat

supaya jangan sirna. Adat gampong harus dijaga dan dilestarikan untuk dapat

diwariskan kepada anak cucu. Mematuhi dan menjalankan aturan adat adalah

kewajiban bagi setiap orang yang berpegang teguh kepada adat istiadat yang telah

ada dan tidak meninggalkan adat istiadat atau tradisi yang telah ada sejak jaman

dahulu hingga sekarang.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ari Abdullah selaku geuchik

gampong Manekawan, mengatakan bahwa:

“Pemanfaatan adat dilakukan agar terjaga kelestariannya. Apabila


tidak dijaga bisa-bisa adat tersebut hilang dengan sendirinya terkikis
oleh zaman. Pemanfaatan adat tidak boleh bertentangan dengan
syari’at Islam karena persoalan adat berbeda dengan persoalan
agama. Salah memanfaatkan adat bisa menganggu keyakinan
seseorang terhadap agama yang telah dianutnya.” (Wawancara 22
September 2019)

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya, Pemanfaatan

adat dilakukan agar terjaga kelestariannya. Pemanfaatan adat tidak boleh

bertentangan dengan syari’at Islam karena persoalan adat berbeda dengan

persoalan agama. Salah memanfaatkan adat bisa menganggu keyakinan seseorang

terhadap agama yang telah dianutnya

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Iskandar selaku Majelis Adat

Gampong Manekawan, bahwa:


62

Pemanfaatan adat merupakan suatu cara untuk menjaga adat supaya


jangan sirna. Adat merupakan gagasan kebudayaan yang terdiri
dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan
hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini
tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan
sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang
dianggap menyimpang (Wawancara, 18 Juli 2019).

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya, Pemanfaatan adat

merupakan suatu cara untuk menjaga adat supaya jangan sirna. Apabila adat ini

tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis

oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang

Selanjutnya, adat memiliki berbagai manfaat tersendiri, manfaat yang

utama untuk mengatur kehidupan. Ketiadaan adat menjadikan kehidupan manusia

sulit dan tidak teratur karena rasa saling memahami tidak dapat dibangun.

Keberadaan adat adalah untuk membantu agar masyarakat dapat hidup rukun

karena keduanya melahirkan aturan yang akan mengatur tingkah laku manusia.

Hal senada sebagaimana dikatakan Bapak Ridwan selaku Tuha Puet bidang adat

Gampong Manekawan, bahwa:

“Manfaat adat gampong sangat banyak sekali hingga setiap


gampong merasa adat gampong merupakan keharusan yang harus
di patuhi dan akibat melanggar dari adat istiadat ada beberapa
sanksi yang di berlakukan oleh suatu gampong baik berupa lisan
atau pembayaran denda.” (wawancara dengan Ridwan, 2019).
Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa, manfaat adat gampong

sangat banyak sekali hingga setiap gampong merasa adat gampong merupakan

keharusan yang harus di patuhi dan akibat melanggar dari adat istiadat ada

beberapa sanksi yang di berlakukan oleh suatu gampong baik berupa lisan atau

pembayaran denda
63

Meskipun sekarang zaman telah maju namun adat istiadat tidak akan

pernah di lupakan karena telah mendarah daging bagi masyarakat di suatu tempat.

Itu sebabnya bagi pendatang baru yang baru menetap di suatu tempat harus

mengetahui adat dan istiadat yang ada di tempat baru tersebut. Dengan

mengetahui maka kemungkinan untuk melanggar akan sangat kecil sekali. Adat

gampong hampir sama dengan peringatan yang harus di patuhi oleh setiap

masyarakat yang tinggal di tempat tersebut. Sebagai norma pelanggaran terhadap

adat istiadat juga akan diberi sanksi. Biasanya pelaku yang menerima sanksi di

musyawarahkan terlebih dahulu dengan petinggi adat yang ada disana.

