Anda di halaman 1dari 3

ESSAY

KETERKAITAN HUMAN SOCIETY 5.0 DENGAN KEPERAWATAN

Oleh :
KHOIROTUN MAULIDA
NIM.151911913014
4A GRESIK

Society 5.0 adalah konsep masa depan yang digagas oleh pemerintah Jepang yang
mulai diperkenalkan pada Januari 2019 sebagai respon pemerintah Jepang terhadap revolusi
industri 4.0 saat ini. Hadirnya era revolusi industri 4.0 (the industrial revolution 4.0.) yang
menawarkan literasi baru yakni data, technology, and human literation, sebagai sebuah tesis
baru era teknologi digital, sejak tahun 2018 muncul “anti tesis” dari Jepang yang lebih
menjunjung “manusia” di samping terjadinya revolusi data dan teknologi.

Menurut Kantor Kabinet Jepang, Society 5.0 didefinisikan sebagai sebuah masyarakat
yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian
masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik.
Dalam society 5.0, nilai baru yang diciptakan melalui inovasi akan menghilangkan
kesenjangan regional, usia, jenis kelamin dan bahasa dan memungkinkan penyediaan produk
dan layanan yang disesuaikan dengan baik untuk beragam kebutuhan individu dan kelompok.

Roadmap yang dikenal dengan super-smart society atau Society 5.0 ini
mengedepankan human-centered (berpusat pada manusia) dan technology based (berbasis
teknologi). Di Society 5.0, manusia, benda dan system semuanya terhubung di dunia maya
dan hasil optimal yang diperoleh oleh Al (melebihi kemampuan manusia) diberi feedback ke
ruang fisik. Proses ini membawa nilai baru bagi industri dan masyarakat dengan cara yang
tidak mungkin dilakukan di era sebelumnya. Di Society 5.0 bukan lagi modal, namun data
yang menghubungkan dan menggerakan segalanya, membantu mengisi kesenjangan antara
yang kaya dan kurang beruntung.

Walaupun Society 5.0 sementara waktu hanya untuk masyarakat dan industri di Jepang,
namun patut kita cermati karena penerapan konsep ini di tempat lain berpotensi menimbulkan
berbagai masalah yang dapat mengganggu dan merusak tatanan kehidupan yang ada,
diantaranya: Ethical Issues “Society 5.0 Misconduct” yaitu IoT akan mampu mengolah
jutaan data (big data) menjadi suatu keputusan atau kesimpulan. Tanpa etika bisnis yang
jelas, big data dapat disalahgunakan untuk kepentingan pihak tertentu dan merugikan
masyarakat banyak. Kemudian ada Ethical Issues “Cyber-Crime” yaitu Perkembangan IoT
memunculkan kejahatan yang disebut dengan cyber-crime atau kejahatan melalui jaringan
Internet. Fenomena pencurian kartu kredit, hacking terhadap berbagai situs, penyadapan
transmisi data orang lain, (misalnya email), dan manipulasi data dengan cara menyiapkan
perintah yang tidak dikehendaki ke dalam program komputer. dan yang terakhir yaitu
menyebabkan Generasi Manja yang akan terjadi terletak pada individu itu sendiri. Dengan
segala kemudahan yang diberikan era Society 5.0 manusia akan semakin malas dalam
mengerjakan sesuatu, manusia akan mengandalkan segala pekerjaannya kepada teknologi
canggih yang tersedia di era ini.

SOLUTION TO PROBLEMS

Dari hasil riset World Economic Forum, paling tidak ada 10 kemampuan utama yang paling
dibutuhkan untuk menghadapi era Society 5.0, yaitu bisa memecahkan masalah yang
komplek (complex problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kreatif (creativity),
kemampuan memanage manusia (people management), bisa berkoordinasi dengan orang lain
atau team-work (coordinating with others), memiliki kecerdasan emosional (emotional
intelligence), memiliki kemampuan menilai dan mengambil keputusan (judgment and
decision making), berorientasi pelayanan atau mengedepankan pelayanan (service
orientation), memiliki kemampuan negosiasi (negotiation), serta memiliki fleksibilitas
kognitif (cognitive flexibility).

Dalam menghadapi era 5.0 ini, perawat milenial dituntut untuk mampu menciptakan,
menerapkan dan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas dan professional serta dapat menyesuaikan teknologi dengan
perawatan pasien. Pendidikan keperawatan di Indonesia juga perlu dikembangkan sehingga
mengarah pada pembangunan sosial dan memiliki daya saing global. Peran penting perawat
adalah memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien secara
berkesinambungan. Perawat diharapkan dapat bersaing dan beradaptasi pada lingkungan yang
berbasis teknologi sehingga pemberian pelayanan sampai kepada pasien dengan baik.
Kemajuan teknologi ini tentu menimbulkan kecemasan pada para perawat bahwa
pelayanan keperawatan konvensional yang menekankan adanya tatap muka antara perawat
dan pasien akan hilang. Namun manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan interaksi antarmanusia dengan manusia lainnya. Program kecerdasan buatan
tentu tidak dapat menggantikan peran perawat seutuhnya. Program kecerdasan buatan tidak
dibikin secara spesifik untuk menggantikan posisi perawat, tetapi untuk membantu dalam
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan. dengan adanya pertumbuhan cepat pada
populasi manusia dan mengalami keterbatasan sumber daya perawat maka tujuan penggunaan
teknologi ini untuk membantu sehingga pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
terpenuhi. Perawat adalah peran aktif sedangkan teknologi hanya membantu untuk
memudahkan dan mempercepat kinerja perawat. Manusialah yang akan memegang peranan
penting dalam penggunaan kecerdasan buatan dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan.

Tuntutan masyarakat terkait pelayanan kesehatan yang semakin tinggi, mewajibkan


generasi milenial menjadi pemikir yang ingin menjadi agen inovasi dalam dunia
keperawatan. Masyarakat sebagai pelanggan layanan kesehatan saat ini semakin kritis dalam
memilih layanan kesehatan, mereka lebih berhati-hati sebelum menerima perawatan dan
penanganan dari tenaga kesehatan terutama perawat. Perkembangan memaksa perawat harus
mampu mengimbangi hal tersebut dengan memiliki pengetahuan yang luas,
mempunyai critical thinking dan aware terhadap teknologi informasi dengan mengutamakan
keselamatan pasien untuk peningkatan mutu layanan keperawatan.

Manajer keperawatan harus terus berinovasi menghadapi Era Society Evolution 5.0
sehingga dapat menyeimbangkan kebutuhan pelayanan dengan kemampuan yang dimiliki
perawat. Seorang manajer keperawatan adalah pemimpin yang memiliki tanggung jawab
untuk mendorong perubahan dalam lingkungan klinis dan mendukung adopsi serta
penggunaan teknologi yang efektif. Manajer perawat harus menyadari bahwa teknologi
kesehatan akan mengubah praktik keperawatan dan harus menciptakan program-program
pengembangan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa perawat milenial
akan memiliki kompetensi untuk mengatasi tantangan-tantangan teknologi ini.

Sumber :
Hendarsyah, Decky. (2019). E-commerce di era industri 4.0 dan society 5.0. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Kita. Vol.8, No.2: 171-184
Thttps://nursing.ui.ac.id/seminar-dan-workshop-nasional-peran-perawat-milenial-era-5-0/

Anda mungkin juga menyukai