Abstrak. Revolusi industri 4.0 menghadirkan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia usaha,
yaitu kurangnya keterampilan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memadai, masalah keamanan
teknologi komunikasi, keandalan stabilitas mesin produksi, ketidakmampuan untuk berubah
oleh pemangku kepentingan. , dan jumlah kehilangan pekerjaan karena otomatisasi. Society
5.0 menawarkan masyarakat yang berpusat pada manusia yang membuat keseimbangan
antara kemajuan ekonomi dan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat
terhubung melalui dunia maya dan dunia nyata. Jika masyarakat 4.0 memungkinkan siapa saja
untuk mengakses juga berbagi informasi di internet. Society 5.0 adalah era dimana semua
teknologi adalah bagian dari kemanusiaan itu sendiri. Untuk memanfaatkan peluang dan
menjawab tantangan revolusi industri 4.0, masyarakat Indonesia khususnya dituntut memiliki
kemampuan data, teknologi, dan literasi manusia. Literasi data dibutuhkan SDM untuk
meningkatkan keterampilan dalam mengolah dan menganalisis big data untuk kepentingan
peningkatan layanan publik dan bisnis. Literasi teknologi menunjukkan kemampuan
memanfaatkan teknologi digital untuk mengolah data dan informasi, sedangkan literasi manusia
harus dikuasai karena menunjukkan unsur soft skill atau pengembangan karakter individu untuk
mampu berkolaborasi, adaptif, dan inovatif. Indonesia dituntut mampu mengikuti alur kerja
industri 4.0 yang disandingkan dengan masyarakat 5.0. Kebutuhan sumber daya manusia
(SDM) di beberapa bidang usaha masih sangat masif jika semuanya dilakukan dengan robotika.
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang cukup padat yang
tentunya mampu menyelaraskan antara kebutuhan industri 4.0 dan masyarakat 5.0.
Kepemimpinan dalam organisasi harus tetap hidup agar setiap strategi bersaing yang inovatif
dapat berjalan dengan visi yang ada. Untuk menuju era masyarakat 5.0, pemerintah berkewajiban untuk terus me
Kata kunci: keterampilan SDM dan literasi; Revolusi industri 4.0; Peluang dan ancaman;
Masyarakat 5.0.
Abstrak. Revolusi industri 4.0 menghadirkan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia bisnis,
yaitu kurangnya ketrampilan SDM (sumber daya manusia) yang memadai, masalah keamanan
teknologi komunikasi, keandalan stabilitas mesin produksi, ketidakmampuan untuk berubah
oleh pemangku kepentingan, dan sejumlah pekerjaan yang hilang karena otomatisasi.
Masyarakat 5.0 menawarkan masyarakat yang berpusat pada manusia yang
membuat keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan penyelesaian masalah sosial mela lui
sistem yang terhubung erat antara dunia maya dan dunia nyata. Jika masyarakat 4.0 memungkinkan
siapa pun untuk mengakses, juga berbagi informasi melalui internet, maka masyarakat 5.0 adalah
era ketika semua teknologi adalah bagian dari kemanusiaan itu sendiri. Untuk memanfaatkan
peluang dan menjawab tantangan revolusi industri 4.0, masyarakat Indonesia khususnya, diharuskan
memiliki data, teknologi, dan kemampuan literasi manusianya. Literasi data diperlukan oleh SDM
untuk meningkatkan ketrampilan dalam memproses dan menganalisis data besar bagi kepentingan
untuk meningkatkan layanan publik dan bisnis. Literasi teknologi menunjukkan kemampuan untuk
meman faatkan teknologi digital guna memproses data dan informasi, sedangkan literasi manusia
harus dikuasai karena menunjukkan unsur soft skill atau pengembangan karakter individu untuk
dapat berkolaborasi, adaptif, dan inovatif. Indonesia dituntut mampu mengikuti alur kerja industri 4.0
yang disandingkan dengan masyarakat 5.0. Kebutuhan sumber daya manusia di beberapa bidang
bisnis masih sangat besar, apabila semuanya dilakukan oleh robot. Indonesia adalah negara
berkembang dengan populasi yang cukup padat dan
mampu menyelaraskan antara kebutuhan industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Kepemimpinan dalam
organisasi harus tetap hidup, sehingga setiap strategi kompetitif yang inovatif dapat berjalan dengan
visi yang ada. Untuk menyongsong era masyarakat 5.0, pemerintah ber kewajiban untuk selalu
mengendalikannya.
