Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Insentif Perpajakan terhadap

Transformasi Perekonomian di Indonesia


Utari

Abstrak : Insentif perpajakan adalah bentuk dukungan dari pemerintah kepada para pengusaha untuk
mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi. Insentif perpajakan dapat berupa pemotongan pajak,
keringanan pajak, atau penundaan pembayaran pajak. Transformasi perekonomian adalah perubahan dari pola
perekonomian yang terfokus pada sumber daya alam menjadi pola perekonomian yang lebih terdiversifikasi
dan berbasis pada inovasi dan teknologi. Transformasi perekonomian di Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Tujuan dari insentif perpajakan
adalah untuk memberikan rangsangan pada pengusaha untuk meningkatkan investasi dan menciptakan
lapangan kerja. sedangkan Transformasi ekonomi adalah titik kunci untuk meningkatkan produktivitas
dengan mengubah struktur perekonomian dari lower productivity ke higher productivity atau dengan
meningkatkan produktivitas di dalam sektor tersebut. Transformasi perekonomian Indonesia telah mengalami
perkembangan yang signifikan sejak reformasi ekonomi pada tahun 1998. Namun, upaya untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu
faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan perpajakan. Dalam karya
tulis ilmiah ini, kami mengeksplorasi pengaruh perpajakan terhadap transformasi perekonomian di Indonesia.
Kami mengajukan beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat membantu mengatasi tantangan ini dan
meningkatkan efektivitas kebijakan di Indonesia. Hasil analisis kami menunjukkan bahwa kebijakan yang
tepat dapat menjadi instrumen yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan transformasi
perekonomian di Indonesia, Pada tahun 2016, tercatat bahwa penerimaan dari tax amnesty sendiri sebesar
109,05T dalam waktu 3 bulan. Sehingga mampu membantu pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3% ditahun
2016 dan 5,1% ditahun 2017. Namun, implementasi kebijakan yang baik dan pengelolaan perpajakan yang
efektif perlu menjadi prioritas bagi pemerintah Indonesia dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
mencapai tujuan transformasi perekonomian yang inklusif dan berkelanjutan.

Kata kunci : Insentif perpajakan, Transformasi perekonomian, Kebijakan perpajakan

Abstract: Tax incentives are a form of support from the government to entrepreneurs to encourage investment and economic
growth. Tax incentives can be in the form of tax cuts, tax breaks, or delays in paying taxes. Economic Transformation is a change
from an economic pattern that is directed at natural resources to an economic pattern that is more diversified and based on
innovation and technology. Economic Transformation in Indonesia aims to increase competitiveness and sustainable economic
growth. The purpose of tax taxes is to provide incentives for entrepreneurs to increase investment and create jobs. while Economic
transformation is the key point to increase productivity by changing the structure of the economy from lower productivity to higher
productivity or by increasing productivity within the sector. Indonesia's Economic Transformation has experienced significant
progress since economic reform in 1998. However, efforts to achieve sustainable and inclusive economic growth still face various
challenges. One important factor that can affect economic growth is tax policy. In this scientific paper, we examine the effect of
taxation on economic transformation in Indonesia. We propose several policy recommendations that can help address this
challenge and enhance policy effectiveness in Indonesia. The results of our analysis show that the right policy can be an effective
instrument in increasing economic growth and economic transformation in Indonesia. In 2016 it was recorded that revenue from
the tax amnesty alone amounted to 109.05T within 3 months. Thus helping economic growth to reach 5.3% in 2016 and 5.1% in 2017.
However, capable policy implementation and effective tax management need to be a priority for the Indonesian government in
accelerating economic growth and achieving the goal of an inclusive and sustainable economic transformation.

Keywords : Tax incentives, Economic transformation, Tax policy


1. PENDAHULUAN
Pajak memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, termasuk di
Indonesia. Melalui pendapatan pajak, pemerintah dapat membiayai berbagai program
pembangunan dan pelayanan publik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun,
tantangan dalam mengelola sistem perpajakan yang efektif dan efisien masih terus dihadapi oleh
pemerintah Indonesia (Aprilia Hariani, 2023). Pengaruh Insentif Perpajakan terhadap
Transformasi Perekonomian di Indonesia. Pemberian insentif perpajakan dapat memberikan
dampak positif terhadap transformasi perekonomian di Indonesia. Dalam jangka pendek,
insentif perpajakan dapat meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat
memicu perubahan struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan terciptanya
lapangan kerja baru (Mohammad et al., 2021).

Transformasi perekonomian Indonesia saat ini juga menjadi isu yang penting untuk
dibahas. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
mendorong transformasi ekonomi, termasuk dalam hal pemanfaatan teknologi digital dan
pengembangan sektor industri. Namun, masih banyak kendala yang dihadapi, seperti
kurangnya infrastruktur, ketergantungan pada sektor ekspor komoditas, dan kesenjangan
regional (Mohammad et al., 2021).

Dalam jangka panjang, insentif perpajakan dapat mendorong transformasi perekonomian


dari sektor ekonomi berbasis sumber daya alam ke sektor ekonomi yang lebih berbasis pada
inovasi dan teknologi (Pravasanti, 2018). Dengan memberikan insentif perpajakan untuk
sektor-sektor yang berbasis teknologi dan inovasi, pemerintah dapat mendorong
pengembangan industri berbasis teknologi dan mengurangi ketergantungan pada ekspor
komoditas.

Namun, insentif perpajakan juga dapat berdampak negatif jika tidak dikelola dengan baik.
Jika insentif perpajakan hanya diberikan kepada sektor tertentu, hal ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan dalam perekonomian dan mengabaikan sektor lain yang juga memiliki
potensi untuk tumbuh dan berkembang (Palupi Lindiasari Samputra et al., 2022.).

Dalam karya tulis ilmiah ini, akan dibahas bagaimana perpajakan dapat berperan dalam
mendorong transformasi perekonomian Indonesia. Di antara topik yang akan dibahas adalah
strategi perpajakan yang tepat untuk mendukung transformasi ekonomi, pengelolaan pajak
yang efektif untuk membiayai program pembangunan, serta tantangan dan peluang dalam
mengelola sistem perpajakan di Indonesia.

