Anda di halaman 1dari 4

035_Muh.

Busran

Rendahnya Daya Saing Pemuda menjadikan Generasi Bumi Pertiwi Sebagai “Penonton” di
Negeri Sendiri

PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sumber daya alam. Kekayaan sumber daya alam di
Indonesia merupakan salah satu anugerah yang patut disyukuri karena dengan sumber daya alam
tersebut memberikan dampak yang begitu baik terhadap pembangunan di Indonesia. Pengelolaan
SDA ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemajuan Indonesia. Peran generasi bumi
pertiwi tentunya ditujukan dalam mengelola semua jenis kekayaan sumber daya alam yang
terkandung di bumi Indonesia. Namun perlu diketahui bahwa pengelolaannya tidak semudah
membalikkan telapak tangan sehingga butuh pengetahuan yang baik agar dapat mengelolanya
dengan benar. Kemajuan teknologi yang begitu pesat harus diiringi dengan kualitas sumber daya
manusia yang modern juga. Pengelolaan SDA tersebut tentunya membutuhkan teknologi yang
begitu canggih. Permasalahan yang menjadi tantangan para pemuda sekarang adalah mulai
masuknya tenaga kerja asing yang lebih kompeten dari mereka dalam hal pengelolaan SDA
sehingga terjadi persaingan yang begitu ketat. Mereka yang tidak mengikuti arus perkembangan
zaman akan terseleksi dari persaingan sehingga mereka hanya akan jadi penonton di belakang layar
tanpa tahu harus berbuat apa. Seharusnya yang menjadi aktor utama dalam pengelolaan SDA adalah
putra dan putri terbaik bangsa. Masuknya perusahaan asing yang memperkerjakan TKA asal
negaranya, turut memperburuk kondisi tersebut. Semakin banyak TKA yang masuk ke Indonesia,
maka semakin berat pula saingan para pemuda dalam dunia kerja dan hal ini bisa berpotensi
menjadikan putra dan putri bangsa menjadi sekedar “penonton” di belakang layar.

PEMBAHASAN
Pemuda merupakan ujung tombak suatu negara guna menjadikan sebuah negara yang maju dalam
berbagai sektor. Jika kita merujuk pada sejarah di masa lalu, pada saat Indonesia dijajah, maka
pemudalah yang menjadi garda terdepan membela tanah air sampai titik darah penghabisan sampai-
sampai presiden pertama RI, Ir. Soekarno Hatta mengatakan dalam pidatonya “Beri aku sepuluh
pemuda, maka akan kuguncangkan dunia”. Merujuk pada kalimat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pemuda memiliki pengaruh yang sangat besar dalam berbagai lini sektor termasuk dalam
pemanfaatan sumber daya alam yang ada di bumi pertiwi tercinta kita ini. Sumber daya alam yang
ada di Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam terbesar di wilayah Asia. Setiap tahunnya
Indonesia selalu masuk ke dalam 10 besar negara dengan jumlah SDA terbanyak di Asia (Sony,
2019)1. Tingginya sumber daya alam tersebut tentunya butuh pengolahan agar dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pembangunan guna mendukung kemajuan ekonomi di negara Indonesia.
Tentunya peran pemuda dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam tersebut. Namun fakta di
lapangan sangatlah miris dari ekspektasi kita terhadap para pemuda tersebut. Pengelolaan SDA
justru dikelola oleh perusahaan-perusahaan asing dengan memperkerjakan tenaga kerja asing
(TKA) juga di dalamnya.

1
Sony Budiarso, dkk, 2019. Indonesia salah satu penghasil tambang terbesar di dunia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
035_Muh. Busran
Banyaknya tenaga kerja asing yang ada di Indonesia menjadi tantangan yang besar bagi para
pemuda dalam memperoleh pekerjaan. Banyaknya tenaga kerja asing di Indonesia digambarkan
dalam data berikut.

Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tren kenaikan tenaga kerja asing di
Indonesia terus mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2021 mengalami tren penurunan,
namun jika kita menilik ke masa depan maka tren ini akan terus mengalami kenaikan karena
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan tenaga kerja yang andal
untuk mengelola SDA yang ada di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan maka bisa dipastikan
kedepannya para pemuda yang seharunya diharapkan mengelola SDA -nya sendiri malah akan
menjadi penonton di negara sendiri dan bukan pelaku utama.
Salah satu faktor dari rendahnya daya saing pemuda dalam dunia kerja salah satunya adalah
rendahnya daya adaptasi terhadap perubahan yang sangat dinamis2. Rendahnya kemampuan
adaptasi yang dimaksud dalam hal ini adalah kekurang mampuan dalam mengimbangi perubahan
itu sendiri, sebagai akibat rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat penguasaan
pengetahuan dan teknologi yang dituntut oleh pasar kerja. Kondisi seperti ini terjadi di Jerman
(Jerman Barat pada saat itu) yaitu sekitar 1970 sampai sekarang. Masyarakat Turki baik sebagai
imigran maupun yang telah menjadi warga negara Jerman, pada umumnya mereka menjadi tenaga
kerja kasar. Sedangkan masyarakat Jerman sudah tidak mau lagi melakukan pekerjaan tersebut. Hal
ini terjadi karena masyarakat Turki tidak memiliki daya adaptasi yang tinggi, sementara hampir
semua bidang pekerjaan di Jerman menggunakan teknologi tinggi. Kondisi yang demikian sudah
mulai merambat ke Indonesia. Rendahnya tingkat pendidikan dan daya adaptasi pemuda,
mengakibatkan pemuda Indonesia semakin lama semakin tersisih, sementara pekerja asing yang
masuk ke Indonesia mulai mendominasi pekerjaan-pekerjaan yang menuntut keterampilan dan
teknologi. Perbandingan jam kerja dan upah yang diterima pekerja asing berbanding terbalik
dengan jam kerja dan upah yang diterima pemuda Indonesia. Sumpah Pemuda Indonesia tenggelam
bersama-sama pencetus dan pengikrar pertama kali pada tahun 1928, sementara generasi muda
sekarang mulai mengalami penjajahan secara laten yang memiliki legitimasi.
Rendahnya daya saing pemuda biasanya akan lebih banyak terjadi di perusahaan-perusahaan besar
karena biasanya didominasi oleh tenaga kerja asing yang di dukung oleh data berikut

