Anda di halaman 1dari 102

SKRIPSI

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT


DI RSUD I LAGALIGO LUWU TIMUR

Diajukan Oleh :

EGAWATI SALEMPANG
NIM 1810040

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN


KERJA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
YAYASAN PENDDIDIKAN TAMALATEA
MAKASSAR
2022
ABSTRAK

EGAWATI, 2022. Studi Pengelolaan Sampah Medis Padat di RSUD I Lagaligo


Luwu Timur. (Dibimbing oleh Asrijun Juhanto dan Apdiyani Toalu)
Rumah sakit merupakan penghasil sampah yang cukup banyak setiap
harinya dan seringkali bersifat toksik, terutama sampah padat, baik itu sampah
medis maupun sampah non medis. Berdasarkan data WHO, bahwa limbah yang
dihasilkan layanan kesehatan (rumah sakit) hampir berupa limbah umum dan
berupa limbah bahan berbahaya yang mungkin menular, beracun, atau radioaktif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan sampah medis padat di
RSUD I Lagaligo Luwu Timur.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Populasi yang diambil adalah rangkaian pengelolaan
sampah medis padat di RSUD I Lagaligo Luwu Timur. Instrumen penelitian yang
digunakan kuesioner dan lembar checklist yang diolah dalam bentuk analisis
univariat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemilahan, penampungan dan
pewadahan sampah medis padat di RSUD I Lagaligo Luwu Timur sudah
memenuhi syarat sesuai dengan Keputusan Permenkes N0.7 Tahun 2019,
sedangkan kegiatan pengumpulan dan pengangkutan serta tempat penyimpanan
sampah medis padat sementara belum memenuhi syarat sesuai dengan Keputusan
Permenkes No.7 Tahun 2019.
Kesimpulan penelitian ini bahwa pelaksanaan sampah medis padat di
RSUD I Lagaligo Luwu Timur secara umum telah memenuhi syarat pengelolaan
sesuai dengan Keputusan Permenkes No.7 Tahun 2019, kecuali untuk
pengumpulan dan pengangkutan serta tempat penyimpanan sampah medis padat.
Di upayakan seluruh pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah medis padat
mengikuti aturan yang berlaku.

Daftar Pustaka: 15 (2017-2021).


Kata Kunci: Pengelolaan Sampah Medis Padat.

ii
ABSTRAC

Egawati, 2022. Study of Solid Medical Waste anagement at RSUD I Lagaligo

Luwu Timur. (Supervised by Asrijun Juhanto and Apdiyani Toalu)

Hospitals produce a lot waste every day and are often toxic, especially

solid wasted, both medical and non-medical waste. Based on WHO data, almost of

the waste produce by health service (hospitals) is in the form of general waste and

is in the for of hazardous material waste that may be infectious, toxic, or

radioactive. This study aims to determine the management of solid medical waste in

RSUD I Lagaligo Luwu Timur.

The research method used is quantitative research with a descriptive

approach. The population taken is a series of solid medical waste management at

RSUD I Lafgaligo Luwu Timur. The research instruments used were questionnaires

and checklist sheets which were proccesed in the for of univariate analysis.

The results showed that the sorting, storage and storage of solid medical

waste at RSUD I Lagaligo Luwu Timur had met the requirements according to the

decree of the Minister of Health, While the collection and transportation activities

as well as the temporary storage of solid medical waste did not meet the

requirements according to the decree of the Minister of Health.

The conclusion of this study is that the implementation of solid medical

waste at RSUD I Lagaligo Luwu Timur in general has met the management

requirements in accordance with the decree of the Minister of Health, except for the

collection and transportation and storage of solid medical waste. Efforts are made

for all implementation of solid medical waste management activities to follow

iii
applicable regulations.

Bibliography: 15 (2017-2021)

Keywords: Solid Medical Waste Management.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, berkat dan anugerahNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ―Studi

Pengelolaan Sampah Medis Padat Di RSUD I Lagaligo Luwu Timur‖ sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi S-1 Kesehatan Masyarakat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea Makassar.

Penghargaan dan terima kasih tak terhingga penulis berikan kepada kedua

orang tua terkasih Paulus Salempang dan Yustin yang tercinta yang telah

meluangkan waktu memberikan doa, kepercayaan, semangat dan selalu memenuhi

kebutuhan penulis, sehingga tidak pernah merasa kekurangan sampai saat ini,

semoga Tuhan Yesus Kristus selalu melimpahkan berkat-Nya.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Hj. Anisa Asseng sebagai Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tamalatea

Makassar.

2. H. Rahmat Haris, S.E sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Tamalatea

Makassar.

3. Dr. Rahmawati, S.K.M., M.Si sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Tamalatea Makassar.

v
4. Hasmah, S.K.M., M.Kes Sebagai wakil ketua I, Muhammad Basyir S.K.M.,

M.Kes sebagai wakil ketua II dan Dian Mirza Togubu, S.Si., M.Kes sebagai

wakil ketua III.

5. Dr. Ir. Asrijun Juhanto, M.kes Selaku Pembimbing I dan Ir. Hj. Apdiyani

Toalu, M.Si selaku pembimbing II saya, yang telah banyak membantu dan

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyususnan skripsi ini.

6. Akmal Novrian Syahruddin, S.K.M., M.Kes selaku penguji I, Baharuddin,

S.K.M, M.Kes selaku penguji II dan Fitriyah Amiruddin, S.K.M., M.Kes

selaku penguji III yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen pengajar di STIK Tamalatea Makassar yang telah bersedia

berbagi ilmu kepada penulis dan staff kampus yang banyak membantu penulis

dalam pengurusan akademik penulis.

8. Teristimewa untuk kakak-kakak saya Andri Fay Ariawan, Emilya Allo

Kembong, Eva Pertiwy Salempang, adik saya Amos Topang serta keluarga

besar dimanapun berada yang telah memberi banyak dukungan kepada penulis

terutama dalam hal materi yang sangat membantu selama penyusunan skripsi,

kiranya Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberkati.

9. Buat sahabat-sahabat keluarga cemara Elsri Angkat, Zirah Paembonan,

Windyana Ringgi Allo, Astri Oktavia yang selalu setia membantu,

mendukung serta menjadi tempat kelu kesah.

vi
10. Buat sahabat-sahabat BR Jihan Fahira, Nanda, Iis, Filia, Rexsi, Asri dan Indra

yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

11. Ekoregion sebagai teman seperjuangan selama berada di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Tamalatea Makassar, yang banyak memberikan kenangan selama

kurang lebih 4 tahun lamanya.

12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu

saya dalam menyelesaikan studi ini.

13. Serta terima kasih sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri, telah bertahan

dalam berbagai macam proses panjang dan mampu melalui hambatan yang

ada, semoga dengan perkenaan Tuhan bisa menjadi pribadi yang lebih baik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu penulis dengan senang hati bersedia untuk menerima segala kritik dan

saran yang bersifat membangun.

Akhir kata, semoga Tuhan Yesus kristus senantiasa melimpahkan rahmat

karunia-Nya dan membalas segala kebaikan pihak-pihak yang telah membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan

manfaat bagi siapa yang membaca.

Makassar, September 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

SKRIPSI ......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK .................................................................................................... ii
ABSTRAC ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................v
DAFTAR ISI .............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................5
D. Manfaat .............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................7
A. Pengertian Sistem Pengelolaan ........................................................7
B. Pengertian Rumah Sakit...................................................................7
C. Sampah Rumah Sakit .......................................................................8
D. Manajemen Pengolahan Sampah Rumah Sakit .............................10
E. Sampah Medis................................................................................11
F. Ruang Rawat Inap ..........................................................................15
G. Ruang IGD .....................................................................................15
H. Ruang Farmasi ...............................................................................16
I. Ruang Laboratorium .......................................................................16
J. Ruang Operasi.................................................................................16

viii
K. Ruang Bersalin ...............................................................................16
L. Ruang Perawatan ...........................................................................16
M. Ruang Poliklinik ............................................................................16
N. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit .................................................17
O. Kerangka Teori ..............................................................................25
P. Kerangka Konsep ...........................................................................26
Q. Defenisi Operasional......................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................30
A. Jenis Penelitian ..............................................................................30
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................30
C. Populasi, Sampel Dan Cara Penentuan Sampel .............................30
D. Cara Pengumpulan Data ................................................................31
E. Instrumen Penelitian ......................................................................32
F. Teknik Pengolahan Data Dan Penyajian Data ...............................32
G. Teknik Analisis Data .....................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................34
A. Hasil Penelitian ..............................................................................34
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................................34
2. Lokasi dan Luas lahan ..........................................................................35
3. Visi, Misi RSUD I LAGALIGO ...........................................................36
4. Karakteristik Responden .......................................................................36
5. Hasil Penelitian .....................................................................................38
6. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ..............................................42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................50
A. Kesimpulan ....................................................................................50
B. Saran ..............................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................53
KUESIONER PENELITIAN .......................................................................56

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Jenis Wadah Dan Label Limbah Padat Medis Sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.7 Tahun 2019..................................................19
Tabel 2. 2 Defenisi Operasional.............................................................................27
Tabel 4. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………………….37

Tabel 4. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur.............................................37


Tabel 4. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ....................................38
Tabel 4. 4 Pemilahan Sampah Medis Padat pada di RSUD I Lagaligo Luwu
Timur......................................................................................................................39
Tabel 4. 5 Pemilahan Sampah Medis Padat di RSUD I Lagaligo Luwu Timur ..40
Tabel 4. 6 Pengumpulan dan pengangkutan sampah medis padat di RSUD I
Lagaligo .................................................................................................................40
Tabel 4 .7 Penyimpanan sampah medis padat sementara ......................................41
Tabel 4. 8 Pemilahan Sampah Medis Padat pada ................................................42

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori .................................................................................25


Gambar 2. 2 Kerangka Konsep ..............................................................................26
Gambar 4. 1 Lokasi
Penelitian………………………………………………………………...34

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kusioner Penelitian

Lampiran 2 Surat Penelitian

Lampiran 3 Permenkes No.7 2019

Lampiran 4 Dokumentasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan yang terjadi pada saat ini sangatlah beragam

salah satunya adalah permasalahan tentang limbah. Masalah limbah yang

terjadi berkaitan erat dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi

masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik dan sehat.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Permenkes RI,

2010).

Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengatakan

bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan setinggi-

tingginya. Lingkungan yang sehat mencakup daerah pemukiman, tempat

kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari

unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan, seperti limbah (cair, gas,

padat), sampah yang tidak diolah sesuai dengan persyaratan vector

penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas,

radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan makanan yang telah

terkontaminasi (Oktania, Dwi Dumadi 2019).

1
2

Faktor utama dari pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar

terwujudnya tingkat derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial

dan ekonomis (UU No 36 Tahun 2009).

Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang menghasilkan

sampah dalam jumlah yang besar, beberapa diantaranya membahayakan

Kesehatan lingkungan. Secara umum Sampah rumah sakit dibagi dalam dua

kelompok besar, yaitu sampah medis dan sampah nonmedis baik padat maupun

cair. Rumah sakit merupakan penghasil sampah yang cukup banyak setiap harinya

dan seringkali bersifat toksik, terutama sampah padat, baik itu sampah medis

maupun sampah non medis (Sri Handayani A. Lagimpe,2018).

Berdasarkan data World Health Organization,bahwa limbah yang

dihasilkan layanan Kesehatan (rumah sakit) hampir 80% berupa limbah umum

dan 20% berupa limbah bahan berbahaya yang mungkin menular, beracun atau

radioaktif. Sebesar15% dari limbah yang dihasilkan layanan kesehatan merupakan

limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%,

limbah kimia dan farmasi 3% dan limbah genotoksik dan radioaktif sebesar 1%.

Negara maju menghasilkan 0,5 kg limbah bahan berbahaya pertempat tidur rumah

sakit per hari. (WHO,2010)

Semua elemen yang ada di rumah sakit, berperan sebagai penghasil

limbah. Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah medis maupun non medis.
3

Dilihat dari keberadaannya limbah rumah sakit dapat memberi dampak negatif

dan mendatangakan Dilihat dari pencemaran dari suatu proses kegiatan. Hal ini

akan terjadi pencemaran dari suatu proses kegiatan. Hal ini akan terjadi apabila

limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan dampak

lingkungan salah satunya adalah pengelolaan limbah rumah sakit memerlukan

manajemen yang baik (Salman et al., 2021).

Menurut EPA/US Environmental Protection Agancy, limbah medis yaitu

semua bahan buangan yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan, seperti

rumah sakit, klinik, bank darah, praktek dokter gigi, klinik hewan, serta fasilitas

penelitian medis dan laboratorium. Limbah rumah sakit adalah semua limbah

baik yang berbentuk padat maupun cair yang berasal dari kegiatan rumah sakit

baik kegiatan medis maupun nonmedis yang kemungkinan besar mengandung

mikroorganisme, bahkan kimia beracun, dan radioaktif. Apabila tidak ditangani

dengan baik, limbah rumah sakit dapat menimbulkan masalah baik dari aspek

pelayanan maupun estetika selain dapat menyebabkan pencemaranlingkungan dan

menjadi sumber penularan penyakit (infeksi nosokomial). Oleh karena itu,

pengelolaan limbah rumah sakit perlu mendapat perhatian yang serius dan

memadai agar dampak negatif yang terjadi dapat dihindari atau dikurangi

(Chandra, 2018).

Limbah rumah sakit yang tergolong berbahaya salah satunya adalah

limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah

beda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
4

limbah container, bertekanan dan lumbag dengan kandungan logam berat yang

tinggi (Suhariono, 2019).

Sanitasi lingkungan itu sendiri mempunyai ruangan lingkup yang luas,

salah satunya adalah sanitasi tempat-tempat umum. Rumah sakit merupakan salah

satu contoh tempat umum. Rumah sakit berfungsi sebagai tempat berkumpulnya

orang sakit maupun orang sehat yang memungkinkan terjadinya pencemaran

lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi tempat penyebab penularan

penyakit (Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009).