Sebagaimana yang dikatakan Bapak Samsuar selaku Ketua Majelis Adat

Gampong Manekawan, bahwa:

“Pemanfaatan adat gampong merupakan cara menata maupun


menyusun, mengaplikasikan adat istiadat yang ada seperti adat
dalam perkawinan, adat kematian, dan adat kesawah. Disini adat
ataupun kebiasaan gampong sebelum melakukan suatu kegiatan
maka harus memperhatikan kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.
Karena adat ini bisa dijalankan apabila adat tidak bertentangan
dengan norma agama.” (Wawancara, 18 Juli 2019).

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa, Pemanfaatan adat

gampong merupakan cara menata maupun menyusun, mengaplikasikan adat

istiadat yang ada seperti adat dalam perkawinan, adat kematian, dan adat kesawah.

Adat ini bisa dijalankan apabila adat tidak bertentangan dengan agama.

Mencintai adat gampong sendiri, bukan lantas bisa dikatakan kuno dan

ketinggalan jaman. Paradigma ini yang perlu dipegang oleh generasi milenial

sekarang ini. Justru mencintai kebudayaan bangsa sendiri adalah kekuatan untuk

mendobrak budaya asing yang akan masuk di gampong. Di samping itu, citra

kemandirian gampong akan tampak, jika bangsa gampong tetap menjaga


64

kelestarian adat istiadatnya. Kemajuan teknologi justru bisa kita manfaatkan untuk

mengemas secara kreatif budaya asli adat kita untuk diperkenalkan di dunia

internasional. Banyaknya orang asing yang belajar tentang adat gampong telah

membuktikan, bahwa adat gampong mempunyai nilai yang tinggi dan layak untuk

dipelajari dan bahkan harus dilestarikan. Sebagaimana yang disampaikan oleh

Bapak Iswadi selaku ketua pemuda gampong Gampong Manekawan, bahwa:

“Adat gampong merupakan cerminan gampong. Petinggi gampong


memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam menciptakan adat
gampong. Di jaman sekarang, di mana kemajuan teknologi telah
demikian pesat, tak seharusnya kita lalai dengan peninggalan-
peninggalan bersejarah tersebut, Kemajuan teknologi internet
dengan kemampuanya menembus batas-batas geografis, bahkan
seakan dunia tak berjarak, bukanlah penghalang untuk tetap
melestarikan adat kita sendiri. Mari kita selaku penerus gampong
memanfaatkan adat gampong yang telah ada dengan cara
melaksanakanya, menjaganya serta menlestarikannya.”
(Wawancara, 18 Juli 2019)

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa, Adat gampong merupakan

cerminan gampong. Kemajuan teknologi internet dengan kemampuanya

menembus batas-batas geografis, bahkan seakan dunia tak berjarak, bukanlah

penghalang untuk tetap melestarikan adat kita sendiri.

Terkait dengan kinerja geuchik dalam penataan adat Gampong Bapak

Mahmudan selaku tokoh pemuda Gampong Manekawan, mengatakan bahwa:

“Menurut pandangan saya, kinerja geuchik dalam pemanfaatan adat


gampong perlu ditingkatkan lagi karena selama ini dalam hal
pemanfaatan adat gampong setelah resmi menjadi geuchik
partisipasinya dan keikutsertaannya dalam kegiatan pemanfaatan adat
menjadi berkurang dan kebanyakan diwakilkan.” (wawancara, 22
September 2019)
65

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya, kinerja geuchik

dalam pemanfaatan adat gampong perlu ditingkatkan lagi karena selama ini dalam

hal pemanfaatan adat gampong setelah resmi menjadi geuchik partisipasinya dan

keikutsertaannya dalam kegiatan pemanfaatan adat menjadi berkurang dan

kebanyakan diwakilkan.

Berkaitan dengan hal kinerja geuchik dalam pemanfaatan adat, Bapak

Razali selaku warga Gampong Manekawan, mengatakan bahwa:

“Memang benar dalam hal kinerja geuchik dalam pemanfaatan adat

gampong dapat dikatakan belum begitu maksimal dan kurangnya

keikutsertaannya dalam pemanfaatan adat gampong. Untuk meminta

pelayanannya berkaitan dengan pengurusan administrasi mesti harus malam hari

karena pagi kantor geuchik tidak dibuka.” (Wawancara, 17 Juli 2019)

Wawancara di atas menunjukkan bahwa, kinerja geuchik dalam

pemanfaatan adat gampong dapat dikatakan belum begitu maksimal dan

kurangnya keikutsertaannya dalam pemanfaatan adat gampong. Oleh karena itu

kinerja geuchik harus lebih ditingkatkan dan lebih mengayomi agar tercapai

kesejahteraan masyarakatnya.

