5. Perubahan Sosial dan Legislatif: Pemogokan dan aksi industri dalam masa
industrialisasi telah berkontribusi pada perubahan sosial dan legislasi yang penting.
Aksi pekerja yang kuat dapat memperjuangkan perubahan kebijakan dan perundangan
yang melindungi hak-hak pekerja, seperti undang-undang perlindungan tenaga kerja,
undang-undang upah minimum, dan undang-undang mengenai jam kerja yang adil.
Pemogokan dan aksi industri dalam masa industrialisasi memainkan peran penting dalam
pergerakan buruh. Mereka adalah alat yang efektif bagi pekerja untuk menyampaikan
tuntutan mereka, meningkatkan kondisi kerja, dan memperjuangkan hak-hak mereka di
tengah perubahan sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh industrialisasi.
1.5 Hak Buruh dan Legislasi
Dalam masa industrialisasi, hak buruh menjadi perhatian utama karena kondisi kerja
yang keras dan eksploitasi yang dialami oleh para pekerja. Untuk melindungi kepentingan
pekerja dan memperbaiki kondisi kerja, berbagai legislasi dan undang-undang terkait hak
buruh diperkenalkan. Berikut adalah beberapa contoh hak buruh dan legislasi yang relevan
dalam masa industrialisasi:
1. Undang-Undang Perlindungan Tenaga Kerja: Undang-undang perlindungan tenaga
kerja diperkenalkan untuk melindungi pekerja dari eksploitasi dan penyalahgunaan
oleh majikan. Undang-undang ini dapat mencakup ketentuan terkait jam kerja
maksimum, upah minimum, cuti yang layak, perlindungan terhadap diskriminasi,
keamanan dan kesehatan kerja, dan hak untuk membentuk serikat pekerja.
2. Undang-Undang Ketenagakerjaan: Undang-undang ketenagakerjaan berfungsi
sebagai kerangka hukum yang mengatur hubungan antara pekerja dan majikan.
Undang-undang ini dapat mencakup ketentuan tentang kontrak kerja, pemutusan
hubungan kerja, pemenuhan hak-hak pekerja, perlindungan terhadap pekerja anak,
serta peraturan mengenai pengupahan dan jaminan sosial.
3. Undang-Undang Upah Minimum: Undang-undang upah minimum ditetapkan untuk
memastikan bahwa pekerja menerima upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar mereka. Undang-undang ini menetapkan tingkat upah minimum yang harus
dibayar oleh majikan kepada pekerja, sehingga melindungi pekerja dari upah yang
tidak memadai.
4. Undang-Undang Perlindungan Keselamatan Kerja: Undang-undang perlindungan
keselamatan kerja bertujuan untuk memastikan keamanan dan kesehatan pekerja di
tempat kerja. Undang-undang ini mengatur standar keselamatan kerja, pelatihan
keselamatan, pemeriksaan keselamatan, dan prosedur untuk melaporkan dan
menangani kecelakaan kerja.
5. Undang-Undang Perlindungan Pekerja Perempuan dan Anak: Undang-undang
perlindungan pekerja perempuan dan anak diperkenalkan untuk melindungi hak-hak
khusus mereka dalam konteks industri. Undang-undang ini mungkin melarang
penggunaan tenaga kerja anak, memberikan perlindungan khusus bagi pekerja
perempuan seperti cuti melahirkan, dan mengatur kondisi kerja yang aman dan layak
bagi mereka.
6. Konvensi Buruh Internasional: Selain legislasi nasional, gerakan buruh juga berperan
dalam mencapai kesepakatan internasional untuk melindungi hak-hak pekerja.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) memainkan peran penting dalam
mengembangkan dan mengadopsi konvensi buruh internasional yang mengatur
berbagai aspek hak buruh, seperti hak untuk berorganisasi, perlindungan
ketenagakerjaan, dan penghapusan kerja paksa.
Legislasi dan hak buruh yang berkembang dalam masa industrialisasi bertujuan untuk
melindungi kepentingan pekerja, meningkatkan kondisi kerja, dan menyeimbangkan
kekuatan antara majikan dan pekerja. Meskipun proses ini memerlukan waktu dan
perjuangan, hak buruh dan legislasi yang ada saat ini telah menghasilkan perubahan sosial
yang signifikan dan menghadirkan perlindungan yang lebih baik bagi para pekerja.
1.6 Gerakan Perburuhan Internasional
Gerakan perburuhan internasional dalam masa industrialisasi adalah upaya kolaboratif
antara serikat pekerja dan aktivis buruh di berbagai negara untuk memperjuangkan hak-hak
pekerja secara global. Gerakan ini bertujuan untuk menghadapi tantangan dan eksploitasi
yang dialami oleh pekerja dalam konteks industrialisasi yang berkembang.
Berikut adalah beberapa aspek penting tentang gerakan perburuhan internasional dalam masa
industrialisasi:
1. Solidaritas Internasional: Gerakan perburuhan internasional didasarkan pada prinsip
solidaritas antara pekerja di berbagai negara. Serikat pekerja dan aktivis buruh bekerja
sama untuk mendukung perjuangan pekerja di negara lain, membagikan pengalaman,
dan bersatu untuk mencapai tujuan bersama dalam meningkatkan kondisi kerja dan
perlindungan hak-hak pekerja.
