yang cukup karena dengan istirahat yang cukup anak tidak akan
mengalami stres fisik menjelang operasi dan tubuhnya akan
menjadi lebih rileks.
2) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk
dapat mengakibatkan anak mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan anak menjadi lebih lama dirawat di
rumah sakit.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan anak perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
input dan output cairan. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal, dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolik obat- obatan
anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan
dengan baik.
4) Personal hygiene
Kebersihan tubuh anak sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
b. Persiapan penunjang
c. Pemeriksaan status anestesia
Pemeriksaan status fisik untuk pembiusan perlu dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi
kepentingan pembedahan, anak akan menjalani pemeriksaan status
fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan
terhadap dirinya.
d. Informed consent
Informed consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka orang tua atau keluarga wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi yang akan
dilakukan kepada anak.
e. Persiapan mental/psikis
Persiapan mental/psikis merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam persiapan operasi karena mental anak yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya dan kelancaran proses
operasi. Persiapan psikologis yang belum optimal dapat meningkatkan
reaksi stres fisiologis, masalah psikologis, emosi dan kecemasan
(Kholfiyah, 2014).
Persiapan psikologis sebagai hak dasar anak-anak yang menjalani
operasi tidak boleh dilupakan dan diabaikan karena proses persiapan
ini merupakan tugas dan tanggung jawab perawat (Majzoobi, et al,
2013). Persiapan psikologis berbasis caring yang dilakukan oleh
perawat diharapkan dapat menurunkan kecemasan pre operasi pada
anak usia pra sekolah. Perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa
digunakan untuk membantu anak dalam menghadapi kecemasannya,
seperti adanya orang tua/keluarga di dekatnya, tingkat perkembangan
anak dan faktor pendukung/support system (Sjamsuhidajat & De Jong,
2010).
11
B. Kecemasan
1. Definisi kecemasan
b. Gejala Psikologis
1) Gangguan mood: mudah marah, mudah sedih.
2) Kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk.
3) Kelelahan, mudah capek.
4) Kehilangan motivasi dan minat.
5) Perasaan-perasaan yang tidak nyata
6) Sangat sensitif terhadap suara: merasa tidak tahan terhadap suara-
suara yang sebelumnya biasa saja.
7) Berpikiran kosong, tidak mampu berkonsentrasi, mudah lupa.
8) Canggung, koordinasi buruk.
9) Tidak bisa membuat keputusan: tidak bisa menentukan pilihan
bahkan untuk hal-hal kecil.
10) Gelisah, resah, tidak bisa diam.
11) Kecenderungan untuk melakukan sesuatu berulang-ulang.
12) Keraguan dan ketakutan yang mengganggu.
13) Terus-menerus memeriksa segala sesuatu yang telah dilakukan.
4. Respon kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon
kecemasan menurut Suliswati (2014), antara lain:
a. Respon fisiologis terhadap kecemasan
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan
mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis).
Respon sistem syaraf otonom terhadap rasa takut dan kecemasan
menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh termasuk dalam
pertahanan diri. Serabut syaraf simpatis mengaktifkan tanda-tanda
vital pada setiap tanda bahaya untuk mempersiapkan pertahanan
tubuh.
Keadaan anak yang cemas dalam menghadapi operasi akan
menghambat jalannya operasi. Karena respon tubuh akan mengalami
penurunan dalam mekanisme sistem tubuh anak. Akibat dari
kecemasan yang sangat hebat maka ada kemungkinan operasi tidak
bisa dilaksanakan karena pada anak yang mengalami kecemasan
sebelum operasi muncul kelainan, seperti peningkatan tekanan darah
cukup tinggi serta irama jantung tidak normal sehingga kalau tetap
dioperasi dapat mengakibatkan penyulit dalam menghentikan
perdarahan bahkan setelah operasipun sangat mengganggu proses
penyembuhan.
b. Respon psikologis terhadap kecemasan
Respon perilaku akibat kecemasan adalah tampak gelisah, terdapat
ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang
koordinasi, menarik diri, menghindar, dan sangat waspada (Pieter &
Lubis, 2010). Respon psikologis anak usia pra sekolah terhadap
kecemasan pre operasi dapat dilihat dari anak yang tampak gelisah,
tremor dan anak menangis saat perawat mendekatakepadanya.
c. Respon kognitif terhadap kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, baik proses
pikir maupun isi pikir. Pada anak usia pra sekolah, respon kognitif
terhadap kecemasan pre operasi dapat ditunjukkan dengan anak
melakukan penolakan terhadap tindakan keperawatan yang akan
dilakukan kepadanya (Pieter & Lubis, 2010).
d. Respon afektif terhadap kecemasan
Secara afektif anak akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan
dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan. Pada
11
anak usia pra sekolah, respon afektif terhadap kecemasan pre operasi
dapat ditunjukkan dengan anak tampak bingung dan curiga berlebihan
saat perawat mendekat kepadanya (Pieter & Lubis, 2010).
Tugas
Baca materi 30 menit, lanjutkan mengerjakan selama 30 menit dan di upload. Setelah
di upload silakan diskusi berantai, kelompok 1 bertanya kepada kelompok 2 dst.
Jawaban berdasarkan sumber / rujukan yang jelas dan selamat mengerjakan. Setelah
membaca konsep diatas silakan bentuk 5 kelompok untuk menjawab pertanyaan di
bawah ini.
1. Diagnosa keperawatan apa sajakah yang muncul pada perioperative ( pre op )
minimal 3 diagnosa sebutkan
2. Diagnosa keperawatan apa sajakah yang muncul pada perioperative ( post op )
minimal 3 diagnosa sebutkan
3. Intervensi menurut sdki jelaskan untuk diagnosa pertama yang ditemukan
kelompok 1
4. Intervensi menurut sdki jelaskan untuk diagnosa pertama yang ditemukan
kelompok 2
5. Apa saja intervensi terbaru yang bisa diterapkan yang belum ada di soal no 3
dan 4 jelaskan dan apa rujukannya/sumbernya