Kata kunci: Ketrampilan dan kemampuan SDM; Masyarakat 5.0; Peluang dan ancaman;
Revolusi industri 4.0.
Informasi Artikel:
Diterima: 7 Maret 2020 Diterima: 26 Mei 2020 DOI: http://dx.doi.org/10.30588/ Tersedia online: 15 Juli 2020
jmp.v10i1.657
LATAR BELAKANG
Revolusi industri merupakan perubahan besar dalam bidang teknologi yang menyebabkan
perubahan cara hidup dan proses kerja manusia secara mendasar, dimana kemajuan teknologi
informasi dapat mengintegrasikan dalam dunia kehidupan dengan digital yang dapat memberikan
dampak disiplin ilmu. . Terjadinya revolusi industri 4.0 membuat wajah baru dalam fase kemajuan
teknologi. Revolusi industri dimulai pada tahun 1750 dan biasa disebut revolusi industri 1.0 ketika
mesin uap ditemukan.
Revolusi industri 2.0 dimulai ketika terjadi perubahan penggunaan mesin uap menjadi mesin yang
menggunakan tenaga listrik. Revolusi industri 3.0 dimulai ketika proses produksi menggunakan
mesin yang mampu bergerak dan dikendalikan, mulai menggunakan robot sederhana, hingga
penggunaan komputer.
Saat ini, revolusi industri telah mencapai tahap yang lebih tinggi yang disebut revolusi industri
4.0. Pada era ini sistem diarahkan pada bentuk-bentuk digital yang dibantu dengan jaringan. Di
Indonesia revolusi industri 4.0 telah merambah di berbagai bidang kehidupan seperti pemerintahan,
transportasi, pendidikan, kesehatan dan ekonomi (Natalia & Ellitan, 2019). Hal ini mengakibatkan
perubahan dan dampak yang dirasakan oleh masyarakat, baik sebagai pelaku (usaha
Jurnal Maksipreneur ISSN (cetak) 2089-550X ISSN (online) 2527-6638
2
Machine Translated by Google
dunia) dan pengguna (konsumen). Revolusi industri 4.0 membawa teknologi manufaktur ke dalam
tren otomatisasi dan pertukaran data. Ini termasuk sistem cyberphysical, internet of things (IoT)
dan komputasi kognitif. Dengan lahirnya teknologi digital saat ini di era revolusi industri 4.0
berdampak pada kehidupan manusia di seluruh dunia (Muljani & Ellitan, 2019).
TINJAUAN TEORITIS
mungkin bagi organisasi untuk mengambil pendekatan manajemen tradisional, hierarkis dan top-down.
Beberapa konsep Orientasi Strategis dikembangkan dengan perspektif dan pendekatan yang
berbeda dan hubungannya dengan kinerja perusahaan. Bagaimana strategi sebagai bagian penting
dalam manajemen strategis untuk melihat lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang mampu
membangun keunggulan bersaing yang mempengaruhi kinerja perusahaan.
Menurut Huff et al. (2009), strategi adalah mendefinisikan dan mengomunikasikan apa yang dibuat
dalam organisasi, oleh siapa, bagaimana, kepada siapa, dan mengapa itu berharga. Sementara kinerja
merupakan faktor yang berada di atas kendali manajemen, strategi organisasi merupakan alat utama
yang dipercaya oleh manajer yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan yang dikelolanya.
