Anda di halaman 1dari 17

2.

2 Kalimat Tanpa Subjek dan atau Predikat

Pada umumnya: setiap kalimat terdiri atas beberapa unsur yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek
(0), dan Keterangan (K}, Akan tetapi, pada dasarnya setiap kalimat terdiri atas dua bagian yang saling
melengkapi yaitu S dan P. O dan K hanyalah keterangan lebih lanjut terhadap P atau bagian kalimat yang
menerangkan P.

Akhdiah dkk.. mengatakan bahwa setiap kalimat yang baik harus memiliki Subjek dan Predikat
( 1985;3 ). Ini berarti jika salah satu atau kedua unsur kalimat ( S dan P ) tidak ada, kalaimat itu terasa
janggal dan tidak efektif karena kedua unsur itu merupakan sendi atau dasar kalimat yang mendukung
ide pokok suatu kalimat. I:barat sebuah bangunan, jika tidak memiliki dasar yang kokoh, bangunan itu
menjadi kurang kuat sehingga mudah roboh.

Memang, dua unsur kalimat ini ( S dan P ) tidak sama sifatnya dengan dua unsur kalimat
lainnya. 0 dan K tidaklah selalu mesti hadir'dalam suatu kalimat. Dengan kata lain, tidaklah setiap
kalimat mesti mengandung 0 dan K. Dalam Bahasa Indonesia memang dikenal istilah kalimat tak
sempurna yaitu kalimat yang tidak bersubjek atau tidak berpredikat atau tidak bersubjek dan tidak
berpredikat, Kalimat semacam ini juga disebut kalimat yaitu kalimat yang salah satu atau kedua
unsurnya tidak ada. Istilah tidak ada ini hanya ditinjau seca.ra eksplisit, sesunnguhnya.tidak ada istilah
kalimat Marilah kita perhatikan beberapa kalimat berikut.

1. Lemparkan

3. Dian

4. Perampok

5. Kemarin pagi

Lepas dari situasi dan kondisi lahirnya kalimat-kalimat di atas jelas ada unsur inti kalimat yang dielipkan
Akan tetapi, dengan memahami bagaimana situasi dan kondisi laihirnya kalimat-kalimat Itu,
kenyataannya menjadi lazim. Secara eksplisit, kalimat 1 dan 2 di atas tidak bersubjek. Dia hanya
dibentuk oleh P. Akan tetapi, secara implisit S kalimat itu ada yaitu lawan bicara. Selanjutnya, kalimat 3,
4, dan 5 bisa saja merupakan kalimat jawab singkat terhadap pertanyaan berikut,

- Siapa menyapu di halaman ? Dian

- Siapa dipukuli warga ? Perampok

- Kapan peristiwa itu terjadi ? Kemarin pagi


P

Dengan menghubungkan kalimat-kalimat tanya dengan kalimat-kalimat jawabnya seperti di atas


dapatlah dikatakan secara eksplisit kalimat “Dian” dan "Perampok'' tidak mengandung P, tetapi secara
implisit P kalimat itu ada yaitu masing-masing menyapu dan dipukuli. Selanjutnya kalimat "Kemarin
pagi”tidak mengandung S dan P (secara eksplisit ), Akan tetapi, secara implisit S dan P kalimat itu ada
yaitu masing-masing Peristiwa itu/ terjadi…… dan

Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dikatakan bahwa kalimat tak sempurna hanya ada jika sebuah
kalimat ditin jau secara tersendiri, Dalam satu unit wacana yang lebih luas tidak ada istilah kalimat tak
sempurna ( kalimat elips ) karena apa yang dianggap tidak ada itu sesungguhnya ada. Secara eksplisit
kedua unsur inti kalimat itu tidak ada, tetapi secara implisit kedua unsur inti kalimat itu ada. Jadi, setiap
kalimat yang baik harus memiliki S dan P. Dalam kenyataan sehari-hari, sering kita menjumpai kalimat
yang sulit kita ketahui atau kita cari S dan atau P-nya.

