Anda di halaman 1dari 39

KALIMAT BAKU

DAN EFEKTIF
H A N I M E I TA M A R A - 3 6 0 0 0 0 5

Kalimat baku adalah sebuah kalimat standar yang


dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah.
Kalimat baku
Kalimat yang secara efektif dapat dipakai untuk
menyampaikan gagasan secara tepat.
Tujuannya, agar intonasi tersampaikan secara baik.

KALIMAT
BAKU

Sebuah kalimat dapat dikategorikan sebagai


kalimat baku jika memenuhi syarat-syarat :
1. Struktur kalimat
2. Bentukan kata
3. Makna kalimat
4. Kaidah ejaan. Keempat syarat tersebut harus
dipenuhi. Jika ada yang tidak terpenuhi,
kalimat tersebut tidak dapat disebut kalimat
baku.

STRUKTUR KALIMAT
Syarat struktur kalimat adalah syarat yang
berhubungan dengan kaidah-kaidah kalimat. Berikut ini
beberapa kaidah kalimat yang sering diabaikan
sehingga kalimat yang kita buat bukanlah sebuah
kalimat baku.

1. HARUS
MEMILIKI S DAN P

PERHATIKAN KALIMAT (1) DI BAWAH INI!


Kalimat baku harus memiliki S dan P Ketidakhadiran S
atau P menyebabkan kalimat tidak baku.
(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji
pegawai.
Jika dianalisis unsur-unsurnya, kalimat tersebut tidak
memiliki S. Kelompok kata dalam rapat itu berfungsi
sebagai K sebab merupakan frase preposisional yang
diawali preposisi dalam. Kata membahas menempati
fungsi P. Kelompok kata masalah kenaikan gaji pegawai
adalah O kalimat itu. Pola kalimat tersebut adalah
(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji

Karena itu, kalimat tersebut tidak merupakan kalimat


baku. Agar menjadi kalimat baku, perbaikan dapat
dilakukan sebagai berikut:
Menghilangkan preposisinya sehingga menjadi frane
nominal, dengan demikian kalimat itu menjadi
(1a) Rapat itu membahas masalah kenaikan gaji
pegawai.
S P O
Mengubah kata kerja membahas dalam kalimat itu
menjadi dibahas sehingga kalimat itu menjadi
(1b) Dalam rapat itu dibahas masalah kenaikan gaji

2. HUBUNGAN P
DENGAN UNSUR
YANG
MENGIKUTINYA

PERHATIKAN KALIMAT (2) DI BAWAH


INI!

Unsur P dapat diikuti O, Pel., atau K bergantung pada jenis kata


yang mengisi unsur P itu. Jika P ditempati oleh kata yang bukan
kata kerja, berarti dalam kalimat itu tidak ada O atau Pel. Di
dalam kalimat aktif transitif, hubungan P dan O sangat rapat
sehingga tidak boleh disisipi preposisi. Perhatikan kalimat (2) di
bawah ini.
(2) Kami akan mendiskusikan tentang hal itu nanti.
S P O
Berdasarkan polanya terlihat bahwa kalimat (2) adalah kalimat
aktif transitif, tetapi kalimat itu menjadi tidak baku sebab antara P
dan O-nya terdapat preposisi tentang. Agar menjadi kalimat baku,
semestinya preposisi tentang pada kalimat itu dihilangkan
sehingga kalimat menjadi

3. PEMASIFAN
DENGAN TEPAT

PERHATIKAN KALIMAT (3) DI


BAWAH INI!
Berbicara tentang kalimat pasif biasanya sebagian besar di
antara kita terbayang kalimat dengan P berupa kata kerja
berawalan di-. Padahal, ada bentuk kalimat pasif yang justru
tidak boleh mempergunakan kata kerja berawalan di-.
Bilamana kita menggunakan di- atau tidak akan dijelaskan di
bawah ini. Perlu diingat yang dapat dipasifkan adalah kalimat
aktif transitif, selain itu tidak dapat dipasifkan.
Perhatikan kalimat (3) di bawah ini.
(3) Kita sedang membicarakan kenaikan tarif listrik.
S P O

Kalimat (3) berdasarkan polanya termasuk ke dalam kalimat


aktif transitif sehingga kalimat tersebut dapat dijadikan kalimat
pasif. Sebelum dilakukan pemasifan, kita harus perhatikan dulu
kata yang menempati unsur S. S kalimat (3) diisi oleh kata kita
yang ternyata termasuk ke dalam pronomina persona (kata
ganti orang) pertama. Dalam kaidah bahasa Indonesia, jika S
kalimat aktif ditempati oleh pronomina persona pertama dan
kedua, pemasifan tidak boleh dengan cara mengubah memenjadi di- pada predikatnya. Langkah pemasifan dengan S
berupa pronomina persona pertama dan kedua sebagai berikut
Hilangkan awalan me- pada kata yang menempati P.
Bila ada adverbia (akan, sedang telah, tidak, ) ke depan
pronomina.
Bagian O pada kalimat aktifnya dapat diletakkan di awal atau
akhir kalimat.