2.1.2.3 Pengendalian Adat Gampong

Budaya Aceh mempunyai prinsip yang disebut adat dan agama itu tidak

ubahnya seperti zat dan sifat yang tidak dapat dipisahkan. Contoh: dari segi

berbusana, idealnya busana Aceh sangat sederhana yakni busana yang menutup

aurat, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Sebuah ungkapan bijak dalam hadis

maja disebutkan, “Mate Aneuék Meupat Jeurat, Gadoh Adat Pat Tamita.”
66

Ungkapan ini bukan hanya pepatah semata tetapi juga pernyataan yang berisi

penegasan tentang pentingnya melestarikan adat sebagai pranata sosial dalam

hidup bermasyarakat.

Melestarikan adat merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap orang,

baik itu pemerintah, masyarakat, lembaga swasta, komunitas, maupun organisasi

yang terdapat di Aceh. Kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat di

Aceh tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Adat Islam ini diharapkan

dapat tercermin dalam semua tingkah laku dan kehidupan masyarakat Aceh. Adat

gampong merupakan kebiasaan yang dijalani oleh masyarakat yang adat

istiadatnya sangat berkaitan dengan Islam.

Sebagaimana wawancara dengan Bapak Ari Abdullah selaku Geuchik

Gampong Manekawan, mengatakan bahwa:

“Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi turut


mempengaruhi unsur-unsur adat suatu daerah hingga mengalami
perubahan, bahkan bisa menggeser nilai dari keaslian adat itu
sendiri. Padahal ungkapan orang tua dahulu telah mengatakan “
mate anuek mepat jrat, matee adat hoe tamita dan ada juga yang
mengatakan “Adat Bak Po Teumeureuhom, Hukom Bak Syiah
Kuala”, “Hukom Ngon Adat Lage Zat Ngon Sifeut”. Ungkapan lain
yang begitu popular dalam masyarakat Aceh,
misalnya: Adat bersendi syara’, dan Syara’ bersendikan Kitabullah.
Ungkapan terakhir di samping dianut di Aceh, juga menjadi filosofi
dalam masyarakat. Oleh karena itu saya selaku geuchik untuk
pengendalian adat saya lakukan dengan membuat majelis adat yang
mengelola semua adat gampong yang berlaku, memberikan
sosialisasi tentang pentingnya mempertahankan adat gampong, dan
membuat perlombaan-perlombaan.” (Wawancara, 17 Juli 2019)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwasanya, Perkembangan

zaman dan kemajuan teknologi turut mempengaruhi unsur-unsur adat suatu daerah

hingga mengalami perubahan, bahkan bisa menggeser nilai dari keaslian adat itu
67

sendiri. Geuchik Manekawan dalam hal pengendalian adat dilakukan dengan

membuat majelis adat yang mengelola semua adat gampong yang berlaku,

memberikan sosialisasi tentang pentingnya mempertahankan adat gampong, dan

membuat perlombaan-perlombaan.

Berdasarkan wawancara dengan Tgk. Hubby selaku Imum gampong

Manekawan, mengatakan bahwa:

“Selama ini masyarakat Manekawan memanfaatkan adat gampong


sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adat gampong sangat
banyak sekali hingga setiap masyarakat merasa adat gampong
merupakan keharusan yang harus di patuhi. Seperti adat dalam
Pernikahan. Apabila melanggar dari adat istiadat ada beberapa
sanksi yang di berlakukan oleh suatu daerah baik berupa lisan atau
pembayaran denda. Manfaat lain dari adat gampong adalah
menciptakan masyarakat yang rukun dan harmonis di gampong.”
(Wawancara, 18 Juli 2019)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa, masyarakat Manekawan

memanfaatkan adat gampong sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila

melanggar dari adat istiadat ada beberapa sanksi yang di berlakukan oleh suatu

daerah baik berupa lisan atau pembayaran denda. Apabila melanggar dari adat

istiadat ada beberapa sanksi yang di berlakukan oleh suatu daerah baik berupa

lisan atau pembayaran denda.

