Oleh :
Danny Adhitya (18201300481)
Agustina Dianova (18201300485)
Tujuan penelitian
untuk menguji pengaruh etika uang (money ethic) terhadap kecurangan pajak (tax evasion)
dengan menggunakan religiusitas dan gender sebagai variabel moderasi.
Penelitian tentang kecurangan pajak dari perspektif filosofis dimulai dari Crowe ( 1944)
dan kemudian ditinjau kembali dan diperluas oleh McGee (2006) . Pada dasarnya ada tiga
pandangan mendasar pada kecurangan pajak. Pandangan pertama menyatakan bahwa
kecurangan pajak tidak etis setiap saat . Dasar di balik keyakinan ini adalah bahwa semua orang
memiliki tanggung jawab kepada pemerintah untuk membayar pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah (Cohn, 1998 ; Smith & Kimball, 1998 ; Tamari, 1998) .
Pandangan kedua pada kecurangan pajak dikenal sebagai pandangan anarkis
(Block,1989;1993) yang menyatakan bahwa individu tidak berkewajiban untuk membayar pajak
karena sebagian besar pemerintah adalah tidak sah tanpa kekuatan moral untuk mengambil apa
pun dari siapa pun. Perspektif ketiga pada etika kecurangan pajak mengambil sikap yang lebih
netral di mana mungkin sah dan karena itu etika dalam beberapa keadaan , tetapi mungkin tidak
berlaku dalam keadaan lain, pendukung pandangan ini adalah peneliti seperti McGee ( 1998a ,
1999a , 2005) .
Kecurangan pajak juga telah dipelajari dari sudut pandang berbagai negara serta demografi
dan agama . Salah satu studi baru-baru melihat kecurangan pajak dari perspektif teologi siswa
bisnis di Armenia (McGee & Marajyan, 2006) . Mereka menemukan hasil yang agak
mengejutkan di mana mahasiswa bisnis menentang penghindaran pajak lebih kuat dibandingkan
dengan mahasiswa teologi . Alasan di balik ini menunjukkan bahwa kecurangan pajak dapat
dibenarkan dalam dua situasi : pertama ketika individu percaya bahwa pemerintah tidak
melakukan apa pun untuk mendukung pengumpulan pajak dari mereka, dan kedua ketika
mekanisme pemungutan pajak tidak bekerja dengan baik .
Tang et al., (2000) menemukan bahwa kesehatan mental seorang profesional dengan tingkat
cinta uang terendah memiliki kepuasan kerja yang rendah. Tang dan Chiu (2003) berteori bahwa
cinta uang sangat terkait dengan konsep "ketamakan." Mereka menemukan bahwa karyawan
Hong Kong dengan tingkat cinta uang yang lebih tinggi kurang puas dengan pekerjaan mereka
dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Chen dan Tang (2006) menyatakan bahwa hubungan
tersebut dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis. Bahkan, Tang dan Chiu (2003) juga
menemukan hubungan yang langsung antara cinta uang dan perilaku tidak etis di antara karyawan
Hong Kong.
Tang (1992) memperkenalkan konsep cinta uang yang mengukur perasaan subjektif
seseorang tentang uang. etika uang yang tinggi disebut juga dengan cinta uang yaitu seseorang
yang menempatkan kepentingan yang besar pada uang dan menganggap uang adalh segal-galanya
dalam kehidupan. Seseorang yang memiliki etika uang yang tinggi akan kurang etis dan sensitif
daripada orang dengan etika uang yang rendah.
2.3. Gender
Tang et al., (2000) menemukan bahwa karyawan laki-laki lebih mementingkan uang
dibandingkan perempuan. Beberapa penelitian menemukan bahwa perempuan lebih memiliki
sikap etis dibandingkan dengan pria. Namun, beberapa studi lain mengemukakan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara sikap etik yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.
Berdasarkan Coate dan Frey (2000), terdapat dua pendekatan yang biasa digunakan untuk
memberikan pendapat mengenai pengaruh gender terhadap perilaku etis maupun persepsi
individu terhadap perilaku tidak etis, yaitu pendekatan struktural dan pendekatan sosialisasi.