Selain itu, karya tulis ilmiah ini juga akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi
transformasi perekonomian Indonesia, termasuk kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi
global, serta peran sektor swasta dan masyarakat dalam mendorong transformasi ekonomi.
Dengan demikian, diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat memberikan wawasan dan
pemahaman yang lebih baik tentang perpajakan dan transformasi perekonomian di Indonesia.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa insentif perpajakan
memiliki pengaruh positif terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut
Faisal dan Mutaqin (2017), insentif perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
investasi di sektor manufaktur di Indonesia. Dalam penelitian mereka, mereka menemukan
bahwa insentif perpajakan memberikan insentif bagi investor untuk melakukan investasi dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rachmawati (2019) menunjukkan bahwa
insentif perpajakan memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan investasi di Indonesia.
Dalam penelitian tersebut, insentif perpajakan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia untuk
sektor pariwisata dan industri kreatif berhasil meningkatkan jumlah investasi di sektor
tersebut.

Namun, ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa insentif perpajakan tidak selalu
memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Kurniawan (2018),
insentif perpajakan yang diberikan kepada sektor tertentu dapat menyebabkan terjadinya
distorsi pada pasar. Distorsi pasar ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan
menyebabkan terjadinya kesenjangan antara sektor yang menerima insentif dan sektor yang
tidak menerima insentif.

Kesimpulannya, insentif perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


transformasi perekonomian di Indonesia. Namun, pengaruh insentif perpajakan terhadap
pertumbuhan ekonomi harus dilihat dari sisi positif dan negatifnya. Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia harus mempertimbangkan dengan cermat pemberian insentif perpajakan dan
memastikan bahwa kebijakan tersebut tidak menyebabkan distorsi pasar yang berdampak
buruk pada pertumbuhan ekonomi.

Dalam perkembangan perekonomian diindonesia memiliki beberapa faktor yang


menunjang kenaikan dan penurunan, dan beberapa kondisi juga menunjang dari faktor itu
sendiri, Menurut M. Rafi Bakri (2022) Peningkatan ekonomi dapat mendorong peranan penting
nilai investasi dan ekspor.

Salah satu faktor yang memengaruhi ekonomi Indonesia adalah dampak dari pandemi
Covid-19, sehingga banyak negara yang telah menerapkan beberapa upaya pemulihan ekonomi.
Insentif pajak memiliki peran yang cukup efektif dalam mendorong percepatan pemulihan
ekonomi nasional. Menurut Endang Larasati (2022), pada tahun 2021, ekonomi Indonesia
berhasil kembali tumbuh positif dan bahkan telah mencapai tingkat 1,6 persen lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat sebelum pandemi. Hal ini sejalan dengan pandangan Sri Mulyani
Indrawati (2021) yang mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II
tahun 2021 berhasil meningkat sebesar 7,07%, yang menunjukkan bahwa arah dan strategi
pemulihan ekonomi sudah tepat.

Pada tahun 2016, penerimaan dari tax amnesty mencapai 109,05 triliun dalam waktu 3
bulan, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% pada tahun 2016 dan 5,1%
pada tahun 2017, seperti yang dijelaskan oleh Yuwita Ariessa Pravasanti (2018). Menurut Siti
Resmi (2013), pajak memiliki dua fungsi penting dalam perekonomian suatu negara. Pertama,
pajak digunakan sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk melakukan pembangunan baik di
tingkat pusat maupun daerah. Kedua, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur
kebijakan sosial-ekonomi pemerintah.
3. METODE PENELITIAN

Pada penulisan Karya ilmiah ini, penulis menggunakan pengujian studi literatur Jenis
penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat,
serta mengelolah bahan penelitian (Zed, 2008:3). Berikut adalah struktur yang digunakan dalam
metode studi literatur ini :

1. Identifikasi Masalah: Tentukan masalah yang ingin dipecahkan dalam karya tulis ilmiah.
Dalam hal ini, masalah yang ingin dipecahkan adalah bagaimana insentif perpajakan
mempengaruhi transformasi perekonomian di Indonesia.

2. Identifikasi Kata Kunci: Tentukan kata kunci yang berkaitan dengan masalah yang ingin
dipecahkan. Contoh kata kunci yang dapat digunakan adalah insentif perpajakan,
transformasi perekonomian, dan Indonesia.

3. Identifikasi Sumber Informasi: Identifikasi sumber informasi yang akan digunakan dalam
karya tulis ilmiah. Sumber informasi dapat berupa jurnal ilmiah, buku, laporan
pemerintah, atau situs web terpercaya.

4. Seleksi Sumber Informasi: Pilih sumber informasi yang relevan dengan masalah yang ingin
dipecahkan. Seleksi sumber informasi dapat dilakukan dengan membaca abstrak atau
ringkasan dari sumber informasi tersebut.

5. Evaluasi Sumber Informasi: Evaluasi sumber informasi yang dipilih dengan


mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari setiap sumber informasi.

6. Analisis Sumber Informasi: Analisis sumber informasi dengan melakukan sintesis data
yang ditemukan dari sumber informasi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat tabel
atau diagram untuk membantu mengorganisir informasi.

7. Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Tulis karya tulis ilmiah dengan mengikuti struktur yang
sesuai, yaitu judul, abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, hasil penelitian,
pembahasan, kesimpulan, dan daftar pustaka. Pastikan karya tulis ilmiah yang dihasilkan
sesuai dengan format dan gaya penulisan yang ditentukan.

8. Referensi: Sertakan daftar pustaka atau referensi yang digunakan dalam karya tulis ilmiah.
Daftar pustaka harus mencantumkan semua sumber informasi yang digunakan dalam
karya tulis ilmiah dan mengikuti aturan format yang telah ditetapkan.

Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya


penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun
aspek manfaat praktis. Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan
utama yaitu mencari dasar pijakan / fondasi utnuk memperoleh dan membangun landasan
teori, kerangka berpikir, dan menentukandugaan sementara atau disebut juga dengan
hipotesis penelitian. Sehingga para penelitidapat menggelompokkan, mengalokasikan
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya.
Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang
lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti. Melakukan studi literatur
ini dilakukan oleh peneliti antara setelah mereka menentukan topik penelitian dan
ditetapkannya rumusan permasalahan, sebelum mereka terjun ke lapangan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan (Darmadi, 2011).