Pengendalian adat sangat dibutuhkan agar adat gampong yang ada tidak

hilang akibat datangnya adat baru. Masuknya adat baru mengakibatkan adat asli

Aceh semakin lama akan dilupakan. Saban hari, adat dan budaya luar akan masuk

ke Aceh jika tidak adanya upaya pengenalan dan penataan dan pengendalian

budaya Aceh di kalangan masyarakat. Salah satu penyebab masuknya budaya baru

ke Aceh yaitu akibat banyaknya imigran yang datang ke Aceh dan juga akibat

adat dan budaya tersebut tidak sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
68

Bapak Mahmudan selaku tokoh pemuda Gampong Manekawan,

mengatakan bahwa:

“Berkaitan dengan pengendalian adat dan pelestarian adat dengan


keterlibatan pemuda memang sedikit demi sedikit mulai terkikis
kelestariannya. Keikutsertaan pemuda dalam pelestarian adat pun
mulai terus berkurang dan banyak anak muda yang merasa tidak gaul
dan ketinggalan zaman jika mengikuti norma yang ada. Adapun
beberapa kegiatan yang masih tetap terjaga kelestarianya di
Gampong Manekwan yaitu: kenduri blang, maulid, adat perkawinan,
pengajian di meunasah, dan peringatan hari-hari besar Islam.”
(Wawancara, 22 September 2019)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa, berkaitan dengan

pengendalian adat dan pelestarian adat dengan keterlibatan pemuda memang

sedikit demi sedikit mulai terkikis kelestariannya. Adapun beberapa kegiatan yang

masih tetap terjaga kelestarianya di Gampong Manekwan yaitu: kenduri blang,

maulid, adat perkawinan, pengajian di meunasah, dan peringatan hari-hari besar

Islam.

Bapak Iskandar selaku majelis adat Gampong Manekawan, mengatakan

bahwa:

“Pengendalian adat dapat dilakukan melalui pembinaan adat. Hal


itu perlu dilakukan sebagai langkah untuk melestarikan adat istiadat
dan budaya daerah agar terus berkembang dan tidak memudar
sampai ke anak cucu dimasa yang akan datang. Perlu komitmen
untuk menentukan arah kebijakan pemerintah dalam pelestarian dan
pembinaan adat budaya di daerah. Banyak cara yang bisa kita
lakukan untuk melestarikan adat Aceh, seperti yang baru baru ini
saya bisa kita lihat peran pemerintah dalah melestarikan adat dan
budaya Aceh dari mengelar acara Pekan Kebudayaan Aceh, Piasan
Seni dan lain sekarang tugas kita sebagai masyarakat untuk ikut serta
dalam melestarikan adat dan kebudayaan Aceh.” (Wawancara, 22
September 2019)

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa, Pengendalian adat dapat

dilakukan melalui pembinaan adat. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk

melestarikan adat Aceh, seperti yang baru baru ini saya bisa kita lihat peran
69

pemerintah dalah melestarikan adat dan budaya Aceh dari mengelar acara Pekan

Kebudayaan Aceh, Piasan Seni dan lain sekarang tugas kita sebagai masyarakat

untuk ikut serta dalam melestarikan adat dan kebudayaan Aceh.

Tabel 4.5
Pembinaan yang dilakukan majelis Adat dalam
program penataan adat Gampong

No Jenis Kegiatan Cara Pembinaan


1 Kenduri blang Memberikan sosialisasi kepada kujruen
blang kecamatan kemudian kujruen blang
kecamatan memberikan sosialisasi kepada
kujruen blang gampong
2 Maulid Setiap gampong membuat grup zikir Maulud
3 Adat perkawinan Membuat perlombaan tentang adat
perkawinan seperti perlombaan semapa.
3 Nasehat nikah, rujuk dan Memberikan pelatihan kepada tungku imum
talak dalam masalah nikah
4 Pengajian di Meunasah Memberikan dana majelis taklim
(majelis taklim)
5 Peringati Hari-hari besar Membuat perlombaan
Islam