Misalnya :

- Kepada undangan harap berdiri,

- Bagi yang belum melunasi uang SPP harap menghadap ke kantor

Kedua kalimat di atas tergolong kalimat yang tidak baku secara jelas. boleh dikatakan kedua kalimat itu
tidak memiliki S. Hal ini disebabkan oleh hadirnya kata tugas kepada dan bagi di depan kata-kata yang
semuanya berfungsi sebagai yaitu hadirin dan ano belum melunasi_ uang_ SPP_. Dengan
rnenghi.langkan kedua kata tugas itu kita akan mendapat dua buah kalimat yang baku yaitu :

Kesalahan serupa ini bisa juga diatasi dengan mengubah

fakultas kita masih memerlukan tenaga pengajar bisa diubah menjadi kalimat yang baku di
fakultas kita masih diperlukan
Bila Anda menerima surat undangan pesta perkawinan, Anda mungkin menjumpai kalimat yang
berbunyi sebagai berikut:

Merupakan kebahagiaan dan kehormatan bagi kami apabila Bapak/Ibu/Saudara hadir pada resepsi
tersebut.

Boleh jadi, Anda mengira kalimat tadi biasa-biasa saja, tidak bermasalah, apalagi hampir semua surat
undangan pesta perkawinan yang Anda terima memuat kalimat seperti itu. Jika pendapat Anda
demikian, Anda telah terkecoh oleh kalimat tersebut. Masalahnya, kalimat tersebut bermasalah karena
tidak bersubyek.

Kalau kalimat di atas kita analisis, hasilnya:

Merupakan kebahagiaan dan kehormatan bagi kami / apabila

Bapak/Ibu/Saudara hadir pada resepsi tersebut.

Jelaslah subyek (S) kalimat itu tidak ada. Secara semantik, kalimat tadi teruji dengan pertanyaan “Apa
yang merupakan kebahagiaan dan kehormatan bagi kami?” Jawabannya , “Bapak/Ibu/Saudara hadir
pada resepsi tersebut”. Karena jawabannya tanpa apabila, penggunaan apabila tidak benar. Kesalahan
itu dikuatkan oleh analisis struktural yang lain. Misalnya, kalimat tersebut kita tata kembali sehingga
terbentuk kalimat sebagai berikut:
Apabila Bapak/Ibu/Saudara hadir pada resepsi tersebut/merupakan kebahagiaan dan kehormatan bagi
kami.

Dari penataan kembali (permutasi) itu tampak jelas kejanggalan tadi. Agar kalimat tersebut berterima,
kata sambung apabila ganti dengan bahwa sehingga hasilnya:

Merupakan kebahagiaan dan kehormatan bagi kami / bahwa

Bapak/Ibu/Saudara hadir pada resepsi tersebut.

Permutasinya:

Bahwa Bapak/Ibu/Saudara hadir pada resepsi tersebut /

Merupakan kebahagiaan dan kehormatan bagi kami.

Dalam makalah atau karya tulis yang lain sering terdapat pola kalimat yang berbunyi:
(2) Tidak mengherankan apabila mutu pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan.

Seperti kalimat (1), kalimat (2) itu pun tidak benar sebab tidak bersubyek. Kejanggalan makin terlihat
kalau kalimat tadi kita tata kembali. Perhatikan penataan kembali (permutasi) kalimat di bawah ini!

Apabila mutu pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan,

tidak mengherankan.

Secara semantis, kita dapat bertanya, “Apa yang tidak mengherankan?”. Dari jawaban itu sekali lagi
terbukti penggunaan apaila tidak tepat. Karena itu, apabila perlu kita ganti dengan bahwa sehingga
kalimat (2) berbunyi seperti di bawah ini.

Tidak mengherankan / bahwa mutu pendidikan di Indonesia kurang

PS

menggembirakan.

Permutasinya:

Bahwa mutu pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan


S

/ tidak mengherankan.

Kesalahan yang sama tampak pada kalimatdi bawah ini:

(3) Wajar kalau nilai Yen merosot.

Permutasinya:

Kalau nilai Yen merosot / wajar.

KP

Bandingkan kalimat tersebut dengan kalimat berikut

Bahwa nilai Yen merosot / wajar.

SP

Jelaslah penggantian kalau dengan bahwa menghasilkan kalimat yang benar, yang rasional karena
bersubyek. Dengan penggantian kalau dengan bahwa, kalimat yang semula berpola P + K atau K + P
menjadi P + S atau S + P.
Agar Anda menguasai pola kalimat yang tidak baku itu, di bawah ini disajikan beberapa kalimat yang
perlu Anda cermati.

(4) Tidak benar jika ada upaya menyingkirkan Muhammadiyah.

(5) Bohong besar bila masyarakat sepak bola tidak kecewa atas prestasi PSSI di Kualalumpur baru-baru
ini.

(6) Pantas kalau harga barang-barang melonjak.

(7) Salah apabila langgam Jawa tidak mengenal kritik.

Tentu saja, penggantian jika, bila, kalau, dan apabila dengan bahwa menghasilkan kalimat yang baku.