Di RSUD I Lagaligo Luwu Timur pewadahan sampah sudah dipisah antara

sampah medis dan non-medis. Namun dalam pelaksanaaanya masih ditemukan

adanya beberapa alat suntik yang berada di dalam tempat sampah, dan proses

pengangkutan sampah menggunakan trolly biasa yang tidak tertutup ketempat

pembuangan sampah sementara.Berdasarkan hasil observasi tersebut masih

terdapat masalah dalam pengelolaan sampah medis padat di rumah sakit. Maka

penulis ini ingin meneliti tentang ―Studi Pengelolaan Sampah Medis Padat Di

RSUD I Lagaligo Luwu Timur‖.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah ―Bagaimanakah Studi Pengelolaan

Sampah Medis Padat Di RSUD I Lagaligo Luwu Timur?


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui Studi Pengelolaan

Sampah Medis Padat Di RSUD I Lagaligo Luwu Timur.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui bagaimana Pemilahan sampah medis padat Di

RSUD I Lagaligo Luwu Timur

b) Untuk mengetahui bagaimana Penampungan sampah medis padat Di

RSUD I Lagaligo Luwu Timur

c) Untuk mengetahui bagaimana Pengumpulan dan pengangkutan

sampah medis padat Di RSUD I Lagaligo Luwu Timur

d) Untuk mengetahui bagaimana Penyimpanan Sampah Medis Padat

Sementara Di RSUD I Lagaligo Luwu Timur

e) Untuk mengetahui bagaimana Pemusnahan Sampah Medis Padat Di

RSUD I Lagaligo Luwu Timur

D. Manfaat

a. Bagi Instansi

Manfaat penelitian bagi instansi rumah sakit yaitu agar dapat

memberikan masukan bagi pihak rumah sakit tentang sistem pengelolaan

sampah medis padat dirumah sakit.


6

b. Bagi Penulis

Manfaat penelitian bagi penulis yaitu agar dapat menambah studi

perpustakaan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam

penelitian ini lebih lanjut dan memperluas wawasan berfikir sebagai usaha

penggalian ilmi pengetahuan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Pengelolaan

Pengelolaan limbah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan

daur ulang, atau pembuangan dari material limbah. Kalimat ini biasanya

mengacu pada material limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan

biasanya dikelola untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan, lingkungan,

atau estetika. Pengelolaan limbah juga dilakukan untuk memulihkan

sumberdaya alam. Praktik pengelolaan limbah berbeda beda antara negara

maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan

daerah pedesaan dan daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan

limbah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di daerah

metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,

sedangkan untuk limbah daerah komersial dan industrybiasanya ditangani

oleh perusahaan pengelolaan limbah. Metode pengelolaan limbah berbeda-

beda tergantung banyak hal di antaranya tipe zat sampah, lahan yang

digunakan dan ketersediaan lahan.

B. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.Dari

pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan

7
8

diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,

pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat

pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian

dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari

risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu

adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan

persyaratan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan No.7 Tahun 2019).

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan

dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah

sakit berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas

orang banyak sehingga potensial dalam menghasilkan sejumlah besar limbah

(Depkes RI, 2006).

World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang

dihasilkan layanan kesehatan (rumah sakit) hampir 80% berupa limbah umum dan

20% berupa limbah bahan berbahaya yang mungkin menular, beracun atau

radioaktif. Sebesar 15% dari limbah yang dihasilkan layanan kesehatan

merupakan limbah infeksius atau limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam

sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan radioaktif

sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg limbah berbahaya per tempat tidur

rumah sakit per hari.

C. Sampah Rumah Sakit

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan

rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non-medis Limbah medis
9

adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah

benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah

radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan

logam berat yang tinggi (Lingkungan Hidup, 2006).

Limbah rumah sakit dapat berbentuk padat, cair, dan gas yang dihasilkan

dari kegiatan diagnosis pasien, pencegahan penyakit, perawatan, penelitian,

imunisasi terhadap manusia dan laboratorium yang mana dapat dibedakan

antara limbah medis maupun non medis yang merupakan sumber bahaya bagi

kesehatan manusia maupun penyebaran penyakit di lingkungan masyarakat

(Siregar, 2004). Limbah padat yang dihasilkan oleh rumah sakit ada 2 macam

yaitu limbah domestik dan limbah B3 yang bersifat infeksius atau limbah

medis. Limbah yang bersifat infeksius berasal dari pelayanan medis, farmasi

atau sejenis serta limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada saat dilakukan

perawatan/pengobatan atau penelitian. Bentuknya dapat berupa benda tajam,

plastic,gelas, limbah farmasi, limbah kimia, limbah patologi dan lain-

lain.Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah

infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah

sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan

dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Jika tidak diolah dengan benar, maka limbah yang dihasilkan oleh

kegiatan rumah sakit dapat mencemari lingkungan. Pengelolaan limbah

rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah

sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran


10

lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit dan upaya

penanggulangan penyebaran penyakit. Sanitasi lingkungan rumah sakit juga

perlu diperhatikan secara cermat. Sanitasi lingkungan yang baik akan

berdampak kepada penghuni rumah sakit juga kepada masyarakat sekitar.

D. Manajemen Pengolahan Sampah Rumah Sakit

Banyak manfaat yang di peroleh di saat menerapkan manajemen

lingkungan rumah sakit yang terpenting perlindungan terhadap lingkungan

dan kesehtan masyarakat. Dengan mengetahui jumlah dan karakteristik

limbah yang di hasilkan dengan itu di harapkan untuk mengetahui prosedur

tertera dalam system manajemen lingkungan rumah sakit dalam

melaksanakan pengelolaan limbah medis. Dengan itu sekalian menerapkan

peraturan perundang-undangan dan system manajemen yang efektif. Dengan

demikian, sistem ini dapat meminimalkan dampak yang terjadi di lingkungan

akibat limbah medis dan dapat mengurangi biaya tambahan yang di butuhkan

(Adisasmito, 2007).

Upaya pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit salah satunya

dapat dilksanakan dengan menyiapkan peraturan, pedoman, dan kebijakan

yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah

sakit. Rumah sakit di Indonesia dapat menerapkan peraturan pemerintahan

(republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001) tentang pengolahan limbah bahan

berbahaya dan beracun, keputusan(Permenkes No. 7 Tahun 2019) tentang

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dan pedoman sanitasi rumah

sakit di Indonesia atau dapat di sesuaikan dengan kebijakan yang dibuat oleh
11

pemimpin rumah sakit. Kegiatan pengolahan biasanya meliputi pemilihan

limbah, penampungan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

E. Sampah Medis

a. Pengertian Sampah Medis Padat

Menurut EPA/U.S Environmental Protection Agancy, limbah medis

adalah semua bahan buangan yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan

kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, bank darah, praktek dokter gigi,

klinik hewan, serta fasilitas penelitian medis dan laboratorium. Sedangkan

menurut Depkes RI (2002) limbah medis adalah limbah yang berasal dari

pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi, penelitian, pengobatan,

perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan yang beracun,

infeksius, berbahaya atau membahayakan kecuali jika dilakukan

pengamanan tertentu.

Limbah medis padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit

yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari

limbah medis padat dan non medis. Limbah padat terdiri dari limbah

infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah

sitotokis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan,

dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Kepmenkes,

20040)
12

b. Karakteristik Sampah Medis Padat Rumah Sakit

Limbah padat medis dikelompokkan menjadi empat kelompok

menurut WHO 2005 dalam pembuangan sampah padat medis layanan

kesehatan yaitu sebagai berikut :

1) Kelompok A

Yang termasuk kelompok A adalah perban bekas pakai, sisa lap

atau tisu, sisa potongan tubuh manusia dan benda lain yang

terkontaminasi serta semua sisa hewan percobaan yang

dilaboratorium yang memungkinkan diaksanakan.

2) Kelompok B

Yang termasuk kelompok B adalah bekas jarum suntik, bekas

pecahan kaca dan lainnya.

3) Kelompok C

Yang termasuk adalah sampah dari ruang laboratorium dan post-

parfum kecuali yang termasuk golongan A

4) Kelompok D

Yang termasuk kelompok D ini adalah bahan kimia dan bahan –

bahan farmasi tertentu. e. Kelompok E Pelapis Bed-pan

disposable,Urinoir dan lain sebagainya.

c. Klasifikasi Sampah Medis Padat

Klasifikasi limbah medis padat berdasarkan Menkes RI No. 7 Tahun

2019 adalah sebagai berikut :


13

1) Infeksius

Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi

organisme pathogen dalam jumlah dan virulensi yang cukup

untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. Kalau tidak

dikelola dengan baik, limbah medis dari penanganan pasien

dengan penyakit menular dikhawatirkan menjadi sumber

penularan penyakit bagi pasien, petugas, dan masyarakat sekitar.

Adapun limbah infeksius tersebut berupa masker bekas, sarung

tangan bekas, perban bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman

dan makanan, kertas bekas makanan dan minuman, alat suntik

bekas, set infus bekas, Alat Pelindung Diri bekas, sisa makanan

pasien.

2) Patalogis

Limbah berasal dari pemakaian dan stock bahan yang

sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan

lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan

yang sangat infeksius. Contoh limbah yang di hasilkan : bagian

tubuh manusia dan hewan (limbah anatomis), darah, janin dan

cairan tubuh yang lain

3) Sitotoksi

Terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infisius

Limbah dan bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan

pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang


14

mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat

pertumbuhan sel hidup. Contoh limbah yang di hasilkan : dari

materi yang terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian

obat, misalnya spuit, ampul, kemasan, obat kadaluarsa, larutan

sisa, urin, tinja, muntahan pasien yang mengandung sitotoksis.

4) Benda Tajam

Limbah benda tajam, adalah materi padat yang memiliki

sudut kurang dari 90 derajat, dapat menyebabkan luka iris atau

tusuk. Misalnya: jarum suntik, kaca sediaan (preparat glass),

infus set, ampul/vial obat limbah benda tajam, yaitu materi yang

dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk, antara lain jarum,

jarum suntik, skapel, peralatan infus, dan pecahan kaca. Baik

terkontaminasi atau tidak, benda semacam itu biasanya

dipandang sebagai limbah layanan kesehatan yang sangat

berbahaya

5) Farmasi

Limbah farmasi mencakup produksi farmasi. Kategori ini

mencakup barang yang akan di buang setelah yang di gunakan

untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang

berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung darah

atau campuran dan ampul obat. Contoh obat yang di hasilkan

seperti : obat-obatan, vaksin dan terkontaminasi yang tidak di

perlukan lagi.
15

6) Kimia
Mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair, maupun
gas yang berasal dari aktivitas diagnostic dan eksperimen serta
dari pemeliharaan kebersihan rumah sakit dengan menggunakan
desinfektan. Contoh limbah yang dihasilkan seperti : reagent di
laboratorium, filim untuk rontgen, desinfektan yang kadaluarsa
atau sudah tidak diperlukan lagi, solven

d. Sumber Sampah Medis Padat Rumah Sakit

Sumber dan jenis sampah medis padat pada rumah sakit

(Permenkes No 7 Tahun 2019), yaitu:

a. Ruangan Pemeriksaan Umum

Sampah medis padat yang dihasilkan dari ruangan ini berupa bekas

pembalut, sisa kapas, jarum suntik, botol bekas obat dan lain — lain

b. Ruang ICU

Sampah medis padat yang dihasilkan oleh ruangan ini berupa

kapas/perban, jarum suntik, botol infuse, spluit bekas, dan selang

transfuse

F. Ruang Rawat Inap

Sampah medis padat yang dihasilkan dari kegiatan ruangan ini adalah

sisa bahan kimia, bahan sediaan, botol tempat pemeriksaan darah dan urine,

bekas binatang percobaan.

G. Ruang IGD

Yaitu ruangan yang digunakan untuk pemeriksaan diagnose terhadap

limbah yang berupa sisa ronsen dan sampah radiasi


16

H. Ruang Farmasi

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan ruang farmasi berupa obat-obatan

kadaluarsa,botol bekas, selang penghubung darah atau campuran dan ampul

obat.

I. Ruang Laboratorium

Limbah Padat medis yang dihasilkan dari kegiatan ruang ini adalah sisa

bahan kimia, bahan sediaan, botol tempat pemeriksaan darah dan urine.

J. Ruang Operasi

Limbah yang dihasilkan dari ruangan ini adalah jarum suntik, sarung

tangan, masker, botol infus, kapas kasa

K. Ruang Bersalin

Limbah yang dihasilkan dari ruangan persalinan yaitu kapas, jarum

suntik, masker, sarung tangan, perban

L. Ruang Perawatan

Limbah padat medis yang dihasilkan dari ruangan ini yaitu bekas

perban, kapas, jarum suntik

M. Ruang Poliklinik

Limbah padat medis yang dihasilkan dari ruangan ini adalah kapas,

jarum suntik, botol infuse dan lain – lain.


17

N. Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

Pengelolaan limbah harus dilakukan dengan benar dan efektif serta

memenuhi persyaratan sanitasi. Sebagai suatu yang tidak digunakan lagi,

tidak disenangi, dan harus dibuang maka sampah tentu harus dikelola dengan

baik. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh,

dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Menurut Permenkes No.7 Tahun 2019 tentang persyaratan kesehatan

lingkungan rumah sakit didalam pelaksanaan pengelolaan sampah setiap

rumah sakit harus melakukan reduksi limbah mulai dari sumber, harus

mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan

beracun, harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi (Ditjen

P2MPL, 2004:21).

Ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mengelola limbah medis

di rumah sakit, serta persyaratannya dalam pengelolaan limbah medis padat

di rumah sakit sesuai keputusan Permenkes RI No.7 Tahun 2019.

a. Pemilahan

Menurut Permenkes RI No.7 Tahun 2019 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan rumah sakit didalam pelaksanaan pengelolaan

sampah setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah mulai dari

sumber, harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang

berbahaya dan beracun, harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan

farmasi (Ditjen P2MPL, 2004:21).


18

Pemilahan limbah medis harus dimulai dari sumber yang

menghasilkan limbah.Disediakan dua tempat sampah denga pedal (sampah

medis dan non medis). Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus

dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. Limbah benda

tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan

terkontaminasi atau tidak. Wadah tersebut harus anti tusuk, anti bocor,

ringan, tahan karat, permukaan rata dan tidak mudah untuk dibuka (di

beberapa RS mempergunakan jerigen dan diisi label).Kantong plastik

diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila sampah mencapai kapasitas

2/3 dari tempat sampah. Sangat dihindari limbah ini didaur ulang, jenis

wadah dan labelnya.