Hakala (2010) melihat bahwa Orientasi Strategis adalah kombinasi dari posisi nilai perusahaan di
pasarnya, sumber dayanya, dan pola perilaku yang terkait dengan bagaimana organisasi mengubah
sumber daya menjadi produk dan layanan yang bernilai bagi pasar sasarannya. Penambangan orientasi
strategis yang tepat akan mempengaruhi keunggulan kompetitif perusahaan, terutama dalam persaingan
saat ini. Orientasi strategis merupakan sumber daya pelengkap yang menghasilkan efek sinergi terhadap
kinerja (Tutar, Nart, & Bingol, 2015). Penelitian Ho (2014) melihat empat dimensi orientasi yaitu orientasi
pasar, kewirausahaan, hubungan dan orientasi teknologi. Berbeda dengan penelitian Hakala (2010)
yang melihat pada empat dimensi yaitu orientasi pasar, kewirausahaan, teknologi dan pembelajaran. Ho
(2014) melihat orientasi belajar memiliki kesamaan dengan orientasi pasar. Strategi bersaing dan
orientasi strategis dalam teori-teori yang dikembangkan memiliki relevansi dengan bagaimana perusahaan
dan industri 4.0 dapat memiliki daya saing di masyarakat 5.0.
Istilah Indonesia 4.0 pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Awal mula istilah ini adalah terjadinya
revolusi industri di seluruh dunia yang merupakan revolusi industri keempat. Dapat dikatakan sebagai
sebuah revolusi, karena perubahan-perubahan yang terjadi berdampak besar pada ekosistem dan cara
hidup dunia. Revolusi industri 4.0 bahkan diyakini mampu meningkatkan perekonomian dan kualitas
hidup secara signifikan. Strategi bersaing akan menentukan kinerja perusahaan (Anis, Christiananta, &
Ellitan, 2018). Strategi bersaing dilihat secara eksternal sedangkan strategi positioning dilihat secara
internal. Diferensiasi adalah perbedaan pasar sehingga tidak memiliki kesamaan dengan pasar/pasar
lain dalam suatu perusahaan atau lembaga, yang memberikan alasan bagi konsumen untuk membeli
produk atau menggunakan jasa perusahaan. Strategi ini bisa dilihat di industri penerbangan, Garuda vs
Citilink. Keterkaitan dengan industri 4.0 perusahaan harus mampu mengatur strategi bersaing dan terus
berinovasi yang terkadang tidak diketahui saat terjadi perubahan atau tidak dapat diprediksi.
Untuk dapat bersaing secara berkelanjutan diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang peka
dan pemimpin yang jeli melihat peluang dan berani melakukan reformasi jika ingin tetap berada dalam
pusaran bisnis saat ini dengan para pesaingnya. Revolusi industri adalah perubahan pesat dalam
perekonomian dan produksi berupa peningkatan efisiensi yang menimbulkan pengaruh terhadap bidang
kehidupan lainnya. Sampai saat ini telah terjadi 4 revolusi industri dimulai dari revolusi industri 1.0, dan
sekarang yang terjadi adalah revolusi 4.0. Revolusi Industri 4.0 merupakan revolusi industri keempat.
Pada revolusi industri keempat diperkenalkan istilah machine learning, yaitu mesin yang memiliki
kemampuan untuk
belajar yang dapat menyadari bahwa ia melakukan kesalahan sehingga melakukan koreksi yang benar untuk
meningkatkan hasil selanjutnya. Namun, pembelajaran mesin masih terbatas untuk melakukan hal-hal tertentu. Di
Indonesia, revolusi industri sangat mempengaruhi setiap bidang kehidupan (Hamdanunsera, 2018).
