Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia

Volume 7 Issue 2 Article 7

6-30-2020

Relationship between Total Session of Hyperbaric Oxygen


Therapy as Adjuvant Therapy with Diabetic Foot Ulcers
Improvement in Dr. Mintohardjo Naval Hospital in The Year
2016−2018
Naufal Hilmi Andrisha
Program Studi Kedokteran Program Sarjana, FK UPN “Veteran” Jakarta, naufalandrisha@gmail.com

Pritha Maya Savitri


Departemen Kesehatan Matra Dan Manajemen Bencana, FK UPN “Veteran” Jakarta

Nurfitri Bustamam
Departemen Fisiologi, FK UPN “Veteran” Jakarta

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jpdi Part


of the Internal Medicine Commons

Recommended Citation
Andrisha, Naufal Hilmi; Savitri, Pritha Maya; and Bustamam, Nurfitri (2020) "Relationship between Total Session of
Hyperbaric Oxygen Therapy as Adjuvant Therapy with Diabetic Foot Ulcers Improvement in Dr. Mintohardjo Naval
Hospital in The Year 2016−2018," Jurnal Penyakit Dalam Indonesia: Vol. 7: Iss. 2, Article 7.
DOI: 10.7454/jpdi.v7i2.402
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jpdi/vol7/iss2/7

This Original Article is brought to you for free and open access by UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia by an authorized editor of UI Scholars Hub.
LAPORAN PENELITIAN

Hubungan antara Jumlah Sesi Terapi Oksigen Hiperbarik


sebagai Terapi Adjuvan dengan Perbaikan Ulkus Kaki
Diabetik di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
Tahun 2016–2018
Relationship between Total Session of Hyperbaric Oxygen
Therapy as Adjuvant Therapy with Diabetic Foot Ulcers
Improvement in Dr. Mintohardjo Naval Hospital in The
Year 2016−2018
Naufal Hilmi Andrisha1, Pritha Maya Savitri2, Nurfitri Bustamam3
1
Program Studi Kedokteran Program Sarjana, FK UPN “Veteran” Jakarta
2
Departemen Kesehatan Matra Dan Manajemen Bencana, FK UPN “Veteran” Jakarta
3
Departemen Fisiologi, FK UPN “Veteran” Jakarta

Korespondensi:
Naufal Hilmi Andrisha. Program Studi Kedokteran Program Sarjana, FK UPN “Veteran” Jakarta. Email: naufalandrisha@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan. Ulkus kaki diabetik (UKD) adalah salah satu komplikasi diabetes melitus (DM) yang sering dijumpai. Tingginya
angka risiko amputasi dan tingkat mortalitas pada pasien DM dengan UKD serta penggunaan terapi konvensional yang
sering gagal dalam melakukan perbaikan UKD menyebabkan terapi adjuvan seperti terapi oksigen hiperbarik (TOHB)
digunakan. Terapi oksigen hiperbarik diketahui dapat membantu dalam dasar penutupan luka dan menurunkan angka
amputasi pada kaki gangren diabetik. Peneliti bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan jumlah sesi
TOHB sebagai terapi adjuvan dengan perbaikan UKD.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif observasional dengan sampel pasien UKD yang diberikan
TOHB sebagai terapi adjuvan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo pada tahun 2016–2018. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari data rekam medik. Analisis statistik yang digunakan
adalah uji Friedman untuk menilai apakah terdapat hubungan jumlah sesi TOHB dengan perbaikan UKD. Selanjutnya,
dilakukan uji post-hoc Wilcoxon untuk mengetahui kelompok jumlah sesi terapi terbaik pada perbaikan UKD.
Hasil. Terdapat 20 subjek pasien UKD pada penelitian ini. Untuk menilai kelompok terapi yang terbaik dalam memperbaiki
UKD dilakukan perbandingan pada kelompok terapi dibawah 10 kali dan diatas 10 kali dengan kelompok terapi yang
lainnya. Pada uji Friedman didapatkan nilai p= 0,001 yang menunjukkan terdapat hubungan jumlah sesi TOHB sebagai
terapi adjuvan dengan perbaikan UKD. Selanjutnya, pada uji Wilcoxon kelompok terapi yang bermakna secara statistik
dalam memperbaiki UKD merupakan kelompok terapi diatas 10 dengan nilai p = 0,001.
Simpulan. Jumlah sesi TOHB sebagai terapi adjuvan diatas 10 kali menunjukkan bahwa perbaikan UKD yang paling
bermakna dengan terjadinya penurunan derajat dan mengecilnya ukuran luka.
Kata Kunci: Terapi adjuvan, TOHB, ulkus kaki diabetik

