Anda di halaman 1dari 9

Tugas Kelompok ke-3

(Minggu 8/Sesi 12)


KELOMPOK 5:
Annisa Hakimi Nasry 2602292162
Muhammad Ilham Ferdiansyah 2602291121
Muhammad Raihan Nur Azmii 2602291153
Nurul Faizah 2602290781
Zhalfa Putri Zakhirah 2602292774

Indikator Penilaian:
Penilaian
Indikator
85-100 75-84 65-74 0 - 64
1. Menjabarkan Artikel Hanya 2 Hanya 1 Tidak ada indicator
teori-teori yang memuat indikator indikator yang yang jelas, lengkap
relevan tentang secara yang jelas, tepat, jelas dan dan tepat
keadilan sosial lengkap, jelas tepat dan lengkap
2. Menjabarkan dan tepat lengkap
teori-teori yang indicator 1, 2,
relevan tentang 3 dan 4
kewajiban
membayar pajak
3. Menjabarkan
hubungan antara
kinerja
pembangunan
sosial-ekonomi
dan nilai-nilai
keadilan sosial
4. Memberikan
contoh terkait
point 3

Menurut Anda, bagaimana kinerja pembangunan sosial-ekonomi di Indonesia saat ini


dan prediksi Anda di tahun-tahun mendatang? Berikan jawaban Anda berdasarkan
teori-teori dalam keadilan sosial dan kewajiban membayar pajak.

Character Building: Pancasila


NO 1
Upaya untuk mencapai keadilan sosial pada dasarnya berarti merubah atau
menggulingkan struktur-struktur ekonomi, politik, budaya, dan ideologis yang menyebabkan
sebagian orang tidak dapat memperoleh hak-hak mereka atau tidak mendapatkan bagian yang
adil dari kekayaan dan hasil pekerjaan masyarakat secara keseluruhan. Karena sifatnya yang
bersifat struktural, upaya untuk mencapai keadilan sosial sebaiknya dilakukan oleh negara.

Hal ini dikarenakan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negara, atau lebih
spesifiknya pemerintah, memiliki dampak terbesar terhadap perkembangan struktur-struktur
yang relevan bagi proses politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ideologis suatu negara.

Oleh karena itu, negaralah yang bertanggung jawab untuk berusaha dan mewujudkan
keadilan bagi seluruh rakyatnya. Namun, pengakuan ini bersifat teoretis belaka, karena
kenyataannya negara tidak selalu berusaha untuk mencapai hal tersebut. Hal ini disebabkan
oleh fakta bahwa pembongkaran ketidakadilan struktural akan bertentangan dengan
kepentingan golongan yang berkuasa. Golongan-golongan yang berkuasa cenderung merasa
diuntungkan dengan kondisi seperti itu, karena dengan demikian golongan yang lemah tidak
akan dapat mengambil bagian dari hak-hak yang sebenarnya menjadi milik mereka. Ada
beberapa teori yang relevan tentang keadilan sosial yang telah dikemukakan oleh berbagai
filosof dan teoretikus, salah satunya adalah sebagai Berikut.

Teori Keadilan John Rawls: Dalam bukunya yang terkenal, "A Theory of Justice"
(1971), John Rawls mengusulkan teori keadilan sebagai kesetaraan. Ia berpendapat bahwa
keadilan sosial harus didasarkan pada dua prinsip utama: pertama, prinsip kesetaraan dasar
yang menjamin hak dan kebebasan dasar yang sama bagi semua individu, dan kedua, prinsip
perbedaan yang memungkinkan ketidaksetaraan asalkan memberikan keuntungan bagi yang
paling kurang beruntung dalam masyarakat.

Teori keadilan Aristoteles: Dalam karyanya yang berjudul etika nichomachea


menjelaskan bahwa pemikirannya tentang keadilan. Bagi Aristoteles, keutamaan dalam suatu
keadilan yaitu ketaatan terhadap hukum merupakan suatu keadilan. Dengan kata lain keadilan
merupakan suatu keutamaan yang bersifat umum atau bare minimum.