4. HASIL DAN ANALISIS PEMBAHASAN


1. Pengumpulan Data

Pengaruh Insentif Perpajakan terhadap Transformasi Perekonomian di Indonesia


yang dapat menjadi bahan penelitian antara lain:

1. Kebijakan Pemerintah terkait Insentif Perpajakan


Kebijakan pemerintah dalam memberikan insentif perpajakan dapat menjadi
faktor yang mempengaruhi transformasi perekonomian di Indonesia. Sebagai
contoh, pemberian insentif pajak bagi investor yang menanamkan modal di sektor-
sektor tertentu, seperti sektor industri kreatif atau sektor perikanan, dapat
memacu pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

2. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak


Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak juga dapat menjadi faktor
pendukung karya tulis ilmiah tentang pengaruh insentif perpajakan terhadap
transformasi perekonomian di Indonesia. Semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib
pajak, maka semakin besar penerimaan pajak yang diterima pemerintah, sehingga
dapat digunakan untuk membiayai program-program pembangunan ekonomi.

3. Dampak Insentif Perpajakan terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi


Dampak dari insentif perpajakan terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi
juga menjadi faktor yang dapat mendukung karya tulis ilmiah ini. Penelitian dapat
melihat seberapa besar pengaruh insentif perpajakan terhadap tingkat investasi
dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, serta membandingkan antara sektor yang
mendapatkan insentif pajak dengan sektor yang tidak mendapatkan insentif
pajak.

4. Pengaruh Insentif Pajak terhadap Kesejahteraan Masyarakat


Kesejahteraan masyarakat juga dapat menjadi faktor yang dapat mendukung
karya tulis ilmiah ini. Penelitian dapat membandingkan antara daerah yang
menerapkan insentif pajak dengan daerah yang tidak menerapkan insentif pajak,
dan melihat seberapa besar perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat antara
kedua daerah tersebut.

5. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi Transformasi Perekonomian di Indonesia


Selain faktor-faktor di atas, ada juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
transformasi perekonomian di Indonesia, seperti kebijakan moneter dan fiskal,
stabilitas politik, perubahan iklim investasi, dan faktor-faktor lainnya. Oleh
karena itu, penelitian juga dapat melihat seberapa besar pengaruh insentif
perpajakan terhadap transformasi perekonomian di Indonesia dalam konteks
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Dalam pengumpulan data terkait, penulis menemukan manfaat dari pengaruh
insentif perpajakan terhadap perekonomian Indonesia, yaitu :

1. Investasi Modal Asing

Seiring dengan meninngkatnya perekonomian nasional, yang tela mengalami


cukup lama krisis moneter, peneriman pajak juga ikut meningkat. Mulai tahun 2001
penerimaan dalam negeri telah meningkat sebanyak 61,7% dan terus meningkat pada
tahun tahun berikutnya.

% Penerimaan
Penerimaan Dalam
Penerimaan Pajak Pajak /
Tahun Negeri
(dalam miliar rupiah) Penerimaan
(dalam miliar rupiah)
Dalam Negeri
1989/1990 16.084,1 31.504,2 51,1%
1990/1991 22.010,9 42.193,0 52,2%
1991/1992 24.919,3 42.582,0 58,5%
1992/1993 30.091,5 48.862,6 61,6%
1993/1994 36.665,1 56.113,1 65,3%
1994/1995 44.442,1 66.418,0 66,9%
1995/1996 48.686,3 73.013,9 66,7%
1996/1997 57.339,9 87.630,3 65,4%
1997/1998 700.934,2 112.275,4 63,2%
1998/1999 102.381,1 158.029,1 64,8%
1999/2000 125.900 187.700,0 67,0%
2000 115.900 205.300,0 56,5%
2001 185.500 300.600,0 61,7%
2002 210.200 299.800,0 70,1%
2003 242.000 340.900,0 71,0%
2004 280.900 407.600,0 68,9%
2005 347.600 509.000,0 68,3%
2006 402.100 534.700,0 75,2%

Gambar 1. Penerimaan Dalam Negeri

Sumber : Nota Keuangan dan APBN 1999/2000, 2000 s/d 2006


Keterangan: a. Periode 1 april sampai dengan 31 Desember 2000
b. Perkiraan Realisasi
c. RAPBN 2006
Proyek Investasi US$ Ribu

Singapura 67.517 86.505.391,5

Jepang 38.498 39.387.458,4

R.R. Tiongkok 18.679 32.309.194,4

Hongkong, RRT 13.128 26.358.482,6

Gabungan Negara 8.836 24.820.774,3

Malaysia 15.920 17.529.848,6

Amerika Serikat 7.494 17.135.495,8

Korea Selatan 29.781 16.714.238,4

Belanda 11.355 15.269.652,5

Kepulauan Virgin Inggris 8.673 1.138.639,0

Inggris 6.836 5.917.487,9

Mauritius 1.564 3.986.356,2

Australia 8.578 3.900.653,6

Thailand 2.164 2.703.298,0

Swiss 2.677 2.618.948,9

Taiwan 5.031 2.612.444,5

Bermuda 103 1.825.980,3

Jerman 4.736 1.625.902,0

Kanada 1.193 1.597.378,8

Perancis 6.660 1.506.520,1


Tabel 1. Peringkat negara investasi
Sumber : Data statistik NSWI.bkpm.go.id

Tercantum, dalam 10 tahun terakhir yang paling banyak dalam melakukan investasi ke indoesia
secara global adalah Singapura.
2. Menstabilkan Anggaran

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai


pengeluaran-pengeluaran negara. Pajak digunakan untuk menjalankan tugas-tugas
rutin negara dan melaksanakan pembangunan. Contoh fungsi pajak ini adalah
menyediakan fasilitas kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan pelayanan publik
lainnya.

