Nim :20201140004
Kelas :7Apagi
Visi, Misi dan Analisa SWOT Perusahaan PT,Holcim Indonesia, TBK
A. Profil
PT. Holcim Indonesia, Tbk. adalah sebuah perusahaan pembuat semen di Indonesia
yang sebelumnya bernama PT. Semen Cibinong Tbk. bergantinya nama seiring dengan
dikuasainya mayoritas saham perseroan oleh Holcim Ltd., pergantian nama perusahaan
dilakukan pada 1 Januari 2006. Pergantian nama ini juga diikuti oleh anak perusahaan
perseroan PT Semen Cibinong Tbk yang berganti nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk.
mulai tanggal 1 Januari 2005 dan juga PT Trumix Beton menjadi PT Holcim Beton. Tujuan
dari perubahan nama itu karena perseroan berkeinginan untuk memberitahukan bahwa
perseroan adalah bagian dari grup internasional, yaitu Holcim Ltd. Selain nama, Semen
Cibinong juga akan mengganti logo perusahaannya.
PT. Holcim adalah pelopor dan inovator di Indonesia yang bergerak dalam pembuatan
semem dan PT. Holcim adalah satu-satunya penyedia yang terintegrasi sembilan berbagai
jenis semen, beton dan agregat. Produk-produk yang diproduksi oleh PT. Holcim merupakan
produk yang masih berhubungan dengan bahan bangunan, dengan fokus kepada penciptaan
semen berkualitas, berupa semen maupun mortar instan, dan perangkat pendukungnya yang
umumnya berupa modul-modul blok pengisian semen yang dapat digunakan sebagai
pengganti batu bata. PT. Holcim sedang membangun sebuah waralaba yang unik dalam
memberikan solusi lengkap untuk membangun perumahan atau rumah dengan harga
terjangkau. Untuk itu Holcim melatih lebih dari 3.000 tukang batu, lebih dari 43 pewaralaba
dan lebih dari 9.000 outlet ritel di seluruh pulau Jawa.
Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi yang terbaik dan paling dihormati berperforma perusahaan Indonesia di
industri kami, peringkat di antara yang terbaik di Grup Holcim.
2. Misi
PT Holcim Indonesia Tbk melalui pembuatan dan penjualan semen, beton, agregat
dan pengembangan masyarakat, akan memberikan keuntungan secara lestari
maksimum kembali kepada para pemegang saham dengan tetap menjaga tugas yang
bertanggung jawab perawatan kepada semua pemangku kepentingan.
B. Analisis SWOT
Strengths/Kekuatan.
1. Komitmen manajemen PT. Holcim yang ingin menjadikan merek dan produknya
sebagai pilihan utama konsumen, maka dari itu manajemen Holcim membuat divisi
baru, yaitu Marketing & Branding. Kehadiran divisi ini merupakan bagian dari proses
berbenah diri yang dilakukan perusahaan.
3. Strategi marketing PT. Holcim berusaha membangun pasar melalui Brand Building
dengan memasang iklan yang memakan biaya hingga Rp 34,91 milyar pada tahun
2006, atau 9 kali lipat biaya iklan semen Tiga Roda milik Indocement.
4. PT. Holcim dapat mengubah penjualan menjadi kas dalam waktu singkat. PT. Holcim
mampu mengubah penjualan menjadi kas dalam waktu 61 hari, lebih cepat
dibandingkan dengan Semen Gresik yang 76 hari, dan Indocement 106 hari (Bisnis
Indonesia, 26 Maret 2008). Dengan demikian, perputaran uang Holcim lebih baik
daripada saingan usahanya sehingga Holcim lebih fleksibel dalam menggunakan
dananya.
5. Produk – produk PT. Holcim yang tergolong produk yang belum pernah ada
sebelumnya. Misalnya saja rumah tahan gempa, blok-blok modul rumah tahan gempa
yang efektif dan hemat biaya pembangunan, dan juga program terbaru yang
diluncurkan Holcim, yaitu program Solusi Rumah Holcim.
6. Kerjasama PT. Holcim dengan Politeknik Negeri Jakarta untuk pemberdayaan SDM.
Weaknesses/Kelemahan
1. Hutang PT. Holcim yang sangat banyak mengakibatkan PT. Holcim harus mematok
harga tinggi agar dapat segera melunasi hutang tersebut. Menurut Bisnis Indonesia
edisi 26 Maret 2008, hutang valas Holcim mencapai US$300 juta atau terbesar
dibandingkan dengan utang valas emiten semen lainnya. Rasio utang bersih Holcim
adalah 91,07%, Indocement 22,18%, dan Semen Gresik 3,8%.
2. Kemampuan jual yang lebih rendah, terutama dalam eksposur penjualan perseroan ke
luar Jawa. Hal itu terjadi karena kapasitas produksi PT. Holcim merupakan yang
terendah dibandingkan Semen Gresik dan Indocement serta letak pabrik PT. Holcim
yang terpusat di pulau Jawa.