Pendekatan struktural, menyatakan bahwa perbedaan antara pria dan wanita disebabkan oleh
sosialisasi awal terhadap pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan peran lainnya, Berbeda dengan
pendekatan struktural, pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa pria dan wanita
membawa seperangkat nilai dan yang berbeda ke dalam suatu lingkungan kerja maupun ke dalam
suatu lingkungan belajar.
2.4. Religiusitas
Definisi religiusitas seperti yang didefinisikan oleh McDaniel dan Burnett (1990) adalah
kepercayaan kepada Tuhan disertai dengan komitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip yang
diyakini ditetapkan oleh Tuhan.
Keyakinan agama yang kuat diharapkan mencegah perilaku ilegal melalui perasaan bersalah
terutama dalam hal penghindaran pajak (Grasmick, Bursik, & Cochran, 1991). Grasmick, Kinsey
dan Cochran (1991) tidak hanya mengeksplorasi efek dari kehadiran kecurangan pajak di gereja,
tetapi juga mengukur afiliasi sebagai indeks pentingnya agama. Mereka menemukan bahwa
mereka yang tidak berafiliasi lebih cenderung untuk menipu.
2.5 Etika Uang (Money Ethics) dan Kecurangan pajak (Tax Evasion)
Tang (2002) melaporkan bahwa seseorang dengan etika uang (money etics) yang tinggi
memiliki perilaku cinta uang yang berpengaruh langsung terhadap perilaku yang tidak etis . Ini
berarti bahwa orang-orang dengan perilaku cinta uang yang tinggi akan menempatkan
kepentingan yang besar pada uang akan kurang etis dan sensitif daripada orang dengan etika uang
(money ethics) yang rendah. Elias (2010) menguji hubungan sikap cinta uang dikaitkan dengan
persepsi etis. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif sikap cinta uang dengan etika
seseorang . Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat cinta uang atau money ehics yang
dimiliki seseorang, maka akan semakin rendah persepsi etis yang dimilikinya, begitu pula
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena apabila seseorang memiliki kecintaan uang yang tinggi,
maka ia akan berusaha untuk melakukan segala cara agar kebutuhannya terpenuhi namun tidak
sesuai dengan etika.
Hasil penelitian Lau, Tan & Choe (2013) menunjukkan bahwa etika uang (money ethics)
berhubungan negatif dengan tax evasion. Semakin tinggi etika uang (money ethics) maka
semakin besar kemungkinan individu untuk berperilaku tidak etis dan melakukan kecurangan
pajak.
2.7. Etika Uang (Money Ethic), Gender dan Kecurangan Pajak (Tax Evasion)
Salah satu faktor yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku etis seseorang serta
kencendurungan kecintaannya terhadap uang adalah jenis kelamin. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi terhadap etika,
sedangkan laki-laki memiliki tingkat keyakinan lebih rendah terhadap etika.
Pendekatan sosialisasi gender menyatakan bahwa pria dan wanita membawa seperangkat
nilai dan yang berbeda ke dalam suatu lingkungan kerja maupun ke dalam suatu lingkungan
belajar. Perbedaan nilai dan sifat berdasarkan gender ini akan mempengaruhi pria dan wanita
dalam membuat keputusan dan praktik. Para pria akan bersaing untuk mencapai kesuksesan dan
lebih cenderung melanggar peraturan yang ada karena mereka memandang pencapaian prestasi
sebagai suatu persaingan. Berkebalikan dengan pria yang mementingkan kesuksesan akhir atau
relative performance, para wanita lebih mementingkan self-performance. Wanita akan lebih
menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik dan hubungan kerja yang harmonis,
sehingga wanita akan lebih patuh terhadap peraturan yang ada dan mereka akan lebih kritis
terhadap orang-orang yang melanggar peraturan tersebut. pelaksanaan tugas dengan baik dan
hubungan kerja yang harmonis, sehingga wanita akan lebih patuh terhadap peraturan yang ada
dan mereka akan lebih kritis terhadap orang-orang yang melanggar peraturan tersebut.
2.8. Hipotesis
H2 : Religiusitas instrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethic) terhadap kecurangan
pajak (tax evasion)
H3 : Religiusitas ekstrinsik memoderasi pengaruh etika uang (money ethic) dengan kecurangan
pajak (tax evasion)
H4 : Gender memoderasi pengaruh etika uang (money ethic) terhadap kecurangan pajak ( tax
evasion)
Metoda Penelitian
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan yang
terdaftar di KPP Pratama Tampan Pekanbaru Riau . Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
23.682. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
incidental sampling.
