Anda di halaman 1dari 2

Nama: Muhamad Bagas Setiawan

Nim : 20601241083

Kelas : PJKRE 20

Watu gatheng

Gatheng atau permainan Gathengan merupakan permainan tradisional asal Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Cara bermain Gatheng mirip dengan cara bermain bola bekel atau bekelan, namun permainan
Gatheng tidak menggunakan bola. Gatheng menggunakan batu sebagai alatnya. Batu tersebut
dinamakan watu gatheng yang berarti batu gatheng. Ukuran watu gatheng tidak terlalu besar, kira-kira
sekitar 1 cm, seukuran dengan batu kerikil.

Gatheng sudah ada sejak lama, kira-kira pada zaman Mataram (abad XVII). Putra raja Mataram pada saat itu,
Raden Rangga, memiliki alat bermain watu gatheng yang berukuran lebih besar dari watu gatheng biasa.
Besarnya batu tersebut membuktikan betapa saktinya Raden Rangga. Watu gatheng yang diyakini milik
Raden Rangga tersebut, sekarang masih tersimpan di Kotagede, Yogyakarta.

Gatheng dapat dimainkan secara perorangan maupun dalam kelompok kecil (3 – 4 orang). Kebanyakan yang
bermain Gatheng adalah anak-anak perempuan. Namun seiring perkembangan zaman, Gatheng telah
menjadi permainan umum, dimainkan oleh anak-anak perempuan ataupun laki-laki. Gatheng dapat
dimainkan dimana saja dan tidak memerlukan tempat yang luas, asalkan tempat tersebut memiliki
permukaan yang rata.

Cara bermain:

Permainan Gathengan memerlukan 5 buah batu kerikil. Anak-anak yang akan bermain Gatheng akan duduk
melingkar dan menentukan urutan bermain dengan hompimpah. Terdapat beberapa tahapan dalam
permainan Gathengan. Setiap pemain harus menyelesaikan tahapan-tahapan tersebut untuk menang.
Tahapan tersebut antara lain:

1. 5 kerikil disebar di lantai. Kemudian pemain mengambil satu kerikil. Kerikil tersebut dilempar ke atas.
Selama kerikil pertama masih berada di udara, pemain harus mengambil satu kerikil yang bertebaran
tanpa menyentuh 3 kerikil lainnya. Jika kerikil yang dilempar bisa tertangkap, maka selanjutnya
kerikil kedua dilempar ke udara untuk mengambil kerikil ketiga. Begitu seterusnya sampai semua
kerikil dapat diambil. Apabila kerikil tidak tertangkap atau jatuh, maka pemain dianggap mati.
Setelah semua kerikil terambil, kemudian terikil tersebut disebar lagi di lantai.
2. Tahapan ini hampir sama dengan tahapan pertama. Bedanya pada tahapan ini, ketika satu kerikil
dilempar, pemain harus bisa mengambil dua buah kerikil sekaligus lalu mengambil kerikil yang
dilempar. Kemudian satu buah kerikil dilempar lagi untuk mengambil dua buah kerikil yang tersisa.
Setelah itu kerikil disebar.
3. Tahapan ini pun hampir sama dengan kedua tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini, ketika satu
kerikil dilempar, pemain harus bisa mengambil tiga buah kerikil sekaligus. Kemudian pemain
melempar satu kerikil lagi untuk mengambil satu buah kerikil yang tersisa. Setelah itu kerikil disebar.
4. Pada tahapan ini, ketika satu kerikil dilempar, pemain harus mengambil empat buah kerikil sekaligus.
5. Pemain memegang kelima kerikil, lalu sebuah kerikil dilempar. Saat kerikil yang dilempar berada di
udara, keempat kerikil lainnya dijatuhkan ke lantai, kemudian menangkap kerikil yang dilempar tadi.
6. Jika telah menyelesaikan tahapan-tahapan di atas, maka disebut Sawah satu. Pemenang ditentukan
berdasarkan banyaknya sawah.

Anda mungkin juga menyukai