3. Bagaimanapun, semen merupakan produk yang bersifat bulky atau mempunyai bobot
yang berat, komponen biaya angkut akan tinggi sehingga meningkatkan biaya yang
harus ditanggung PT. Holcim.
Opportunities/Kesempatan
1. PT. Holcim Indonesia Tbk. adalah milik dari PT. Holcim Ltd. yang merupakan
perusahaan semen terbesar di dunia..
3. Tim Geocycle PT. Holcim menyediakan solusi lengkap untuk limbah industri,
kotamadya dan pertanian. PT. Holcim memelopori pembuangan yang aman ozon
depleting CFC gas – fasilitas pertama di Asia Tenggara sehingga dapat mengurangi
lingkungan dari emisi gas karbon.
Threats/Ancaman
1. Jangkauan pasar Semen Gresik yang merupakan pesaing dari PT. Holcim yang sangat
luas karena mempunyai Semen Gresik untuk pasar Jawa, Semen Padang untuk
kawasan Sumatra, dan Semen Tonasa untuk wilayah Sulawesi.
A. Strategi Korporasi
PT. Holcim Indonesia, Tbk. (HI) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi semen bangunan. Produk-produk yang diproduksi oleh HI merupakan produk yang
masih berhubungan dengan bahan bangunan, dengan fokus kepada penciptaan semen
berkualitas, berupa semen maupun mortar instan, dan perangkat pendukungnya yang
umumnya berupa modul-modul blok pengisian semen yang dapat digunakan sebagai
pengganti batu bata.
Sebagai perusahaan lama dengan pemilik dan nama brand baru, HI memilih untuk
menggunakan strategi korporasi growth. Holcim menggunakan growth strategy karena pasar
semen Indonesia masih berpeluang besar untuk berkembang hingga HI berani merencanakan
pembangunan pabrik baru di Tuban. Lebih jauh lagi, Holcim menganut baik integrasi vertikal
maupun horizontal yang terkonsentrasi. Sebagaimana perusahaan semen lainnya, Holcim
memilih untuk berkonsentrasi pada produk semen mengingat semen membutuhkan peralatan
yang sangat spesifik dengan investasi yang sangat besar. Vertical strategy dibutuhkan karena
diperlukan integrasi yang terkoordinir dari supply hingga marketing, terutama suplai
beberapa bahan baku yang membutuhkan penambangan tersendiri dan marketing yang
membutuhkan biaya transportasi tinggi. Dalam strategi integrasi vertikal, Holcim memilih
untuk menggunakan tipe long-term contract pada material yang dibeli. Namun demikian, ada
dua material utama yang menggunakan sistem full supply, yaitu limestone dan clay yang
harus ditambang sendiri dari Pulau Nusakambangan. Distribusi semen Holcim juga menganut
sistem long-term contract.
Sedangkan integrasi horizontal terjadi karena akuisisi Semen Kujang, Semen Nusantara, dan
Semen Cibinong di bawah bendera Holcim, Ltd. Akuisisi ini dilakukan Holcim untuk
memperluas jaringan distribusi Holcim ke Indonesia. Menurut Investor Daily edisi 26 Maret
2008, perseroan ini akan mengakuisisi perusahaan semen di Kupang. Berbeda dengan
akuisisi Semen Cibinong oleh Holcim Ltd., rencana akuisisi semen Kupang dilakukan
Holcim agar dapat mempercepat pertumbuhan usahanya karena pembangunan pabrik semen
membutuhkan waktu selama tiga tahun.
B. Strategi Bisnis
C. Strategi Fungsional
1. Strategi Marketing
Strategi yang digunakan oleh Holcim adalah marketing mix. Dalam market
development, Holcim berusaha membangun pasar melalui brand building dengan memasang
iklan yang memakan biaya hingga Rp 34,91 milyar pada tahun 2006, atau 9 kali lipat biaya
iklan semen Tiga Roda milik Indocement. Sedangkan product development dilakukan dengan
membangun produk melalui penciptaan produk-produk baru seperti rumah tahan gempa,
Semen Serba Guna, dan mortar instan yang merupakan hasil kerja sama Holcim dengan PT
Cipta Mortar Utama.
Untuk menjamin produknya tepat sasaran dan sesuai dengan harapan konsumen, Holcim
melakukan survey kebutuhan produk secara berkala yang mengakibatkan HI termasuk di
antara perusahaan yang menerapkan pull strategi karena hanya menjawab kebutuhan pasar.