Teori Keadilan Thomas Hobbes: menurutnya keadilan merupakan suatu perbuatan


yang dapat dikatakan adil apabila sudah didasarkan pada perjanjian yang disepakati. Dari

Character Building: Pancasila


pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa keadilan atau rasa keadilan dapat tercapai jika
terjadinya suatu kesepakatan antar pihak yang saling berjanji.

Referensi:

Widoyo, H (2023), Lecture Notes, Character Building Pancasila: Keadilan Sosial

John Rawls - "A Theory of Justice" (1971)

Rawls, J. (1971). A Theory of Justice. Cambridge, MA: Harvard University Press.

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/16633/05.2%20bab%202.pdf?sequ
ence=7&isAllowed=y

Character Building: Pancasila


NO 2

Menurut Prof Dr P.J.A Adriani, pajak adalah iuran pada Negara yang terutang oleh
yang wajib membayarnya berdasarkan peraturn - peraturan yang langsung dapat ditunjuk dan
dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan
pemerintahan. Semua warga negara perlu mempunyai kesadaran untuk melaksanakan
tanggunggjawab dalam membayar pajak dan memberikan kontribusi dana unutk pelaksanaan
fungsi perpajakan. Terdapat beberapa teori perpajakan seperti berikut:

a. Theory of Planned Behaviour


Berdasarkan teori ini terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan
munculnya perilaku individu yaitu niat untuk melakukan perilaku tersebut. Terdapat
tiga faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut yaitu behavioral beliefs, normative
beliefs dan control beliefs. Berdasarkan teori ini dapat dipahami bahwa warga negara
yang taat akan melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak.

b. Teori Atribusi
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang mempercayai adanya sebab-akibat yang
disebabkan oleh perilaku seseorang dengan melaksanakan kewajiban membayar pajak.
Seseorang akan memahami peraturan perpajakan yang telah ditetapkan serta menilai
manfaat dari melaksanakan wajib pajak.

c. Teori pembelajaran sosial.


Teori ini menjelaskan perilaku seseorang yang akan membayar pajak tepat
waktu. Faktor kognitif seperti ekspektasi untuk mendaparkan keberhasilan merupakan
faktor penting dalam teori ini. Seseorang akan mengamati secara langsung hasil dari
pemungutan pajak tersebut di wilayah mereka. Proses dalam pembelajaran sosial
meliputi proses perhatian, proses penyimpanan, peroses produksi motorik.

Referensi:

J. Akuntansi, “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAJIB PAJAK


ORANG PRIBADI DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN MEMBAYAR PAJAK
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Candisari) Winda Kurnia

Character Building: Pancasila


Fikriningrum, Muchamad Syafruddin,” Diponegoro J. Account., vol. 1, no. 2, pp. 1–15,
2012.

S. Khayati, “Tinjauan Hukum Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi
Dan Bangunan,” Arus J. Sos. dan Hum., vol. 1, no. 2, pp. 1–10, 2021.

Character Building: Pancasila


NO 3

Keadilan sosial senantiasa harus keterkaitan dengan kinerja pembangunan sosial dan
ekonomi. Misalnya, menghormati budaya, kebangsaan dan agama kepedulian berbasis
identitas dalam paradigma politik telah diabaikan tekanan dan pengecualian potensial yang
dipengaruhi oleh nilai-nilai ini anggota kelompok atau masyarakat tertentu. Alih-alih
berpolitik, kepedulian identitas sebenarnya menimbulkan kemungkinan bentuk-bentuk
penindasan baru atas nama nilai-nilai etika tertentu identitas budaya tertentu. Fenomena ini
sekarang sering terlihat secara mendalam salah satu bentuk ekspresi kebangkitan agama akhir-
akhir ini sebagai ekspresi politik identitas. Sebagian besar ekspresi kebangkitan Islam politik,
Kebangkitan Politik Hindu di India dan Gerakan Politik Kristen menunjukkan kecenderungan
ini dalam beberapa cara. Di mana bagian atas nama agama atau keyakinan tertentu, tindakan
penindasan, perampasan hak sifat manusia dan kekerasan dibenarkan.

Pembangunan berkelanjutan jelas membutuhkan pertumbuhan ekonomi di daerah-


daerah di mana kebutuhan dasar mereka tidak sejalan dengan pertumbuhan asalkan isi
pertumbuhan mencerminkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Namun pada
kenyataannya, aktivitas produksi yang tinggi dapat terjadi pada waktu yang bersamaan dengan
kemiskinan yang meluas. Modus ini bisa berbahaya ke lingkungan. Oleh karena itu,
pembangunan berkelanjutan membutuhkan realisasi diri masyarakat kebutuhan, meningkatkan
potensi produksinya dan pada saat yang sama menjamin kesempatan yang sama untuk semua.

Referensi:

Zeinuddin, M., & Novita, D. (2016). “MEMBUKA LANSKAP KEADILAN SOSIAL DI ERA
GLOBALISASI”. Prosiding Univeritas Wiraraja.

Arfah, A., & Arif, M. (2021). Pembangunan Ekonomi, Keadilan Sosial dan Ekonomi
Berkelanjutan dalam Perspektif Islam. SEIKO: Journal of Management &
Business, 4(1), 566-581.

Character Building: Pancasila


NO 4

Keadilan sosial dan kinerja pembangunan sosial-ekonomi adalah dua aspek krusial
dalam mencapai masyarakat yang berkelanjutan dan inklusif. Hubungan antara keduanya
saling terkait erat, di mana kinerja pembangunan sosial-ekonomi yang adil harus
mencerminkan nilai-nilai keadilan sosial yang merata bagi seluruh anggota masyarakat. Dalam
essay ini, kami akan menggambarkan bagaimana teori-teori keadilan sosial dan kewajiban
membayar pajak berperan dalam memahami hubungan tersebut dan mengatasi tantangan yang
dihadapi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang adil.

I. Keadilan Sosial dan Identitas Budaya


Salah satu isu yang terkait dengan hubungan antara kinerja pembangunan
sosial-ekonomi dan keadilan sosial adalah penekanan pada identitas budaya dalam
politik dan pembangunan. Fenomena kebangkitan agama sebagai politik identitas
menunjukkan bahwa nilai-nilai etika tertentu dari identitas budaya tertentu dapat
digunakan sebagai dalih untuk melakukan penindasan dan kekerasan terhadap
kelompok lain. Teori keadilan sosial, terutama yang dikemukakan oleh John Rawls,
mengemukakan bahwa keadilan sosial harus didasarkan pada prinsip keadilan yang adil
dan merata, di mana setiap individu harus diperlakukan dengan setara tanpa
diskriminasi berdasarkan identitas budaya atau agama mereka (Rawls, 1971).
Dalam konteks ini, penting untuk menyadari bahwa keadilan sosial yang adil
juga berarti menghormati dan memahami keberagaman budaya dan identitas dalam
masyarakat. Masyarakat yang inklusif harus menjamin kesetaraan dan perlindungan
hak bagi setiap anggota, tanpa memandang latar belakang budaya atau agama mereka.
Dengan demikian, upaya untuk mencapai kinerja pembangunan sosial-ekonomi yang
berkelanjutan harus senantiasa mempertimbangkan nilai-nilai keadilan sosial yang
mencerminkan inklusivitas dan penghormatan terhadap keberagaman budaya.

