Anda di halaman 1dari 7

DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) UNTUK MENINGKATKAN

KADAR HAEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL: A LITERATUR REVIEW

KEZHIFA ZAHRANI FABILA

MORINGA OLEIFERA LEAVES TO INCREASE HAEMOGLOBIN LEVELS IN


PREGNANCIES: A REVIEW LITERATURE

ABSTRAK

Angka kejadian anemia pada kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu 3,8%
pada trimester I, 13,6% pada trimester II dan 24,8% pada trimester III. Kebanyakan anemia yang
diderita adalah kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat gizi secara teratur dan
peningkat .Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil adalah
suplemen zat besi. Suplemen yang mengandung zat besi tersebut berasal dari Fe. Adapun target
nasional yaitu 85% dan pencapaiannya yaitu untuk yang mengkosumsi tablet Fe 90 sebesar 30,6% dan
<90 sebesar 64,5%. Hal ini menunjukkan bahwa belum mencapai target.Kandungan zat besi (Fe) pada
daun kelor kering ataupun dalam bentuk tepung daun kelor yaitu setara dengan 25 kali lebih tinggi
daripada bayam dapat dijadikan alternatif penanggulangan anemia pada ibu hamil secara alami. Ibu
hamil dengan anemia, jika dibiarkan dapat menyebabkan tingkat keseriusan yang tinggi menyebabkan
berat badan lahir bayi rendah bahkan hingga kematian pada ibu. Daun kelor setelah mengandung zat
gizi makro seperti, karbohidrat, protein dan micronutrient (vitamin E, kalsium, zat besi, zinc, vitamin C
dll) yang sangat dibutuhkan khususnya oleh ibu hamil.
Kata Kunci: anemia, daun kelor, haemoglobin

PENDAHULUAN

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada ibu hamil, salah satunya adalah anemia.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), tahun 2012 diketahui bahwa 4%
kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan,
sementara itu prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia berkisar 41,8%(1). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 terjadi persentase peningkatan anemia pada ibu hamil
yaitu sekitar 48,9% dari pada tahun 2013 (37.1%)(2).

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil, salah satunya
adalah status gizi dengan ukuran LILA < 23,5 cm, hal ini salah satunya disebabkan oleh
asupan nutrisi yang kurang(2). Jika hal ini tidak ditangani secara serius, maka dapat
menyebabkan terjadinya KEK (Kurang Energi Protein) yang erat kaitannya dengan
anemia(2). Kekurangan asupan protein yang terjadi pada jangka waktu lama akan
menyebabkan terganggunya penyerapan zat besi yang berakibat terjadinya defisiensi besi(2).
Kondisi ibu hamil dengan anemia, jika dibiarkan dapat menyebabkan tingkat
keseriusan yang tinggi. Ibu hamil dengan anemia yang berat menyebabkan kemungkinan
resiko kematiannya lebih besar daripada yang tidak berat (OR: 1,60 – 3,48 CI 95%)(3).
Kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat pada ibu hamil, hal inilah menyebabkan 75%
anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi. Kekurangan zat besi berpengaruh terhadap
pembentukan kadar haemoglobin (Hb) sehingga mengakibatkan tidak adekuatnya
pengangkutan oksigen ke seluruh jaringan tubuh, oleh karena itu ibu dengan anemia gizi
defisiensi zat besi perlu diberikan zat yang dapat membentuk haemoglobin tersebut (4).
Beberapa penelitian telah mengungkapkan tambahan zat untuk meningkatkan
haemoglobin yang dengan mudah ditemukan serta mengolahnya, berasal dari tanaman lokal
yaitu daun kelor (Moringa oleifera). Study yang dilakukan secara in vivo, ternyata daun
kelor juga dapat meningkatkan berat badan anak serta jumlah sel darah merah(5). Peneliti lain
juga mengungkapkan bahwa pemberian ekstrak biji klabet dan daun kelor dapat
meningkatkan jumlah produksi air susu ibu sehingga berat badan anak meningkat, hal ini
dapat digunakan sebagai pencegahan terjadinya stunting(6)(7). Selain digunakan untuk ibu
hamil dan menyusui, ekstrak daun kelor juga telah diteliti manfaatnya pada anak remaja putri
dengan anemia, hasilnya dapat meningkatkan kadar Hb dari 10,65g/dL menjadi
12,40g/dL(8)(9). Pengolahan daun kelor dilakukan dengan bermacam cara, bahkan ada peneliti
yang mengolah menjadi es krim daun kelor untuk menaikkan berat badan sebagai upaya
mencegah stunting pada anak balita(10). Selain itu ada juga peneliti yang membuat pukis daun
kelor sebagai cemilan pada ibu menyusui, meskipun penelitian ini masih di laboratorium
dengan metode research and development (R&D) maka didapatkan hasil produk terbaik
adalah jika penambahan 5% ekstrak daun kelor dan 100% sari daun kelor (11).
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut telah banyak ditemukan variasi pengolahan
daun kelor yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Daun kelor
mengandung zat gizi makro seperti, karbohidrat, protein dan mikro (vitamin E, kalsium, zat
besi, zinc, vitamin C dll) yang sangat dibutuhkan khususnya oleh ibu hamil. (11)(12) Oleh
karena itu penulis tertarik untuk meneliti manfaat daun kelor untuk meningkatkan
haemoglobin ibu hamil dengan anemia.