ABSTRACT
Introduction. Diabetic foot ulcers (DFU) are a common complication of diabetes mellitus (DM). High rates of amputation
risk and mortality in DM patients with DFU as well as the use of conventional therapies that often fail to improve the DFU
condition cause an adjuvant therapy such as hyperbaric oxygen therapy (HBOT) to be used. HBOT is known can
facilitate wound bed closure and reduce the amputation rates in diabetic gangrene foot. This study aimed to determine
the relationship between total sessions of HBOT as adjuvant therapy with an improvement of DFU patients.
Method. A cross-sectional study was conducted among DFU patients who were given HBOT as adjuvant therapy in Dr.
Mintohardjo Naval Hospital in the year 2016–2018. Data were collected from the medical record. The statistical
analysis used in this study was the Friedman test to assess whether there was a relationship between the total session of
HBOT with the DFU improvement. Wilcoxon post-hoc test was performed to provide the treatment group with the best DFU
improvement.
Results. There were 20 subjects in this study. To assess the best treatment group in DFU improvement, a comparison

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 2 | Juni 2020 | 117


Naufal Hilmi Andrisha, Pritha Maya Savitri, Nurfitri Bustamam

between the treatment groups under 10 sessions and above 10 sessions with other treatment groups was made. Friedman
test with p-value = 0,001 indicates that there was a relationship between total session of HBOT as adjuvant therapy
with an improvement of DFU. Based on Wilcoxon post-hoc test, the treatment groups that were statistically significant
in DFU improvement was a treatment group above 10 sessions with p-value = 0,001.
Conclusion. The total session of HBOT as adjuvant therapy above 10 shows that it is the most significant improvement for
DFU
with a decrease in the ulcer degree and reduced wound size.
Keywords: DFU, Adjuvant Therapy, and HBOT

PENDAHULUAN dapat meningkatkan reactive oxygen species (ROS) yang


Selama tiga dekade terakhir, angka penyakit diabetes berfungsi pada peningkatan regulasi aktivitas enzim
melitus (DM) di seluruh dunia mengalami peningkatan antioksidan jaringan sebagai mekanisme respons adaptif. 13
terutama pada negara-negara berkembang. Hal tersebut Edema jaringan yang sering ditemui pada UKD juga
menyebabkan DM menjadi salah satu tantangan kesehatan dapat diperbaiki dengan kondisi hiperoksia pada
masyarakat yang paling penting untuk seluruh bangsa. 1,2 penggunaan TOHB, dengan menginisiasi vasokontriksi
Prevalensi penyandang DM di dunia dan di Pasifik Barat sehingga dapat mengurangi edema jaringan.12,14
diperkirakan berjumlah 425 juta dan 159 juta pada Kendati penelitian mengenai TOHB sebagai terapi
tahun 2017.3 Indonesia sendiri adalah negara dengan adjuvan untuk perbaikan UKD sudah lama
jumlah penyandang DM tertinggi keempat dengan diperkenalkan, penelitian di Indonesia khususnya di
prevalensi berjumlah 8,4 juta penduduk, sedangkan Jakarta mengenai jumlah sesi yang optimal pada
Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang penggunaan TOHB sebagai terapi adjuvan pada