2. Pertukaran Informasi: Gerakan perburuhan internasional melibatkan pertukaran
informasi dan pengetahuan antara serikat pekerja di berbagai negara. Hal ini
memungkinkan mereka untuk belajar dari pengalaman satu sama lain,
mengidentifikasi praktik terbaik, dan mengembangkan strategi yang efektif dalam
memperjuangkan hak-hak pekerja.
3. Kampanye Global: Gerakan perburuhan internasional sering kali melibatkan
kampanye global untuk mendukung tuntutan pekerja di berbagai negara. Kampanye
ini dapat mencakup seruan untuk boikot terhadap perusahaan yang melanggar hak-hak
pekerja, aksi solidaritas, protes di tingkat internasional, dan upaya mempengaruhi
kebijakan dan regulasi global yang berhubungan dengan ketenagakerjaan.
4. Aliansi dan Jaringan Internasional: Gerakan perburuhan internasional membangun
aliansi dan jaringan internasional antara serikat pekerja, organisasi buruh, dan aktivis
di berbagai negara. Aliansi ini memungkinkan mereka untuk bekerja sama dalam
menyusun strategi, mengorganisir aksi bersama, dan memperkuat pengaruh mereka
dalam mempengaruhi kebijakan dan perubahan sosial di tingkat global.
5. Konvensi dan Deklarasi Internasional: Organisasi Buruh Internasional (ILO) memiliki
peran penting dalam mengembangkan konvensi buruh internasional dan deklarasi
yang melindungi hak-hak pekerja di tingkat global. Konvensi seperti Konvensi ILO
tentang Hak untuk Berorganisasi dan Berunding Secara Kolektif (Konvensi No. 87)
dan Konvensi ILO tentang Larangan Pekerjaan Paksa atau Wajib (Konvensi No. 29)
memberikan kerangka kerja hukum yang penting dalam perlindungan hak-hak pekerja
di tingkat internasional.
6. Pengaruh Pada Perusahaan Multinasional: Gerakan perburuhan internasional
berupaya untuk mempengaruhi perusahaan multinasional agar bertanggung jawab
secara sosial dan menghormati hak-hak pekerja di seluruh rantai pasokan mereka.
Mereka mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik kerja yang adil,
memberikan upah yang layak, menjamin keselamatan kerja, dan menghormati hak
asosiasi pekerja.
Gerakan perburuhan internasional dalam masa industrialisasi memiliki peran penting dalam
memperjuangkan hak-hak pekerja di tingkat global, membangun solidaritas, dan
meningkatkan kondisi kerja secara keseluruhan.
1.7 Interseksionalitas dan Serikat Buruh
Interseksionalitas adalah pendekatan yang mengakui bahwa individu memiliki
identitas yang kompleks dan saling terkait yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ras,
jenis kelamin, kelas sosial, orientasi seksual, dan disabilitas. Dalam konteks gerakan buruh
dan serikat pekerja dalam masa industrialisasi, interseksionalitas menjadi penting karena
perjuangan buruh tidak hanya berkaitan dengan kelas sosial, tetapi juga dengan faktor-faktor
identitas lainnya.
Berikut adalah beberapa aspek mengenai interseksionalitas dan peran serikat pekerja dalam
masa industrialisasi:
1. Pengakuan Keberagaman Pekerja: Serikat pekerja yang berpegang pada pendekatan
interseksionalitas memahami bahwa anggotanya memiliki identitas yang beragam.
Mereka memperjuangkan hak-hak pekerja tidak hanya berdasarkan kelas sosial, tetapi
juga mempertimbangkan pengaruh faktor-faktor identitas lain seperti jenis kelamin,
ras, orientasi seksual, dan disabilitas.
2. Membedah Ketidaksetaraan: Pendekatan interseksionalitas membantu serikat pekerja
dalam mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan yang dialami oleh pekerja
yang terjebak dalam berbagai sistem penindasan. Misalnya, mereka mungkin
memperjuangkan kesetaraan upah antara pekerja laki-laki dan perempuan, mengatasi
rasisme di tempat kerja, atau memperjuangkan aksesibilitas bagi pekerja dengan
disabilitas.
3. Kolaborasi dengan Gerakan Sosial Lain: Serikat pekerja yang menganut pendekatan
interseksionalitas dapat berkolaborasi dengan gerakan sosial lain yang
memperjuangkan hak-hak individu berdasarkan faktor identitas tertentu. Misalnya,
mereka dapat bermitra dengan gerakan feminis, gerakan LGBT, atau gerakan anti-
rasisme untuk memperjuangkan tujuan bersama dalam mencapai kesetaraan dan
keadilan.
4. Inklusi dan Pemimpinan yang Representatif: Serikat pekerja yang menganut
pendekatan interseksionalitas berupaya untuk menciptakan lingkungan yang inklusif
dan memastikan pemimpinan yang representatif. Mereka mendorong partisipasi aktif
pekerja dari berbagai latar belakang dan identitas dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan serikat pekerja.
5. Pelatihan dan Pendidikan: Serikat pekerja dapat menyediakan pelatihan dan
pendidikan yang mengedukasi anggotanya tentang isu-isu interseksional dan
pentingnya memperjuangkan hak-hak pekerja secara inklusif. Ini membantu
membangun kesadaran dan pemahaman yang lebih baik tentang ketidaksetaraan dan
penindasan yang dialami oleh individu dengan identitas yang beragam.