Berkaitan dengan pengendalian adat, Bapak Ridwan selaku anggota Tuha

Peut Gampong Manekawan, mengatakan bahwa:

“Cara yang efektif untuk melestarikan budaya Aceh menumbuhkan


sikap nasionalisme dan cinta tanah air. Budaya Aceh yang kita punya
bukan hanya sekedar simbol semata tetapi itulah warisan indatu kita.
Kita sebagai generasi muda wajib melestarikan dan menjaga
kebudayaan tersebut, jangan sampai kita melupakan kebudayaan
yang telah lama ada dan telah di wariskan turun temurun kepada
kita. Tunjukan kepada dunia bahwa Aceh memiliki sejuta
kebudayaan yang masih dijaga dan tidak pernah dan tidak akan
pernah dilupakan. Kini saatnya kita sebagai generasi muda menjaga
dan melestarikan kebudayaan kita tersebut, kalau bukan kita siapa
lagi.” (Wawancara, 17 Juli 2019)

Wawancara di atas menunjukkan bahwa, Cara yang efektif untuk

melestarikan budaya Aceh menumbuhkan sikap nasionalisme dan cinta tanah air.
70

Budaya Aceh yang kita punya bukan hanya sekedar simbol semata tetapi itulah

warisan indatu kita. Kita sebagai generasi muda wajib melestarikan dan menjaga

kebudayaan tersebut, jangan sampai kita melupakan kebudayaan yang telah lama

ada dan telah di wariskan turun temurun.

Adapun wawancara dengan Bapak Rusli selaku warga Gampong

Manekawan, mengatakan bahwa:

“Kinerja geuchik dalam pengendalian adat gampong masih dapat


dikatakan belum maksimal. Hanya beberapa kegiatan yang masih
tetap terjaga kelestarianya di Gampong Manekwan yaitu: kenduri
blang, maulid, adat perkawinan, pengajian di meunasah, dan
peringatan hari-hari besar Islam. Dalam pelaksanaan kinerjanya
geuchik lebih besar menaruh fokusnya pada pembangunan fisik saja
dan proyek-proyek sendiri.” (Wawancara, 20 September 2019)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa, Kinerja geuchik

dalam pengendalian adat gampong masih dapat dikatakan belum maksimal.

Kinerja geuchik dalam pengendalian adat gampong masih dapat dikatakan belum

maksimal. Hanya beberapa kegiatan yang masih tetap terjaga kelestarianya di

Gampong Manekwan yaitu: kenduri blang, maulid, adat perkawinan, pengajian di

meunasah, dan peringatan hari-hari besar Islam

Selanjutnya, Bapak Iswadi selaku ketua pemuda Gampong Manekawan,

mengatakan bahwa:

“Kinerja geuchik dalam pengendalian adat masih perlu ditingkatkan


dan lebih menganyomi pemuda. Untuk pengendalian adat seni tari
dan saman sudah pernah disarankan untuk membangun sanggar seni
sejak 2 tahun lalu yang tujuannya sebagai salah satu metode
pelestarian adat di Gampong Manekawan. Akan tetapi pelaksanaan
pembangunan tersebut sampai sekarang belum terlaksana
penyebabnya karena ketidakcukupan dana.” (Wawancara, 22
September 2019)

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa, kinerja geuchik

dalam pengendalian adat masih perlu ditingkatkan dan lebih mengayomi pemuda.
71

Hal-hal seperti inilah yang menjadi penyebab hilangnya dan ketidaksukaan

pemuda terhadap budaya sendiri dan akhirnya terkikis oleh zaman.

Dapat disimpulkan bahwasanya, selaku geuchik tidak cukup untuk

pengendalian adat hanya dilakukan dengan membuat majelis adat yang mengelola

semua adat gampong yang berlaku, memberikan sosialisasi tentang pentingnya

mempertahankan adat gampong, dan membuat perlombaan-perlombaan. Akan

tetapi perlu adanya menumbuhkan sifat nasionalisme, cinta tanah air, dan cinta

terhadap adat sendiri sehingga akan tumbuh keinginan untuk melestarikan. Perlu

adanya pula pendekatan persuasif baik dengan masyarakat dan pemuda-pemuda

tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan.