menduduki posisi tertinggi berdasarkan diagnosis dokter penatalaksanaan UKD masih belum dilakukan. Oleh
pada penduduk umur ≥15 tahun dengan jumlah 3,4% karena itu, peneliti ini dilakukan bertujuan untuk
dari total penduduk pada tahun 2018.4 mengetahui apakah terdapat hubungan antara jumlah
Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan salah satu sesi TOHB sebagai terapi adjuvan dengan perbaikan UKD.
penyebab utama gangguan ekstremitas bawah pada Diharapkan hasil penelitian ini juga dapat dijadikan
220 juta pasien DM di seluruh dunia. 5 Prevalensi UKD di sebagai referensi tenaga medis dalam menentukan
dunia diperkirakan sekitar 6,3%, dan prevalensi di Asia pemberian jumlah sesi TOHB yang optimal nantinya.
diperkirakan sekitar 5,5%.6 Penyandang UKD di
Indonesia sendiri berjumlah 15% dengan risiko amputasi METODE
sebesar 30% dan tingkat mortalitas sebanyak 32%.7 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Terapi konvensional pada pasien UKD antara lain observasional dengan desain potong lintang yang mana
perawatan luka yang baik, DM yang terkontrol, dan observasi atau pengukuran variabel dilakukan pada satu
pengobatan infeksi.8 Komponen utama dalam perawatan saat tertentu.15 Subjek dalam penelitian ini adalah
UKD ialah kendali metabolik, vaskular, infeksi, luka, pasien UKD yang menggunakan TOHB sebagai terapi
tekanan, dan penyuluhan.9 Pemberian terapi konvensional adjuvan di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
saja pada UKD seringkali tidak dapat memberikan tahun 2016– 2018 dengan kriteria inklusi pasien UKD
penyembuhan sehingga terapi adjuvan diperlukan untuk dengan derajat Meggit-Wagner satu sampai lima, kadar
membantu penyembuhan UKD.2,8 Terapi adjuvan seperti HbA1c ≥6,5%, dan
terapi oksigen hiperbarik (TOHB) dapat digunakan dalam kadar glukosa darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL. Pasien
membantu dasar penutupan luka UKD dan menunjukkan UKD dengan kelainan vaskular dieksklusi dari penelitian
penurunan angka amputasi pada kaki gangren diabetik.8,10 ini.
Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi Sampel dipilih dengan menggunakan metode non-
inhalasi oksigen murni (100%) saat berada di dalam probability sampling dengan teknik consecutive
ruangan yang memiliki tekanan lebih tinggi dari tekanan sampling. Agar dapat menggambarkan populasi, sampel
atmosfer normal. Pada kondisi tersebut, tekanan diambil dalam kurun waktu yang lama yaitu dari tahun
oksigen pada plasma darah mengalami peningkatan.10,11 2016– 2018. Perhitungan besar sampel yang digunakan
Kadar oksigen yang tinggi dalam darah diketahui dapat pada penelitian ini adalah total sampling, dikarenakan
memfasilitasi penyembuhan luka dengan memperbaiki jumlah populasi pada penelitian ini kurang dari 100 maka
perfusi jaringan luka, meningkatkan replikasi fibroblas seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.16
serta produksi kolagen, dan meningkatkan kemampuan Terapi adjuvan dengan TOHB ini dilakukan dengan
fagositik leukosit.12 Pada penelitian lain, TOHB cara inhalasi oksigen 100% pada tekanan 2.4 ATA
dilaporkan dengan durasi 30 x 3 menit yang diantara inhalasi oksigen