ANGGARAN INFRASTRUKTUR , 2015 - 2022


(triliun rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022


Uraian Perpres
APBNP Real APBN APBNP Real APBNP Real APBN Real APBN Real APBN Real APBN
113 2020
I. Infrastruktur Ekonomi 280,3 247,4 302,6 307,1 260,2 390,3 371,5 396,5 380,7 399,1 380,1 405,6 283,5 382,6 332,7
1. Melalui K/L 196,8 170,3 165,5 151,2 122,0 157,1 142,5 161,3 152,1 153,4 145,9 170,0 134,1 196,4 129,2
a.l. 033 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 111,1 107,4 101,7 94,7 80,9 101,6 93,8 104,7 99,9 101,7 97,5 117,2 93,6 134,9 87,9
022 Kementerian Perhubungan 59,1 44,4 45,5 39,9 28,9 42,6 38,4 44,2 41,5 38,1 36,0 39,1 30,5 41,7 21,7
018 Kementerian Pertanian 8,9 8,1 5,3 4,1 3,8 2,1 1,9 1,0 0,8 0,9 2,1 1,2 1,0 2,5 1,3
020 Kementerian ESDM 8,1 4,4 4,6 3,7 2,7 3,0 1,8 3,1 2,7 2,1 1,9 5,6 2,3 3,5 2,8
059 Kementerisn Komunikasi dan Informatika 2,6 0,8 3.025,8 3,0 2,0 2,7 2,3 3,0 2,8 3,2 2,1 1,4 5,2 12,0 13,4
K/L Lainnya 6,9 5,2 5.369,1 5,8 3,8 5,0 4,4 5,3 4,3 7,5 6,3 5,6 1,5 2,0 2,0
2. Melalui Non K/L 6,8 4,0 5,3 5,9 3,3 6,0 5,5 3,0 2,0 4,5 6,9 3,5 7,2 8,6 6,1
a.l. 1. VGF (termasuk Cadangan VGF) 1,2 - 1,1 1,1 - 0,5 - 1,2 0,2 2,1 0,3 0,8 0,6 0,6 0,6
2. Belanja Hibah 4,5 3,0 4,0 4,6 3,3 5,4 5,4 1,4 1,5 1,9 6,5 2,2 6,3 6,8 4,8
3. Dana Fasilitasi Penyiapan Proyek Infrastruktur 0,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,1 0,1 0,4
4. Pengembangan Kawasan Bintan dan Karimun 72,6 - 80,2 0,1 0,1 0,3 0,2 0,3 - 0,3 0,3 0,3 0,3
5. Pengembangan kawasan otorita Asahan 100,0 - - - - -
6. Risiko Kenaikan Harga Tanah (land capping) 1.000,0 965,9 - - - -
7. Dana Fasilitasi Penyiapan IKN - - - - 0,9 -
3. Melalui Transfer Daerah 41,0 39,1 83,4 88,0 77,7 180,9 175,8 184,1 182,7 196,2 192,4 200,3 113,7 131,8 102,2
a.l. 1. Dana Alokasi Khusus 29,7 27,7 62,8 66,3 56,2 32,3 28,8 33,9 31,5 33,5 29,9 32,7 13,0 26,1 26,8
2. Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Prov. Papua & Papua Barat 3,0 3,0 1,8 2,9 2,9 3,5 3,5 4,0 4,0 4,3 4,3 4,7 4,4 4,4 4,4
3. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 8,3 8,3 18,8 18,8 18,7 24,0 23,9 24,0 23,9 28,0 27,9 28,8 28,4 28,8 10,2
4. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur - - - - 121,2 119,6 122,1 123,2 130,4 130,4 130,3 64,4 69,3 60,8
5. Dana Otsus Aceh 3,8 3,4 3,1 -
4. Melalui Pembiayaan 35,7 34,1 48,3 62,1 57,1 46,2 47,7 48,1 43,9 45,0 35,0 31,8 28,5 45,8 95,2
a.l. 1. Fasilitas Likuiditas 5,1 5,1 9,2 9,2 4,3 3,1 3,1 2,2 2,2 5,2 5,2 9,0 9,0 16,6 19,1
2. Penyertaan Modal Negara 28,8 28,8 38,2 36,2 36,2 9,6 9,6 6,1 6,1 17,8 17,8 11,7 19,0 17,4 38,5
3. BLU LMAN - - - 16,0 16,0 32,1 32,1 35,4 31,2 22,0 12,0 10,5 - 11,1 28,8
4. Cadangan Pembiayaan Investasi (PT Hutama Karya & Bank Tanah) - - - 16,0 16,0 32,1 32,1 35,4 31,2 22,0 12,0 10,5 - - 8,5
5. Kewajiban Penjaminan 0,8 - 0,7 0,7 1,0 1,0 1,1 1,1 - - 0,6 0,6 0,7 0,3
II. Infrastruktur Sosial 6,3 5,8 6,5 5,7 6,2 8,5 7,8 8,9 8,8 10,7 9,3 12,4 14,5 18,9 13,2

023 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4,3 3,9 5,3 4,6 4,6 5,9 5,4 5,7 6,1 1,8 3,0 5,7 6,8 7,9 3,7
025 Kementerian Agama 2,1 2,0 1,2 1,2 1,6 2,6 2,3 2,9 2,4 2,0 2,3 1,8 4,4 4,2 4,2
024 Kementerian Kesehatan 0,3 0,2 0,4 0,4 0,4 0,3 0,4 0,5

033 Kementerian PUPR 6,5 3,6 4,4 2,9 6,1 4,5


029 Kementerian LHK 0,1 0,2 0,3
III. Dukungan Infrastruktur 3,7 2,9 4,4 4,2 2,7 2,1 19.663,0 5,0 4,6 5,2 4,6 5,3 9,3 16,7 19,9
a.l. 056 BPN 1,3 0,9 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 2,7 2,4 3,0 2,7 3,1 - 2,4 -
067 Kemendes PDTT 0,7 0,6 0,5 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 - 0,1 0,1
019 Kementerian Perindustrian 0,6 0,6 0,5 0,4 0,1 0,2 0,2 0,2 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 -
033 Kementerian PUPR (dukungan manajemen) 4,3 8,8 8,2
022 Kemenhub (dukungan manajemen) 4,2 4,0 8,8
K/L Lainnya 1,1 0,8 3.141,2 3,1 2,2 1,6 1,4 2,0 2,0 2,0 1,8 2,1 0,7 1,3 2,8
Jumlah 290,3 256,1 313,5 317,1 269,1 400,9 381,2 410,4 394,0 415,0 394,1 423,3 307,3 418,3 365,8
*Angka Sementara

Gambar 2. Anggaran Infrastruktur

Sumber : Portal Data APBN, data-apbn.kemenkeu.go.id


3. Kepatuhan Pajak

Dalam lima tahun terakhir, kepatuhan warga Indonesia dalam melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan membayar pajak telah meningkat. Menurut
Direktorat Jenderal Pajak (DJP), pada tahun 2021, sebanyak 15,9 juta laporan SPT telah
dilaporkan dari total 19 juta wajib pajak, mencapai rasio kepatuhan sebesar 84,07%.
Jika dibandingkan dengan tahun 2017, rasio kepatuhan pada tahun tersebut hanya
mencapai 72,58%. Pada tahun 2018, rasio pajak menurun menjadi 71,1%, dengan hanya
12,55 juta orang dari total 17,65 juta wajib pajak yang membayar pajak. Namun, pada
tahun 2019, rasio kepatuhan kembali meningkat menjadi 73,06%, dengan 13,39 juta dari
18,33 juta wajib pajak melaporkan SPT Tahunan. Pada tahun 2020, rasio kepatuhan
pajak meningkat kembali menjadi 78%, dan pada tahun 2021, rasio kepatuhan
mencapai 84,07%.