2
Direktorat Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga; Background Study dalam Rangka Penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014 Bidang Pemuda.
035_Muh. Busran

Sumber: Databoks, 2020


Dari data tersebut, tenaga kerja asing lebih banyak mendominasi pada sektor jasa dan industri dan
di mana dua sektor tersebut adalah sektor paling besar dan paling berpengaruh. Hal tersebut
membuat para pemuda akan kalah saing dengan tenaga kerja asing tersebut. Akibatnya banyak
pengangguran di mana-mana. Menjadi sebuah lelucon ketika seharunya sektor tersebut dikelola
oleh putra-putri bangsa, malah dikelola oleh tenaga-tenaga kerja asing. Apakah ini menjadi
penjajahan part 2 yang tidak kita sadari?.
Bagaimana seharusnya peran pemerintah untuk menanggulangi hal tersebut adalah hak yang perlu
diintervensi. Langkah yang bisa diambil adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan yang ada di
Indonesia, pelatihan yang sesuai dengan pekerjaan di dunia kerja, dan perlunya intervensi terhadap
tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia sehingga persaingan para pemuda dengan tenaga kerja
asing menjadi sedikit lebih longgar dan memberikan kesempatan bagi para putra-putri terbaik
bangsa untuk mengelola sendiri hasil SDA, bukan sebagai penonton belaka.

KESIMPULAN
Sumber daya alam yang ada di Indonesia seharunya menjadi tugas utama bagi putra dan putri
bangsa untuk mengelolanya. Akan tetapi karena pengaruh perkembangan teknologi yang begitu
pesat sehingga mereka tidak mampus menyesuaikan diri dengan arus perkembangan teknologi.
Masuknya tenaga kerja asing membuat mereka lebih berat dalam melakukan persaingan dengan
mereka karena TKA yang lebih terampil dalam mengolah dan menggunakan sebuah teknologi untuk
pengelolaan sumber daya alam. Jika dibiarkan terus menerus maka bisa saja putra dan putri
Indonesia malah akan menjadi penonton di balik layar, bukan sebagai pelaku utama. Tentunya hal
tersebut perlu ditangani secepatnya. Langkah intervensi yang bisa dilakukan adalah dengan
memperbaiki sistem oen6yang ada di Indonesia dengan menyesuaikan kebutuhan ketenagakerjaan.
Intervensi juga diperlukan terhadap tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia sehingga para putra
dan putri bangsa bisa diberi kesempatan untuk mengelola sendiri hasil sumber daya yang ada.
035_Muh. Busran

SARAN
Langkah atau solusi yang diberikan harus diupayakan pemerintah agar dapat berjalan dengan baik.
Intervensi terhadap tenaga kerja asing mungkin agak lebih sulit untuk dilakukan karena menyangkut
tentang tingkat pengetahuan mereka terhadap pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik,
sehingga perusahaan lebih tertarik untuk merekrut mereka. Namun jika TKA terlalu banyak masuk
ke Indonesia maka akan mengakibatkan para pekerja yang ada di Indonesia akan tergeser oleh
mereka sehingga mau tidak mau langkah ini harus dilakukan.

SHORT BIO
M Busran adalah Mahasiswa kelahiran Dulang, 29 Mei 2023. Dia merupakan anak
ke-3 dari 5 bersaudara. Saat ini dia menempuh pendidikan semester 2, di
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dengan mengambil jurusan
Kesehatan Masyarakat. Banyak prestasi yang telah dia raih sebelumnya baik dalam
bidang akademik maupun non-akademik. Di bidang akademik dia pernah meraih
juara 1 KSN-K Biologi Tingkat kabupaten Enrekang dan juara harapan 3 KSM
Madrasah Tingkat kabupaten Enrekang. Dalam bidang non-akademik seperti
finalis Syahril Qur’an dan Juara 1 Tilawah tingkat Kecamatan. Dalam pengalaman Organisasi, dia
pernah menjadi wakil ketua bidang keagamaan Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) dan
menjadi ketua bidang keagamaan Organisasi Palang Merah Remaja (PMR). Dia bercita-cita ingin
menjadi penulis dan ahli Kesehatan Masyarakat dalam bidang Health Safety Environment.

Anda mungkin juga menyukai