118 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 2 | Juni


tersebut diselingi inhalasi udara biasa selama 5 menit.
Pada setiap

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 2 | Juni 2020 | 119


Hubungan antara Jumlah Sesi Terapi Oksigen Hiperbarik sebagai Terapi Adjuvan dengan Perbaikan Ulkus Kaki Diabetik pada Pasien di Rumah Sakit Angkatan
Laut Dr. Mintohardjo Tahun 2016 – 2018

akhir sesi TOHB, derajat UKD dinilai menggunakan skor lainnya. Hasil analisis hubungan jumlah sesi TOHB dengan
derajat Meggit-Wagner dan dicatat dalam rekam medis perbaikan UKD disajikan pada Tabel 3.
sampai UKD dinyatakan perbaikan.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder DISKUSI
dari rekam medis pasien yang berisi usia, jenis kelamin, Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
terapi standar yang diberikan, jumlah sesi terapi oksigen perbaikan derajat keparahan ulkus kaki diabetik pada
hiperbarik, derajat UKD, kadar GDS, dan kadar HbA1c pemberian terapi oksigen hiperbarik sebagai terapi
pada pasien UKD. Peneliti melakukan pengambilan sampel adjuvan yang ditandai dengan mengecilnya ukuran luka,
dengan cara membuka rekam medis pasien UKD pada berkurangnya cairan pus, dan penurunan derajat skor
kamar udara bertekanan tinggi (KUBT) lalu mencatat Meggit-Wagner pada pasien. Hal tersebut dapat terjadi
data yang diperlukan untuk penelitian, kemudian dikarenakan terapi oksigen hiperbarik akan
dilakukan pengolahan data menggunakan aplikasi meningkatkan kadar oksigen pada luka yang dapat
pengolah data. memulai penyembuhan dengan mekanisme angiogenesis
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis yang berakibat pada peningkatan pasokan oksigen ke
dengan menggunakan analisis univariat untuk jaringan-jaringan hipoksia. Hal tersebut mengakibatkan
mendeskripsikan masing-masing variabel yang luka iskemik pada pasien ulkus kaki diabetik dapat
digunakan dalam penelitian. Selanjutnya, dilakukan berproliferasi dan berdiferensiasi untuk memperkecil
analisis bivariat menggunakan uji statistik Friedman ukuran luka. Terapi oksigen hiperbarik juga memiliki efek
sebagai uji alternatif pada uji repeated measures anova bakterisidal dan bakteriostatik yang menyebabkan
disebabkan pada uji normalitas hasil distribusi data tidak pertumbuhan dari bakteri etiologi infeksi
normal. Uji Friedman berfungsi untuk menilai apakah
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
pemberian TOHB sebagai terapi adjuvan pada perbaikan
Karakteristik N (%)
UKD bermakna secara statistik dan dilanjutkan dengan uji
Usia
post-hoc menggunakan uji Wilcoxon untuk menilai
5–11 1 (5,0)
kelompok terapi dengan jumlah sesi yang paling 26–35 2 (10)
bermakna secara statistik dalam perbaikan UKD. Studi 36–45 1 (5,0)
ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan 46–55 4 (20)
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta 56–65 7 (35)
>65 5 (25)
dengan Nomor: B/2348/1/2020/KEPK.
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 (55,0)
HASIL Perempuan 9 (45,0)
Terdapat 20 subjek dengan UKD pada pasien dengan
DM tipe 1 dan tipe 2 yang sebagian besar berada pada Tabel 2. Karakteristik subjek sebelum dan setelah terapi oksigen
hiperbarik (TOHB)
masa lansia akhir (usia 56–65 tahun) sebanyak 7 orang
Karakteristik Sebelum terapi, n (%) Setelah terapi, n (%)
(35,0%), dan berjenis kelamin perempuan (55,0%).
Derajat ulkus
Distribusi pasien berdasarkan derajat ulkus sebelum
1 0 4 (20,0)
terapi yang terbanyak adalah derajat UKD Meggit- 2 2 (10,0) 7 (35,0)
Wagner 4 yaitu sebanyak 10 orang (50,0%), sedangkan 3 8 (40,0) 5 (25,0)
derajat ulkus sesudah terapi yang terbanyak adalah 4 10 (50,0) 4 (20,0)
derajat UKD Meggit-Wagner 2 yaitu sebanyak 7 orang Kadar GDS
(35,0%). Subjek umumnya mengalami penurunan rerata <200 mg/dL 0 12 (60,0)
≥200 mg/dL 20 (100) 8 (40,0)
kadar gula darah sewaktu (GDS) sesudah terapi
Kadar HbA1c
dibandingkan dengan sebelum terapi (Tabel 2).
<6,5% 0 1 (5,0)
Dari hasil uji statistik Friedman didapatkan nilai ≥6,5% 20 (100) 19 (95,0)
p<0,05 yang menunjukkan bahwa pemberian TOHB GDS= gula darah sewaktu

untuk pasien dengan UKD sebagai terapi adjuvan Tabel 3. Hasil analisis hubungan jumlah sesi TOHB dengan derajat UKD
bermakna secara statistik memberikan perbaikan Kelompok terapi Nilai p Keterangan
pada UKD. Selanjutnya uji post-hoc menggunakan uji
Sebelum terapi Terapi dibawah 1,000 Tidak
Wilcoxon dilakukan untuk menilai kelompok terapi yang 10 sesi Bermakna
terbaik dalam melakukan perbaikan derajat UKD dengan Terapi diatas 10 0,001 Bermakna
sesi
membandingkan setiap kelompok terapi dibawah 10 sesi Terapi dibawah 10 Terapi diatas 10 0,001 Bermakna
dan kelompok diatas 10 sesi dengan kelompok terapi sesi sesi

120 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 2 | Juni


Naufal Hilmi Andrisha, Pritha Maya Savitri, Nurfitri Bustamam

ulkus kaki diabetik terhambat sehingga menyebabkan D, et al. Hyperbaric oxygenation accelerates the healing rate of

