Anda di halaman 1dari 2

20.

462797/SP/29780
Muhammad Matahari Akbar Ramadhan
Review Presentasi Kelompok Mata Kuliah Ekonomi Politik Pariwisata dalam HI

Pada pertemuan minggu ke-12, kelas Ekonomi Politik Pariwisata dalam Hubungan
Internasional diisi oleh presentasi yang disajikan oleh kelompok 10, 2, dan 3. Meskipun
sama-sama membahas mengenai penerapan pariwisata strategis melalui perantara kebijakan
negara, ketiga kelompok membawa kasus dengan partikularismenya masing-masing.
Kelompok pertama, yaitu kelompok 10 membawa tema mengenai gastrodiplomacy atau
diplomasi kultural melalui perantara kuliner yang telah dicanangkan oleh Pemerintahan
Indonesia melalui program Indonesia Space up The World (ISUTW). Program tersebut tidak lain
adalah bentuk dari pengembangan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Indonesia dalam rangka
memperluas pengaruh soft power pada kebijakan luar negerinya. Meskipun memiliki potensi
yang masif, ISUTW masih dihadapkan dengan beberapa tantangan, salah satunya adalah perihal
keberlanjutan (continuity) program. Pasalnya, program tersebut dapat sewaktu-waktu mengalami
perubahan orientasi dari segi acuan maupun penerapan akibat pergantian rezim. Tidak hanya itu,
tantangan serupa juga timbul akibat ambiguitas mengenai identitas makanan Indonesia. Seperti
yang kita ketahui, makanan khas seperti Mie Goreng, Nasi Goreng, Sate, hingga Rendang telah
menembus batas-batas negara sehingga dapat diklaim sebagai produk kultural dari negara-negara
tetangga Indonesia yang masih berada dalam cakupan kebudayaan yang sama seperti Malaysia
dan Filipina.
Selain kasus ISUTW yang dibawa oleh kelompok 10, adapun kelompok 3 yang mengkaji
penerapan program Langkawi International Tourism Bubble Pilot Project oleh Pemerintahan
Malaysia. Program tersebut didesain untuk mendongkrak sektor pariwisata Malaysia dari
keterpurukan akibat Pandemi Covid-19. Lebih jauh, program tersebut juga disertai dengan
upaya-upaya preventif seperti kewajiban vaksin dengan dosis tertentu serta tes PCR sebelum
memasuki koridor pariwisata yang tersedia. ISUTW merupakan seiris lanskap dari bagaimana
suatu negara dapat melakukan pembaharuan dan transisi pada sektor pariwisata tanpa
membahayakan ketahanan masyarakat dari ancaman penularan Covid-19.
Kelompok terakhir, yaitu kelompok 2 menyajikan studi kasus mengenai program yang
terbilang memiliki nilai geostrategis paling masif, yaitu Pilgrim Experience Program. Pasalnya,
program tersebut merupakan bagian dari wisata religi (religious tourism/pilgrimage) paling besar
di penjuru dunia, yaitu Haji. Dengan jutaan pengunjung tiap tahunnya, tentu tidak mudah bagi
Kerajaan Arab Saudi untuk kembali membuka koridor haji setelah sempat terhenti akibat
pandemi Covid-19. Terlebih, program tersebut juga harus diselaraskan dengan megaproyek
Vision 2030 sebagai upaya diversifikasi dan penguatan ekonomi Arab Saudi pada masa
mendatang. Dari kasus yang dikaji kelompok 2, kita dapat melihat lanskap mengenai bagaimana
sektor pariwisata memiliki pengaruh yang sangat signifikan di dalam kepentingan nasional suatu
negara.

Anda mungkin juga menyukai