Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia Beserta Karakteristiknya

Nama : Syaikhah auragibah

Nim : 230903502076

Kelas : Manajemen E

Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa perubahan selama berabad-abad. Pada
awalnya bahasa Indonesia ditulis dengan aksara Jawa. Namun, degan masuknya kolonialisasi
dan pengaruh budaya Barat, ejaan bahasa Indonesia mulai mengalami perubahan.
Salah satu perubahan awal terjadi pada tahun 1901, ketika Konferensi Bahasa Melayu di
Batavia menyepakati penggunaan ejaan baru yang disebut Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini
mulai dikenal luas dalam dunia pendidikan dan penerbitan pada awal abad ke-20.
Namun, pada tahun 1947, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan baru tentang
ejaan bahasa Indonesia yang disebut Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi menggantikan ejaan
Van Ophuijsen dan masuk ke dalam sistem pendidikan pada era itu.
Pada tahun 1972, ejaan bahasa Indonesia mengalami perubahan lagi dengan
diperkenalkannya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang saat ini masih berlaku. Ejaan ini
memiliki beberapa perubahan dari Ejaan Soewandi, seperti penggunaan huruf kapital yang
lebih konsisten, penulisan kata serapan yang mengikuti asal katanya, dan penulisan angka
dengan menggunakan titik sebagai pemisah ribuan.
Sejak diperkenalkannya EYD, ejaan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa
penyempurnaan. Misalnya, pada tahun 1975 dilakukan perubahan terkait penyingkatan kata,
sehingga kata "bangsa" ditulis menjadi "bangs." Kemudian, pada tahun 1987, dilakukan
perubahan terkait penggunaan huruf "y" dan "j" pada kata-kata serapan.

Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa perubahan sepanjang sejarahnya. Berikut
adalah beberapa periode dan karakteristik ejaan bahasa Indonesia:
1. Ejaan Vedasentara (1592-1872)
Periode ini ditandai dengan menggunakan ejaan berdasarkan bunyi. Namun, ejaan ini masih
belum stabil dan belum terdokumentasi sepenuhnya.

2. Ejaan Van Ophuijsen (1892-1972)


Ejaan Van Ophuijsen diperkenalkan oleh Jacques Van Ophuijsen pada tahun 1892.
Karakteristiknya adalah:
- Kebijakan ejaan ini didasarkan pada pengucapan tinggi modern di masa itu.
- Hilangnya vokal e secara analogi seperti menulis "ekol" sebagai "ekho".
- Hilangnya h huruf (seperti "hangus" menjadi "angus").
- Penggunaan yaitu untuk bunyi /e/ panjang.
- Penggunaan ü untuk bunyi /u/ panjang.
- Penggunaan oe untuk bunyi /u/ pendek.

3. Ejaan Soewandi (1947-1972)


Ejaan Soewandi diperkenalkan oleh Mohammad Soewandi pada tahun 1947.
Karakteristiknya adalah:
- Penggunaan vokal tunggal untuk fonem tunggal (misalnya menulis "buku" sebagai "buku"
bukan "boek").
- Penulisan huruf eja seperti e melambangkan bunyi /e/.
- Hilangnya une dalam kata-kata seperti "bungkus" menjadi "bukus”.

4. Ejaan Yang Disempurnakan (1972-sekarang)


Ejaan yang disempurnakan diperkenalkan pada tahun 1972. Karakteristiknya adalah:
- Penggunaan sistem ejaan bersuku kata.
- Penulisan "ng" untuk bunyi konsonan rangkap /ŋ/.
- Penulisan "ai" untuk bunyi /ai/.
- Penulisan "oi" untuk bunyi /oi/.
- Penggunaan tanda hubung (-) untuk pemenggalan kata.
- Penggunaan huruf kapital hanya di awal kalimat dan nama diri.

Itulah beberapa periode dan karakteristik ejaan bahasa Indonesia dalam sejarahnya. Dengan
perubahan ini, ejaan bahasa Indonesia bertujuan membuat ejaan lebih konsisten dan mudah
dipahami.

Anda mungkin juga menyukai