4.1.3 Pembahasan
4.1.3.1Kinerja Geuchik Manekawan Kecamatan Seunuddon Kabupaten
Aceh Utara dalam Menjalankan Tugasnya Dibidang Menata Adat
Gampong Berdasarkan Syariat Islam

Kinerja Geuchik Gampong Manekawan Kecamatan Seunuddon Kabupaten

Aceh Utara dalam menjalankan tugasnya telah sesuai dengan Qanun Kabupaten

Aceh Utara Nomor 4 Tahun 2019, Geusyiek mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan menata adat gampong

berlandaskan syari’at Islam. Dilihat dari segi perencanaan adat gampong,

pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain geuchik

dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan desa dibantu perangkat desa. Demi

kelancaran dalam penyelenggaraan pemerintah gampong berkaitan dengan

perencanaan adat dibentuk majelis adat gampong atas prakarsa pemerintah desa

dan juga masyarakat. Pembentukan ini dilandasarkan atas dasar musyawarah


72

dengan masyarakat dan tokoh-tokoh terkait sehingga dalam perencanaan adat

yang akan dilaksanakan tidak melenceng dari syari’at Islam.

Adat Aceh adalah tradisi yang diwarisi oleh masyarakat Aceh dari masa

lalu sampai saat ini. Beragam makna dan pesan moral dari ritual adat tersebut

menguatkan ciri khas dari kearifan lokal yang harus terus dilestarikan dari masa

ke masa. Adat-adat akan dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya. Matee aneuk meupat jrat, matee adat pat tamita adalah peribahasa

Aceh yang berarti "jika anak meninggal ada kuburannya, hilang adat tidak ada

gantinya". Adat- adat inilah yang menjadi pembeda antara satu daerah dengan

daerah lain dan pelaksanaanya berlandaskan syari’at Islam.

Keberhasilan dari pada perencanaan adat yang berlandaskan syari’at Islam

tidak lepas dari keterlibatan berbagai pihak di dalamnya. Keterlibatan geuchik

sendiri dalam hal perencanaan adat gampong dapat dikatakan aktif karena dalam

segala kegiatan perencanaan adat gampong geuchik tidak pernah tidak berhadir

ketika dalam kegiatan musyawarah. Pentingnya perencanaan dalam segala

kegiatan yang dilakukan menjadi suatu jalan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Berkaitan dengan pemanfaatan adat, adat-adat akan dilaksanakan

berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pemanfaatan adat yang ada di

Gampong Manekawan antara lain adalah adat kenduri blang yang dilaksanakan

oleh masyarakat Aceh sebelum turun ke sawah, adat maulid, adat tulak bala, adat

peutron aneuk, peusijuk, samadiyah yang baru meninggal dunia, meugang jelame.

Pemanfaatan adat merupakan suatu cara untuk menjaga adat supaya jangan sirna.
73

Adat merupakan gagasan kebudayaan, kelembagaan, dan hukum adat yang

lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi

kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat

terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Adat gampong merupakan

kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat gampong tidak bertentangan

dengan ajaran agama Islam. Adat Islam ini diharapkan dapat tercermin dalam

semua tingkah laku dan kehidupan masyarakat Gampong.

Berkaitan dengan kinerja geuchik dalam pemanfaatan adat gampong masih

perlu ditingkatkan lagi karena selama ini dalam hal pemanfaatan adat gampong

setelah resmi menjadi geuchik partisipasinya dan keikutsertaannya dalam

kegiatan pemanfaatan adat menjadi berkurang dan kebanyakan diwakilkan. Oleh

karena itu kinerja geuchik harus lebih ditingkatkan dan lebih mengayomi agar

tercapai kesejahteraan masyarakatnya.