METODE
Penelitian ini merupakan kajian pustaka dari berbagai penelitian orisinil (original
research) melalui data elektronik. Pencarian literature dilakukan secara daring dengan
menggunakan basis data seperti Research Gate, Diglib dari Repository. Kata kunci yang
digunakan adalah “daun kelor”, “haemoglobin”, “anemia ibu hamil” Penelusuran literatur
dibatasi dalam tahun 2017 hingga 2019 dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan penelurusan
tersebut maka didapatkan 35 artikel. Setelah dibaca dan ditelusuri isi artikel tersebut melalui
abstrak dan isinya yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini maka hanya ditemukan 5
artikel saja.

HASIL
Artikel penelitian yang terpilih sesuai dengan tujuan literature review sejumlah 5
artikel. Artikel ini merupakan artikel dengan penelitian Quasi eksperimen (rancangan pre
and posttest) dan observasional. Tema yang dianalisis berdasarkan hasil literature review
yaitu pengolahan daun kelor, dosis dan manfaat dari pemberian tersebut yang secara klinis
dapat diamati atau diukur. Hasil penelusuran literature review tersebut dapat diketahui pada
Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Ringkasan artikel
No Judul, Penulis Pengolahan Metode Hasil
daun Kelor
1 Pengaruh konsumsi Ekstrak daun Quasi Terjadi peningkatan rata-rata
ekstrak daun kelor kelor + madu eksperiment/ Hb ibu hamil (30 orang)
dan madu terhadap Pre- posttest setelah diberikan ekstrak
Peningkatan Hb ibu daun kelor + madu dari
hamil di wilayah 10,17gr% menjadi 11,1gr%.
kerja puskesmas Ekstrak daun kelor
Way halim kota dimasukkan kedalam kapsul
Bandar (per kapsul 500 mg), dosis 2
Lampung(13) x 2 sehari selama 15 hari,
(Isnainy et al.,2019) diberikan bersama dengan
madu

2 Hubungan pola Konsumsi Observasion Dari 55 ibu hamil yang


konsumsi daun daun kelor al/cross dipantau kebiasaan makan
kelor dengan kadar sebagai sectional sayuran daun kelor selama
Hb ibu hamil di sayuran seminggu maka diketahui
wilayah kerja 83,6% sering (≥3x/minggu)
Puskesmas kandai mengkonsumsi daun kelor
kota kendari sebagai sayurannya dengan
Provinsi Sulawesi Hb ≥11gr%. Selebihnya Ibu
Tenggara Tahun hamil dengan Hb <11gr%,
2017(4) jarang (<3x/minggu)
(Bora, 2017) mengkonsumsi daun kelor
sebagai sayurannya.

3 Pengaruh ekstrak Ekstrak daun Quasi Setelah pemberian ekstrak


daun kelor terhadap kelor eksperiment/ daun kelor dari 32 sampel
peningkatan kadar Pre-post test diketahui proporsinya (%)
Hb ibu hamil TM 2 terjadi peningkatan Hb
dan 3 di Pusk. secara signifikan:
Semanu I(14) anemia
(Mutia R, 2017) L M N
Pre 56 44 0
Post 28,1 15,6 56,3

4 Pengaruh konsumsi Kapsul daun Quasi Setelah pemberian kapsul


kapsul daun kelor kelor eksperimen/ daun kelor yang
terhadap kadar hb pre-posttest dikombinasikan dengan
ibu hamil di tablet Fe, maka diketahui
wilayah kerja Pusk. dari 30 sampel, terjadi
Biru Kab. Bone peningkatan Hb. Sebelum
Thn 2018(15) pemberian kapsul daun kelor
(Triananinsih N et rerata Hb 8,63gr%,
al., 2019) setelahnya menjadi
10,33gr% dibandingkan
dengan ibu hamil yang diberi
tablet Fe tanpa kapsul daun
kelor