Sampah yang dihasilkan dari setiap kegiatan Rumah Sakit perlu

dipilah dalam suatu tempat tertentu dengan cara yang benar,sebab bila

pemisahan sampah medis dan non medis tidak dilakukan dengan benar akan

merupakan tempat bersarangnya serangga terutama lalat dan nyamuk. Dan

menyebabkan petugas pengelola sampah bekerja lama padat saat sampah

medis diangkut karena pencampuran sampah dari Rumah Sakit. Sehingga

harus tersedia tempat penampungan sampah yang bentuk ukuran dan label

atau lambang jenis sampah yang disesuaikan dengan jenis warna dan

banyaknya sampah yang dihasilkan setiap harinya.


19

Tabel 2. 1 Jenis Wadah Dan Label Limbah Padat Medis Sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.7 Tahun 2019

No Kategori Warna
Kontainer/Kantong
Lambang Keterangan
Plastik

1. Radioaktif Merah Kantong boks


timbale degan
symbol radioaktif.

2. Sangat Kuning Kantong plastic


Infeksius kuat, anti bocor, atau
kontiner yang dapat
disterilisasi dengan
autoclave.

3. Limbah Kuning Kantong Plastik kuat


Infeksius, dan anti bocor, atau
Patologi dan container.
Anatomi

4. Sitotoksis Ungu Kontainer plastic


kuat dan anti bocor.

5. Limbah kimia Cokelat - Kantong Plastik atau


dan Farmasi container.

Sumber : Permenkes RI No.7 Tahun 2019


20

b. Penampungan Sampah

Setiap unit di rumah sakit seharusnya menyediakan tempat

penampungan sementara limbah dalam bentuk ukuran dan jenis yang

sama. Bentuk penampungan sementara sesuai dengan kebutuhan serta

kondisi ruangan. Sarana penampungan untuk limbah medis

diletakkan pada tempat aman dan hyginies. Wadah penampungan

yang di gunakan harus tidak mudah berkarat, kedap air, memiliki

tutup yang tidak rapat, mudah di bersihkan, mudah di kosongkan atau

di angkut, tidak sama. Bentuk penampungan sementara sesuai dengan

kebutuhan serta kondisi ruangan. Sarana penampungan untuk limbah

medis diletakan pada tempat aman dan hyginies. Wadah

penampunganyang di gunakan harus tidak mudah berkarat, kedap air,

memiliki tutup yang rapat, mudah di bersihkan, mudah di kosongkan

atau di angkut, tidak menimbulkan bising dan tahan terhadap benda

tajam dan runcing. Penampungan di lakukan agar limbah yang

diangkut dapat dikelola lebih lanjut atau pembuangan akhir (Chandra

2012)

Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di

lingkungannya harus membakar sampahnya selambat-lambatnya 24

jam, sedangkan bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator,

maka limbah medis padatnya harus di musnahkan melalui kerjasama

dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator
21

untuk di lakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apa bila di

simpan pada suhu ruang.

c. Pengumpulan dan Pengangkutan

Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan limbah

klinis harus didesain dengan sedemikian baik menurut Permenkes

No. 7 Tahun 2019:

a. Pemukaan harus licin,rata dan tidak tembus

b. Tidak akan menjadi sarang serangga

c. Mudah dibersihkan dan dikeringkan

d. Sampah tidak menempel pada alat angkut

e. Sampah mudah diisikan, dituang kembali

f. Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk

pengangkut. harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi

sampah lain yang di bawa

g. Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan

tidak terjadi kebocoran atau tumpah

Pengakutan memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat

dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk

memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam

incinerator khusus, harus kuat dan tidak bocor (Hapsari, 2010).


22

d. Tempat Penyimpanan sampah medis Sementara

Setiap unit di rumah sakit seharusnya menyediakan tempat

penampungan sementara limbah dalam bentuk ukuran dan jenis yang

sama. Bentuk penampungan sementara sesuai dengan kebutuhan serta

kondisi ruangan. Sarana penampungan untuk limbah medis

diletakkan pada tempat aman dan hyginies. Wadah penampungan

yang di gunakan harus tidak mudah berkarat, kedap air, memiliki

tutup yang tidak rapat, mudah di bersihkan, mudah di kosongkan atau

di angkut, tidak sama. Bentuk penampungan sementara sesuai dengan

kebutuhan serta kondisi ruangan. Sarana penampungan untuk limbah

medis diletakan pada tempat aman dan hyginies. Wadah

penampunganyang di gunakan harus tidak mudah berkarat, kedap air,

memiliki tutup yang rapat, mudah di bersihkan, mudah di kosongkan

atau di angkut, tidak menimbulkan bising dan tahan terhadap benda

tajam dan runcing. Penampungan di lakukan agar limbah yang

diangkut dapat dikelola lebih lanjut atau pembuangan akhir (Chandra

2012).

Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di

lingkungannya harus membakar sampahnya selambat-lambatnya 24

jam, sedangkan bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator,

maka limbah medis padatnya harus di musnahkan melalui kerjasama

dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai insinerator
23

untuk di lakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apa bila di

simpan pada suhu ruang.

e. Pemusnahan Sampah

Minimisasi Sampah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit

untuk mengurangi jumlah Sampah yang dihasilkan dengan cara

mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali Sampah (reuse)

dan daur ulang Sampah (recycle). Setiap rumah sakit harus

melakukan reduksi Sampah dimulai dari sumber.Setiap rumah sakit

harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang

berbahaya dan beracun.Setiap rumah sakit harus melakukan

pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.Setiap peralatan yang

digunakan dalam pengelolaan Sampah medis mulai dari

pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui

sertifikasi dari pihak yang berwenang.Pengolahan dan pemusnahan

Sampah padat non-medis harus dilakukan sesuai persyaratan

kesehatan. (Permenkes No. 7 Tahun 2019).

Adapun bentuk penanganan akhir yang pada umum dilakukan

oleh tenaga pengelola sampah padat medis dirumah sakit yaitu

sebagai berikut menurut (Permenkes No. 7 Tahun 2019)

a. Insinerator

Insenerator merupakan alat yang digunakan untuk memusnahkan

Sampah dengan membakar Sampah tersebut dalam satu tungku

pada suhu 1500-1800°F (800°c -1000°c) dan dapat mengurangi


24

Sampah 75%. Dalam penggunaan insenerator di rumah sakit,

maka beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah

ukuran, desain yang disesuaikan dengan peraturan pengendalian

pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan

jalur pengangkutan Sampah dalam kompleks rumah sakit dan

jalur pembuangan abu dan sarana gedung untuk melindungi

insenerator dari bahaya kebakaran. insenerator hanya digunakan

untuk memusnahkan Sampah medis padat atau klinis. Ukuran

insenerator disesuaikan dengan jumlah dan kualitas Sampah.

Sementara untuk memperkirakan ukuran dan kapasitas

insenerator perlu mengetahui jumlah puncak produksi Sampah.

b. Autoclave

Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan Sampah infeksius.

Sampah dipanasi dengan uap dibawah tekanan 160°C selama 120

menit.Namun dalam volume yang besar saat dipadatkan,

penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering

tidak terjadi dengan demikian tujuan autoclaving (sterilisasi)

tidak tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode

singkat akan membunuh bakteri vegetatif dan mikroorganisme

lain yang bisa membahayakan penjamah Sampah.


25

O. Kerangka Teori

1. Aktifitas Rumah Sakit


2. Pasien dan Penunggu
Pasien

Timbulan Sampah

Sampah Medis Sampah Non

Sampah Padat Sampah Cair

Studi pengolahan sampah medis padat

1. Pemilahan Sampah

2. Penampungan Sampah

3.Pengumpulan dan

pengangkutan Sampah Permenkes No.7 Tahun 2019

4. Tempat penyimpanan

sampah medis padat sementara

5. Pemusnahan Sampah medis


padat

(sumber: Audisasmito, 2009 dan Permenkes RI No.07 Tahun 2019)


Gambar 2. 1 Kerangka Teori
26

P. Kerangka Konsep

Studi pengolahan sampah medis padat

1. Pemilahan Sampah

2. Penampungan Sampah

3.Pengumpulan dan
Permenkes No.7 Tahun 2019
pengangkutan Sampah

4. Tempat penyimpanan

sampah medis padat sementara

5. Pemusnahan Sampah medis


padat

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep


27

Q. Defenisi Operasional

Tabel 2. 2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Instrumen Kriteria Skala


Objektif

1 Pemilahan Pewadahan adalah suatu cara Lembar Memenuhi Nominal


penampungan sampah sebelum Checklist Syarat,
Sampah
dikumpulkan,dipindahkan,diangkut
apabila
dan dibuang ke tempat
sesuai
pembuangan sementara dan akhir.
dengan
Permenkes
No.7 2019

Tidak
memenuhi
syarat,

apabila
tidak sesuai
dengan
Permenkes
No. 7 2019

2 Penampungan Pengumpulan adalah proses Lembar Memenuhi Nominal


sampah penanganan sampah medis padat Checklist syarat
dari nasing-masing ruangan. apabila
sesuai
dengan
Permenkes
No.7 2019
28

Tidak
memenuhi
syarat,
apabila
tidak sesuai
dengan
Permenkes
No. 7 2019

3 Pengumpulan Proses penanganan sampah dengan Kuesioner Memenuhi Nominal


dan cara mengangkut sampah medis syarat,
pengangkutan padat dari masing-masing ruangan
apabila
sampah ke tempat penyimpanan sementara.
jawaban
responden

≥ 60%

Tidak
Memenuhi
syarat

Apabila
jawaban
<60%

4 Tempat suatu tempat dimana sebagai Kuesioner Memenuhi Nominal


Penyimpanan tempat penampungan limbah yang syarat
sampah
bersifat sementara sebelum apabila
medis padat
diangkut oleh petugas kebersihan jawaban
sementara
untuk kemudian diolah dengan responden
29

menggunakan incinerator. ≥60%

Tidak
Memenuhi
syarat
apabila
jawaban
<60%

5 Pemusnahan Tahapan akhir yang paling penting Lembar Memenuhi


sampah dalam menghilangkan sampah syarat
Checklist
dengan cara pembakaran dengan apabila
menggunakan incinerator. sesuai
dengan
Permenkes
No.7 2019

Tidak
memenuhi
syarat
apabila
tidak sesuai
dengan
Permenkes
No. 7 2019
30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian

kuantitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui Pemilahan

sampah,penampungan sampah, pengumpulan dan pengangkutan sampah,

penyimpanan sampah medis padat sementara, Pemusnahan sampah medis

padat dengan studi pengelolaan sampah medis padat di RSUD I Lagaligo

Luwu Timur‖

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian telah dilakukan di RSUD I Lagaligo Luwu Timur Jl.

Sangkuruwira, Kec.Wotu Kab.Luwu Timur, dan waktu penelitian ini dimulai

pada Juni-Agustus 2022.

C. Populasi, Sampel Dan Cara Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah setiap ruangan yang menghasilkan

sampah medis padat dan petugas kebersihan yang bekerja di RSUD I

Lagaligo Luwu Timur pada tahun 2022 yaitu sebanyak 30 petugas

kebersihan.
31

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Sampel

dalam penelitian ini adalah hanya ada 4 ruangan yang diperbolehkan untuk

meneliti yaitu ruangan igd, poli bedah, poli gigi, dan laboratorium dan

Jumlah sampel responden 30 petugas kebersihan di RSUD I Lagaligo

Luwu Timur.

D. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer merupakan data penelitian yang langsung

dikumpulkan oleh peneliti. Pada Penelitian ini, data primer dikumpulkan

melalui wawancara kuesioner dan lembar checklist oleh responden.

Lembar checklist dan kuesioner digunakan untuk melihat variable yang

dianggap berhubungan dengan pengelolaan sampah. Pengumpulan data

dilakukan langsung oleh peneliti dengan melakukan pengisian lembar

checklist dan pengisian kuesioner pada petugas kesehatan selaku

responden.

2. Data Sekunder

Data penelitian diperoleh dari instansi terkait yang menyiapkan

data penunjang yang memiliki keterkaitan dengan topik, masalah dan

tujuan penelitian yang dilakukan dengan melaksanakan penelusuran pada

data yang disiapkan instansi tersebut. Sumber yang dijadikan pengambilan

data penelitian adalah RSUD I Lagaligo Luwu Timur.


32

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar

checklist.

F. Teknik Pengolahan Data Dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengolahan dan menggunakan program SPSS

selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai penjelasan.

Kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan tabel analisis

disertai penjelasan narasi.

a. Editing

Melakukan pemeriksaan data yang telah terkumpul untuk

melihat kelengkapan hasil pengisian kuesioner dan menilai apakah

memenuhi syarat untuk di ikut sertakan dalam analisis.

b. Coding

Pemberian kode pada setiap kelompok pertanyaan dalam

format kuesioner yang dilakukan penelitian yaitu dengan skor untuk

setiap jawaban kuesioner.

c. Entry Data

Melakukan atau input data mentah ke dalam komputer untuk

tahap analisis data.

d. Tabulating

Mengelompokkan data ke dalam suatu tabel yang memuat sifat

masing-masing variabel sesuai dengan tujuan penelitian.


33

2. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel yang disertai dengan iuran dan

penjelasan dari tabel tersebut.

G. Teknik Analisis Data

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi maupun grafik tiap variabel

yang diperoleh dalam penelitian baik itu variabel dependen maupun

dependen.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 4. 1 Lokasi Penelitian


Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 11

Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Dinas (UPTD), yang kemudian ditindak lanjuti Bupati Luwu Timur :

H. Andi Hatta M dalam menetapkan Kecamatan Wotu sebagai pusat

pembangunan Rumah Sakit di Kabupaten Luwu Timur yang dituangkan

melalui SK Bupati Luwu Timur No : 284 Tahun 2008 mengenai izin

pemanfaatan RSUD I Lagaligo diikuti dengan Izin Penyelenggaraan oleh

DINKES Provinsi Sulsel pada tanggal 07 november 2008 dengan No :

08633/DK-I/Yan-I/XI/2008. Dengan mengupayakan kelengkapan sarana dan

34
35

prasarana baik tenaga, sarana teknis medis maupun operasional pelayanan dan

aspek legal formal maka pada bulan desember 2008 dipimpin oleh Direktur

dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS., pelayanan RS mulai dioperasikan secara

terbatas dengan 50 tempat tidur dan 2 orang spesialis tetap. Dan pada bulan

April 2009 melalui Surat Rekomendasi DINKES Provinsi Sulsel Nomor :

03327/DK-I/YAN-1/IV/2009, RSUD I Lagaligo direkomendasikan sebagai

RS Tipe C dan pada tanggal 05 April 2010 melalui Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 445/MENKES/SK/IV/2010

menetapkan RSUD I Lagaligo sebagai Rumah Sakit Tipe C yang

ditindaklanjuti dengan PERDA Nomor 11 Tahun 2010 mengenai perubahan

struktur di RSUD I Lagaligo menjadi struktur tipe C.