Selanjutnya, dalam hal pengendalian adat gampong, Geuchik Manekawan

melakukan pengendaliannya dengan membuat majelis adat yang mengelola semua

adat gampong yang berlaku, memberikan sosialisasi tentang pentingnya

mempertahankan adat gampong, dan membuat perlombaan-perlombaan.

Pengendalian adat juga dapat dilakukan melalui pembinaan adat. Hal itu perlu

dilakukan sebagai langkah untuk melestarikan adat istiadat dan budaya daerah

agar terus berkembang dan tidak memudar sampai ke anak cucu dimasa yang akan

datang. Selama ini masyarakat Manekawan memanfaatkan adat gampong sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Adat gampong sangat banyak sekali hingga setiap

masyarakat merasa adat gampong merupakan keharusan yang harus di patuhi.


74

Berkaitan dengan pengendalian adat dan pelestarian adat dengan

keterlibatan pemuda memang sedikit demi sedikit mulai terkikis kelestariannya.

Keikutsertaan pemuda dalam pelestarian adat pun mulai terus berkurang dan

banyak anak muda yang merasa tidak gaul dan ketinggalan zaman jika mengikuti

norma yang ada. Adapun beberapa kegiatan yang masih tetap terjaga kelestarianya

di Gampong Manekwan yaitu: kenduri blang, maulid, adat perkawinan, pengajian

di meunasah, dan peringatan hari-hari besar Islam.

Kinerja geuchik dalam pengendalian adat gampong masih dapat dikatakan

belum maksimal. Hanya beberapa kegiatan yang masih tetap terjaga kelestarianya

di Gampong Manekwan yaitu: kenduri blang, maulid, adat perkawinan, pengajian

di meunasah, dan peringatan hari-hari besar Islam. Dalam pelaksanaan kinerjanya

geuchik lebih besar menaruh fokusnya pada pembangunan fisik saja, proyek-

proyek sendiri, dan masih kurang mengayomi pemuda.

Adapun beberapa hal diantaranya yang bisa kita lakukan dalam melakukan

pengendalian adat adalah:

1. Mempelajari adat dan kebudayaan Aceh

Jika kita merasa belum mempunyai kemampunan dan pengetahuan untuk

melesatarikan atau mempraktekan kebudayaan Aceh yang sudah ada dari zaman

dahulu, maka tugas kita adalah mempelajarinya, mempelajari suatu kebudayaan

tersebut harus dengan niat yang tulus, tananmkan dalam diri kita kalau kita

memang cinta kebudayaan Aceh, Insya Allah akan mudah kita mempelajari

kebudayaan Aceh tersebut

2. Mempraktekan adat dan kebudayaan Aceh


75

Jika kita merasa kita telah mempunyai Ilmu atau telah mengerti tentang

sedikit banyak seputar kebudaan Aceh maka peraktekan, karena salah satu metode

agar kita ingat selalu dengan suatu hal adalah dengan mempraktekannya, contoh

seperti tarian, jika kita merasa telah mampu untuk menari maka peraktekan itu di

event event atau kontest kontest yang ada

3. Mengajarkan adat dan kebudayaan Aceh

Jika kita merasa telah mampu dan telah bisa memperaktekan kebudayaan

Aceh yang telah lama kita pelajari maka ajarkan teman teman, atau generasi

generasi penerus, apa itu yang berminat dalam hal tersebut ataupun orang yang

hanya mau mengenal kebudayaan tersebut, karena jika kita bisa mengajarkan

maka kita akan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada orang lain, yang juga

nantinya akan menjaga kelestarian budaya tersebut.

4. Mengenalkan/Mempromosikan adat dan kebudayan Aceh

Ini adalah hal terakhir yang menurut saya sangat penting, seperti kita

ketehui segala sesuatu itu tidak akan ada arti jika tidak ada yang mengenal, begitu

juga kebudayaan kita, salah satu cara melestarikannya adalah dengan

mengenalkan/mempromosikan kebudayaan kita, dengan berbagai media, apa lagi

seperti yang kita ketahui bahawa saat ini teknologi sangatlah canggih, hal yang

paling efektif adalah mengenalkan budaya aceh ke internet dengan media seperti

blog dan sosial media.

Anda mungkin juga menyukai