Dari pengamatan terbukti pola kalimat yang tidak benar itu tidak sedikit jumlahnya. Boleh dikatakan,
pola kalimat P + K atau K + P merupakan salah satu ciri kalimat yang tidak baku. Dibawah ini data lain.

(8) Menjadi kewajiban kita untuk membayar pajak.

(9) Adalah sulit untuk memecahkan masalah itu.

(10) Dengan masuknya listrik ke desa berarti kesejahteraan masyarakat desa meningkat.

(11) Sebagai generasi penerus harus tanggap terhadap kesenjangan sosial.

(12) Diharapkan agar Pemilihan Umum 1997 berlangsung jujur dan adil.
(13) Suatu kesalahan besar untuk meremehkan bahasa daerah.

(14) Bagaimana dengan studi Anda?

(15) Tidak demikian dengan negara-negara berkembang.

Semua pola kalimat di atas berpola P + K kecuali kalimat (10) dan (11) yang berpola K + P. karena
kalimat-kalimat di atas tidak bersubyek, Anda perlu menyuntingnya sehingga bersuyek. Suntingan Anda
benar bila sama dengan kalimat-kalimat di bawah ini.

(8) Menjadi kewajiban kita / membayar pajak.

PS

Membayar pajak / menjadi kewajiban kita.

SP

(9) Sulit / memecahkan masalah itu.

PS

Memecahkan masalah itu / sulit.

SP
(10) Dengan masuknya listrik ke desa / kesejahteraan masyarakat desa /

KS

meningkat.

Masuknya listrik ke desa / berarti kesejahteraan masyarakat desa

meningkat.

(11) Sebagai generasi penerus / generasi muda / harus tanggap terhadap

KS

kesenjangan sosial.

(12) Diharapkan / Pemilihan Umum 1997 / berlangsung jujur adil.


PSP

(13) Suatu kesalahan besar / meremehkan bahasa daerah.

PS

Meremehkan bahasa daerah / suatu kesalahan besar.

SP

(14) Bagaimana / studi Anda?

PS

Studi Anda / bagaimana?

SP

(15) Tidak demikian / negara-negara berkembang.

PS

Negara-negara berkembang / tidak demikian.


SP

Itulah beberapa contoh kalimat yang tidak bersubyek. Masih banyak yang lain. Dari segi nalar (logika),
kalimat-kalimat tersebut rancu (kontaminatif). Setidaknya, pikiran yang terkandung dalam kalimat-
kalimat terseut kurang jernih. Kalau kalimat-kalimat itu terdapat pada bahasa lisan atau ditulis oleh
orang awam, itu wajar, itu biasa-biasa saja. Namun masalahnya menjadi serius dan memilukan karena
kalimat-kalimat yang tidak baku itu menghiasi juga karya tulis resmi dan karya tulis ilmiah.

Sebagai penutup, bagaimana pendapat Anda tentang kalimat di bawah ini?

(16) Laporkan bila sopir ngebut!

(17) Diumumkan kepada para mahasiswa untuk segera mengambil KRS.

Diposkan oleh Jannahunesa di 16.09 Tidak ada komentar: Link ke posting ini

SAYA UCAPKAN TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA

Kalimat tersebut diucapkan oleh Pak Dipo pada suatu kesempatan. Pada kesempatan lain ia
mengucapkan “Atas perhatian Anda, saya ucapkan terima kasih”. Pada kesempatan berikutnya
terdengar dari mulut Pak Dipo kalimat “Terima kasih saya ucapkan atas per-hatian Anda”.

Dari ketiga kalimat tersebut tampak bahwa letak suku-suku kalimat (frase) yang terdiri atas saya
ucapkan, terima kasih, dan atas perhatian Anda mengalami perubahan. Meskipun demikian, gagasan
ketiga kalimat itu tidak berbeda. Bahkan gagasan yang terkandung di dalamnya dapat sampai dengan
cepat kepada penerima. Jadi, perubahan letak suku-suku kalimat pada ketiga kalimat tersebut tidak
menimbulkan salah tafsir atau gangguan komunikasi.

Perpindahan suku kalimat (frase) yang seperti itu disebut permutasi. Anda dapat juga membatasi
pengertian permutasi dengan cara lain. Misalnya, permutasi itu penataan kembali (rekonstruksi) sebuah
kalimat atas dasar frase-frasenya.
Marilah kita perhatikan permutasi lain yang terlihat pada contoh di bawah ini

(1) Kepada para pemenang diberikan penghargaan.

Permutasinya:

Kepada para pemenang / penghargaan / diberikan.