Grafik 1 kepatuhan pajak


Sumber : Katadata Media Network, databox.katadata.co.id
Tabel 2 kepatuhan pajak
Sumber : Katadata Media Network, databox.katadata.co.id

4. Perkiraan Perkembangan Perekonomian di Indonesia dalam 10


Tahun Terkhir

Data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 (year on year) mencapai 5,31%,
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3,70%.
Bahkan, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 ini merupakan yang
tertinggi sejak tahun 2013 yang mencapai 5,56%. Peningkatan ini didukung oleh
persentase ekspor yang meningkat menjadi 16,28% dan impor sebesar 14,75%.

Perekonomian Indonesia tahun 2022 dihitung berdasarkan Produk Domestik


Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp19.588,4 triliun dan PDB per kapita
mencapai Rp 71,0 juta atau US$ 4.783,9. Selama periode 2016-2019, pertumbuhan PDB
Indonesia mengalami fluktuasi dan pada tahun 2020 merosot tajam menjadi -2,07%
akibat pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial. Meskipun kondisi masih dalam
pandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil meningkat menjadi 3,70% pada
tahun 2021.
Grafik 2. Perekonomian Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik, bps.go.id

Tahun value (Persentase)


2013 5,56
2014 5,02
2015 4,88
2016 5,03
2017 5,07
2018 5,17
2019 5,02
2020 -2,07
2021 3,7
2022 5,31
Tabel 3 Perekonomian Indonesia
Sumber : Badan Pusat Statistik, bps.go.id
Realisasi Anggaran

Pada tahun 2022, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berhasil menyerap


anggaran senilai Rp 32,75 triliun, mencapai 98,02% dari total pagu anggaran sebesar
Rp 33,41 triliun. Capaian ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya, dengan persentase realisasi anggaran Kemenhub semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Rincian realisasi anggaran Kemenhub tahun 2022
berdasarkan sumber dana dan jenis belanja mencapai persentase yang tinggi.
Kemenhub juga berhasil mencatatkan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) yang lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Ketua Komisi V DPR RI
mengapresiasi capaian tersebut dan memberikan sejumlah rekomendasi untuk terus
memaksimalkan pelaksanaan program dan anggaran tahun 2023. Pada tahun 2023,
Kemenhub mendapatkan pagu alokasi anggaran yang lebih rendah dari tahun
sebelumnya, namun akan difokuskan pada 10 prioritas kegiatan yang mencakup
pengembangan infrastruktur, peningkatan keselamatan transportasi, program
peningkatan SDM sektor transportasi, pemerataan pembangunan nasional, program
pro kerakyatan, dan mendukung pemulihan ekonomi nasional.

5. Pengeluaran Anggaran Pokok

Anggaran Pemerintah untuk pendidikan harus dialokasikan minimal 20% dari


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan amandemen UUD
1945. Di tingkat daerah, alokasi anggaran untuk pendidikan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sesuai dengan amandemen UUD
1945. Untuk kesehatan, pemerintah harus mengalokasikan minimal 5% dari APBN
untuk pengeluaran belanja pemerintah untuk kesehatan selain gaji sesuai dengan UU
Kesehatan No. 36 Tahun 2009. Di tingkat daerah, alokasi minimal 10% dari APBD harus
dikeluarkan untuk kesehatan. Perlindungan sosial oleh pemerintah meliputi dana yang
dikeluarkan untuk perlindungan kesehatan melalui jaminan sosial (PBI) yang berasal
dari APBN dan dana yang dikeluarkan untuk bantuan sosial (KIP, KPS, PKH,
Rastra/Raskin) yang juga berasal dari APBN.

A. Manfaat

Pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial merupakan elemen


penting dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan produktivitas dan
ekonomi, dan dengan demikian meningkatkan daya saing bangsa. Salah satu
unsur utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
dengan dukungan yang berkelanjutan dan terus meningkat, yang dapat
dicapai melalui penggunaan yang lebih efektif dan efisien.

B. Interpretasi

Pada tahun 2019, total anggaran APBN Indonesia mencapai 2.461,1


triliun rupiah. Dari jumlah tersebut, anggaran untuk pendidikan mencapai
492,5 triliun rupiah, kesehatan sebesar 123,1 triliun rupiah, dan perlindungan
sosial sebesar 387,3 triliun rupiah. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
alokasi anggaran untuk pendidikan mencapai 20,01 persen dari APBN, alokasi
untuk kesehatan sebesar 5 persen, dan alokasi untuk perlindungan sosial
sebesar 15,74 persen. Dengan kata lain, sekitar 40,8 persen dari total anggaran
APBN dialokasikan untuk pengeluaran pada layanan pokok seperti
pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial.

6. Benchmark dan Belanja Perpajakan untuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM)

Deviasi atas seluruh poin di atas dikategorikan sebagai belanja perpajakan. Namun
terdapat pengecualian atas ketentuan tersebut apabila terdapat kondisi sebagai
berikut:

1. Konsumsi akhir yang dilakukan oleh pemerintah.


2. Fasilitas yang diberikan pada kegiatanekonomi yang masih bersifat intermediary
process.
3. Fasilitas sesuai kelaziman internasional yang sifatnya resiprokal.
4. Bertujuan utama untuk memudahkan administrasi perpajakan; atau
5. Investasi dalam bentuk uang, emas batangan, dan surat berharga.