berkurangnya cairan pus pada luka ulkus kaki


10,12
diabetik. Penelitian ini mendapati bahwa jumlah sesi
TOHB terbaik untuk memberikan perbaikan UKD
adalah pada kelompok dengan jumlah sesi terapi diatas
10 kali dengan terjadinya penurunan derajat skor
Meggit-Wagner. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan bahwa perbaikan UKD
yang diberi jumlah sesi TOHB diatas 10 kali sebagai
terapi adjuvan dapat memperbaiki luka UKD.17 Dengan
demikian, pemberian jumlah sesi TOHB diatas 10 kali
sebagai terapi adjuvan dapat memberikan
perbaikan pada UKD melalui
mekanisme yang sudah dijelaskan di atas.
Hasil dari penelitian ini secara umum dapat
digunakan sebagai referensi tenaga medis dalam
menentukan jumlah sesi TOHB yang optimal sebagai
terapi adjuvan untuk memberikan perbaikan pada UKD
kedepannya. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi
acuan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
jumlah sesi TOHB yang lebih spesifik dalam
penatalaksanaan UKD.
Penelitian ini juga memiliki keterbatasan.
Diantaranya, jumlah pasien yang menjadi responden dalam
penelitian masih sedikit dan rentang usia yang terlalu
besar menyebabkan variasi pasien dan jumlah sesi TOHB
yang tidak begitu banyak. Sehingga, hasil yang didapatkan
pun masih belum spesifik memberikan jumlah sesi TOHB
yang optimal. Peneliti menyarankan untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai jumlah sesi TOHB pada
pasien UKD dengan jumlah responden yang lebih besar
dan rentang usia yang lebih kecil agar didapatkan jumlah
sesi TOHB yang lebih spesifik.

SIMPULAN
Jumlah sesi terapi oksigen hiperbarik diatas 10
kali sebagai terapi adjuvan memiliki perbaikan ulkus
kaki diabetik yang pada bermakna dengan terjadinya
penurunan derajat dan mengecilnya ukuran luka pada
pasien di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
tahun 2016–2018.

DAFTAR PUSTAKA
1. Chen L, Magliano DJ, Zimmet PZ. The worldwide epidemiology of
type 2 diabetes mellitus - present and future perspectives. Nat
Rev Endocrinol. 2012;8(4):228–36.
2. Veves A, Giurini JM, LoGerfo FW. The diabetic foot. 2 nd editions.
Boston, MA: Humana Press; 2006. p.562.
3. International Diabetes Federation. IDF diabetes atlas, 8th edition
[Internet]. Brussels, Belgium: International Diabetes Federation;
2017. p.1–150.
4. Kemenkes RI. InfoDATIN hari diabetes sedunia tahun 2018.
Jakarta: Direktorat Pencegah dan Pengendali Penyakit Tidak
Menular, Badan Litbangkes; 2019.
5. Kessler L, Bilbault P, Ortéga F, Grasso C, Passemard R, Stephan

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 2 | Juni 2020 | 121


nonischemic chronic diabetic foot ulcers a prospective
randomized study. Diabetes Care. 2003;26(8):2378–82.
6. Zhang P, Lu J, Jing Y, Tang S, Zhu D, Bi Y. Global epidemiology of
diabetic foot ulceration: a systematic review and meta-analysis†.
Ann Med. 2017;49(2):106–16.
7. Sulistyowati DA. Proses penyembuhan ulkus diabetik di ruang
melati I Rsud Dr. Moewardi Tahun 2014. J Ilmu Kesehat Kosala.
2015;3(1):83–8.
8. Jain KK. Textbook of hyperbaric medicine. Basel: Springer
International Publishing; 2017. p.627.
9. PB PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes
melitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI; 2015. p.82.
10. Waniczek D, Kozowicz A, Muc-Wierzgoń M, Kokot T,
Świȩtochowska E, Nowakowska-Zajdel E. Adjunct methods of the
standard diabetic foot ulceration therapy. Evidence-based
Complement Altern Med. 2013; 2013:243568.
11. Neuman TS, Thom SR. Physiology and medicine of hyperbaric
oxygen therapy. 1st edition. Philadelphia: Saunders Elsevier;
2008. p.606.
12. Wibowo A. Oksigen hiperbarik: terapi percepatan penyembuhan
luka. Juke Universitas Lampung. 2015;5:125–8.
13. Gürdöl F, Cimşit M, Öner-Iyidoǧan Y, Körpinar, Yalçinkaya S, Koçak
H. Early and late effects of hyperbaric oxygen treatment on
oxidative stress parameters in diabetic patients. Physiol Res.
2008;57(1):41– 7.
14. Bhutani S, Vishwanath G. Hyperbaric oxygen and wound healing.
Indian J Plast Surg. 2012;45(2):316–24.
15. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar – dasar metodologi penelitian
klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2014.
16. Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta; 2019.
17. Chen CY, Wu RW, Hsu MC, Hsieh CJ, Chou MC. Adjunctive
hyperbaric oxygen therapy for healing of chronic diabetic foot
ulcers: A randomized controlled trial. J Wound, Ostomy Cont
Nurs. 2017;44(6):536–45.

122 | Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 7, No. 2 | Juni

Anda mungkin juga menyukai