Upaya untuk menciptakan mutu pelayanan yang lebih baik lagi

diupayakan melalui proses Akreditasi Rumah Sakit dimana pada tanggal 24

Februari 2010 melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor : YM.01.10/III/1057/2010 memutuskan status Akreditasi Penuh

Tingkat Dasar untuk RSUD I Lagaligo dan Prinsip-prinsip pengelolaan

Rumah Sakit yang lebih strategik terus diupayakan sebagai unit sarana publik

daerah yang terpercaya dengan ditetapkannya RSUD I La Galigo menjadi

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di tahun 2013.

2. Lokasi dan Luas lahan

Lokasi BLUD Rumah Sakit Umum Daerah I La Galigo terletak di Jl.


36

Sangkuruwira No.1 Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur dengan :

 Luas Tanah : 32.952 M2

 Luas Bangunan : 20.945 M2

3. Visi, Misi RSUD I LAGALIGO

 Visi

Menjadi Rumah Sakit rujukan dengan pelayanan profesional dan bermut

 Misi

1. Memberikan pelayanan prima

2. Peningkatan kualitas pelayanan dan professionalisme melalui

pengembangan SDM yang berkelanjutan

3. Mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana Rumah

Sakit yang berkelanjutan

 Motto

Melayani sepenuh hati

4. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan jenis kelamin

responden dibedakan menjadi 2 kategori yaitu laki-laki dan perempuan.

Distribusi responden berdasarkan jenis kelaminan dapat dilihat pada tabel

berikut:
37

Tabel 4. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin F %
Laki-laki 17 56,7
Perempuan 13 43,3
Jumlah 30 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Tabel 4.1 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin yang paling tinggi sebanyak 17 orang (56,7%) yaitu laki-laki dan

terendah perempuan sebanyak 13 orang (43,3%).

b. Umur

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan umur responden

dibedakan menjadi 3 kategori yaitu 21-30 tahun,31-40 tahun, dan 41-50

tahun. Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur


Umur F %
21-30 Tahun 9 30,0
31-40 Tahun 12 40,0
41-50 Tahun 9 30,0
Total 30 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Tabel 4.2 menunjukan bahwa umur dengan distribusi responden

terbanyak adalah pada umur 31-40 tahun sebanyak 12 orang (40,0%),

sedangkan paling sedikit pada umur 21-30 tahun dan pada umur 41-50 tahun

masing-masing sebanyak 9 orang (30,0%).

c. Pendidikan

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan status pendidikan terakhir


38

responden dibedakan menjadi 2 kategori diantaranya SMA dan Perguruan tinggi.

Distribusi responden berdasarkan status pendidikan terakhir dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 4. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan f %
SMA 29 96,7
Perguruan Tinggi 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Tabel 4.3 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan

pendidikan responden terbanyak adalah pada tingkat SMA sebanyak 29 orang

(96,7%), sedangkan paling sedikit yaitu pada tingkat pendidikan perguruan

tinggi sebanyak 1 orang (3,3%).

5. Hasil Penelitian

a. Pemilahan Sampah

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan pemilahan sampah

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


39

Tabel 4. 4 Pemilahan Sampah Medis Padat di RSUD I Lagaligo Luwu


Timur
Penilaian Ya % Tidak %
Sampah dipilah sebelum di masukan ke dalam
4 100 0 0
kantong sampah
Ada perbedaan kantong tempat pemilahan
4 100 0 0
sampah medis padat dan non medis
Memiliki tutup yang utuh dan mudah
4 100 0 0
dibuka
Sampah benda tajam harus dikumpulkan
dalam satu wadah tanpa memeperhatikan 4 100 0 0
terkontaminasi atau tidaknya
Tempat penampungan sampah diberi
4 100 0
label sesuai dengan kategori sampah

Tabel 4.4 Menunjukan diatas dapat diketahui bahwa Pemilahan Sampah

Medis di Rumah Sakit RSUD I Lagaligo Luwu Timur sudah memenuhi

syarat kesehatan dan yang sesuai dengan Permenkes No. 7 Tahun 2019 antara

lain terdapat perbedaan kantong dan sudah dipilah dan tempat sampah

memiliki tutup yang utuh dan mudah dibuka.

b. Penampungan Sampah

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan penampungan sampah dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:


40

Tabel 4. 5 Penampungan Sampah Medis Padat di RSUD I Lagaligo Luwu Timur


Penilaian Ya % Tidak %
Terdapat tempat penampungan sampah disetiap ruangan 4 100 0 0
Tempat penampungan sampah dilapisi kantong
4 100 0 0
sesuai warna berdasarkan jenis sampah
Terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat,
4 100 0 0
kuat dan kedap air
Tidak retak atau tidak bocor 4 100 0 0
Mudah dibersihkan dan dikosongkan 4 100 0 0

Tabel 4.5 Menunjukan diatas dapat diketahui bahwa penampungan sampah

medis di RSUD I Lagaligo Luwu Timur sudah memenuhi syarat kesehatan dan

yang sesuai Permenkes No. 7 Tahun 2019 antara lain sudah terdapat tempat

penampungan sampah disetiap ruangan, tempat penampungan sampah dilapisi

kantong sesuai warna berdasarkan jenis sampah, tidak mudah berkarat, kuat, kedap

air,tidak retak atau tidak bocor, mudah dibersihkan dan dikosongkan.

c. Pengumpulan Dan Pengangkutan

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan pengumpulan dan

pengangkutan sampah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Pengumpulan dan Pengangkutan sampah medis


padat di RSUD I Lagaligo
Pengumpulan dan Pengangkutan F %

Memenuhi syarat 26 86,7


Tidak memenuhi syarat 4 13,3
Jumlah 30 100,0
Sumber: Data Primer, 2022
Tabel 4.6 menunjukan diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil

penelitian pengumpulan dan pengangkutan sampah medis padat di RSUD I


41

Lagaligo Luwu Timur ada 26 responden yang dikatakan memenuhi persyaratan

berdasarkan keputusan Permenkes nomor 07 tahun 2019 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan rumah sakit dan ada 4 responden yang dikatakan tidak

memenuhi persyaratan berdasarkan keputusan Permenkes nomor 07 tahun 2019

tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

d. Penyimpanan sampah medis padat sementara

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan penyimpanan sampah

medis padat sementara dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4 .7 Penyimpanan sampah medis padat sementara


Penyimpanan sampah medis padat sementara F %

Memenuhi syarat 26 80,0


Tidak memenuhi syarat 6 20,0
Jumlah 30 100,0
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 4.7 menunjukan diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil

penelitian penyimpanan sampah medis padat sementara di RSUD I Lagaligo

Luwu Timur ada 26 responden yang dikatakan memenuhi persyaratan

berdasarkan keputusan Permenkes nomor 07 tahun 2019 tentang persyaratan

kesehatan lingkungan rumah sakit dan ada 6 responden yang dikatakan tidak

memenuhi persyaratan berdasarkan keputusan Permenkes nomor 07 tahun

2019 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

e. Pemusnahan Sampah

Hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan pemusnahan sampah


42

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 8 Pemilahan Sampah Medis Padat pada


Penilaian Ya % Tidak %

Dilakukan desinfeksi bahan kimia pada sampah infeksius 4 100 0 0

RS memiliki incinerator 4 100 0 0

Pemusnahan sampah medis padat dibakar di


4 100 0 0
incinerator
Sampah medis di buang oleh pihak ketiga yang
4 100 0 0
telah memiliki izin
Suhu incinerator diatas 1000 4 100 0 0

Tabel 4.8 Menunjukan diatas dapat diketahui bahwa Pemusnahan sampah

medis di RSUD I Lagaligo Luwu Timur sudah memenuhi syarat kesehatan antara

lain RS sudah mendesinfeksi dengan bahan kimia pada limbah infeksius dan

melakukan pembakaran sampah medis menggunakan incinerator, sampah radioaktif

ditangani sesuai peraturan yang berlaku (Permenkes nomor 07 tahun 2019 ), serta

sampah medis juga sudah di buang oleh pihak ketiga yang telah memiliki izin.

6. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Pemilahan Sampah

Pemilahan sampah medis padat adalah upaya memilah-milah sampah

medis padat berdasarkan warna kantong dan pemberian label pada wadah.

Proses pemilahan sampah medis padat menurut keputusan Permenkes No. 7

Tahun 2019 Tentang persyaratan kesehatan linkungan rumah sakit yaitu


43

dilakukan pemilahan mulai dari sumber yang menghasilkan sampah, ada

perbedaan kantong tempat pemilahan sampah medis padat dan non medis,

memiliki tutup yang utuh dan mudah dibuka,sampah benda tajam harus

dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau

tidaknya dan tempat penampungan sampah diberi label sesuai dengan kategori

sampah.

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD I Lagaligo Luwu Timur bahwa

didapatkan hasil dari 4 ruangan yaitu dilakukan pemilahan mulai dari sumbers

yang menghasilkan sampah, ada perbedaan kantong tempat pemilahan sampah

medis padat dan non medis, memiliki tutup yang utuh dan mudah dibuka,

sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya, dan tempat penampungan

sampah diberi label sesuai dengan kategori sampah dari 4 ruangan dengan

presentase 100% dan dikatakan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan

keputusan Permenkes No. 7 Tahun 2019 . Dan yang tidak menggunakan

sampah dipilah sebelum dimasukan ke dalam kantong sampah, ada perbedaan

kantong tempat pemilahan sampah medis padat dan non medis, memiliki

tutup yang utuh dan mudah dibuka, sampah benda tajam harus dikumpulkan

dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya, dan

tempat penampungan sampah diberi label sesuai dengan kategori sampah

sebanyak 0 ruangan dengan presentase 0%.

Kriteria tersebut dikatakan memenuhi syarat berdasarkan hasil


44

penelitian yang dilakukan di beberapa ruangan yaitu: seperti ruangan Poli

bedah,poli gigi,laboratorium dan ruangan IGD. Kriteria yang memenuhi

syarat yaitu: dilakukan pemilahan mulai dari sumber yang menghasilkan

sampah, ada perbedaaan kantong tempat pemilahan sampah medis dan non

medis, memiliki tutup yang utuh dan mudah dibuka dan tempat penampungan

sampah diberi label sesuai dengan kategori sampah sehingga pada saat

melakukan penelitian tidak ditemukan sampah medis padat tercampur dengan

sampah non medis.

Sedangkan sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah

tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya, kriteria ini juga

memenuhi syarat karena sampah benda tajam (spoit) dikumpulkan dalam satu

wadah yaitu safety box.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Clara

Anggia Anggun Kala tahun 2016 di Rumah sakit TNI AU dr. Dody Sarjoto.

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa diruang pasien terdapat wadah

yan seharusnya hanya boleh digunakan untuk sampah non medis akan tetapi

kenyataanya wadah tersebut juga digunakan untuk sampah medis padat dari

pasien seperti perban.

2. Penampungan sampah

Penampungan adalah upaya memindahkan sampah medis padat dari

unit penghasil sampah ketempat pengumpulan dan pengangkutan atau

ketempat pembuangan sementara dan ketempat pembuangan akhir. Proses


45

pengankutan sampah medis padat menurut keputusan Permenkes No. 7 Tahun

2019 Tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah sakit, yaitu terdapat

tempat penampungan sampah disetiap ruangan, tempat penampungan sampah

dilapisi kantong sesuai warna berdasarkan jenis sampah, terbuat dari bahan

yang tidak mudah berkarat, kuat dan kedap air, tidak retak atau tidak bocor

dan mudah dibersihkan dan dikosongkan.

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD I Lagaligo Luwu Timur bahwa

didapatkan hasil dari 4 ruangan yaitu: terdapat tempat penampungan sampah

disetiap ruangan, tempat penampungan sampah dilapisi kantong sesuai warna

berdasarkan jenis sampah, terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, kuat

dan kedap air, tidak retak atau tidak bocor dan mudah dibersihkan dan

dikosongkan dari 4 ruangan dengan presentase 100% dan dikatakan telah

memenuhi persyaratan sesuai dengan keputusan Permenkes No. 7 Tahun 2019

dan yang tidak menggunakan tempat penampungan sampah disetiap ruangan,

tempat penampungan sampah dilapisi kantong sesuai warna berdasarkan jenis

sampah, terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, kuat dan kedap air,

tidak retak atau tidak bocor dan mudah dibersihkan dan dikosongkan

sebanyak 0 ruangan dengan presentase 0%.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Aludin

pada tahun 2021 di Rumah Sakit Kota Palembang. Hasil penelitian tersebut

menunjukan bahwa sudah terdapat tempat sampah tidak mudah

berkarat,kuat,kedap air,tahan terhadap benda runcing dan tajam disetiap


46

ruangan dan kanton sesuai dengan jenisnya.

3. Pengumpulan dan pengankutan

Pengumpulan dan pengangkutan adalah prroses penanganan sampah

dengan cara mengangkut sampah medis padat dari masing-masing ruangan ke

tempat penyimpanan sementara. Proses pengumpulan dan pengangkutan

sampah medis padat diangkut dalam 2x24 jam dan pengumpulan sampah

dikemas pada tempat yang telah disediakan. Pada tahap pengumpulan sampah

padat medis yang berupa sampah infeksius, sampah farmasi, dan sampah

infeksius benda tajam dilakukan secara manual. Sampah medis tersebut

diambil dan dikumpulkan dari setiap ruangan yang menghasilkan sampah

medis yang sudah dibungkus dalam kantong plastik yang berda pada setiap

tempat sampah yang terdapat di ruangan tersebut. Sampah padat medis

diangkut setiap hari dari tempat penampungan sampah dan pengumpulan lalu

dikemas pada tempat yang telah ditentukan kemudian dibawa dengan trolly

untuk dikumpulkan diruangan penyimpanan sementara. Petugas yang

menangani sampah, harus mengunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengumpulan dan pengangkutan

sampah medis padat di RSUD I Lagaligo Luwu Timur yang memenuhi syarat

sebanyak 26 orang 86,7% dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 4 orang

atau 13,3% adapun yang tidak memenuhi syarat karena di RSUD I Lagaligo

belum terdapat jalur khusus pengangkut sampah, dan setiap penumpulan


47

sampah medis padat dari setiap ruang penghasil sampah belum menggunakan

keranjang khusus yang tertutup.