Saat ini yang dapat dilihat sehari-hari dalam dunia bisnis adalah transportasi online (Go Jek dan Grab),
belanja online, dan berlakunya uang elektronik. Namun, selain berdampak positif, dampak negatif dari revolusi
industri 4.0 juga tidak dapat dihindari (Natalia & Ellitan, 2019). Tidak hanya Indonesia, di negara-negara maju
seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat saja masih memperdebatkan akibat dari revolusi industri keempat ini,
karena revolusi ini masih berlangsung atau bahkan bisa dibilang baru dimulai. Beberapa perusahaan multinasional
dan nasional seperti; Apple, Inc. dan Go-Jek, dari segi strategi bersaing memiliki pangsa pasar tersendiri
dibandingkan dengan para pesaingnya. Komposisi pasar Apple naik sedikit demi sedikit tetapi lebih pasti dan fokus.
Budaya kerja dan kepemimpinan serta inovasi terus membuat Apple mampu bertahan dan bersaing dengan produk
lain dari Eropa dan Asia. Perusahaan Go-Jek sebagai alat transportasi mampu bersaing secara kompetitif dengan
pesaingnya asal Malaysia, Grab, yang bertahan hingga saat ini. Pemanfaatan aplikasi digital dan alasan pendiriannya
dalam rangka kemudahan penggunaan transportasi mengurangi kemacetan lalu lintas.
Keberadaannya sama dengan Traveloka yang menyedot perhatian publik. Nilai pasar Traveloka yang besar
mengundang modal asing ke Indonesia. Industri 4.0 ditandai dengan kreativitas, kepemimpinan (entrepreneurship)
dan entrepreneurship (kewirausahaan) yang mendobrak “mindset” cara kerja revolusi industri sebelumnya. Dengan
adanya efisiensi dalam komunikasi dan transportasi serta mengarahkan masyarakat untuk menyelesaikan masalah
dengan sistem “one stop shopping” atau “one stop solution”, diperlukan suasana dunia usaha yang bebas dari
kendala dan hambatan birokrasi dan bukan hanya sekedar masalah bekerja tetapi juga mentalitas karyawan dan
tenaga kerja. berhasil. Pada gilirannya, output dari revolusi ini cukup banyak membawa manfaat dan kemakmuran
seperti harga barang yang murah dan kesehatan yang terjamin. Kebutuhan akan sarana penunjang di bidang
pendidikan semakin maju dan mendorong anak bangsa untuk belajar berprestasi atau setidaknya memiliki
kemampuan kecerdasan yang sama dengan bangsa lain. Di sisi lain dampak negatif industri 4.0 lambat laun akan
mengubah sistem manajemen di perusahaan dimana beberapa posisi kerja tidak lagi membutuhkan tenaga
manusia. Kedepannya akan semakin banyak perusahaan yang menggunakan mesin/perkakas berteknologi canggih
yang dapat menggantikan fungsi manusia dengan alasan efisiensi waktu dan tenaga. Kondisi demikian menuntut
kesiapan teknologi bagi perusahaan-perusahaan di industri
4.0. baik perusahaan besar maupun UKM (Ellitan & Muljani, 2019).
Beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam revolusi industri 4.0 adalah yang pertama adalah keamanan,
yang kedua adalah permodalan, kemudian yang ketiga adalah lapangan kerja, dan yang keempat adalah privasi.
Namun, ada beberapa manfaat yang bisa dihasilkan oleh revolusi industri 4.0 yaitu mendorong penelitian,
penyesuaian dan optimalisasi. Kemudian, ada beberapa prinsip dalam revolusi industri yang memungkinkan setiap
perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan berbagai skenario revolusi industri 4.0 sebagai
berikut: Pertama adalah Interoperabilitas, yaitu seperti kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk
terhubung dan berkomunikasi. satu sama lain. melalui media dimana internet. Kedua , transparansi informasi, dapat
memberikan kemampuan sistem informasi dalam melisensikan dunia fisik dengan memperkaya pabrik digital
model dan dengan sensor data, dan yang ketiga adalah adanya technical assistance yaitu kemampuan
sistem bantuan dalam membantu manusia mengumpulkan data dan membuat visualisasi untuk dapat
mengambil keputusan yang baik dan bijak seperti yang dilakukan oleh Microsoft dan Astra.
DISKUSI
Internet tidak hanya sebagai informasi tetapi untuk menjalani kehidupan. Sehingga
perkembangan teknologi dapat memperkecil kesenjangan manusia dan masalah ekonomi di masa
depan. Contoh perusahaan adalah Astra. Diketahui pada tahun 2014, Astra melakukan kajian mulai
dari transformasi internet dari business enabler menjadi business driven. Tahun 2016 merupakan
langkah fundamental Astra untuk menyeimbangkan hadirnya revolusi industri 4.0 dalam tatanan kerja
perusahaan. Di tahun 2017, Astra mengakselerasi inisiatif digitalnya, terutama menyikapi VUCA yaitu,
Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambigue merupakan gambaran situasi dunia bisnis saat ini. Hingga
tahun 2019, Astra telah menetapkan digitalisasi sebagai tonggak arah bisnis di masa depan. Sumber
daya manusia kemudian tidak dilupakan. Astra masih mampu memilah digitalisasi dengan kebutuhan
Kompetensi Kepemimpinan yang telah disesuaikan dengan perilaku kuncinya sesuai dengan
karakteristik pekerjaan masa depan.
Kompetensi adalah visi dan naluri bisnis, fokus pelanggan, perencanaan dan tindakan mengemudi,
analisis dan penilaian, kerja tim, keterampilan interpersonal memimpin dan memotivasi, dan dorongan
dan keberanian. Kompetensi kepemimpinan Astra merupakan inti dari proses rekrutmen, people
mapping hingga pengembangan. Dengan demikian, Astra berharap kedepannya dapat merekrut SDM
dalam rangka masa depan pekerjaan (Usman, 2019).
Jika masyarakat 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga berbagi informasi di internet.
Society 5.0 adalah era dimana semua teknologi adalah bagian dari kemanusiaan itu sendiri.
Internet tidak hanya sebagai informasi tetapi untuk menjalani kehidupan (Mayasari, 2019),
sehingga perkembangan teknologi dapat memperkecil kesenjangan pada manusia dan masalah
ekonomi di masa depan. Indonesia merupakan negara berkembang yang bahkan bisa dikatakan
hanya sebagian kecil masyarakat yang mengenal Revolusi Industri 4.0 atau masyarakat 5.0.
Hanya kalangan akademisi yang melek tentang kemajuan zaman, para pebisnis yang memang
memiliki kepentingan kelangsungan bisnis, juga merupakan pengambil kebijakan publik yang
peduli. Lembaga pendidikan yang dikategorikan unggul di Indonesia belum menerapkan sistem
industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Dari mulai sistem pendidikan, bagaimana berinteraksi pendidik
dan mendidik Jurnal Maksipreneur ISSN (cetak) 2089-550X ISSN (online) 2527-6638
6
Machine Translated by Google
minuman, tekstil, otomotif, elektronik, dan bahan kimia. Kelima industri ini menjadi tulang
punggung, dan diharapkan memiliki pengaruh besar dalam hal daya saing dan kontribusi ekonomi
Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia pada tahun 2030.
Ini akan menjadi contoh penerapan industri 4.0, penciptaan lapangan kerja baru dan investasi
baru berbasis teknologi. Selanjutnya diharapkan dapat menarik investasi asing, peningkatan
kualitas sumber daya manusia, pengembangan ekosistem inovasi, insentif investasi teknologi,
dan harmonisasi aturan dan kebijakan.
Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan Making Indonesia 4.0 dan
menjadikannya agenda nasional. Dalam konsep ini di tengah dunia yang berfokus pada Industri
4.0 (Penggunaan Teknologi, Data dan Otomasi), ada sentuhan humanisme di Society 5.0 akan
menjadi modal dasar konsep ini akan diterima oleh masyarakat Indonesia bahkan Dunia. Fokus
yang berasal dari Society 5.0 menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat
transformasi masyarakatnya. Dunia Industri Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan dan
peluang di era industri 4.0, khususnya bagi tenaga kerja Indonesia, terjadi pemusnahan lapangan
kerja. Dalam proses menuju industri masyarakat 5.0, perusahaan, dan dunia usaha harus pandai
melihat tantangan dan peluang Industri 4.0. Tantangan utama yang dihadapi Industri 4.0 adalah
SDM karena revolusi industri keempat memiliki dua fase yaitu fase gangguan pekerjaan dan fase
penciptaan lapangan kerja (Natalia & Ellitan, 2019).