5 Pengaruh Tepung daun Quasi Pemberian tepung daun kelor


pemberian tepung kelor eksperimen/ yang dimasukkan ke dalam
daun kelor pre-posttest kapsul, dosis 4 kapsul/hari.
(moringa oleifera Setiap kapsul berisi 1000 mg
leaves) terhadap tepung daun kelor. Cara
peningkatan kadar mengkonsumsinya 2 kali
eritrosit pada ibu dalam sehari, dengan rentang
hamil anemia(12). waktu 6 jam, atau 2 x
(Tinna I, 2018) 1000mg. Pemberian kapsul
tepung daun kelor selama 4
minggu. Hasil yang didapat,
terjadi peningkatan rerata Hb
setelah pemberian kapsul
tepung daun kelor dari
9,74mg/dL menjadi
9,93mg/dL. Hal ini diiringi
juga dengan perubahan
eritrosit (106/mm3) setelah
pemberian kapsul tepung
daun kelor dari 3,69 menjadi
3,87.

PEMBAHASAN
Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman lokal dan juga bagian dari jenis
bahan pengobatan herbal India yang telah akrab di negara-negara tropis dan subtropis(16).
Daun kelor merupakan salah satu dari 13 spesies yang termasuk dalam genus moringa dan
kelor dapat tumbuh pada lokasi tropis dan subtropis dengan suhu sekitar 25-35◦C(16). Daun
kelor dapat dikonsumsi langsung oleh ibu hamil sebagai sayuran, atau diolah menjadi
cemilan atau suplemen, berdasarkan ringkasan literatur review dapat meningkatkan Hb ibu
hamil dengan anemia karena defisiensi zat besi, meskipun ada beberapa tidak secara lengkap
menjelaskan dosis yang digunakan.
Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh yang digunakan dalam
hemopobesis (pembentukan darah) yaitu untuk sintesa haemoglobin. Jumlah total besi dalam
tubuh rata-rata 4 – 5 gram, ± 65% dijumpai dalam bentuk haemoglobin. Sekitar 4% dalam
bentuk mioglobin, 1% dalam bentuk macam-macam senyawa heme yang berfungsi untuk
meningkatkan oksidasi intraseluler. 0,1% bergabung dengan protein transferin dalam plasma
darah, dan 15 – 30% disimpan dalam sistem retikuloendotelial dan sel parenkim hati,
khususnya dalam bentuk ferritin(17). Sebelum lebih lanjut menjelaskan tentang kebutuhan zat
besi di dalam tubuh maka perlu diketahui bahwa ada dua jenis besi yaitu pertama bagian
fungsional yang digunakan untuk kebutuhan metabolik dan kedua merupakan cadangan.
Hemoglobin, mioglobin, sitokrom serta enzim hem dan non hem adalah bentuk besi
fungsional dan berjumlah 25 – 55mg/kg BB. Sementara itu besi cadangan jika dibutuhkan
untuk fungsi-fungsi fisiologi berjumlah 5 – 25mg/kgBB. Bentuk cadangan tersebut adalah
ferritin dan hemosiderin yang disimpan di dalam hati, limpa dan sumsum tulang.
Metabolisme besi di dalam tubuh dimulai dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,
penyimpanan dan pengeluaran. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa metabolisme ibu
hamil meningkat, sehingga akan menggunakan besi fungsional yang ada. Jika besi
fungsional yang ada tidak dapat mencukupi, dalam hal ini adalah haemoglobin, maka ibu
akan digunakan besi cadangan yang disimpan. Jika ini tidak terpenuhi maka ibu akan
mengalami anemia defisiensi zat besi.
Anemia defisiensi zat besi disebut juga dengan anemia gizi karena kekurangan zat
gizi yang berperan dalam pembentukan haemoglobin, baik karena kekurangan konsumsi atau
karena gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, piridoksin (vitamin B6)
yang berperan sebagai katalisator pada sintesis hem dalam molekul haemoglobin. Pada
situasi seperti ini, vitamin C mempengaruhi absoprsi dan pelepasan besi dari transferrin ke
dalam jaringan tubuh, juga vitamin E yang mempengaruhi membran sel darah merah (12).
Kondisi lain, anemia juga dapat terjadi karena produksi sel-sel darah merah tidak dapat
mencukupi karena faktor konsumsi zat gizi khususnya zat besi, selain juga karena kebutuhan
tubuh yang meningkat seperti ibu hamil, perdarahan, penyakit kronis dan lain-lain(12).
Berdasarkan uraian di atas, maka Anemia didefinisikan sebagai penurunan kapasitas darah
dalam membawa oksigen yang disebabkan oleh penurunan produksi sel darah darah merah
dan kadar haemoglobin dalam darah. Akan tetapi anemia lebih sering didefinisikan akibat
penurunan kadar Hb dalam darah, pada laik-laki rentang normalnya 13,5g/dl, 11,5g/dl
(wanita), dan 11,0g/dl (anak-anak). Anemia dalam kehamilan jika kadar Hb <11 g/dl pada
Trimester I dan III, dan Trimester II Hb <10,5g/dl(3).
Selama kehamilan dibutuhkan makanan dengan kuantitas dan kualitas yang baik
untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Penurunan status gizi ibu hamil akan berdampak
tidak baik bagi ibu maupun bayinya kelak. Salah satu dampak tersebut adalah bayi akan lahir
dengan BBLR, yang kemungkinan 10 – 20 kali lebih besar mengalami kematian daripada
bayi lahir dengan berat badan cukup (18). Oleh karena itu ibu hamil harus dipastikan terhindar
dari defisiensi zat gizi mikro diantaranya Vitamin E, Fe, Zinc, asam folat dan lain-lain(18).
Pemberian daun kelor merupakan salah satu upaya alternatif untuk pemenuhan gizi mikro
tersebut yang telah diujicoba oleh peneliti lain, khususnya pada ibu hamil dengan anemia
defisiensi zat besi karena kandungan tanaman ini kaya zat gizi yang dibutuhkan.
Anemia defisiensi zat besi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya
mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang mudah
diserap (heme iron), bisa juga disebabkan karena kekurangan zat besi seperti, protein dan
vitamin C (12). Oleh karena itu, pemberian daun kelor sebagai suplemen pada ibu hamil
dianggap sangat tepat karena mengandung vitamin A, C, B, kalsium, kalium, besi dan
protein dalam jumlah sangat tinggi yang mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia.
Daun kelor diambil dari pohon kelor mengandung berbagai zat gizi makro dan mikro serta
bahan aktif yang bersifat sebagai antioksidan seperti asam askobat, flavonoid, fenolat dan
karotenoid, selain itu nutrisi penting lainnya seperti zat besi (Fe) 28,2 mg, kalsium (Ca)
2003,0 mg dan vitamin A 16, 3 mg, β-karoten, protein, vitamin B seperti tiamin, riboflavin,
niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, B12 dan folat(12).
Daun kelor mengandung zat besi (Fe) tinggi, bahkan kadar zat besi pada daun kelor
yang telah diolah misalkan dijadikan tepung jauh lebih tinggi yaitu 28,2 mg/100 gram,
kandungan zat gizi lainnya juga tinggi seperti vitamin C 7 kali lebih tinggi dari pada buah
jeruk, vitamin A 4 kali lebih besar dari wortel, 4 kali kalsium dalam susu, 3 kali kalium
dalam pisang, 3 kali zat besi dalam bayam dan 2 kali protein yang terdapat dalam yoghurt
atau protein dalam sebutir telur(12). Jika daun kelor dikeringkan dan ditumbuk, maka
nutrisinya dapat meningkatkan berkali lipat, kecuali kandungan vitamin C nya,
meningkatnya kandungan nutrisi dalam daun kelor kering disebabkan karena kandungan air
dalam daun kelor segar menguap, akibatnya kandungan nutrisi yang tersembunyi
melepaskan ikatannya sehingga sangat baik dikonsumsi sebagai alternatif untuk mencegah
anemia pada ibu hamil(12)(15).
Daun kelor memiliki aktivitas hematopoietic, hal ini bermanfaat untuk peningkatan
jumlah trombosit (bila dikonsumsi dalam dosis rendah) dan juga berguna bagi pembentukan
sel darah manusia. Kandungan protein yang lengkap pada daun kelor terdiri atas 18 asam
amino yaitu 8 jenis asam amino esensial dan 10 jenis non esensial. Asam amino esensial
seperti isoleuisin, leucine, lisin, metionin, phenylalaine, treonin, tryptophan, valin. Asam
amino non esensial terdiri dari Alanin, Arginine, Asam Aspartat, Sistin, Asam Glutamat,
Glycine, Histidin, Serine, Proline, Tyrosine. Daun kelor mengandung asam amino lebih
banyak dibandingkan dengan yang terdapat dalam telur -. Oleh karena itu maka daun kelor
dapat membantu penyerapan zat besi, khususnya bagi ibu hamil dengan anemia dan KEK,
kedua kondisi ini sering ditemukan secara bersamaan.
Lebih lanjut dijelaskan dalam penelitian Isnainy bahwa pemberian ekstrak daun kelor
ditambah madu akan lebih baik untuk meningkatkan haemoglobin ibu hamil dengan anemia.
Madu mengandung zat besi (Fe) yang merupakan mikromineral, berfungsi untuk
pembentukan sel darah merah dengan cara mensintesis pembentukan heme yang dapat
memacu kadar haemoglobin. Selain itu, madu juga mengandung vitamin C yang berperan
penting dalam dalam melarutkan zat besi(13)(14).
Menurut peneliti lain bahwa konsumsi daun kelor sebagai sayuran sebaiknya diambil
yang berasal dari daun muda. Penelitian ini menjelaskan lebih lanjut bahwa tanaman kelor
mempunyai banyak manfaat mulai dari daun, batang, buah sampai biji sehingga dapat diolah
sebagai kebutuhan seperti bahan sayuran. Kebiasaan memanfaatkan tanaman kelor juga
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya. Mitos daun kelor pada suku jawa yang mempunyai
keyakinan bahwa dapat mengurangi kesaktian sehingga mempengaruhi kebiasaan
mengkonsumsi daun kelor untuk kesehatan, akhirnya hanya digunakan sebagai pakan ternak.
Hal ini berbeda dengan suku Muna di Sulawesi Tenggara, bahwa hampir setiap lahan
pekarangan penduduk menanam kelor karena bahan pangan yang murah dan bergizi bagi
tubuh(4). Daun kelor oleh WHO disebut juga sebagai “miracle tree” sehingga sangat
dianjurkan untuk mengkonsumsinya oleh ibu hamil maupun anak-anak. Kandungan
potassium daun kelor segar 3 x lipat lebih banyak dari pisang, kalsium 4 x lipat dari susu,
protein 2 kali lipat dari susu sehingga sangat baik untuk meningkatkan status gizi pada ibu
hamil(4). Dengan demikian jika kebutuhan gizi ibu hamil terpenuhi maka penyerapan zat besi
untuk pembentukan haemoglobin juga akan semakin baik. Peningkatan Hb setelah diberi
ekstrak daun kelor maupun dikonsumsi sebagai sayuran sangat signifikan, hal ini menjadi
alternative pencegahan anemia defisiensi besi pada ibu hamil dengan mudah dan murah
karena tanaman ini tidak sulit ditemukan di daerah-daerah yang lahan pertaniannya masih
luas, masyarakat juga sudah cukup lama mengenalnya, akan tetapi masih belum mengetahui
manfaatnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Daun kelor baik yang diolah dengan cara mengekstrak atau dijadikan tepung, bahkan
dimakan langsung sebagai sayuran memiliki kandungan gizi yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan haemoglobin ibu hamil anemia secara signifikan. Oleh karena itu perlu
disarankan agar mensosialisasikan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi daun kelor,
khusus bagi ibu hamil sebagai tambahan suplemen selain tablet Fe.