Uniknya, walaupun tergolong merek baru yang mengusung produk serupa dengan emiten
semen lain, Holcim berani memasang harga produknya lebih tinggi, yaitu rata-rata lebih
mahal Rp 1.500,00 per sak semen dibandingkan semen lainnya. Hal ini mungkin terjadi
karena keperyaan diri HI akan produknya yang dibuat berdasarkan survey pasar tersebut. Di
sisi lain, hutang HI yang sangat banyak mengakibatkan Holcim harus mematok harga tinggi
agar dapat segera melunasi hutang tersebut. Menurut Bisnis Indonesia edisi 26 Maret 2008,
hutang valas Holcim mencapai US$300 juta atau terbesar dibandingkan dengan utang valas
emiten semen lainnya. Rasio utang bersih Holcim adalah 91,07%, Indocement 22,18%, dan
Semen Gresik 3,8%.
Selain kelemahan dari segi harga tersebut, ada kelemahan lain dari Holcim yang cukup fatal
dibandingkan kedua saingan utamanya, yaitu kemampuan jual yang lebih rendah, terutama
dalam eksposur penjualan perseroan ke luar Jawa. Dalam hal ini, eksposur penjualan
perseroan ke luar Jawa Holcim adalah yang terendah di antara saingan bisnisnya, yakni hanya
10 %, sedangkan Semen Gresik sudah mencapai 50% dan Indocement mencapai 30%. Hal itu
terjadi karena kapasitas produksi Holcim merupakan yang terendah dibandingkan Semen
Gresik dan Indocement serta letak pabrik Holcim yang terpusat di pulau Jawa. Bandingkan
dengan jangkauan pasar Semen Gresik yang sangat luas karena mempunyai Semen Gresik
untuk pasar Jawa, Semen Padang untuk kawasan Sumatra, dan Semen Tonasa untuk wilayah
Sulawesi. Kapasitas produksi total HI adalah 7,9 ton per tahun, Semen Gresik 18,4 ton, dan
Indocement mencapai 16,5 ton per tahun. Bagaimanapun, semen merupakan produk yang
bersifat bulky atau mempunyai bobot yang berat, komponen biaya angkut akan tinggi
sehingga meningkatkan biaya yang harus ditanggung Holcim.
2. Strategi Keuangan
Dalam hal ini, Holcim memilih untuk mencari dana melalui peminjaman modal
kepada pihak luar dan melalui hasil penjualan produk-produknya. Di luar hutangnya yang
sangat banyak, HI mempunyai satu kelebihan dibandingkan Semen Gresik atau Indocement,
yaitu kemampuan mengubah penjualan menjadi kas dalam waktu singkat. Holcim mampu
mengubah penjualan menjadi kas dalam waktu 61 hari, lebih cepat dibandingkan dengan
Semen Gresik yang 76 hari, dan Indocement 106 hari. Dengan demikian, perputaran uang
Holcim lebih baik daripada saingan usahanya sehingga Holcim lebih fleksibel dalam
menggunakan dananya.
3. Strategi Resource And Development
4. Strategi Operasi
Strategi pembelian bahan baku Holcim adalah strategi sole supplier untuk menjamin
kualitas suplai mayoritas material. Selain membeli, HI juga menyediakan suplai bahan baku
melalui proses penambangan yang dilakukan perusahaan tersebut. Material yang didapat
melalui penambangan antara lain limestone dan clay, yang ditambang dari Pulau
Nusakambangan. Semua material yang didapat diatur dalam sistem stok. Bahan-bahan yang
sudah ditambang atau dibeli dikumpulkan dalam suatu area yang difungsikan sebagai gudang
terbuka. Setiap ’gunungan’ material diatur dalam jarak tertentu dan dijaga agar tidak banyak
tercampur antara satu dan lainnya.
6. Strategi Logistic
Holcim mengutamakan skilled labor daripada low skilled labor untuk menjamin
kualitas semen yang dihasilkan, terutama para pekerja dan tukang bangunannya. Baik-
buruknya kualitas produk semen sangat bergantung pada cara tukang bangunan
mengaplikasikan produk Oleh karena itu, bekerja sama dengan Politeknik Negeri Jakarta,
sejak tahun 2006 HI menggelar pelatihan kepada para tukang bangunan yang diberi nama
Akademi Ahli Bangunan Holcim (AABH) di berbagai kota. Dalam pelatihan tersebut, HI
mengasah skill tentang konstruksi dan memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan
masalah keselamatan serta kesehatan kerja.
Selain mengadakan pelatihan AABH, sejak tahun 2006, Holcim membuka sarana pendidikan
setara D III bagi lulusan SMA yang disebut Enterprise based Vacational Education (EVE)
yang bekerja sama dengan Universitas Sudirman Purwokerto. Status mahasiswa EVE adalah
mahasiswa magang yang belajar selama 5 hari dalam satu minggu, 1 hari class room dan 4
hari praktek lapangan. Dalam EVE, siswa lulusan SMA tersebut diberi pelajaran dan
pelatihan mengenai produksi semen. Nantinya, beberapa lulusan yang dianggap layak akan
ditarik untuk bekerja di HI.