Proses pengankutan sampah medis padat harus dilakukan dengan hati-

hati, mengingat proses pengangkutan sampah medis padat mempunyai tingkat

bahaya yang cukup tinggi karena terjadi kontak langsung antar petugas denah

sampah medis, jika proses pengangkutan dilakukan sesuai dengan persyaratan

maka akan memperkecil kemungkinan terjadinya tingkat kecelakaan.

Hal in sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Mayyer

Fernando Roring pada tahun 2016 di Rumah Sakit Khusus dr. Tajuddin

Chalid Makassar. Hasil penelitian tersebut mennjukkan bahwa pengangkutan

dan penumpulan sampah tidak menunggu sampai penuh dengan petugas

kebersihan yang tidak lengkap dalam menggunakan Alat pelindung Diri

(APD).

4. Tempat Penyimpanan Sampah Medis Padat Sementara

Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) adalah upaya menyimpan

sampah medis padat sebelum dibakar incinerator selambat-lambatnya 24 jam

atau dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain

yang mempunyai incinerator. Tempat penyimpanan sementara sampah medis

padat harus berada jauh dari jangkauan masyarakat, karena tempat

penyimpanan tersebut mempunyai pathogen dan mikroorganisme yang telah

terkontaminasi dan bahan berbahaya dan beracun yang berasal dari kegiatan

pelayanan kesehatan.
48

Hasil penelitian menunjukan bahwa Tempat Penyimpanan sampah

medis padat Sementara di RSUD I Lagaligo Luwu Timur sebanyak 24 0rang

80,0% dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 6 orang 20,0% .

Pada tempat penyimpan sementara sampah medis padat memiliki

ruangan khusus dan dipisah denga limbah non medis , ruangan yang terbuat

dari beton dengan kontruksi bagunan yang kuat, memiliki ventilasi dan

ditutup. Sedangkan dalam pelaksanaanya di RSUD I Lagaligo setelah semua

sampah medis padat dari setiap ruangan /unit diangkut kemudian sampah

medis padat tersebut disimpan di belakang rumah sakit berbeda tempat

dengan sampah domestik Sampah padat tempat penyimpanan sementara

ditampung lebih dari 24 jam yang memungkinkan tidak berkembangbiaknya

vector selain itu sampah juga tidak mudah dijangkau oleh binatang.

Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Clara

Anggia Anggun Kala Tahun 2016 di Rumah Sakit TNI AU dr. Dody Sarjoto

Maros. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penyimpanan sementara

di Rumah Sakit TNI AU dr. Dody Sarjoto Maros tidak memenuhi syarat

karena tidak mempunyai penanmpungan sementara, hanya mengunakan lahan

kosong yang ada dibelakang rumah sakit sebaagai tempat dilakukan sampah

medis padat. Dikatakan tidak sejalan karena RSUD I Lagaligo melakukan

penyimpanan sampah medis khusus yang tertutup dan jauh dari jangkauan

masyarakat.
49

5. Pemusnahan Sampah

Pemusnahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi valume

atau jumlah sampah medis padat dengan cara dibakar menggunakan

incinerator atau dimusnahkan melalui kerja sama denga rumah sakit lain atau

pihak lain yang mempunyai incinerator. Menurut keputusan Permenkes No.7

Tahun 2019 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit , yaitu

dilakukan desinfeksi bahan kimia pada sampah infeksius,pemusnahan sampah

medis padat dibakar di incinerator,sampah medis di buang oleh pihak ketiga

yang telah memiliki izin , rumah sakit memiliki incinerator dan suhu

incinerator diatas 1000◦C.

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD I Lagaligo Luwu Timur bahwa

didapatkan hasil dari 4 ruangan yaitu terdapat dilakukan desinfeksi bahan

kimia pada sampah infeksius,pemusnahan sampah medis padat dibakar di

incinerator,sampah medis di buang oleh pihak ketiga yang telah memiliki izin ,

rumah sakit memiliki incinerator dan suhu incinerator diatas 1000◦C dari 4

ruangan dengan presentase 100%. Dan yang tidak melakukan desinfeksi bahan

kimia pada sampah infeksius,pemusnahan sampah medis padat tidak dibakar di

incinerator,sampah medis tidak di buang oleh pihak ketiga yang telah

memiliki izin , rumah sakit tidak memiliki incinerator dan suhu incinerator

tidak diatas 1000◦C sebanyak 0 ruangan denan presentase 0%.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Kegiatan pemilahan sampah medis padat di RSUD I Lagaligo Luwu Timur

telah memenuhi persyaratan sesuai dengan keputusan Permenkes No.7 tahun

2019 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

2. Kegiatan penampungan sampah sampah medis padat di RSUD I Lagaligo

Luwu Timur telah memenuhi persyaratan sesuai dengan keputusan Permenkes

No.7 tahun 2019 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

3. Kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah medis padat di RSUD I

Lagaligo Luwu Timur belum memenuhi persyaratan Permenkes N0.7 tahun

2019 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, adapun

petugas kebersihan yang tidak menggunakan pelindung mata.

4. Kegiatan Penyimpanan sampah medis padat Sementara (TPS) di RSUD I

Lagaligo Luwu Timur belum memenuhi persyaratan Permenkes N0.7 tahun

2019 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

50
51

5. Kegiatan Pemusnahan sampah medis padat di RSUD I Lagaligo Luwu Timur

telah memenuhi persyaratan sesuai dengan keputusan Permenkes No.7 tahun

2019 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

B. Saran

1. Saran kepada pihak Rumah Sakit:

a. Kepada pihak rumah sakit diharapkan kegiatan pemilahan, penampungan,

dan pemusnahan tetap melakukan pengawasan yang ketat agar

pengelolaan sampah medis padat itu tetap memenuhi standar sesuai

dengan Keputusan Permenkes No.7 Tahun 2019 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

b. Kepada pihak rumah sakit diharapkan khususnya pada kegiatan

pengumpulan dan pengangkutan sampah medis padat itu lebih

diperhatikan karena perlengkapan APD dari para petugas kebersihaan

masih ada yang belum lengkap dan perlu ada jalur khusus pengangkutan

sampah, dan pada kegiatan penyimpanan sampah medis padat sementara

juga lebih diperhatikan karena tempat pembuangan sampah sementara

tidak jauh dari instansi ruang rumah sakit dan juga ketersediaan air untuk

membersihkan tempat penyimpanan sampah tidak mengalir.


52

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggembangkan riset ini dengan

baik, dan dapat meneliti dengan spesifik lagi tentang studi pengelolaan

sampah medis padat di rumah sakit.


DAFTAR PUSTAKA

Mar E, Sjaaf AC, Djunawan A. Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Di


Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang Medical Waste Management Evaluation
at Sentra Medika Hospital Cikarang Health Policy and Administration
Postgraduate Program , Department Faculty of Public Health , Universitas
Indonesia Health Policy and Administration Department Faculty , of Public
Health , Universitas Indonesia Hospital Administration Program of Stikes
Yayasan Rumah Sakit Dr Soetomo * Corresponding authors email :
dhiendra27@gmail.com. 2020;105–14.
Masyarakat PK, Jambi FKMU. KABUPATEN MERANGIN Analysis Of Medical
Waste Management System Health Center Maintenance In District Of
Merangin Prodi S1 Kesehatan Masyarakat , STIKes Merangin. 2017;1(2):35–
45.
SERDANG BEDAGAI TAHUN 2017 Oleh : CAPRI SANDIKA SITOPU NIM :
P00933014006 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN RI. 2017.
Haspiannoor MH, Fauzan A, Rizal A, Masyarakat K, Masyarakat FK, Islam U, et al.
LIMBAH MEDIS PADAT INFEKSIUS DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH ULIN BANJARMASIN TAHUN 2020 ABSTRAK Lingkungan
Rumah Sakit dan Surat Sementara Limbah Bahan Berbahayan. 2020;
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABANJAHE KABUPATEN KARO TAHUN
2018 OLEH : JUNIOR HAGANTA TARIGAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES MEDAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN TAHUN
2018. 2018.
Andri T, Ramon A, Angraini W, Pratiwi BA, Sahputra H, Studi P, et al. Analisis
pengelolaan sampah medis di rumah sakit raflesia analysis of management of
medical waste in raflesia hospital. 2021;1(2).
Rumah DI, Ester S, Tahun K. MEDAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN.
2017;
Ilmiah K, Diajukan I, Salah S, Syarat S. Karya tulis ilmiah tinjauan pengelolaan
limbah padat medis di rumah sakit permata bunda tahun 2021. 2021;
Tulis K, Diajukan I, Syarat S, Menyelesaikan U. DI RUMAH SAKIT UMUM DELI
SERDANG TAHUN 2018 Pendidikan Program Studi Diploma III OLEH :
EGGO RICCO SAPUTRO SIRAIT NIM : P00933015014 KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
MEDAN. 2018. 1–48 p.
Tulis K, Ini I, Sebagai D, Satu S, Untuk S. DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI TAHUN 2019 LISDA JUNIARTA
NAINGGOLAN. 2019;
SITUMORANG M. KARYA TULIS ILMIAH PENGELOLAAN SAMPAH PADAT
MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MANNAN
SIMATUPANG KISARAN KABUPATEN ASAHAN TAHUN 2021.
Ismail A. Karya Tulis Ilmiah Bagaimana Gambaran Penanganan Limbah Medis Padat
di Rumah Sakit Umum Daerah Tahun 2020.
Oktania dwi dumadi. Bagaimana sistem pengelolaan sampah medis padat di

Puskesmas Di Kota Padang tahun 2019.


L
A
M
P
I
R
A
N
KUESIONER PENELITIAN
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT DI RSUD I
LAGALIGO LUWU TIMUR

Data Umum :
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :
A. Pertanyaan Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Medis Padat
1. Apakah Bapak/Ibu mengangkut sampah medis padat 2 kali dalam satu hari?

a. Ya b. Tidak

2.Apakah kereta pengumpulan sampah medis padat dan non medis


dipisahkan Bapak/Ibu?

a. Ya b. Tidak

3.Apakah di RS terdapat jalur khusus pengakut sampah Bapak/Ibu?

a. Ya b. Tidak
4. Apakah Pengumpulan sampah medis padat dari setiap ruang
penghasil sampah menggunakan keranjang khusus yang tertutup
Bapak/ibu?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah pengumpulan sampah dilakukan berdasarkan jenis


sampahnya Bapak/Ibu?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah Bapak/Ibu saat mengumpulkan sampah tercecer atau


berserahkan?
a. Ya b. Tidak

7.Apakah Bapak/Ibu setelah selesai pengumpulan sampah tersebut


langsung diangkat ke tempat penyimpanan sementara?

a. Ya b. Tidak

8.Apakah Bapak/Ibu tempat penampungan sampah mudah dibersihkan


dan dikosongkan?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah tersedia kereta pengangkut sampah dengan permukaan bagian


bawahnya rata dan kedap air Bapak/Ibu?

a. Ya b. Tidak

10.Apakah Bapak/Ibu tempat penampungan sampah tidak menjadi sarang


serangga?

a. Ya b. Tidak

B. Pertanyaan Penyimpanan Sampah Medis Padat Sementara

1.Apakah RS mempunyai tempat pembuangan sampah sementara


Bapak/Ibu?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah tempat pembuangan sampah sementara jauh dari instansi

ruang RS Bapak/Ibu?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah sampah diangkut ke tempat pembuangan sementara

Bapak/Ibu?
a. Ya b. Tidak

4.Apakah sampah diangkut ke tempat penyimpanan sementara sebanyak

24 jam sekali Bapak/Ibu?

a. Ya b. Tidak

5.Apakah tersedia keran air untuk membersihkan tempat penyimpanan

Sampah Bapak/ibu?

a. Ya b. Tidak

6.Apakah sampah yang akan dibuang ke tempat penyimpanan

sementara Bapak/Ibu dikemas dalam kantong plastik?

a. Ya b. Tidak

7.Apakah tersedia bangunan untuk penyimpanan sampah sementara

Bapak/Ibu?

a. Ya b.Tidak

8.Apakah Bapak/Ibu tempat penyimpanan memiliki lantai yang kedap,

berlantai beton atau semen?

a. Ya b.Tidak

9.Apakah Penyimpanan sesuai iklim tropis, maksimal pada musim hujan

48 jam dan musim kemarau maksimal 24 jam Bapak/Ibu?

a. Ya b.Tidak

10.Apakah tempat penyimpanan sampah semantara didesinfeksi setelah

dikosongkan Bapak/Ibu?

a. Ya b.Tidak
LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADAT DI RSUD
I LAGALIGO LUWU TIMUR

Keterangan
Tidak
VARIABEL & ITEM YANG DI TELITI Memenuhi
No memenuhi
syarat
syarat
A PEMILAHAN
1 Sampah dipilah sebelum di masukan ke dalam
kantong sampah
2 Ada perbedaan kantong tempat pemilahan
sampah medis padat dan non medis
3 Memiliki tutup yang utuh dan mudah dibuka
4 Sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam
satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi
atau tidaknya
5 Tempat penampungan sampah diberi label sesuai
dengan kategori sampah

B PENAMPUNGAN
1 Terdapat tempat penampungan sampah disetiap
ruangan
2 Tempat penampungan sampah dilapisi kantong
sesuai warna berdasarkan jenis sampah
3 Terbuat dari bahan yang tidak mudah
berkarat,kuat dan kedap air
4 Tidak retak atau tidak bocor
5 Mudah dibersihkan dan dikosongkan
C PEMUSNAHAN
1 Dilakukan desinfeksi bahan kimia pada sampah
infeksius
2 RS memiliki incenerator
3 Pemusnahan sampah medis padat dibakar di
incenerator
4 Sampah medis di buang oleh pihak ketiga yang
telah memiliki izin
5 Suhu incinerator diatas 1000
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 7 TAHUN 2019
TENTANG
KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit perlu ditetapkan standar
baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan;
b. bahwa untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan serta melindungi petugas kesehatan, pasien, pengunjung
termasuk masyarakat di sekitar rumah sakit dariberbagai macam penyakit
dan/atau gangguan kesehatan yang timbul akibat faktor resiko lingkungan
perlu diselenggarakan kesehatan lingkungan rumah sakit;
c. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:1204/MENKES/SK/X/2004
tentang PersyaratanKesehatan Lingkungan
Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan industri, serta kebutuhan hukum;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentangPengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617);
6. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT.