4. PELESAPAN
UNSUR DALAM
KALIMAT
MAJEMUK

Kalimat majemuk baik setara maupun bertingkat sering


mengalami pelesapan unsur yang disebabkan satu atau lebih
unsur pada klausa-klausanya diisi oleh kata atau frase yang
sama. Misalnya,
(4) Sebab tidak belajar semalam, Andika tidak bisa menjawab
soal itu.
P K
SP
O
Kalimat (4) di atas merupakan kalimat yang mengalami
pelesapan S. Asalnya kalimat itu berbunyi
(4a) Sebab Andika tidak belajar semalam, Andika tidak bisa
menjawab soal itu.
S PK S P O

Kalimat (4a) terdiri atas dua klausa: klausa pertama sebab


Andika tidak belajar dan klausa kedua Andika tidak bisa
menjawab soal itu. Kedua klausa itu ternyata memiliki S
yang sama yaitu Andika. Sebab itu, kata Andika yang
mengisi S pada klausa pertama harus dihilangkan agar
kalimat lebih hemat. Hasil menghilangkan unsur pada salah
satu klausa sebab adanya kesamaan kata/frase yang
mengisi unsur yang sama pada dua klausa yang berbeda
dalam satu kalimat itu disebut kalimat majemuk pelesapan.

5 . M E M P E R H ATI K A N
ASAS KESEJAJARAN
B E N T U K / PAR A L E L I S M E

Asas kesejajaran atau paralelisme dalam kalimat merupakan


penerapan peristiwa morfologis dalam proses sintaksis. Proses
morfologis biasanya berkaitan dengan pemakaian imbuhan,
sedangkan proses sintaksis adalah proses penyusunan sebuah
kalimat. Asas kesejajaran dipakai sebab berkaitan dengan
keruntutan proses berpikir.
Perhatikan kelompok kata di bawah ini.
(5) Pusat Pendidikan dan Latihan
Kelompok kata (5) tidak menerapkan asas kesejajaran. Kata
pendidikan dibentuk dari kata dasar yang diberi konfiks pe-an,
sedangkan kata latihan dibentuk dari kata dasar yang diberi
akhiran an. Agar sejajar, semestinya kata latihan diganti menjadi
pelatihan.

6. BENTUKAN
KATA

Yang dimaksud bentukan kata adalah proses


pengimbuhan dan makna gramatikal imbuhan.
Penerapan imbuhan mempunyai kaidah atau aturan.
Melekatkankan imbuhan pada kata dasar dapat
menyebabkan perubahan bentuk imbuhan bergantung
pada kata dasar yang dilekatinyanya agar
pengucapannya menjadi lancar. Setelah dilekatkan
pada kata dasar, imbuhan akan memunculkan makna
yang biasanya disebut makna gramtikal. Sering kita
keliru memahami makna imbuhan tersebut sehingga
pemakaian kata tersebut dalam kalimat menjadi salah.

Salah satu kaidah yang perlu diingat agar pengimbuhan


menjadi tepat adalah proses nasalisasi. Proses nasalisasi
diambil dari istilah konsonan nasal yaitu konsonan yang
dihasilkan sebab udara yang keluar dari paru-paru melalui
hidung. Konsonan nasal ada empat buat, yaitu /m/, /n/, /ng/,
dan /ny/. Proses nasalisasi terjadi jika awalan me- dan pedilekatkan kepada kata yang berfonem awal /k/, /p/, /t/,
dan /s/, lalu fonem awal tersebut berubah menjadi konsonan
nasal.
Contoh
me- + kirim = mengirim, /k/ pada kirim berubah menjadi
/ng/
me- + pesona = memesona, /p/ pada pesona berubah
menjadi /m/
me- + taati = menaati, /t/ pada taati berubah menjadi /n/

Namun, me- atau pe- tidak mengalami nasalisasi jika


kata yang dilekati itu berfonem awal berupa konsonan
rangkap, seperti /pr/, /kr/, /tr/, dan /sk/.
Contoh
me- + protes = memprotes
me- + kritik = mengkritik
me- + traktir = mentraktir
me- + skor = menskor
Jadi, kalimat yang memiliki S-P atau kalimat sempurna
tidak bisa disebut kalimat baku apabila dalam kalimat
tersebut terdapat kata berimbuhan yang tidak tepat.