DAFTAR PUSTAKA

1. Stephen G, Mgongo M, Hussein Hashim T, Katanga J, Stray-Pedersen B,


Msuya SE. Anaemia in Pregnancy: Prevalence, Risk Factors, and Adverse
Perinatal Outcomes in Northern Tanzania. Anemia. 2018;2018.
2. Deprika CE. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia pada
Ibu Hamil di Puskesmas Mantrijeron Yogyakarta. Unisa [Internet]. 2017;1–14.
Available from: digilib.unisayogya.ac.id
3. Daru J, Zamora J, Fernández-Félix BM, Vogel J, Oladapo OT, Morisaki N, et
al. Risk of maternal mortality in women with severe anaemia during
pregnancy and post partum: a multilevel analysis. Lancet Glob Heal.
2018;6(5):e548–54.
4. Bora TRD. Hubungan Pola Konsumsi daun Kelor dengan Kadar Hemoglobin
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sulawesi Tenggara Tahun 2017
[Internet]. Skripsi. Kendari: Poltekkes Kemenkes Kendari; 2017. 1–44 p.
Available from: http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/75/
5. Sirait N, Parwati I, Dewi NS, Suraya N. Validitas Metode Polymerase Chain
Reaction GeneXpert MTB/RIF pada Bahan Pemeriksaan Sputum untuk
Mendiagnosis Multidrug Resistant Tuberculosis. Maj Kedokt Bandung.
2013;45(4):234–9.

Anda mungkin juga menyukai