Prihal Karakteristik
Objek Pajak Ketentuan mengenai karakteristik objek PPN
menyatakan bahwa semua barang dan jasa
dapat menjadi objek PPN kecuali jika telah
dikenakan pajak daerah. Namun, pengecualian
atas transaksi yang telah dikenakan pajak
daerah tidak termasuk dalam kategori belanja
perpajakan karena hanya terjadi perpindahan
hak pemajakan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah. Oleh karena itu, secara
kumulatif hal ini tidak berdampak pada
hilangnya pendapatan negara. Sedangkan,
objek PPnBM adalah seluruh barang mewah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Subjek Pajak Konsumen akhirlah yang bertanggung jawab
menanggung beban PPN dan PPnBM.
Lokasi Pengenaan Pajak Prinsip konsumsi diterapkan di dalam daerah
pabean, yang berarti bahwa PPN dan PPnBM
tidak dikenakan pada barang yang diproduksi
untuk diekspor, sehingga tidak termasuk
dalam kategori belanja perpajakan. Sebagai
akibatnya, insentif pajak seperti PPN dan
PPnBM tidak dipungut pada barang-barang
yang diproduksi untuk tujuan ekspor.
Tarif Tarif PPN dikenakan pada tarif yang
ditetapkan secara standar yaitu sebesar 10
persen. Di sisi lain, tarif PPnBM dikenakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tabel 4. Belanja Perpajakan
2. Analisis Pembahasan

Dalam upaya peningkatan perekonomian Indonesia, Terdapat berbagai upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, antara lain:

1. Meningkatkan investasi dalam negeri dan asing: Pemerintah dapat memperbaiki


iklim investasi di Indonesia melalui berbagai kebijakan yang mempermudah proses
investasi, mengurangi birokrasi, dan memberikan insentif kepada investor. Hal ini
dapat mendorong peningkatan investasi dalam negeri dan asing yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia: Indonesia harus terus berupaya


meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar dapat memenuhi kebutuhan
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sektor industri dan bisnis. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan serta peningkatan akses terhadap pendidikan.

3. Meningkatkan infrastruktur: Pemerintah harus terus berupaya meningkatkan


infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, dan sebagainya. Hal ini
dapat mempermudah akses ke berbagai daerah di Indonesia, meningkatkan
produktivitas dan efisiensi dalam produksi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

4. Mengembangkan sektor industri: Pemerintah dapat memberikan dukungan kepada


sektor industri di Indonesia, seperti memberikan insentif fiskal, perbaikan iklim
usaha, dan pengembangan teknologi dan inovasi. Hal ini dapat mendorong
pertumbuhan sektor industri di Indonesia dan meningkatkan daya saing di pasar
global.

5. Memperbaiki regulasi dan kebijakan ekonomi: Pemerintah harus terus berupaya


memperbaiki regulasi dan kebijakan ekonomi untuk menciptakan lingkungan bisnis
yang stabil dan dapat diprediksi. Hal ini dapat memperkuat kepercayaan investor
dan mendorong investasi dalam negeri dan asing yang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi.

6. Meningkatkan ekspor: Pemerintah dapat memberikan dukungan kepada sektor


ekspor di Indonesia melalui berbagai kebijakan dan insentif. Hal ini dapat
meningkatkan nilai ekspor dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat: Pemerintah dapat meningkatkan


kesejahteraan masyarakat melalui berbagai program pembangunan yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup, seperti pembangunan rumah, infrastruktur,
pendidikan, dan kesehatan. Hal ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat dan
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi domestic

Dapat disimpulkan bahwa insentif perpajakan dapat menjadi alat yang efektif dalam
mendorong transformasi perekonomian Indonesia. Insentif perpajakan dapat
meningkatkan investasi, inovasi, dan daya saing sektor tertentu, serta memperkuat
keunggulan komparatif Indonesia di pasar global. Namun, perlu diperhatikan bahwa
pengelolaan insentif perpajakan harus dilakukan secara transparan dan akuntabel untuk
memastikan manfaatnya sebanding dengan biayanya.

Meningkatkan efektivitas insentif perpajakan dengan menetapkan kriteria yang jelas


dan terukur. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa insentif perpajakan diberikan
pada sektor-sektor yang membutuhkan dukungan dan memberikan dampak yang
signifikan terhadap perekonomian.

Memperkuat koordinasi antara sektor publik dan swasta dalam pengelolaan insentif
perpajakan. Hal ini dapat membantu meningkatkan efektivitas insentif perpajakan dan
memastikan bahwa insentif perpajakan diarahkan pada tujuan strategis transformasi
perekonomian.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia melalui program pelatihan dan
pengembangan yang berkelanjutan. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa sektor-
sektor yang didukung oleh insentif perpajakan memiliki tenaga kerja yang berkualitas dan
memperkuat kemampuan Indonesia dalam bersaing di pasar global.

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan insentif perpajakan. Hal


ini dapat membantu mengurangi risiko kebocoran pajak dan penyalahgunaan insentif
perpajakan serta memperkuat kepercayaan publik terhadap sistem perpajakan.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, insentif perpajakan dapat menjadi alat yang
efektif dalam memacu transformasi perekonomian di Indonesia, memperkuat daya saing
Indonesia di pasar global, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan.

Pada Konferensi Pers APBN KiTa (Kinerja dan Fakta) Edisi Desember 2023 yang
diadakan secara online dan diwartakan oleh Pajak.com. pada tanggal 22/12, Sri Mulyani
menyatakan bahwa insentif pajak merupakan salah satu instrumen fiskal yang digunakan
oleh pemerintah untuk memulihkan kegiatan masyarakat dan meningkatkan penerimaan
pajak secara signifikan. Sri Mulyani mengungkapkan bahwa hingga 14 Desember 2022,
pemerintah telah memberikan beberapa insentif pajak, termasuk pembebasan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 22 untuk impor dan pembayaran PPh Pasal 25 yang diangsur
sebesar setengahnya, dan pembebasan PPh final program Percepatan Peningkatan Tata
Guna Air Irigasi yang akan dibebankan ke pemerintah (DTP). Ketiga insentif pajak
tersebut berhasil menghasilkan penerimaan sebesar Rp 14,6 triliun dan bermanfaat bagi
4.636 Wajib Pajak.

