A. Anatomi Telinga
Sistem organ pendengaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran yang berada di luar
otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dan saraf kokhlearis
sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur yang berada di dalam batang otak dan
otak yaitu nukleus koklearis, nukleus olivatorius superior, lemnikus lateralis, kolikulus
inferior dan kortek serebri lobus temporalis area Wernicke (gambar 1).
Aurikulum dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis superfisialis. Aliran vena
menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena aurikularis posterior dan vena
emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus cranial V, VII, IX dan X.
MAE merupakan tabung berbentuk S, dimulai dari dasar konka aurikula sampai pada
membran timpani dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan diameter lebih kurang 0,5 cm.
MAE dibagi menjadi dua bagian yaitu pars cartilage yang berada di sepertiga lateral dan
pars osseus yang berada di dua pertiganya. Pars cartilage berjalan ke arah posterior superior
, merupakan perluasan dari tulang rawan daun telinga, tulang rawan ini melekat erat di
tulang temporal, dilapisi oleh kulit yang merupakan perluasan kulit dari daun telinga , kulit
tersebut mengandung folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea. Kelenjar
serumen memproduksi bahan seperli lilin berwarna coklat merupakan pengelupasan lapisan
epidermis, bahan sebaseus dan pigmen disebut serumen atau kotoran telinga. Pars osseus
berjalan ke arah antero inferior dan menyempit di bagian tengah membentuk ismus. Kulit
pada bagian ini sangat tipis dan melekat erat bersama dengan lapisan subkutan pada tulang.
MAE dialiri arteri temporalis superfisialis dan arteri aurikularis posterior serta arteri
aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke vena maksilaris, jugularis eksterna dan
pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju ke lnn. aurikularis anterior, posterior dan
inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis dari n. vagus dan cabang aurikulotemporalis dari n.
mandibularis.
MT bagian medial disuplai cabang arteri aurikularis posterior, lateral oleh ramus
timpanikus cabang arteri aurikularis profundus. Aliran vena menuju ke vena maksilaris,
jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Inervasi oleh nervus aurikularis cabang
nervus vagus, cabang timpanikus nervus glosofaringeus of Jacobson dan nervus
aurikulotemporalis cabang nervus mandibularis.
Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m. stapedius. M tensor
timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan berinsersio di bagian atas
tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot ini menyebabkan membran
timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih tegang.dan meningkatkan
frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan melemahkan suara dengan frekuensi
rendah. M. stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan berinsersio di ujung
posterior kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini
suara dan meningkatkan resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi
mempertahankan , memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras
sehingga dapat mencegah kerusakan organ koklea.
Telinga tengah berhubungan dengan nasopharing melalui tuba Eustahcius. Suplai darah
untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri stylomastoid, arteri petrosal
superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena bersama dengan aliran arteri dan
berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus pterygoideus.
Aurikula berfungsi untuk mengetahui arah dan lokasi suara dan membedakan tinggi
rendah suara. Aurikula bersama MAE dapat menaikkan tekanan akustik pada MT pada
frekuensi 1,5 – 5 kHz yaitu daerah frekuensi yang penting untuk presepsi bicara, selanjutnya
gelombang bunyi ini diarahkan ke MAE menyebabkan naiknya tekanan akustik sebesar 10-
15 dB pada MT.
MAE adalah tabung yang terbuka pada satu sisi tertutup pada sisi yang lain. MAE
meresonansi ¼ gelombang. Frekuensi resonansi ditentukan dari panjang tabung, lengkungan
tabung tidak berpengaruh. Tabung 2,5 cm, frekuensi resonansi kira-kira 3,5 kHz.
Dimana : Kecepatan suara = 350 m/detik Misal panjang tabung = 2,5 cm, maka : Fo =
350 (4x2,5) = 3500 Hz = 3,5 kHz
Koklea mempunyai dua fungsi yaitu menerjemahkan energi suara ke suatu bentuk
yang sesuai untuk merangsang ujung saraf auditorius yang dapat memberikan kode
parameter akustik sehingga otak dapat memproses informasi dalam stimulus suara. Koklea
di dalamnya terdapat proses transmisi hidrodinamik yaitu perpindahan energi bunyi dari
foramen ovale ke sel-sel bersilia dan proses transduksi yaitu pengubahan pola energy bunyi
pada OC menjadi potensial aksi dalam nervus auditorius. Mekanisme transmisi terjadi
karena stimuli bunyi menggetarkan perilim dalam skala vestibuli dan endolim dalam skala
media sehingga menggetarkan membrane basilaris. Membrana basilaris merupakan suatu
kesatuan yang berbentuk lempeng-lempeng getar sehinga bila mendapat stimuli bunyi akan
bergetar seperti gelombang disebut traveling wave. Proses transduksi terjadi karena
perubahan bentuk membrane basilaris. Perubahan tersebut karena bergesernya membrana
retikularis dan membrana tektorial akibat stimulis bunyi. Amplitudo maksimum pergeseran
tersebut akan mempengaruhi sel rambut dalam dan sel rambut luar sehinga terjadi loncatan
potensial listrik. Potensial listrik ini akan diteruskan oleh serabut saraf aferen yang
berhubungan dengan sel rambut sebagai impuls saraf ke otak untuk disadari sebagai
sensasi mendengar.
H.