7. KETEPATAN
PENGIMBUHAN

Ketepatan makna imbuhan


Imbuhan memiliki makna gramatikal, yaitu makna yang muncul
setelah imbuhan itu dilekatkan pada sebuah kata. Imbuhan tidak
memiliki makna leksikal; sebuah imbuhan tidak memiliki arti apa
pun sebelum imbuhan itu dilekatkan kepada sebuah kata.
Kaitannya dengan kalimat baku adalah kesalahan menggunakan
imbuhan akan menyebabkan makna yang terbentuk pada kalimat
pun ada kemungkinan keliru.
Imbuhan me-i dan me-kan memiliki perbedaan makna meskipun
dengan jumlah sedikit ada juga persamaannya. Apakah kata yang
berimbuhan me-i ataukah me-kan yang harus dipergunakan
dalam sebuah kalimat bergantung kepada makna keseluruhan
kalimat yang ingin disampaikan.
Perhatikan pasangan kata di bawah ini.
menugasi = menyerahi seseorang tugas
menugaskan = menyerahkan tugas, pekerjaan

8. KEHEMATAN

Kalimat baku pun harus memperhatikan kehematan, yaitu


menghindari pemakaian kata yang mubazir. Pemakaian kata
mubazir biasanya terjadi akibat adanya pleonasme atau
tautologi dalam kalimat tersebut. Yang dimaksud dengan
pleonasme adalah sebuah usaha menjelaskan sebuah
gagasan/ide yang sudah jelas, sedangkan tautologi adalah
usaha menjelaskan sebuah gagasan/ide dengan gagasan/ide lain
yang memiliki makna yang sama.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
(8) Para hadirin merasa puas atas penjelasan direktur
perusahaan tersebut.
(9) Saya melihat peristiwa itu dengan mata kepala saya sendiri.
(10) Buku kuliahnya sangat tebal sekali.
Perbaikan kalimat-kalimat di atas adalah
(8a) Hadirin merasa puas atas penjelasan direktur perusahaan
tersebut.

KALIMAT
EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat


mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat
dan dapat dipahami secara tepat pula.
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan
pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat
dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Syarat-syarat kalimat efektif :
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau
penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya
antara pikiran pendengar atau pembaca dengan
yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

BEBERAPA KESALAHAN YANG MENGHASILKAN


KATA TIDAK BAKU:
1. Terpengaruh bahasa daerah
Contoh:
Apa kamu sudah makan?
Apakah kamu sudah makan?
2. Terpengaruh bahasa asing
Contoh:
- Orang yang mana berbaju putih itu abangku.
- Orang yang berbaju putih itu abangku.
3. Kerancuan
Contoh:
- Di sekolahku mengadakan pesta.
- Di sekolahku diadakan pesta.
- Sekolahku mengadakan pesta.

CIRI-CIRI
KALIMAT EFEKTIF

1. KESEPADANAN
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur
subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat
efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur
bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak
efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2. KECERMATAN DALAM PEMILIHAN DAN


PENGGUNAAN KATA
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat
yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan
hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu
mendapatkan hadiah (efektif).

3. KEHEMATAN
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam
mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu,
tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan
kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

4. KELOGISAN
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah
dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus
memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
(tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5. KESATUAN ATAU KEPADUAN


Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau
tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6. KEPARALELAN ATAU KESAJAJARAN


Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau
imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-,
maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
(tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan.
(efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
(efektif)

7. KETEGASAN
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide
pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat,
ada beberapa cara, yaitu:
A. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan
lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya. (ketegasan)

B. Membuat urutan kata yang bertahap.


Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjutajuta rupiah, telah disumbangkan kepada anakanak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjutajuta rupiah, telah disumbangkan kepada anakanak terlantar. (benar)
C. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat
mengharukan.

D. Melakukan pertentangan terhadap ide yang


ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
E. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan),
seperti: partikel lah, -pun, dan kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas ini.

Anda mungkin juga menyukai