Ada dua hal yang diumumkan terkait dengan pajak oleh pihak berwenang.
Pertama, restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dipercepat dan telah tercapai sebesar
Rp 12,7 miliar atau 104 persen dari target sebesar Rp 12,6 miliar. Kedua, batas Penghasilan
Kena Pajak (PKP) telah diubah sesuai dengan UU HPP sehingga tarif PPh orang pribadi
sebesar 5 persen sekarang berlaku pada PKP senilai Rp 0 hingga Rp 60 juta, dibandingkan
dengan sebelumnya hanya mencakup PKP hingga Rp 50 juta. Pelebaran jangkauan tarif
PPh orang pribadi ini menyebabkan tidak terkumpulnya pajak sebesar Rp 1,64 miliar.
Dalam poin ketiga, tercatat bahwa pemerintah telah menggunakan sebesar Rp
408,35 miliar atau 24,6% dari total insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)
untuk mobil baru yang telah disediakan sebesar Rp 1,66 triliun. Sementara itu, dalam poin
keempat, insentif PPN untuk pembelian rumah telah mencapai realisasi sebesar Rp 526,28
miliar atau 30,6% dari total insentif sebesar Rp 1,72 triliun dan telah dimanfaatkan oleh
18.671 pembeli rumah. Menurut Sri Mulyani, insentif pajak yang dibayarkan oleh
pemerintah telah diverifikasi dengan beberapa kriteria untuk memastikan kesesuaian
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

Pemerintah telah memberikan insentif pajak senilai Rp 420,26 miliar atau 17,51%
dari total pagu sebesar Rp 2,4 triliun untuk alat kesehatan. Sri Mulyani menyatakan
bahwa ini menunjukkan fokus pemerintah dalam membantu sektor kesehatan
menghadapi pandemi COVID-19. Program insentif pajak telah diberikan pada tahun 2020
dan 2021 dengan total realisasi masing-masing sebesar Rp 56 triliun dan Rp 68,32 triliun,
melebihi pagu yang telah disediakan. Namun, kebijakan insentif pajak untuk tahun 2023
masih dalam tahap pembahasan karena DJP dan Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu
mempertimbangkan kondisi perekonomian nasional di tengah ketidakpastian geopolitik
antara Ukraina dan Rusia serta RRT dengan Taiwan. Neil dari DJP menegaskan bahwa
kebijakan insentif pajak harus dilaksanakan dengan hati-hati dan terarah agar dapat
mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan dunia usaha dengan tepat.

Yusuf Rendy Manilet, Ekonom dari CORE Indonesia, menyampaikan harapannya


pemerintah tetap memberikan insentif pajak pada 2023. Hal ini karena masih ada beberapa
sektor atau subsektor usaha yang masih dalam proses pemulihan, bahkan relatif tertinggal
dari sektor lainnya, seperti sektor industri pengolahan dan subsektor industri tekstil. Dia
juga menyebutkan, meski insentif PPnBM opsional untuk mobil dan rumah telah
membantu mendongkrak penjualan pada 2022 dan 2021, pemerintah masih perlu
mengkonsolidasikan kebijakan fiskalnya tahun depan, sehingga akan ada prioritas yang
ditetapkan dalam pemberian insentif pajak.

Dalam jangka pendek, pemberian insentif pajak dapat meningkatkan penerimaan pajak
dan memperkuat posisi fiskal pemerintah. Selain itu, pemberian insentif pajak juga dapat
mendorong pertumbuhan investasi, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan daya
saing industri, dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Namun, dalam jangka panjang, dampak dari insentif pajak terhadap perekonomian
Indonesia masih menjadi perdebatan. Beberapa kritikus berpendapat bahwa pemberian
insentif pajak yang terlalu banyak dan tidak terarah dapat mengakibatkan kerugian bagi
negara, karena dapat mengurangi penerimaan pajak dan membebani defisit anggaran.

Selain itu, pemberian insentif pajak juga tidak selalu mendorong pertumbuhan investasi
dan penciptaan lapangan kerja yang signifikan. Beberapa perusahaan mungkin hanya
memanfaatkan insentif pajak untuk memperoleh keuntungan singkat dan tidak
berinvestasi dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, pemerintah perlu mempertimbangkan dengan matang sebelum


memberikan insentif pajak kepada perusahaan atau individu. Insentif pajak yang diberikan
sebaiknya ditujukan kepada sektor-sektor yang strategis dan memiliki potensi untuk
meningkatkan daya saing dan produktivitas industri nasional.
Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa insentif pajak yang diberikan dapat
diukur dampaknya secara jelas dan transparan, serta tidak merugikan penerimaan pajak
dan stabilitas fiskal negara. insentif pajak dapat menjadi instrumen yang efektif untuk
meningkatkan perekonomian Indonesia jika diterapkan dengan tepat dan terukur .

5. KESIMPULAN DAN REKOMANDASI KEBIJAKAN


5.1 KESIMPULAN

Disimpulkan bahwa insentif perpajakan memiliki peran penting dalam memacu


transformasi perekonomian di Indonesia. Beberapa temuan penting dari studi
tersebut adalah:

a. Insentif perpajakan dapat meningkatkan investasi dan inovasi di sektor tertentu,


seperti sektor industri dan sektor teknologi. Hal ini dapat mendorong
transformasi perekonomian dari sektor yang didominasi oleh komoditas menjadi
sektor yang lebih berbasis pengetahuan dan teknologi.

b. Insentif perpajakan juga dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar


global dengan memperkuat sektor-sektor yang memiliki keunggulan komparatif.
Ini dapat membantu meningkatkan ekspor dan memperbaiki neraca
perdagangan.

c. Namun, perlu diperhatikan bahwa insentif perpajakan harus dirancang dengan


hati-hati untuk memastikan bahwa manfaatnya sebanding dengan biayanya. Jika
tidak, insentif perpajakan dapat menyebabkan kehilangan pendapatan negara
yang signifikan dan menyebabkan ketidakadilan dalam sistem perpajakan.

Dari sisi kegiatan ekonomi, insentif pajak dapat memberikan pengaruh


positif terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Insentif pajak
yang diberikan pada sektor tertentu, seperti industri manufaktur, perkebunan,
pertambangan, pariwisata, dan infrastruktur, dapat memicu pertumbuhan sektor
tersebut dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Selain itu,
insentif pajak juga dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja, meningkatkan nilai
tambah produk dan jasa, serta meningkatkan penerimaan devisa negara.

Namun, pengaruh insentif pajak terhadap perekonomian Indonesia juga


memiliki beberapa risiko. Pertama, kebijakan insentif pajak yang terlalu besar
dapat mengurangi penerimaan pajak negara dan menyebabkan kekurangan
anggaran yang dapat menghambat pembangunan sosial dan infrastruktur. Kedua,
kebijakan insentif pajak yang tidak terarah dapat memicu spekulasi, penipuan,
dan monopoli di sektor tertentu sehingga dapat merugikan masyarakat dan
memicu ketidakadilan ekonomi.

Dalam konteks Indonesia, insentif pajak telah diterapkan oleh pemerintah


dalam berbagai program pembangunan dan investasi, seperti tax holiday, tax
allowance, tax credit, dan tax exemption. Beberapa sektor yang telah menerima
insentif pajak, seperti sektor industri manufaktur, pariwisata, dan infrastruktur,
telah memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, kebijakan insentif pajak juga harus dikaji secara cermat dan proporsional
untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan efektivitas penggunaannya.