Pasal 1
Pengaturan kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk:
a. mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah sakit baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, radioaktivitas maupun sosial;
b. melindungi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit dari faktor risiko lingkungan; dan
c. mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan.

Pasal 2

(1) Kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah sakit ditentukan melalui pencapaian
atau pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan.
(2) Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan rumah sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada media lingkungan yang
meliputi:
a. air;

b. udara;

c. tanah;

d. pangan;

e. sarana dan bangunan; dan

f. vektor dan binatang pembawa penyakit.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 3

(1) Dalam rangka pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan rumah sakit dilakukan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
(2) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui upaya penyehatan, pengamanan dan
pengendalian.
(3) Penyehatan dilakukan terhadap media lingkungan berupa air, udara, tanah,
pangan serta sarana dan bangunan.
(4) Pengamanan dilakukan terhadap limbah dan radiasi.

(5) Pengendalian dilakukan terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit.


(6) Selain upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) sampai dengan ayat (5), dalam penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit dilakukan upaya pengawasan.
(7) Upaya pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan terhadap:
a. linen (laundry);
b. proses dekontaminasi; dan

c. kegiatan konstruksi atau renovasi bangunan rumah sakit.


(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah
sakit tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak tepisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

(1) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (1) jugadilakukan untuk mendukung penyelenggaraan
rumahsakit ramah lingkungan.
(2) Penyelenggaraan rumah sakit ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. menyusun kebijakan tentang rumah sakit ramahlingkungan;
b. pembentukan tim rumah sakit ramah lingkungan;

c. pengembangan tapak/lahan rumah sakit;

d. penghematan energi listrik;

e. penghematan dan konservasi air;

f. penyehatan kualitas udara dalam ruang;

g. manajemen lingkungan gedung;

h. pengurangan limbah;

i. pendidikan ramah lingkungan;

j. penyelenggaraan kebersihan ramah lingkungan; dan

k. pengadaan material ramah lingkungan.

Pasal 5
Untuk mendukung penyelenggaraan kesehatan lingkunganrumah sakit diperlukan:
a. kebijakan tertulis dan komitmen pimpinan rumah sakit;
b. perencanaan dan organisasi;

c. sumber daya;

d. pelatihan kesehatan lingkungan;

e. pencatatan dan pelaporan; dan

f. penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit.

Pasal 6
Kebijakan tertulis dan komitmen pimpinan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dimaksudkan
sebagai bentuk dukungan dalam penyelenggaraan kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit, penyediaan sumber daya
yang diperlukan serta kesediaan menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7
Perencanaan dan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan, dan
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Pasal 8

(1) Sumber daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5huruf c meliputi:


a. tenaga kesehatan lingkungan; dan
b. peralatan kesehatan lingkungan;

(2) Tenaga kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a


harus memenuhi kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Peralatan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b
paling sedikit meliputi:
a. alat ukur suhu ruangan;
b. alat ukur suhu air;

c. alat ukur kelembaban ruangan;

d. alat ukur kebisingan;

e. alat ukur pencahayaan ruangan;

f. alat ukur swapantau kualitas air bersih;

g. alat ukur swapantau kualitas air limbah; dan

h. alat ukur kepadatan vektor pembawa penyakit.

Pasal 9

(1) Pelatihan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 5 huruf d


harus sesuai dengan standar kurikulum di bidang kesehatan lingkungan yang
diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau lembaga pelatihan yang terakreditasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 10

(1) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e dilakukan
terhadap penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit termasuk hasil
inspeksi kesehatan lingkungan.
(2) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dilakukan oleh unit
kerja yang bertanggung jawab dibidang kesehatan lingkungan rumah sakit.
(3) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud padaayat (1) sesuai dengan
formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud padaayat (1) disampaikan
kepada direktur atau kepala rumah sakit dan ditindaklanjuti dengan mekanisme
pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

(1) Penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal
5 huruf f dilakukan secara internal dan eksternal.
(2) Penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sesuai denganformulir penilaian sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit secara eksternal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terintegrasi dengan akreditasi rumah sakit dan penilaian
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-
undangan.

Pasal 12

(1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit


dilakukan oleh Menteri, kepaladinas kesehatan daerah provinsi, dan kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, serta institusi terkait sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
(2) Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat melibatkan organisasi atau asosiasi terkait.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. bimbingan teknis; dan

c. monitoring dan evaluasi.

(4) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri, kepala dinas kesehatan daerah
provinsi, kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sesuai kewenangan
masing-masing dapat memberikan sanksi administratif berupa teguran lisan atau
teguran tertulis kepada rumah sakit yang tidak menyelenggarakan kesehatan
(5) lingkungan rumah sakit.

Pasal 13
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh rumah sakit harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.

Pasal 14
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 15
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 19 Februari 2019

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Maret 2019

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI


MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 296


LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2019TENTANG
KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

1. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah


Penyelenggaraan Pengamanan Limbah di rumah sakit meliputi pengamanan terhadap limbah padat domestik, limbah
bahanberbahaya dan beracun (B3), limbah cair, dan limbah gas.
a. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Padat Domestik Pengamanan limbah padat
domestik adalah upaya penangananlimbah padat domestik di rumah sakit yang
memenuhi standaruntuk mengurangi risiko gangguan kesehatan, kenyamanan dan
keindahan yang ditimbulkan. Untuk menjamin pengelolaanlimbah padat
domestik dapat dilaksanakan sesuai dengan
tahapan penyelenggaraan sebagai berikut:
1) Tahapan penanganan limbah rumah tangga, dilakukan dengancara:
a) Tahap Pewadahan

 Melakukan upaya pewadahan yang berbeda antara limbah organik dan an


organik mulai di ruangan sumber.
 Menyediakan tong sampah dengan jumlah dan volume yang memadai pada
setiap ruangan yang terdapat aktivitas pasien, pengunjung dan karyawan.
 Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 1 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit dan binatang pembawa
penyakit.
 Penempatan tong sampah harus dilokasi yang aman dan strategis baik di
ruangan indoor, semi indoor dan lingkungan outdoor, dengan jumlah dan jarak
penempatan yang memadai. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap
kamar atau sesuai dengan kebutuhan. Upayakan di area umum tersedia tong
sampah terpilah oganik dan an organik.
 Tong sampah dilakukan program pembersihan menggunakan air dan
desinfektan secara regular.
 Tong sampah yang sudah rusak dan tidak berfungsi,harus diganti dengan tong
sampah yang memenuhi persyaratan.
b) Tahap Pengangkutan

 Limbah padat domestik di ruangan sumber dilakukan pengangkutan ke


Tempat Penyimpanan Sementara secara periodik menggunakan troli khusus
dan kondisi limbah rumah tangga masih tetap terbungkus kantong plastik
hitam.
 Pengangkutan dilakukan pada jam tidak sibuk pagi dan sore dan tidak
melalui jalur/koridor yang padatpasien, pengunjung rumah sakit.
 Troli pengangkut sampah harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan
tidak berkarat permukaannya mudah dibersihkan, serta dilengkapi penutup
serta ditempel tulisan ―troli pengangkut sampah rumah tangga/domestik‖.
 Penentuan jalur pengangkutan sampah domestik ke Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) Limbah tidak melalui ruangan pelayanan atau ruang kerja
yangpadat dengan pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit.
 Apabila pengangkutan sampah domestik ke TPSmelalui jalan terbuka, maka
pada saat terjadi hujan tidak dipaksakan dilakukan pengangkutan ke TPS.
c) Tahap Penyimpanan di TPS

 Waktu tinggal limbah dometik dalam TPS tidak boleh lebih dari 2 x 24 jam
 limbah padat domestik yang telah di tempatkan di TPS dipastikan tetap
terbungkus kantong plastik warna hitam dan dilarang dilakukan
pembongkaran isinya.
 Penanganan akhir limbah rumah tangga dapat dilakukan dengan pengangkutan
keluar menggunakan truk sampah milik rumah sakit atau bekerja sama dengan
pihak luar. Penanganan dapat juga dilakukan
dengan pemusnahan menggunakan insinerator yang dimiliki rumah sakit.
2) Upaya pemilahan dan pengurangan, dilakukan dengan cara :
a) Pemilahan dilaksanakan dengan memisahkan jenis limbah organik dan limbah
anorganik serta limbah yang bernilaiekonomis yang dapat digunakan atau diolah
kembali, seperti wadah/kemasan bekas berbahan kardus, kertas, plastik dan lainnya
dan dipastikan tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun
b) Pemilahan dilakukan dari awal dengan menyediakan tong sampah yang berbeda
sesuai dengan jenisnya dan dilapisi kantong plastik warna bening/putih untuk limbah
daur ulang di ruangan sumber.
c) Dilakukan pencatatan volume untuk jenis sampah organik dan anorganik, sampah
yang akan didaur ulang atau digunakan kembali.
d) Sampah yang bernilai ekonomis dikirim ke TPS terpisah dari sampah organik
maupun anorganik
e) Dilarang melakukan pengumpulan limbah yang dapat dimanfaatkan atau diolah
kembali hanya untuk keperluan sebagai bahan baku atau kemasan pemalsuan
produk barang tertentu oleh pihak luar.
f) Untuk limbah Padat domestik yang termasuk kategori limbah B3, maka harus
dipisahkan dan dilakukan penanganan sesuai dengan persyaratan penanganan limbah
B3.
3) Upaya penyediaan fasilitas penanganan limbah padat domestik, dilakukan dengan cara :
a) Fasilitas penanganan limbah padat domestik yang utama meliputi tong sampah, kereta
pengangkutan, TPS khusus limbah padat domestik dan fasilitas pengangkutan atau
pemusnahan limbah dan fasilitas lainnya.
b) Penyediaan fasilitas tong dan kereta angkut sampah:
 Jenis tong sampah dibedakan berdasarkan jenis limbah padat domestik.
Pembedaan tong sampah dapat menggunakan perbedaan warna tong sampah,
menempel tulisan/kode/simbol atau gambar dibagian
tutup atau di dinding luar badan tong sampah atau di dinding ruangan dimana tong sampah diletakkan.
 Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, dilengkapi
penutup dan rapat serangga.
 Jumlah dan volume setiap tong sampah dan kereta angkut yang disediakan
harus memadai dan sesuai dengan mempertimbangkan volume produksi
limbah yang dihasilkan di ruangan/area sumber sampah.
 Sistem buka-tutup penutup tong sampahmenggunakan pedal kaki.
c) Penyediaan TPS limbah padat domestik memenuhi:

 Lokasi TPS limbah padat domestik tempatkan di area service (services area)
dan jauh dari kegiatan pelayanan perawatan inap, rawat jalan, Instalasi Gawat
Darurat, kamar operasi, dapur gizi, kantin, laundry dan ruangan penting
lainnya.
 TPS dapat didesain dengan bentuk bangunan dengan ruang tertutup dan semi
terbuka, dengan dilengkapi penutup atap yang kedap air hujan, ventilasi
dansirkulasi udara yang cukup serta penerangan yang memadai serta dapat
ditempati kontainer sampah.
 TPS dibangun dengan dinding dan lantai dari bahan yang kuat, kedap air,
mudah dibersihkan.
 TPS dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.

 TPS dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:

 Papan nama TPS limbah padat domestik.

 Keran air dengan tekanan cukup untuk pembersihanarea TPS.


 Wastafel dengan air mengalir yang dilengkapi sabun tangan dan atau hand
rub serta bahan pengering tangan/tissue.
 Tanda larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan.
 Lantai dilengkapi tanggul agar air bekas pembersihan atau air lindi tidak
keluar area TPS dan dilengkapi
lobang saluran menuju bak kontrol atau Unit Pengolahan Air Limbah.
 Fasilitas proteksi kebakaran seperti tabung pemadam api dan alarm kebakaran
serta simbol atau petunjuklarangan membakar, larangan merokok dan larangan
masuk bagi yang tidak berkepentingan.
 Dilengkapi dengan pagar pengaman area TPS, setinggi minimal 2 meter.
 Dilengkapi dengan kotak P3K dan tempat APD.

4) Upaya penanganan vektor dan binatang pembawa penyakit limbah padat domestik
a) Bila kepadatan lalat di sekitar tempat/wadah atau keretaangkut limbah padat rumah
tangga melebihi 8 ekor/fly grill (100 X 100 cm) dalam pengukuran 30 menit,
perlu dilakukan pengendalian lalat.
b) Bila di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) kepadatanlalat melebihi 8 ekor/fly
grill (100 X 100 cm) dalampengukuran 30 menitatau angka kepadatan kecoa
(Indeks kecoa) yang diukur maksimal 2 ekor/plate dalam pengukuran 24 jam atau
tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendalian.
c) Pengendalian lalat dan kecoa di tempat/wadah dan kereta angkut serta tempat
penyimpanan sementara limbah padat domestik dilaksanakan dengan prioritas pada
upaya sebagai berikut:
 Upaya kebersihan lingkungan dan kebersihan fisik termasuk desinfeksi
tempat/wadah, kereta angkut dan TPS.
 Melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan.

 Pengendalian mekanik dan pengendalian perangkap


(fly trap).

 Menyediakan bahan pestisida ramah lingkungan danalat semprot bertekanan


serta dilakukan penyemprotan bila kepadatan lalat memenuhi ketentuan
sebagai upaya pengendalian terakhir.
d) Pengendalian binatang penganggu seperti kucing dan anjing di TPS dilakukan
dengan memasang fasilitas proteksi TPS
berupa pagar dengan kisi rapat dan menutup rapat bakatau wadah sampah yang ada dalam TPS.

b. Penyelenggaraan Pengamanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Limbah


B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat menyebabkan gangguan
perlindungan kesehatan dan atau risiko pencemaran terhadaplingkungan hidup. Mengingat besarnya
dampak negatif limbah B3 yangditimbulkan, maka penanganan limbah B3 harus dilaksanakan secara
tepat, mulai dari tahap pewadahan, tahap pengangkutan, tahap
penyimpanan sementara sampai dengan tahap pengolahan.
Jenis limbah B3 yang dihasilkan di rumah sakit meliputi limbah medis, baterai bekas, obat dan bahan farmasi
kadaluwarsa, oli bekas, saringan oli bekas, lampu bekas, baterai, cairan fixer dan developer, wadah cat bekas (untuk cat
yg mengandung zat toksik), wadah bekas bahan kimia, catridge printer bekas, film rontgen bekas, motherboard komputer
bekas, dan lainnya.
Penanganan limbah B3 rumah sakit dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Prinsip
pengelolaan limbah B3 rumah sakit, dilakukan upaya sebagai berikut:
1) Identifikasi jenis limbah B3 dilakukan dengan cara:
a) Identifikasi dilakukan oleh unit kerja kesehatan lingkungan dengan melibatkan unit
penghasil limbah di rumah sakit.
b) Limbah B3 yang diidentifkasi meliputi jenis limbah, karakteristik, sumber, volume yang
dihasilkan, cara pewadahan, cara pengangkutan dan cara penyimpanan serta cara
pengolahan.
c) Hasil pelaksanaan identifikasi dilakukan pendokumentasian.

2) Tahapan penanganan pewadahan dan pengangkutan limbah B3 diruangan sumber, dilakukan


dengan cara:
a) Tahapan penanganan limbah B3 harus dilengkapi dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO) dan dilakukan pemutakhiran secara berkala dan berkesinambungan.
b) SPO penanganan limbah B3 disosialisasikan kepada kepala dan staf unit kerja yang terkait
dengan limbah B3 di rumah sakit.
c) Khusus untuk limbah B3 tumpahan dilantai atau dipermukaan lain di ruangan seperti
tumpahan darah dan cairan tubuh, tumpahan cairan bahan kimia berbahaya, tumpahan cairan
mercury dari alat kesehatan dan tumpahan sitotoksik harus dibersihkan menggunakan perangkat alat pembersih (spill kit)
atau dengan alat dan metode pembersihan lain yang memenuhi syarat. Hasil pembersihan limbah B3 tersebut ditempatkan
pada wadah khusus dan penanganan selanjutnya diperlakukan sebagai limbah B3, serta dilakukan pencatatan dan
pelaporan kepada unit kerja terkait di rumah sakit.
d) Perangkat alat pembersih (spill kit) atau alat metode pembersih lain untuk limbah B3 harus
selalu disiapkan di ruangan sumber dan dilengkapi cara penggunaan dan data keamanan
bahan (MSDS).
e) Pewadahan limbah B3 diruangan sumber sebelum dibawa ke TPS Limbah B3 harus
ditempatkan pada tempat/wadah khusus yang kuat dan anti karat dan kedap air, terbuat dari
bahan yang mudah dibersihkan, dilengkapi penutup, dilengkapi dengan simbol B3, dan
diletakkan pada tempat yang jauh dari jangkauan orang umum.
f) Limbah B3 di ruangan sumber yang diserahkan atau diambil petugas limbah B3 rumah sakit
untuk dibawa ke TPS limbah B3, harus dilengkapi dengan berita acara penyerahan, yang
minimal berisi hari dan tanggal penyerahan, asal limbah (lokasi sumber), jenis limbah B3,
bentuk limbah B3, volume limbah B3 dan cara pewadahan/pengemasan limbah B3.
g) Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS limbah B3 harus menggunakan
kereta angkut khusus berbahan kedap air, mudah dibersihkan, dilengkapi penutup, tahan
karat dan bocor. Pengangkutan limbah tersebut menggunakan jalur (jalan) khusus yang jauh
dari kepadatan orang di ruangan rumah sakit.
h) Pengangkutan limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS dilakukan oleh petugas yang sudah
mendapatkan pelatihan penanganan limbah B3 dan petugas harus menggunakan pakaian
dan alat pelindung diri yang memadai.
3) Pengurangan dan pemilahan limbah B3 dilakukan dengan cara:

a) Upaya pengurangan dan pemilahan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan dapat
dilakukan pemutakhiran secara berkala dan berkesinambungan.
b) Pengurangan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan dengan cara antara lain:
 Menghindari penggunaan material yang mengandung Bahan Berbahaya dan
Beracun apabila terdapat pilihan yang lain.
 Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap
lingkungan.
 Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahankimia dan bahan farmasi
untuk menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa, contohnya
menerapkan prinsip first in first out (FIFO) atau first expired first out (FEFO).
 Melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.
4) Bangunan TPS di rumah sakit harus memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5) Pemilahan limbah B3 di rumah sakit, dilakukan di TPS limbah B3dengan cara antara lain:
a) Memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau karakteristik Limbah B3.
b) Mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3. Wadah Limbah B3 dilengkapi dengan
palet.
6) Penyimpanan sementara limbah B3 dilakukan dengan cara:

a) Cara penyimpanan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan dapat dilakukan
pemutakhiran/revisi bila diperlukan.
b) Penyimpanan sementara limbah B3 dirumah sakit harus ditempatkan di TPS Limbah B3
sebelum dilakukan pengangkutan, pengolahan dan atau penimbunan limbah B3.
c) Penyimpanan limbah B3 menggunakan
wadah/tempat/kontainer limbah B3 dengan desain dan bahan sesuai kelompok atau
karakteristik limbah B3.
d) Penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah sesuai karakteristik
Limbah B3. Warna kemasan dan/atau wadah limbah B3 tersebut adalah:
 Merah, untuk limbah radioaktif;

 Kuning, untuk limbah infeksius dan limbah patologis;


 Ungu, untuk limbah sitotoksik; dan

 Cokelat, untuk limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan,
dan limbah farmasi.
e) Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah B3
sesuai karakteristik Limbah B3. Simbol pada kemasan dan/atau wadah Limbah B3 tersebut
adalah:
 Radioaktif, untuk Limbah radioaktif;

 Infeksius, untuk Limbah infeksius; dan

 Sitotoksik, untuk Limbah sitotoksik.

 Toksik/flammable/campuran/sesuai dengan bahayanya


untuk limbah bahan kimia.
7) Lamanya penyimpanan limbah B3 untuk jenis limbah dengan karakteristik infeksius, benda
tajam dan patologis di rumah sakit sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan
Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam harus disimpan pada TPS dengan
suhu lebih kecil atau sama dengan
0 oC (nol derajat celsius) dalam waktu sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari.
b) Limbah medis kategori infeksius, patologis, benda tajam dapat disimpan pada TPS dengan
suhu 3 sampai dengan 8 oC(delapan derajat celsius) dalam waktu sampai dengan 7
(tujuh) hari.
Sedang untuk limbah B3 bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan
medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi, dan tabung gas atau kontainer bertekanan, dapat disimpan di
tempat penyimpanan Limbah B3 dengan ketentuan paling lama sebagai berikut :
a) 90 (sembilan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari atau lebih; atau
b) 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg
(lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3 kategori 1, sejak Limbah B3 dihasilkan.
8) Pengangkutan limbah B3 dilakukan dengan cara:

a) Pengangkutan limbah B3 keluar rumah sakit dilaksanakan apabila tahap pengolahan limbah B3
diserahkan kepada pihak pengolah atau penimbun limbah B3 dengan pengangkutan
menggunakan jasa pengangkutan limbah B3 (transporter limbah B3).
b) Cara pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan dapat dilakukan pemutakhiran
secara berkala dan berkesinambungan.
c) Pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian kerjasama secara three parted
yang ditandatangani oleh pimpinan dari pihak rumah sakit, pihak pengangkut limbah B3 dan
pengolah atau penimbun limbah B3.
d) Rumah sakit harus memastikan bahwa:

 Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3 memiliki perizinan yang
lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin yang dimiliki oleh
pengolahmaupun pengangkut harus sesuai dengan jenis limbah yang dapat diolah/diangkut.
 Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut limbah B3 yang digunakan
pihak pengangkut limbah B3 harus sesuai dengan yang tercantum dalam perizinan
pengangkutanlimbah B3 yang dimiliki.
 Setiap pengiriman limbah B3 dari rumah sakit ke pihak pengolah atau penimbun, harus
disertakan manifest limbah B3 yang ditandatangani dan stempel oleh pihak rumah sakit,
pihak pengangkut dan pihak pengolah/penimbun limbah B3 dan diarsip oleh pihak
rumah sakit.
 Ditetapkan jadwal tetap pengangkutan limbah B3 oleh pihak pengangkut limbah B3.
 Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai,dilengkapi simbol limbah B3
dan nama pihakpengangkut limbah B3.
9) Pengolahan limbah B3 memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Pengolahan limbah B3 di rumah sakit dapat dilaksanakan secarainternal dan eksternal:


Pengolahan secara internal dilakukan di lingkungan rumah sakitdengan menggunakan alat insinerator atau alat
pengolah limbah B3
lainnya yang disediakan sendiri oleh pihak rumah sakit (on-site), seperti autoclave, microwave, penguburan,
enkapsulasi, inertisiasi yang mendapatkan izin operasional dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pengolahan secara eksternal dilakukan melalui kerja sama dengan pihak pengolah atau penimbun
limbah B3 yang telah memiliki ijin. Pengolahan limbah B3 secara internal dan eksternal dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b) Rumah sakit yang melakukan pengolahan limbah B3 secara internal dengan insinerator, harus
memiliki spesifikasi alat pengolah yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1) Kapasitas sesuai dengan volume limbah B3 yang akan diolah
2) Memiliki 2 (dua) ruang bakar dengan ketentuan:

 Ruang bakar 1 memiliki suhu bakar sekurang-kurangnya 800 oC


 Ruang bakar 2 memiliki suhu bakar sekurang-kurangnya

1.000 oC untuk waktu tinggal 2 (dua) detik

3) Tinggi cerobong minimal 14 meter dari permukaan tanah dan dilengkapi dengan lubang
pengambilan sampel emisi.
4) Dilengkapi dengan alat pengendalian pencemaran udara.

5) Tidak diperkenankan membakar limbah B3 radioaktif; limbah B3 dengan karakteristik


mudah meledak; dan atau limbah B3merkuri atau logam berat lainnya.
c) Pengolahan Limbah B3 di rumah sakit sebaiknya menggunakan teknologi non-insinerasi yang
ramah lingkungan seperti autoclave dengan pencacah limbah, disinfeksi dan sterilisasi,
penguburan sesuai dengan jenis dan persyaratan.
d) Pemilihan alat pengolah limbah B3 sebaiknya menggunakan teknologi non-insinerasi seperti
autoclave dengan pencacah limbah, karena dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan
teknologi insinerasi, yakni tidak menghasilkan limbah gas (emisi).
e) Tata laksana pengolahan limbah B3 pelayanan medis dan penunjang medis di rumah sakit
berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut:
(1) Limbah lnfeksius dan Benda Tajam
 Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari
laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti
dalam autoclave sebelum dilakukan pengolahan.

 Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan dapat diolah
bersama dengan limbah infeksius lainnya.
 Apabila pengolahan menggunakan insinerasi, maka residu abu yang dihasilkan
diperlakukan sebagai limbah B3,namun dapat dibuang ke sanitary landfill setelah
melalui proses solidifikasi.
(2) Limbah Farmasi
Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit
dan tidak memungkinkan dikembalikan, dapat dimusnahkan menggunakan insinerator atau diolah ke perusahaan
pengolahan limbah B3.
(3) Limbah Sitotoksis
 Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan dilarang dibuang dengan cara penimbunan
(landfill) atau dibuang ke saluran limbah umum.
 Pengolahan dilaksanakan dengan cara dikembalikan keperusahaan atau
distributornya, atau dilakukan pengolahan dengan insinerasi. Bahan yang belum
dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan
kedistributor.
 Insinerasi pada suhu tinggi 1.000 oC s/d 1.200 °C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat
menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
(4) Limbah Bahan Kimiawi

 Pengolahan limbah kimia biasa dalam jumlah kecil maupun besar harus diolah ke
perusahaan pengolahan limbah B3apabila rumah sakit tidak memiliki kemampuan
dalam mengolah limbah kimia ini.
 Limbah kimia dalam bentuk cair harus di tampung dalam kontainer yang kuat,
terbuat dari bahan yang mampumemproteksi efek dari karakteristik atau sifat
limbah bahan kimia tersebut.
 Bahan kimia dalam bentuk cair sebaiknya tidak dibuang ke jaringan pipa pembuangan
air limbah, karena sifat toksiknya dapat mengganggu proses biologi dalam unit
pengolah air limbah (IPAL)
 Untuk limbah bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida yang
mengandung klorin atau florin tidak boleh diolah dalam mesin insinerator, kecuali
insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.
 Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia tersebut ke distributornya.
an limbah kimia:
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangan
 Limbah kimia yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk menghindari
reaksi kimia yang tidak diinginkan.
 Limbah kimia dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun di atas tanah karena dapat
mencemari air tanah.
 Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar ditempatkan dalam kontainer yang
kuat karena sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.
(5) Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi

 Limbah dengan kandungan merkuri atau kadmium dilarang diolah di mesin


insinerator, karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun.
 Cara pengolahan yang dapat dilakukan adalah menyerahkan ke perusahaan
pengolahan limbah B3. Sebelum dibuang, maka limbah disimpan sementara di
TPS Limbah B3 dan diawasi secara ketat.
(6) Kontainer Bertekanan

(a) Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah
dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam
bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebagai limbah B3.
(b) Limbah jenis ini dilarang dilakukan pengolahan dengan mesin insinerasi karena
dapat meledak.
(c) Hal yang harus diperhatikan terkait limbah kontainer bertekanan adalah:
 Kontainer yang masih utuh, harus dikembalikan kepenjual/distributornya,
meliputi :
- Tabung atau silinder nitrogen oksida yangbiasanya disatukan dengan
peralatan anestesi.
Tabung atau silinder etilinoksida yang biasanya disatukan dengan peralatan sterilisasi
(7) Limbah Radioaktif
 Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuka untuk
keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang
terlatih khusus di bidang radiasi.
 Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaianbahan radioaktif yang
aman dan melakukan pencatatan.
 Petugas proteksi radiasi secara rutin mengukur dan melakukan pencatatan
dosis radiasi limbah radioaktif (limbah radioaktif sumber terbuka). Setelah
memenuhi batas aman (waktu paruh minimal), diperlakukan sebagai limbah medis
 Memiliki instrumen kalibrasi yang tepat untuk monitoring dosis dan kontaminasi.
Sistem pencatatan yang ketat akan menjamin keakuratan dalam melacak limbah
radioaktif dalam pengiriman maupun pengolahannya.
 Penanganan limbah radioaktif dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
f) Pengolahan secara eksternal dilakukan melalui kerja sama dengan pihak pengolah atau penimbun limbah
B3 yang telah memiliki ijin.
Rumah Sakit (penghasil) wajib bekerja sama dengan tiga pihak yakni pengolah dan pengangkut yang dilakukan secara
terintegrasi dengan pengangkut yang dituangkan dalam satu nota kesepakatan antara rumah sakit, pengolah, dan
pengangkut. Nota kesepakatan memuat tentang hal- hal yang wajib dilaksanakan dan sangsi bila kesepakatan tersebut
tidak dilaksanakan sekurang-kurangnya memuat tentang:
(1) Frekuensi pengangkutan

(2) Lokasi pengambilan limbah padat

(3) Jenis limbah yang diserahkan kepada pihak pengolah, sehingga perlu dipastikan jenis Limbah yang
dapat diolah oleh pengolah sesuai izin yang dimiliki.
(4) Pihak pengolah dan pengangkut mencantumkan nomor dan waktukadaluarsa izinnya.
(5) Pihak pengangkut mencantumkan nomor izin, nomor polisi kendaraan yang akan digunakan oleh
pengangkut, dapat dicantumkan lebih dari 1 (satu) kendaraan.
(6) Besaran biaya yang dibebankan kepada rumah sakit.

(7) Sangsi bila salah satu pihak tidak memenuhi kesepakatan.

(8) Langkah-langkah pengecualian bila terjadi kondisi tidak biasa.

(9) Hal-hal lain yang dianggap perlu disepakati agar tidak terjadi perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan.
 Sebelum melakukan kesepakatan, rumah sakit harus memastikan bahwa:
- Pihak pengangkut dan pengolah atau penimbun limbah B3 memiliki perizinan yang
lengkap sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin yang dimiliki
oleh pengolah maupun pengangkut harus sesuai dengan jenis limbah yang dapat
diolah/diangkut.
- Jenis kendaraan dan nomor polisi kendaraan pengangkut limbah B3 yang digunakan
pihak pengangkut limbah B3harus sesuai dengan yang tercantum dalam perizinan
pengangkutan limbah B3 yang dimiliki.
 Setiap pengiriman limbah B3 dari rumah sakit ke pihak pengolah atau penimbun, harus
disertakan manifest limbah B3 yang ditandatangani dan stempel oleh pihak rumah sakit,
pihak pengangkut dan pihak pengolah/penimbun limbah B3 dan diarsip oleh pihak
rumah sakit.
 Kendaraan angkut limbah B3 yang digunakan layak pakai,dilengkapi simbol limbah
B3 dan nama pihak pengangkut limbah B3.

g) Penanganan Kedaruratan
Dalam kondisi darurat baik karena terjadi kebakaran dan atau bencana lainnya di rumah sakit, untuk menjaga cakupan
penanganan limbah B3 tetap maksimal, rumah sakit perlu menyusun prosedur kedaruratan penanganan limbah B3 rumah
sakit. Prosedur penanganan kedaruratan limbah B3 tersebut dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
 Bagi rumah sakit yang mengolah seluruh limbah B3 nya secara mandiri (on-site) dengan
menggunakan mesin pengolah limbah B3(teknologi insinerasi atau non-insinerasi) dan apabila
kondisi mesin pengolah limbah B3 tersebut mengalami kegagalan operasional, makarumah sakit
harus melakukan kerjasama kondisi darurat dengan pihak pengangkut dan pihak pengolah atau
penimbun limbah B3 untuk mengangkut dan mengolah limbah B3 yang dihasilkan.
 Bagi rumah sakit yang menyerahkan seluruh pengolahan limbahnyake pihak pengolah atau
penimbun limbah B3 (off-site), maka dalam kondisi darurat sistem pengolahan ini harus tetap
dilaksanakan meskipun dengan frekuensi pengambilan limbah B3 yang tidaknormal.
 Bagi rumah sakit yang mengolah limbahnya dengan sistem kombinasi on-site dan off-site, mesin
pengolah limbah B3 mengalami kegagalan operasional, maka dalam kondisi darurat sistem
penanganan limbah B3 diganti dengan sistem total off-site, dimana seluruh limbah B3 yang
dihasilkan diserahkan ke pihak pengolah atau penimbun limbah B3.
h) Penyediaan fasilitas penanganan limbah B3

(1) Fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit meliputi wadah penampungan limbah B3 diruangan
sumber, alat pengangkut limbah B3, TPS Limbah B3, dan mesin pengolah limbah B3 dengan
teknologi insinerasi atau non-insinerasi.
(2) Wadah penampungan limbah B3 di ruangan sumber harus
memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air,
antikarat dan dilengkapi penutup
 Ditempatkan di lokasi yang tidak mudah dijangkau sembarangorang
 Dilengkapi tulisan limbah B3 dan simbol B3 dengan ukuran danbentuk sesuai standar di
permukaan wadah
 Dilengkapi dengan alat eyewash

 Dilengkapi logbook sederhana

 Dilakukan pembersihan secara periodik

(3) Alat angkut (troli) limbah B3, harus memenuhi ketentuan teknissebagai berikut :
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, anti karat dan dilengkapi penutup
dan beroda
 Disimpan di TPS limbah B3, dan dapat dipakai ketika digunakan untuk mengambil dan
mengangkut limbah B3 di ruangan sumber
 Dilengkapi tulisan limbah B3 dan simbol B3 dengan ukuran dan bentuk sesuai standar, di
dinding depan kereta angkut
 Dilakukan pembersihan kereta angkut secara periodik dan berkesinambungan
(4) TPS Limbah B3 harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut:

 Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas banjir dan tidak berdekatan dengan
kegiatan pelayanan dan permukiman penduduk disekitar rumah sakit
 Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu, ventilasi yang cukup, sistem
penghawaan (exhause fan), sistem saluran (drain) menuju bak control dan atau IPAL dan
jalan akses kendaraan angkut limbah B3.
 Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang penyimpanan limbah B3
infeksi, ruang limbah B3 non infeksi fase cair dan limbah B3 non infeksi fase padat.
 Penempatan limbah B3 di TPS dikelompokkan menurut sifat/karakteristiknya.
 Untuk limbah B3 cair seperti olie bekas ditempatkan di drumanti bocor dan pada
bagian alasnya adalah lantai anti rembes dengan dilengkapi saluran dan tanggul untuk
menampung tumpahan akibat kebocoran limbah B3 cair
 Limbah B3 padat dapat ditempatkan di wadah atau drum yang kuat, kedap air, anti korosif,
mudah dibersihkan dan bagian alasnya ditempatkan dudukan kayu atau plastic(pallet)
 Setiap jenis limbah B3 ditempatkan dengan wadah yang berbeda dan pada wadah tersebut
ditempel label, simbol limbah B3 sesuai sifatnya, serta panah tanda arah penutup,
dengan ukuran dan bentuk sesuai standar, dan pada ruang/area tempat wadah diletakkan
ditempel papan nama jenis limbah B3.
 Jarak penempatan antar tempat pewadahan limbah B3 sekitar50 cm.
 Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan sifatnya, dan label.
 Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas penerangan, dan sirkulasi
udara ruangan yang cukup.
 Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan memasang pagar pengaman dan
gembok pengunci pintu TPS dengan penerangan luar yang cukup serta ditempel nomor
telephone darurat seperti kantor satpam rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, dan kantor
polisi terdekat.
 TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3, tanda larangan masuk bagi yang
tidak berkepentingan, simbol B3 sesuai dengan jenis limbah B3, dan titik koordinat lokasi
TPS
 TPS Dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO Penangananlimbah B3, SPO kondisi
darurat, buku pencatatan (logbook) limbah B3
 TPS Dilakukan pembersihan secara periodik dan limbah hasil pembersihan disalurkan ke
jaringan pipa pengumpul air limbah dan atau unit pengolah air limbah (IPAL).
i) Perizinan fasilitas penanganan limbah B3

 Setiap fasilitas penanganan limbah B3 di rumah sakit harus dilengkapi izin dari instansi
pemerintah yang berwenang. Fasilitas tersebut adalah TPS Limbah B3 dan Alat
pengolahan
limbah B3 insinerator dan atau alat/fasilitas pengolah limbah B3 lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
 Rumah sakit menyiapkan dokumen administrasi yang dipersyaratkan instansi pemerintah
yang mengeluarkan izin dan mengajukan izin baru atau izin perpanjangan
 Setiap izin fasilitas penanganan limbah B3 harus selalu diperbaharui bila akan habis
masa berlakunya
 Surat izin fasilitas penanganan limbah B3 harus di dokumentasikan dan dimonitor

j) Pelaporan limbah B3

 Rumah sakit menyampaikan laporan limbah B3 minimum setiap 1(satu) kali per 3 (tiga) bulan.
Laporan ditujukan kepada instansi pemerintah sesuai ketentuan yang ditetapkan. Instansi
pemerintahtersebut bisa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas atau Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Provinsi atau Kabupaten/Kota;
 Isi laporan berisi :

- Skema penanganan limbah B3, izin alat pengolah limbah B3, dan bukti kontrak kerjasama
(MoU) dan kelengkapan perizinan bila penanganan limbah B3 diserahkan kepada pihak
pengangkut, pengolah atau penimbun.
- Logbook limbah B3 selama bulan periode laporan

- Neraca air limbah selama bulan periode laporan,

- Lampiran manifest limbah B3 sesuai dengan kode lembarannya

 Setiap laporan yang disampaikan disertai dengan bukti tanda terima laporan
1. Penanganan sampah proyek:

a. Penanganan sampah di area lokasi proyek

1) Di area proyek tersedia wadah/tong sampah rumah tangga danTempat Penyimpanan


Sementara (TPS) sampah sisa-sisa proyek.
2) Wadah/tong sampah rumah tangga selalu dalam keadaan
bersih, tertutup dan dilengkapi kantong plastik hitam.
3) Sampah rumah tangga harus diangkut keluar area proyek 1(satu) kali per hari dan
dibuang ke TPS sampah rumah sakit.
4) Sampah sisa-sisa proyek harus diangkut keluar area proyeksecara periodik tergantung
pada volume sampah.
5) Sampah rumah tangga harus dijaga kebersihannya agar tidakmengundang vektor dan
binatang pembawa penyakit.
6) Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan sampahproyek secara periodik.
b. Penanganan sampah di area bedeng proyek

1) Diarea bedeng pekerja proyek tersedia wadah/tong sampahrumah tangga dan atau
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS).
2) Wadah/tong sampah rumah tangga selalu dalam keadaan
bersih, tertutup dan dilengkapi kantong plastik hitam.
3) Sampah rumah tangga harus diangkut keluar area proyek 1(satu) kali per hari dan
dibuang ke TPS sampah rumah sakit
4) Sampah rumah tangga harus dijaga kebersihannya agar tidakmengundang serangga lalat,
kecoa dan tikus.
5) Dilarang melakukan pmbakaran sampah secara terbuka (openburning) di area bedeng
proyek.
6) Rumah sakit melaksanakan pengawasan penanganan sampahproyek secara periodik.
2. Pengelolaan lingkungan lokasi proyek konstruksi dan renovasi bangunan

a. Lingkungan fisik area proyek harus selalu bersih, dan ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok,
tidak ditemukan sampah berserakan termasuk puntung rokok dan tidak ditemukan vektor dan
binatang pembawa penyakit.
b. Tersedia penerangan yang cukup di area proyek.

c. Area proyek dilengkapi pagar penutup, agar debu proyek yang


dihasilkan tidak berterbangan di sekitar dan diluar area proyek.
d. Area proyek yang berpotensi menimbulkan debu, harus dilakukan
tindakan pencegahan debu seperti penyiraman secara rutin.
e. Rumah sakit melaksanakan pengawasan lingkungan proyek secara
periodik.
3. Pengelolaan lingkungan lokasi bedeng pekerja

a. Lingkungan fisik area bedeng pekerja proyek harus selalu bersih,


tidak ditemukan sampah berserakan termasuk puntung rokok dantidak
ditemukan vektor dan binatang pembawa penyakit. Jika bedeng
pekerja berada di lingkungan rumah sakit, harus mengikutiperaturan
sebagai Kawasan Tanpa Rokok.
b. Bangunan bedeng dilengkapi ventalasi yang cukup, terdapat sirkulasi
udara dan pada lobang ventilasi dilengkapi kasa anti nyamuk.
c. Tersedia penerangan yang cukup di area bedeng proyek.

d. Tidak terdapat genangan air di area bedeng yang bisa menjadi tempat
perkembangan nyamuk.
e. Area bedeng proyek harus dilengkapi pagar pembatas/penutup, agar
terlihat indah.
f. Rumah sakit melaksanakan pengawasan lingkungan bedeng
proyekpekerja secara periodik.
4. Kewajiban persyaratan kesehatan lingkungan dalam dokumen kontrak

a. Dalam dokumen kontrak pekerjaan konstruksi/renovasi bangunan


dicantumkan pasal yang mencantumkan kewajiban pelaksana
pekerjaan/kontraktor untuk menerapkan ketentuan kesehatan
lingkungan seperti tersebut diatas.
b. Kewajiban pelaksana pekerjaan/kontraktor untuk melaksanakan
ketentuan kesehatan lingkungan pekerjaan konstruksi/renovasi
bangunan dapat juga dicantumkan dalam surat pernyataan bermaterei
yang ditanda tangani pihak rumah sakit dan pihakpelaksana
pekerjaan/kontraktor.

Anda mungkin juga menyukai