II. Distribusi Kekayaan dan Kewajiban Membayar Pajak


Selanjutnya, isu lain yang terkait dengan hubungan antara kinerja pembangunan
sosial-ekonomi dan keadilan sosial adalah distribusi kekayaan yang tidak adil. Tulisan
sebelumnya menyoroti bahwa aktivitas produksi yang tinggi dapat berjalan seiring
dengan kemiskinan yang meluas. Dalam teori keadilan sosial, distribusi kekayaan yang
merata dan adil merupakan prinsip penting untuk mencapai keadilan sosial. Model

Character Building: Pancasila


keadilan sosial seperti Teori Keadilan Rasio yang dikemukakan oleh John Roemer
menekankan bahwa distribusi sumber daya harus diatur sedemikian rupa sehingga
menguntungkan kelompok masyarakat yang paling lemah (Roemer, 1998).
Pentingnya kewajiban membayar pajak yang adil dalam mencapai distribusi
kekayaan yang merata tidak bisa diabaikan. Robert Nozick, seorang filsuf politik,
berpendapat bahwa kewajiban membayar pajak harus sesuai dengan prinsip minimal
negara, di mana pemerintah hanya bertugas untuk melindungi hak-hak individu dan
properti mereka (Nozick, 1974). Namun, pandangan ini telah dikritik karena
mengabaikan perlunya redistribusi kekayaan untuk mencapai keadilan sosial yang lebih
luas.
Keadilan sosial selalu memiliki dimensi struktural yang terkait dengan
tanggung jawab negara secara struktural. Hal ini terkait dengan pendistribusian
keadilan kepada semua rakyat Indonesia. Meskipun demikian, kewajiban distributif ini
tidak berdiri sendiri. Negara menciptakan kondisi di mana warga negara dapat
membangun dan meningkatkan usaha ekonominya. Namun, tidak semua warga negara
memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Ada sekelompok warga negara
yang memiliki kesempatan untuk berkembang, sementara sekelompok lainnya tidak.
Dalam hal ini, masyarakat yang mampu memanfaatkan peluang untuk berkembang
berkontribusi lebih banyak melalui pembayaran pajak kepada negara. Pajak tersebut
kemudian didistribusikan kembali oleh negara melalui pembangunan yang dinikmati
oleh seluruh warga dan penduduk negara. (Lecture Notes)

III. Tantangan dalam Mewujudkan Keadilan Sosial dalam Pembangunan Sosial-Ekonomi


Dalam konteks hubungan antara kinerja pembangunan sosial-ekonomi dan
keadilan sosial, ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Salah satunya adalah
memastikan bahwa kinerja pembangunan sosial-ekonomi benar-benar mencerminkan
prinsip keadilan sosial. Kebijakan dan tindakan pemerintah harus mengutamakan
inklusivitas, menghormati keberagaman budaya, dan memberikan perlindungan hak
bagi seluruh anggota masyarakat.
Tantangan lainnya adalah mencapai distribusi kekayaan yang adil. Pemerintah
harus menerapkan kebijakan ekonomi yang berorientasi pada keadilan dan redistribusi
yang seimbang. Pajak harus dipungut secara proporsional dan digunakan untuk

Character Building: Pancasila


mendukung pembangunan sosial yang merata dan pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat.

Dalam upaya mencapai pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,


penting untuk memahami hubungan yang kompleks antara kinerja pembangunan dan keadilan
sosial. Dengan mengacu pada teori-teori keadilan sosial dan kewajiban membayar pajak, kita
dapat mengenali pentingnya menghormati keberagaman budaya, mencapai distribusi kekayaan
yang adil, dan memastikan bahwa setiap langkah pembangunan mencerminkan nilai-nilai
keadilan sosial yang merata bagi seluruh masyarakat.

Referensi:

Rawls, J. (1971). A Theory of Justice. Harvard University Press.

Roemer, J. E. (1998). Equality of Opportunity. Harvard University Press.

Nozick, R. (1974). Anarchy, State, and Utopia. Basic Books.

Widoyo, H (2023), Lecture Notes, Character Building Pancasila: Keadilan Sosial

Character Building: Pancasila

Anda mungkin juga menyukai