Lebih lanjut Azhar (2018) juga menjelaskan bahwa ketiga hal tersebut tentunya memiliki
beberapa tantangan diantaranya: Pertama, Masalah Kontrol Ekonomi digital yang menguasai
masyarakat tentunya mempengaruhi perilaku masyarakat yang dulunya masyarakat berbelanja
di toko retail, kini mulai beralih ke online. belanja. Aspek sosial budaya seperti ini juga perlu
mendapat perhatian dari pihak-pihak seperti pemerintah dan masyarakat agar tidak banyak toko
retail yang tumbang satu per satu. Kedua, masalah ketimpangan yang disebabkan oleh orang-orang yang kalah
pekerjaan mereka karena digantikan oleh robot atau semua pekerjaan saat ini yang dapat
dilakukan oleh suatu sistem adalah momok yang paling mengerikan. Otomatisasi akibat Revolusi
Digital 4.0 perlu ditanggapi secara serius agar masyarakat dapat mempersiapkan keterampilan
untuk masa depan sehingga pengangguran di Indonesia dapat ditekan. Ketiga, masalah
persaingan adalah masalah persaingan tidak sehat yang harus diwaspadai. Jika satu platform
terlalu mendominasi, maka pengguna tidak dapat menentukan pilihan layanan yang paling cocok untuk mereka.
Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan
terutama dalam aspek teknologi, karena penguasaan teknologi menjadi kunci utama untuk
menentukan daya saing Indonesia di era industri 4.0.
Berdasarkan artikel yang dimuat di Indotelco (2018), dalam menghadapi industri 4.0,
Indonesia juga perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Jika hal ini tidak dilakukan
maka industri Indonesia akan semakin tertinggal dari negara lain. Jika Indonesia tidak
meningkatkan kapabilitas dan daya saingnya di sektor prioritas (industri), maka Indonesia tidak
hanya tidak akan mampu mencapai aspirasinya, tetapi juga akan digerus oleh negara-negara
lain yang lebih siap di pasar global dan domestik. Alih teknologi oleh perusahaan lokal harus
gencar dilakukan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat penting untuk mencapai
keberhasilan implementasi Making Indonesia 4.0.
Selanjutnya, pemerintah perlu mengembangkan ekosistem inovasi, mengembangkan cetak biru
pusat inovasi nasional, menyiapkan pusat percontohan inovasi dan mengoptimalkan regulasi
terkait, termasuk perlindungan hak kekayaan intelektual dan insentif fiskal untuk mempercepat
kolaborasi lintas sektor antara swasta, publik. sertor dan universitas.
Keempat , Learning Orientation and Organizational Learning sebagai pengembangan dan perolehan
pengetahuan baru yang berpotensi mempengaruhi perilaku. Para peneliti sebagian besar sepakat bahwa
orientasi pasar dan orientasi pembelajaran adalah dua hal yang berkaitan erat. Orientasi pembelajaran
mengacu pada kegiatan perusahaan yang secara luas menciptakan dan menggunakan pengetahuan untuk
mencapai keunggulan kompetitif yang mencakup informasi tentang kebutuhan pelanggan, pesaing, fluktuasi
pasar, pengembangan teknologi untuk menciptakan inovasi, dan berbagi pengetahuan antar organisasi.
Sehingga terjadi tumpang tindih orientasi pasar yang juga untuk mengetahui kebutuhan pelanggan,
pergerakan pesaing dan know ledge sharing. Orientasi strategis adalah sumber daya yang berharga,
berkontribusi pada keunggulan kompetitif dan kinerja organisasi bisnis (Ho, 2014). Penentuan orientasi
strategis yang tepat akan mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan yang bersaing di industri 4.0
(Puspita et al., 2020).
