Anda di halaman 1dari 3

Eksekutif Summary

Menuju Kebijakan Harmoni :


Migrasi Dalihan Natolu & Sitou Timou Tumou Tou dari Adagium Lokal ke Kebijakan Peradaban
Bernegara dalam pandangan Doktor Sam Ratulangi
Dengan skema moderasi beragama.
Oleh :
Wahyuddin Ukoli, S.Hi

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya lokal. Diantara budaya yang penting dan
menarik perhatian adalah adagium lokal yang berkembang di beberapa wilayah di Indonesia.
Dalihan Natolu dan Sitou Timou Tumou Tou adalah dua diantaranya. Adagium memiliki makna
yang dalam dan penting bagi masyarakat setempat. Artikel ini, akan membahas bagaimana
migrasi Dalihan Natolu dan Sitou Timou Tumou Tou dari adagium lokal masuk ke dalam
kebijakan peradaban bernegara, melalui peran Doktor Sam Ratulangi yang nampak dari pikiran
dan kiprahnya di Minahasa. Melalui artikel ini, kitapun akan melihat bagaimana adagium lokal
dalam semangat moderasi beragama beradaptasi dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
modern serta bagaimana pemerintah menggunakan adagium ini sebagai alat untuk
mempromosikan harmoni dan persatuan di seluruh negeri.

Di Sulawesi Utara, lebih khusus Minahasa Migrasi Dalihan Natolu dan Sitou Timou Tumou Tou
adalah kebijakan peradaban harmoni yang diusung oleh doktor Sam Ratulangi. Kebijakan ini
bertujuan untuk membangun masyarakat yang harmonis, damai dan saling menghargai antar
suku dan agama hingga terjalin semangat gotong royong dan persatuan.

Bab I. Pendahuluan

1. Konsep migrasi Dalihan Natolu dan Sitou Timou Tumou Tou dalam kebudayaan Minahasa.

Pada era globalisasi saat ini, penting bagi kita untuk memahami dan menghargai keragaman
budaya yang ada di dunia. Salah satu aspek penting dari keragaman budaya adalah adagium
lokal yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat suatu daerah. Dalam konteks ini,
migrasi Dalihan Natolu dan Sitou Timou Tumou Tou adalah dua konsep yang menarik untuk
dibahas.

Dalihan Natolu adalah sebuah tradisi yang berasal dari suku Batak di Sumatera Utara,
Indonesia. Dalihan Natolu secara harfiah berarti "tiga batang kayu" dan mengacu pada tiga
prinsip utama dalam kehidupan masyarakat Batak, yaitu hormat, saling tolong menolong, dan
kebersamaan. Konsep ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara
individu, keluarga, dan masyarakat secara luas.
Dalam kebudayaan Minahasa, sebagai salah satu kebudayaan yang juga kaya akan tradisi dan
warisan budaya yang unik di Sulawesi Utara, kita dikenalkan dengan adagium lokal lainnya
yaitu Sitou Timou Tumou Tou.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapati masyarakat Minahasa telah memiliki dua konsep
migrasi penting ini yang menjadi pijakan dalam kehidupannya. Bila kita menggunakan Konsep
migrasi Dalihan Natolu dimasyarakat Minahasa, maka Migrasi Dalihan Natolu adalah konsep
migrasi yang berfokus pada tiga kelompok etnis utama dalam masyarakat Minahasa, yaitu
kelompok masyarakat Tondano, Tombulu, dan Tonsawang. Konsep ini menggambarkan
perpindahan dan interaksi antara ketiga kelompok yang pada akhirnya membentuk identitas
budaya Minahasa yang khas.

Di sisi lain, Sitou Timou Tumou Tou adalah konsep yang menekankan pentingnya kehidupan
sosial dan solidaritas dalam masyarakat Minahasa. Dalam bahasa Minahasa, Sitou Tiumou
Tumou Tou berarti "satu tubuh, satu jiwa". Konsep ini mengajarkan tentang pentingnya kerja
sama dan persatuan dalam menjaga keseimbangan dan harmoni dalam masyarakat.

Tulisan ini, dimaksudkan untuk menyelami lebih dalam tentang dua konsep migrasi itu,
memahami peran adagium lokal ini dalam memperkuat ikatan sosial antara kelompok etnis
dalam masyarakat Minahasa, serta menemukan alasan bagaimana konsep-konsep ini masih
relevan dan dihargai hingga saat ini, melalui pandangan Doktor Sam Ratulangi yang
merupakan seorang ahli budaya dan sejarah Minahasa, sebab beliau telah menyumbangkan
pemikirannya tentang pentingnya migrasi Dalihan Natolu dan Sitou Timou Tumou Tou dalam
membangun peradaban bernegara yang harmoni di Minahasa, bahkan konsep-konsep tersebut
dapat diterapkan dalam konteks kehidupan sehari-hari.

2. Profil Doktor Sam Ratulangi.

Doktor Sam Ratulangi merupakan seorang tokoh penting dalam peradaban harmoni Minahasa.
Lahir pada tanggal 5 November 1890 di Likupang, Minahasa, Belanda Hindia Timur (sekarang
Indonesia), Sam Ratulangi merupakan seorang pahlawan nasional yang memainkan peran
krusial dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menentang penjajahan Belanda.

Sam Ratulangi adalah seorang intelektual yang sangat berbakat dan memiliki dedikasi yang
tinggi terhadap pendidikan. Ia menyelesaikan pendidikan tinggi di Nederlandsch-Indische
Artsen School (Sekolah Kedokteran Hindia Belanda) dan meraih gelar doktor dalam bidang
kedokteran dari Universitas Amsterdam pada tahun 1913. Namun, keahliannya tidak terbatas
pada bidang kedokteran saja.

Doktor Sam Ratulangi juga merupakan seorang penulis, aktivis, dan politisi dengan visi yang
jelas tentang pentingnya harmoni dalam peradaban Minahasa. Ia sangat peduli terhadap
kehidupan sosial dan budaya masyarakat Minahasa, serta berusaha untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan di antara masyarakat yang memiliki beragam suku dan agama.
Kontribusi terbesar Doktor Sam Ratulangi terlihat melalui gagasan dan gerakan yang dikenal
sebagai Migrasi Dalihan Natolu dan Sitou Timou Tumou Tou. Migrasi Dalihan Natolu mengacu
pada prinsip adat Minahasa yang menganut sistem keturunan dari pihak ibu, sementara Sitou
Timou Tumou Tou adalah semboyan yang mengajarkan pentingnya saling tolong menolong dan
persatuan dalam masyarakat Minahasa.

Doktor Sam Ratulangi sangat percaya bahwa melalui pemahaman dan penerapan kebijakan
peradaban harmoni seperti Migrasi Dalihan Natolu dan Sitou Timou Tumou Tou, masyarakat
Minahasa bisa mencapai kemajuan yang berkelanjutan. Ia memahami bahwa keberagaman
suku, agama, dan budaya dalam masyarakat harus dihargai dan dijadikan sebagai kekuatan
yang menyatukan, bukan sebagai sumber konflik.

Dengan pengaruhnya yang kuat dan dedikasinya terhadap peradaban harmoni Minahasa,
Doktor Sam Ratulangi telah meninggalkan warisan yang tak terhapuskan dalam sejarah
perjuangan dan kebangkitan masyarakat Minahasa. Keberanian dan semangatnya dalam
memperjuangkan persatuan dan kesatuan masih terasa hingga saat ini, menginspirasi
generasi-generasi mendatang untuk menjaga dan memperkuat harmoni dalam kehidupan
bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai