Anda di halaman 1dari 4

ANALISA KEBIJAKAN

PENGATURAN SHIFT KERJA


DI PUSKESMAS JAYAMEKAR

PENDAHULUAN

World Health Organization (WHO) telah menyatakan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) sebagai pandemi . Di Indonesia saat ini penyebarannya telah semakin
meluas dengan peningkatan angka positif dan angka kematian berdampak pada
seluruh aspek ( ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, serta kesejahteraan
masyarakat) sehingga diperlukan strategi dan upaya yang komprehensif dalam
penanganan Covid-19. Mencermati penyebaran dan penularan COVID-19 ini,
Pemerintah melalui Keputusan Presiden Nomor 11/2020 telah menetapkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat akibat Covid-19, di Indonesia wajib dilakukan
upaya penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu Presiden juga mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 12/2020 tentang
Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran COVID-19 sebagai Bencana Nasional ,
yang menyatakan bahwa penanggulangan bencana nasional yang diakibatkan oleh
penyebaran COVID-19 dilaksanakan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 dan Gubernur, Bupati dan walikota sebagai Ketua Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di daerah dan dalam menetapkan kebijakan
di daerah masing-masing harus memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat.

Penanggulangan pandemi COVID-19 ini membutuhkan peran serta dari semua pihak
baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pihak swasta, dan seluruh elemen
masyarakat. Dunia usaha dan masyarakat pekerja memiliki kontribusi besar dalam
memutus mata rantai penularan karena besarnya jumlah populasi pekerja dan besarnya
mobilitas serta interaksi akibat aktifitas kerja. Tempat kerja sebagai lokus interaksi dan
berkumpulnya orang merupakan faktor resiko yang perlu diantisipasi sebagai lokus
penularan. Tak terkecuali Puskesmas sebagai tempat pelayanan publik, apalagi di
dalamya ada interaksi dengan pasien yang memiliki penyakit infeksius termasuk
COVID-19. Untuk itu diperlukan mitigasi dan kesiapan tempat kerja seoptimal mungkin
sehingga dapat beradaptasi melalui perubahan pola hidup pada situasi COVID-19
(Adaptasi Kebiasaan Baru/AKB). Dengan menerapkan AKB, diharapkan meminimalisir
penularan COVID-19 di tempat kerja akibat berkumpulnya sejumlah orang di satu
lokasi.
HAL YANG HARUS MENJADI PERHATIAN DI TEMPAT KERJA

1. Pihak manajemen selalu memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan


instruksi Pemerintah Pusat dan Daerah terkait COVID-19 di wilayahnya serta
memperbarui kebijakan dan prosedur terkait COVID-19 di tempat kerja sesuai
perkembangan terbaru.
2. Mewajibkan semua pekerja memakai masker selama di tempat kerja, dalam
perjalanan dari dan ke rumah. Serta setiap keluar rumah untuk kepentingan yang
bersifat perlu.
3. Larangan masuk kerja bagi pekerja yang yang memiliki gejala demam dan gejala
sakit saluran pernafasan
4. Tetap memberikan hak pekerja jika harus menjalani karantina/isolasi mandiri
5. Menyediakan ruang observasi pekerja yang ditemukan gejala saat menjalani skrining
6. Menerapkan hygiene dan sanitasi lingkungan kerja
a. selalu memastikan seluruh area bersih dan higienis dengan melakukan
pembersihan dan desinfeksi berkala
b. menjaga kualitas udara tempat kerja dengan mengoptimalkan sirkulasi udara dan
sinar matahari , pembersihan fiter AC rutin dan pemilihan AC yang tidak
meresirkulasi udara
7. Penerapan rekayasa engineering pencegahan penularan seperti pemasangan
pembatas/separator untuk pekerja yang melayani pelanggan, pemasangan kubikel di
meja kerja jika dalam satu ruangan dipakai bersama, penambahan sirkulasi udara
dengan memasang exhaust fan, dan lain-lain.
8. Melaksanakan skrining kesehatan berkala
9. Menerapkan physical distancing di tempat kerja

Hal yang juga harus menjadi perhatian semua pihak juga adalah menerapkan protokol
kesehatan dengan ketat. Selain 5 M (Memakai masker, Menjaga jarak, Mencuci tangan
dengan sabun, Menghindari kerumunan, Menghindari bepergian) juga memperhatikan
VDJ (Ventilasi, Durasi, Jarak)
1. Ventilasi
Aliran udara memiliki peran dalam penyebaran Covid-19. Ruangan yang sirkulasi
udaranya hanya berputar-putar di dalam ruangan dan sedikit bertukar dengan udara
luar mempertinggi risiko penularan COVID-19 karena droplet yang disebarkan orang
di dalam ruangan akan menyebar di ruangan tersebut.
2. Durasi
Semakin lama waktu bertemu dengan orang lain, resiko penularan COVID-19 juga
akan semakin meningkat. Berdasarkan penelitian Parshina-Kottas, 2020, jumlah
virus yang dikeluarkan oleh seorang carrier jika berbicara selama 5 menit sama
dengan satu kali bersin/batuk.
3. Jarak
Ketika bertemu dengan orang lain, kita juga perlu menjaga jarak dan menghindari
kerumunan. Jarak minimal yang aman untuk beraktifitas sosial yang memperkecil
kemungkinan penyebaran droplet adalah 1,6-3 meter

HAMBATAN PENERAPAN PROTOKOL VENTILASI, DURASI, JARAK DI


LINGKUNGAN PUSKESMAS JAYAMEKAR

Terkait pelaksanaan protokol Ventilasi, Durasi, Jarak, kami tidak dapat menerapkan
secara maksimal karena adanya keterbatasan :
1. Area Puskesmas yang relatif sempit, menyulitkan penerapan protokol jaga jarak,
terutama saat waktu ramai pasien. Dengan pembatasan pasien, minimal
mengurangi adanya kerumunan dan membatasi durasi bertemunya pasien
dengan pasien dan pasien dengan petugas.
2. Ruang pelayanan di Puskesmas yang juga relatif kecil dan ventilasi kurang
memadai tidak memungkinkan semua petugas bertugas bersamaan.
Idealnya luas ruangan sesuai dengan jumlah orang (karyawan dan pasien) yang
menempati ruangan.
Ventilasi yang baik memenuhi ketersediaan udara bersih yang memasuki
ruangan dengan memadukan ventilasi alami dan mekanik.
3. Pada waktu istirahat/mengerjakan pekerjaan administratif, ruang yang bisa
dimanfaatkan adalah Ruang Rapat dan Ruang SDIDTK di lantai 2. Namun kedua
ruang tersebut juga kurang ideal untuk dapat menampung karyawan lebih dari 5
orang karena luas ruang dan ventilasi juga tidak optimal.
4. Sejak awal pandemi hingga saat ini, 8 orang karyawan telah terpapar COVID-19
yang kemungkinan besar bersumber dari tempat kerja karena kurang optimalnya
penerapan Protokol VDJ (Ventilasi, Durasi, dan Jarak) akibat keterbatasan
sarana prasarana.

RENCANA TINDAK LANJUT

Menimbang poin-poin di atas, kami melihat sistem shift kerja dengan pembagian
hari kerja masih merupakan cara yang efektif untuk memperkecil peluang
penyebaran COVID-19. Dengan menerapkan shift kerja, faktor durasi dan jarak
bisa disiasati.

Pengaturan shift kerja karyawan tidak berarti mengurangi produktifitas karyawan.


Karyawan yang sedang tidak bekerja di Puskesmas, harus tetap mengerjakan
tugasnya, baik tugas luar gedung ataupun tugas administratif yang menjadi
tanggung jawabnya. Dan memastikan harus selalu siaga jika diperlukan hadir ke
Puskesmas.

Rencana selanjutnya adalah secara bertahap memperbaiki tata ruang dan


sirkulasi udara antara lain dengan penambahan exhaust fan sesuai perhitungan
ideal, menata ulang penempatan AC untuk menciptakan sirkulasi yang baik dan
merenovasi jendela agar bukaannya optimal.
Penambahan HEPA filter juga dirasa penting dalam kondisi pandemi ini.

Dengan memperbaiki sarana dan prasarana sesuai pedoman, diharapkan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Keselamatan Pasien (KP) dapat
dicapai sehingga meminimalisir terjadinya insiden yang tidak diharapkan.

Bandung Barat, 10 Juni 2021


Kepala Puskesmas Jayamekar,

Tita Nahdiatul Alam, SKM.,MMKes.


NIP 196705161988032007

Anda mungkin juga menyukai