Masyarakat Indonesia membutuhkan keahlian utama dalam menghadapi industri 4.0, yaitu memiliki
keterampilan informasi, media dan teknologi. Dengan kata lain, masyarakat harus melek teknologi (Muljani
& Ellitan, 2019), yaitu masyarakat yang memiliki keterampilan informasi, media dan teknologi meliputi literasi
media, literasi visual, literasi multikultural, kesadaran global, dan literasi teknologi. Masyarakat juga dituntut
memiliki keterampilan belajar dan inovasi yang meliputi kreativitas dan rasa ingin tahu, pemecahan masalah,
dan pengambilan risiko.
Keterampilan lain yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan dalam hidup dan belajar seperti memiliki
jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, memiliki nilai etika dan moral, produktivitas dan akuntabilitas,
fleksibilitas dan adaptasi, sosial dan lintas budaya, inisiatif dan mandiri. Dalam Masyarakat 5.0. masyarakat
juga dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif seperti mampu bekerja dalam tim dan
berkolaborasi, memiliki tanggung jawab pribadi dan sosial, dalam berkomunikasi harus interaktif, memiliki
orientasi nasional dan global.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar bagi kehidupan manusia.
Banyak kemudahan dan inovasi yang didapat dengan dukungan teknologi digital.
Layanan lebih cepat dan efisien serta memiliki jangkauan koneksi yang lebih luas dengan sistem online.
Hidup lebih mudah dan lebih murah, namun program digitalisasi juga berdampak negatif. Peran manusia
secara bertahap diambil alih oleh mesin otomatis. Namun, hal ini berdampak negatif seperti bertambahnya
jumlah dan bertambahnya beban masalah lokal dan nasional.
Untuk memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan revolusi industri 4.0, masyarakat Indonesia
khususnya dituntut memiliki kemampuan data, teknologi, dan literasi manusia. Literasi data dibutuhkan SDM
untuk meningkatkan keterampilan dalam mengolah dan menganalisis big data untuk kepentingan peningkatan
layanan publik dan bisnis. Literasi teknologi menunjukkan kemampuan memanfaatkan teknologi digital untuk
mengolah data dan informasi, sedangkan literasi manusia harus dikuasai karena menunjukkan unsur soft
skill atau pengembangan karakter individu untuk mampu berkolaborasi, adaptif dan arif dalam era "banjir"
informasi.
Di era menuju masyarakat 5.0, Indonesia diharapkan mampu mengejar ketertinggalannya. Hal
ini disebabkan oleh wilayah yang sangat luas. Indonesia dituntut mampu mengikuti alur kerja industri
4.0 yang disandingkan dengan masyarakat 5.0. Kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di beberapa
bidang usaha masih sangat masif jika semuanya dilakukan dengan robotika. Indonesia merupakan
negara berkembang dengan jumlah penduduk yang cukup padat yang tentunya mampu menyelaraskan
antara kebutuhan industri 4.0 dan masyarakat 5.0. Kepemimpinan dalam organisasi harus tetap hidup
agar setiap strategi bersaing yang inovatif mampu berjalan dengan visi yang ada. Untuk menuju era
masyarakat 5.0 pemerintah berkewajiban untuk terus mengontrolnya.
REFERENSI
Indotelco (2018). Sepuluh Langkah Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Published 29 April
2018 at https://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=10-langkah-indonesia industri-4-0.
Kemenperin (2019). Making Indonesia 4.0 Bikin Industri Nasional Berdaya Saing Global di Era
Digital. Published 4 April 2019 at https://www.kemenperin.go.id/artikel/
19046/Making-Indonesia-4.0.
Azhar, A. (2018). Manfaat dan Tantangan Platform Digital di Era Revolusi Industry 4.0.
Diterbitkan 12 April 2018 di https://digitalentrepreneur.id/revolusi-industri-4-0.