5.2 REKOMENDASI KEBIJAKAN

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian insentif perpajakan dapat


meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Insentif perpajakan juga dapat
mendorong perusahaan untuk melakukan inovasi dan menciptakan produk baru,
yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global.

Namun, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam memberikan


insentif perpajakan, antara lain adanya risiko kehilangan pendapatan pajak bagi
pemerintah dan risiko penyalahgunaan insentif oleh perusahaan.

Penelitian lebih lanjut tentang jenis insentif perpajakan yang paling efektif
dalam meningkatkan transformasi perekonomian di Indonesia. Penentuan kriteria
dan mekanisme pemberian insentif perpajakan yang lebih ketat dan transparan
untuk menghindari risiko kehilangan pendapatan pajak bagi pemerintah dan
penyalahgunaan insentif oleh perusahaan.

Peningkatan pengawasan dan monitoring atas pemberian insentif perpajakan


untuk memastikan bahwa perusahaan mematuhi ketentuan dan persyaratan yang
telah ditetapkan.Pengembangan sistem perpajakan yang lebih efisien dan
transparan untuk meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap pajak dan
mencegah terjadinya penghindaran pajak.

Dengan mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat dan melindungi


kepentingan semua pihak, insentif perpajakan dapat menjadi salah satu alat yang
efektif untuk meningkatkan transformasi perekonomian di Indonesia. Berikut
adalah beberapa rekomendasi kebijakan untuk memanfaatkan potensi insentif
perpajakan dalam mendorong transformasi perekonomian di Indonesia:

1. Meningkatkan kualitas insentif perpajakan dengan menetapkan kriteria


yang jelas dan terukur untuk mendapatkan insentif tersebut. Hal ini
dapat membantu memastikan bahwa insentif perpajakan diberikan
kepada sektor-sektor yang benar-benar membutuhkan dukungan.

2. Memperkuat infrastruktur ekonomi, seperti jaringan transportasi dan


energi, untuk mendukung sektor-sektor yang diberikan insentif
perpajakan. Ini dapat membantu memastikan bahwa investasi yang
didorong oleh insentif perpajakan memiliki akses yang cukup ke pasar
dan sumber daya.

3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan


insentif perpajakan untuk memastikan bahwa insentif tersebut
digunakan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat membantu
mengurangi risiko kebocoran pajak dan penyalahgunaan insentif
perpajakan.

4. Mengintegrasikan insentif perpajakan dalam strategi transformasi


perekonomian yang lebih luas, seperti Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Aksi Nasional untuk
Ekonomi Digital. Ini dapat membantu memastikan bahwa insentif
perpajakan diarahkan pada tujuan yang lebih strategis dan dapat saling
mendukung dengan kebijakan lain yang telah ada.

5. Dengan mengambil langkah-langkah ini, insentif perpajakan dapat


menjadi salah satu alat yang efektif dalam memacu transformasi
perekonomian di Indonesia,

memperkuat daya saing Indonesia di pasar global, dan meningkatkan


kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Insentif perpajakan
dapat mendorong investasi, peningkatan produksi, dan ekspansi bisnis
yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik. Namun, penggunaan insentif perpajakan harus dilakukan
dengan hati-hati dan bijaksana, karena bila tidak, dapat menyebabkan
kehilangan pendapatan bagi negara dan menyebabkan ketimpangan
sosial-ekonomi yang lebih besar.

1. Meningkatkan transparansi dalam penggunaan insentif


perpajakan dengan membuat mekanisme yang jelas dan
terukur dalam memberikan insentif perpajakan kepada pelaku
usaha.
2. Memperkuat sistem pengawasan dan pengendalian terhadap
pemberian insentif perpajakan, untuk menghindari adanya
praktik-praktik yang tidak benar dalam pemberian insentif
perpajakan.
3. Menyederhanakan prosedur administratif untuk pemberian
insentif perpajakan, agar memudahkan pelaku usaha dalam
mengajukan permohonan dan memperoleh insentif perpajakan.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terkait
dengan perpajakan, baik dalam pemerintah maupun swasta,
untuk meningkatkan efektivitas dalam pemberian insentif
perpajakan.
5. Mengembangkan insentif perpajakan yang lebih berorientasi
pada pengembangan industri yang berbasis teknologi dan
inovasi untuk meningkatkan daya saing industri nasional.
6. Rekomendasi kebijakan di atas merupakan upaya yang dapat
dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha untuk
mengoptimalkan penggunaan insentif perpajakan dan
meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Setiap
rekomendasi dapat dilakukan dengan proporsi yang berbeda-
beda tergantung pada kondisi dan kebutuhan di masing-masing
sektor.
6. UCAPAN TERIMAKASIH
Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat dan rahmat-Nya, saya berhasil menyelesaikan tugas penulisan karya ilmiah
ini.

7. DAFTAR PUSTAKA

Aprilia Hariani. (2023, February). Realisasi Insentif Pajak Per 14 Desember.


Pajak.Com.
Biro Komunikasi dan Informasi Publik. (2023). Tertinggi, Persentase Realisasi
Anggaran Kemenhub Tahun 2022. Dephub.Go.Id.
Mela Syahrani. (2023). Pertumbuhan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dalam 10
Tahun TerakhirEkonomi Indonesia Dalam 10 Tahun Terakhir. Data.Goodstats.Id.

Mohammad, R., Rizal, Z., & Pujanggo, G. S. (n.d.). EFEK INSENTIF PERPAJAKAN
BERDASARKAN DASAR PENGENAAN PAJAK DAN TARIF PAJAK TERHADAP
EKONOMI SECARA MAKRO : STUDI KASUS INDONESIA.
Nur, D., Direktorat, I., Pajak, J., Fitriandi, P., Keuangan, P., & Stan, N. (n.d.).
PENGARUH KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK DI MASA PANDEMI COVID-19 TERHADAP
PENERIMAAN PPN.

Palupi Lindiasari Samputra, dan, Salemba Raya No, J., & Pusat, J. (n.d.). Potensial of
Tax Declining and Tax Policy Strategy to Anticipate the Impact of the Covid-19 Pandemic: A
National Resilience Perspective. 11(2), 93–108. https://doi.org/10.22212/jekp.v11i1.1933

Vika Azkiya. (2022). Rasio Kepatuhan Pelaporan Pajak 2021. Databoks Katadat.

Anda mungkin juga menyukai