Kecurangan pajak
Variabel diukur dengan menggunakan 15 item pertanyaan yang diukur dengkan skala
likert dengan poin 1 s/d 5 yaitu sangat tidak setuju s/d sangat setuju. Skor rendah
menunjukkan penerimaan tax evasion dan skor yang tinggi menunjukkan ketidaksetujuan
terhadap tax evasion.
Religiusitas
Untuk mengukur religiusitas instrinsik dan ekstrinsik menggunakan 6 item pertanyaan
yang mengukur religiusitas intrinsik dan 12 item pertanyaan mengukur religiusitas ekstrinsik.
Instrumen di adopsi dari Alport dan Ross (1967).
Gender
Dalam penelitian ini, jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin dalam
penelitian ini hanya digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang berbeda terhadap
tingkat etika uang (money ethic) dengan persepsi kecurangan pajak berdasarkan perbedaan
jenis kelamin wajib pajak. Untuk laki-laki diberi kode 1 dan perempuan diberi kode 0.
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan metode analisis regresi sederaha dan moderate
regression analysis (MRA) dengan bantuan program SPSS dengan persamaan :
Y = a + b1 X1 ...........................................................H1
Y= a +b1X1 +b2X2 + b3X1.X3 +e...........................H2
Y= a +b1X1 +b4X3 + b5X1.X3 +e...........................H3
Y= a +b1X1 +b6X4 + b7X1.X4 +e...........................H4
Keterangan :
Y = Kecurangan pajak
X1 = Etika Uang (Money Ethics)
X2 = Religiusitas Intrinsik
X3 = Religiusitas Extrinsik
X4 = Gender
X1 X2 = Interaksi Etika uang (money ethics) dan religiusitas intrinsik
X1 X3 = Interaksi Etika uang (money ethics) dan religiusitas extrinsik
X1.X4 = Interaksi Etika uang dan gender
5.1. Kesimpulan
1. Etika Uang (Money ethics) berpengaruh terhadap kecurangan pajak. Etika uang yang
tinggi atau sikap cinta uang cendrung menyebabkan seseorang memiliki perilaku etika
yang rendah dan berpandangan bahwa kecurangan pajak adalah etis.
2. Religiusitas intrinsik memoderasi hubungan etika uang (money ethisc) dengan
kecurangan pajak. Komitmen penerapan agama dalam kehidupan memiliki pengaruh
yang positif dengan etika, yang berarti religiusitas intrinsik yang tinggi menyebabkan
etika lebih tinggi sehingga menurunkan kecurangan pajak, sebaliknya religiusitas intrinsik
yang rendah berhubungan negatif dengan etika yang akan meningkatkan kecurangan
pajak.
3. Religiusitas ekstrinsik tidak memoderasi hubungan etika uang dengan kecurangan pajak.
4. Gender memoderasi hubungan etika uang (money ethics) dengan kecurangan pajak. Laki-
laki dan perempuan menunjukkan perilaku etis yang berbeda sehingga memiliki
perbedaan dalam memandang kecurangan pajak. Laki-Laki akan cendrung melakukan
kecurangan pajak dibandingkan dengan perempuan.
5.2. Keterbatasan
1. Jumlah sampel yang sangat sedikit. Hal ini disebabkan jangka waktu penelitian yang
pendek sehingga peneliti tidak dapat mengumpulkan sampel yang lebih banyak.
2. Lingkup penelitian hanya pada satu wilayah dengan populasi yang terbatas
3. Variabel yang digunakan masih terbatas sehingga penelitian ini tidak dapat
mengeksplorasi berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan pajak.
5.3. Implikasi dan Saran
Implikasi
Penelitian ini penting untuk pengembangan teori perpajakan terutama dalam mengetahui
faktor penyebab terjadinya kecurangan pajak. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa faktor
perilaku individu smerupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecurangan pajak. Oleh
sebab itu penting untuk melakukan pendidikan moral dan agama untuk membentuk perilaku
seseorang.
Saran