Anis, BJ, Christiananta, B. & Ellitan, L. (2018). Pengaruh Kewirausahaan
Orientasi, Teknologi Informasi, Perencanaan Strategis terhadap Keunggulan Kompetitif
dengan Kinerja Bisnis sebagai Variabel Intervening, International Journal of Advances
Research, 6(1), 230–242.
Ellitan, L. (2018). Menciptakan Keberlanjutan Usaha Kecil Menengah di Surabaya
dan Daerah Sekitarnya. Jurnal Internasional Masyarakat Budaya Penelitian, 8(1), 157–
167.
Ellitan, L. & Muljani, N. (2019). Dampak Manajemen Pengetahuan, Kesiapan Teknologi dan
Lingkungan Eksternal pada Tingkat Adopsi E-Business.
Jurnal Internasional Masyarakat Penelitian Budaya, 3(11), 63–69.
Hakala, H. (2010). Orientasi Strategis dalam Sastra Manajemen: Tiga Pendekatan untuk Memahami
Interaksi antara Orientasi Pasar, Teknologi, Kewirausahaan, dan Pembelajaran. International
Journal of Management Review, 13(2), 199–
217.
Hamdanunsera, H. (2018). Industri 4.0: Pengaruh Revolusi Industri pada Kewirausahaan
Demi Kemandirian Ekonomi. Jurnal Nusamba, 3(2), 2–4.
Haryanti, R. (2019). Jepang Menjelang "5.0 Society" dan Era Menikmati Hidup. Published 25 January
2019 at https://properti.kompas.com/read/2019/01/25/213000921/jepang menjelang-5.0-
society-dan-era-menikmati-hidup.
Ho, YW (2014). Orientasi Strategis Berganda dan Kinerja Bisnis: A
Investigasi Komprehensif Perusahaan Teknologi Tinggi. Perpustakaan digital Sekolah
Bisnis Universitas Adelaide. Diterbitkan Oktober 2014 di
https://digital.library.adelaide.edu.au.
Huff, AS, Floyd, SW, Sherman, HD, & Terjesen, S. (2009). Manajemen Strategis: Logika
dan Tindakan. Illinois: John Willey and Sons, Inc.
Natalia, I. & Ellitan, L. (2019). Strategi Mencapai Keunggulan Kompetitif dalam Revolusi
Industri 4.0. Jurnal Internasional Masyarakat Budaya Penelitian, 3(6), 10–16.
Mayasari, D. (2019). Mengenal Society 5.0, Transformasi Kehidupan yang Dikembangkan
Jepang. Published April 2019 at https://m.timesindonesia.co.id.
Muljani, N. & Ellitan, L. (2019). Mengembangkan Daya Saing dalam Revolusi Industri 4.0.
Jurnal Internasional Tren Penelitian dan Pengembangan, 6(5), 1-3.
Obeidat, OLEH (2016). Pengaruh Orientasi Strategis terhadap Kinerja Organisasi: Peran
Mediasi Inovasi. Jurnal Internasional Komunikasi, Jaringan dan Ilmu Sistem, 9, 478–
505.
Puspita, LE, Christiananta, B., & Ellitan, L. (2020). Pengaruh Orientasi Strategis,
Kemampuan Rantai Pasok, Kemampuan Inovasi, Terhadap Keunggulan Kompetitif
dan Kinerja Ritel Furnitur. Jurnal Internasional Penelitian Ilmiah & Teknologi, 9(03),
4521–4529.
Porter, ME (1981). Kontribusi Organisasi Industri untuk Manajemen Strategis.
Review Akademi Manajemen, 6(4), 609–620.
Tjandrawinata, R. R. (2016). Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini dan Pengaruhnya
pada Bidang Kesehatan dan Bioteknologi. Medicinus, 29(1), 31–39.
Tutar, H., Nart, S., & Bingol, D. (2015). Pengaruh Orientasi Strategis pada Kemampuan
Inovasi dan Kinerja Pasar: Kasus ASEM. Procedia Ilmu Perilaku Sosial, 207, 709-719.