Diberikan / kepada para pemenang / penghargaan.

Diberikan / penghargaan / kepada para pemenang.

Penghargaan / kepada para pemenang / diberikan.

Penghargaan / diberikan / kepada para pemenang.

(2) Menurut Sudomo, lulusan SMTA belum siap pakai.

Permutasinya:

Menurut Sudomo, belum siap pakai lulusan SMTA.

Belum siap pakai, menurut Sudomo, lulusan SMTA.


Belum siap pakai lulusan SMTA menurut Sudomo.

Lulusan SMTA belum siap pakai menurut Sudomo.

Lulusan SMTA, menurut Sudomo, belum siap pakai.

Kalimat judul (dengan permutasinya) dan kedua kalimat terakhir (dengan permutasinya), ternyata,
kalimat yang baku (gramatikal), karena semua kalimat baku mempunyai kesanggupan untuk
dipermutasikan, kita dapat menyimpulkan bahwa kalimat yang baku memperlihatkan pemakaian frase-
frase yang dapat dipermutasikan tanpa menimbulkan perubahan makna atau kejanggalan.

Sekarang kita perhatikan kalimat:

(3) Siapa tidak masuk hari ini?

Kalau kita pindahkan frase-frasenya terbentuk kalimat-kalimat:

Tidak masuk / siapa / hari ini?

Tidak masuk / hari ini / siapa?

Siapa / hari ini / tidak masuk?

Hari ini / siapa / tidak masuk?

Hari ini / tidak masuk / siapa?


Kejanggalan kalimat-kalimat tersebut benar-benar terasa setelah kita membandingkannya dengan:

Yang tidak masuk / siapa / hari ini?

Yang tidak masuk / hari ini / siapa?

Siapa / hari ini / yang tidak masuk?

Hari ini / siapa / yang tidak masuk?

Hari ini / yang tidak masuk / siapa?

Kiranya, kelima kalimat terakhir itulah yang betul (baku, gramatikal).

Agar persoalannya menjadi lebih jelas, kita memerlukan lagi data yang lain. Kita ambil saja, misalnya,
kalimat:

(4) Tanah ini akan dibangun industri.

Kalau frase-frasenya kita pindahkan, kita akan segera mengetahui bahwa kalimat (4) ini tidak baku.
Baiklah, kita perhatikan permutasinya yang berbunyi:

Tanah ini / industri / akan dibangun.

Akan dibangun / tanah ini / industri.


Akan dibangun / industri / tanah ini.

Industri / tanah ini / akan dibangun.

Industri / akan dibangun / tanah ini.

Dari permutasian itu terlihat bahwa gagasan kalimat (4) agak kacau. Hal ini terungkap jika kita bertanya,
“Yang akan dibangun tanah ini ataukah industri?” Kejelasan gagasan akan terwujud bila kalimat (4) itu
berbunyi “Di tanah ini akan dibangun industri”.

Permutasinya:

Di tanah ini / industri / akan dibangun.

Akan dibangun / di tanah ini / industri.

Akan dibangun / industri / di tanah ini.

Industri / akan dibangun / di tanah ini.

Industri / di tanah ini / akan dibangun.

Data di atas menunjukkan bahwa jika sebuah kalimat terasa janggal setelah mengalami permutasi,
kalimat seperti itu bukan kalimat yang baku.
Dengan uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa permutasi dapat mengukur kalimat yang baku dan yang
tidak baku.

Sekarang silakan Anda menata kembali kalimat-kalimat:

(5) Sampai kemarin baru empat negara memberikan nama pemain.

(6) Para peserta KB Lestari diberikan penghargaan.

(7) Tak seorang pun meninggal dalam kecelakaan itu.

(8) Selama dua hari ini sudah lima penjahat ditembak.

(9) Menurut berita, hanya bagian kepala tidak ada.

Hasil penataan kembali (permutasi) yang Anda lakukan menunjukkan bahwa kalimat-kalimat tersebut
kurang baku. Bandingkan kalimat-kalimat tadi dengan:

(9) Sampai kemarin baru empat negara yang memberikan nama pemain.

(10) Para peserta KB Lestari diberi penghargaan.

(11) Tak seorang pun yang meninggal dalam kecelakaan itu.

(12) Selama dua hari ini sudah lima penjahat yang ditembak.
(13) Menurut berita, hanya bagian kepala yang tidak ada.

Sudah barang tentu, kelima kalimat yang terakhir itulah yang baku.

Anda dapat mencari contoh yang lain, bukan?

Anda mungkin juga menyukai