Anda di halaman 1dari 144

Pandemi?

Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 2


“Pandemi?
Stop Rebahan, Hidupkan Ramadhan!”

Penulis :
dr. Muhyina Nur

Dewi Indriani, Lc., S.H., M.H


Munawara, S.H

Desain Sampul & Tata Letak :

Tim Kreatif

Ikatan Pelajar Muslimah Indonesia (IPMI)

Sya’ban 1442 H/2021 M

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 3


Daftar Isi

Menjemput Ramadhan 5
Fiqih Puasa Muslimah 30

Bagaimana Ramadhan Para Salafusshalih? 72

Sampai Bertemu Lagi, Ramadhan 102

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 4


Menjemput Ramadhan

SELAMAT DATANG, RAMADHAN!

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang di tangan-

Nya seluruh jiwa digenggam. Segala puji bagi Allah, Yang Mahalembut
kepada seluruh hamba-Nya. Segala puji bagi Allah yang Maha

Mengetahui segala yang nampak maupun tersembunyi, yang


terikrarkan maupun yang terpikirkan, yang teramalkan maupun yang

terniatkan. Segala puji bagi Allah yang Maha Menghidupkan dan

Maha Mematikan, yang mempertemukan dan yang memisahkan, yang


membuat kita tertawa atau menangis, yang mengkayakan dan

mencukupkan, yang menghibur dan yang menguji, yang melindungi

dan yang menghendaki. Segala puji bagi Allah, yang mengizinkan kita
bertemu Sya’ban dan semoga mengizinkan kita menjamu Ramadhan.

Shalawat dan ta’zhim kepada Baginda Rasulullah ‫ﷺ‬, panutan

kita dalam segala urusan dan keadaan. Teladan tak terduakan dalam
ibadah dan muamalah. Tuntunan tak tergantikan dalam menghadapi

kemenangan dan ujian. Pribadi terindah dalam kesabaran dan


ketakwaan. Padanya terhimpun kepribadian teragung sebagai hamba,

anak, ayah, suami, teman, sahabat, panglima perang, guru, kepala

Negara. Padanya kita belajar bersikap di hadapan makanan, juga kala


kelaparan. Padanya kita berguru tentang hikmah dan ketegasan.

Padanya kita berteladan tentang himmah (tekad) dan ketawadhuan.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 5


Padanya kita ittiba’ (mengikuti) tentang pengorbanan, peduli, dan
memaafkan. Padanya kita belajar tentang mencintai kebenaran dan
membenci kezhaliman. Allahumma shalli wa sallim ‘alayhi.

Selamat datang, Ramadhan! Tamu agung yang menyapa kita

untuk kesekian kalinya. Hari-hari keberkahan itu sudah di depan mata.


Ayyaaman ma’duudaat (beberapa hari tertentu), sebagaimana firman
Allah yang agung dalam Qs. Al-Baqarah : 184.

‫اَيَّا ًما َّم ْع ُد ْو ٰد ٍۗ ٍت فَ َم ْن كَا َن ِم ْنك ُْم َّم ِريْ ًضا اَ ْو َعلٰى َس َف ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن‬
‫اَيَّا ٍم اُ َخ َر ٍۗ َو َعلَى ا َّل ِذيْ َن ي ُ ِط ْيق ُْونَ ٗه ِف ْدي َ ٌة َط َع ُام ِم ْس ِك ْي ٍۗ ٍن فَ َم ْن تَ َط َّو َع‬
‫َخ ْي ًرا فَ ُه َو َخ ْي ٌر َّل ٗه ٍۗ َواَ ْن تَ ُص ْو ُم ْوا َخ ْي ٌر َّلك ُْم ِا ْن كُ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya :
(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu

sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib

mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari
yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib

membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi


barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu

lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu

mengetahui.
Ayyaaman ma’duudaat ini mengandung dua makna yang mendalam.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 6


Pertama, ia adalah hari-hari yang singkat yang diwajibkan
bagi kaum muslimin untuk menahan diri dari makan, minum,
berhubungan suami-istri, sejak terbit fajarnya hingga terbenam

mentarinya selama 1 Ramadhan hingga 29/30 Ramadhan. Hanya 29-

30 hari kita menahan diri sejenak di luar kebiasaan kita yang mungkin
makan 3 kali sehari dan cemilan berkali-kali. Hanya 29-30 hari kita

belajar merasakan keringnya kerongkongan dari minuman


menyegarkan di siang terik yang panas, yang mungkin dirasakan 365

hari oleh sebagian orang di sekitar kita. Hanya 29-30 hari para pasutri

diminta menahan hawa nafsunya untuk berkumpul (jima’) di siang hari,


yang terhalalkan di malam hari. Sedangkan cinta masih boleh

bermekaran sepanjang waktu. Hanya 29-30 hari dari 366 hari (karena

tahun ini tahun kabisat), wahai muslimah shalihah. Maka, bersabarlah


menjalani hari-hari itu. Hanya sebentar saja. Ayyaaman ma’duudaat.

Kedua, ia adalah hari-hari yang penuh dengan keberkahan,

rahmat, dan ampunan dari Allah.


“Sesungguhnya, dalam setiap hari dan malam Allah akan
membebaskan seorang muslim dari api neraka, dan ini terjadi selama
bulan Ramadhan. Dan Setiap Muslim yang berdoa dengan doa yang
dimilikinya maka akan terkabulkan”. (Imam Ahmad)
Ia adalah hari-hari yang berlimpah dengan pahala dan kebaikan. Menit
demi menit yang istimewa karena pintu syurga dibuka, pintu neraka

ditutup, dan syaitan-syaitan terbelenggu. Detik demi detik yang

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 7


berharga yang takkan kembali saat telah berlalu. 29-30 x 24 jam yang
sangat mahal dan sangat merugi jika tersia-siakan dengan main game,
monopoli, ular tangga, apalagi tidur dan leyeh-leyehan di masa social

distancing ini. Ia adalah hari-hari dimana Allah Yang Mahabaik


memaafkan kita hamba-hamba penuh dosa dan selalu lupa, bahkan
membebaskan kita dari neraka, padahal siapalah kita ini. Ia adalah

hari-hari dimana doa begitu mustajab. Waktu yang syahdu untuk


mengadu kepada Allah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim, merendahkan diri di

hadapan Rabbul A’laa, memohon kepada Asy-Syafii’, bergantung

kepada Ash-Shomad, meminta kepada Al-Ghaniiy, dan berharap


kepada As-Samii’ wal Bashiir. Saat doa kita yang berpuasa tak tertolak.

Saat Allah memandang kita di sepertiga malam terakhir di malam-

malam Ramadhan nan menakjubkan. Di dalamnya ada malam


teragung dari seluruh malam yang memancarkan cahaya, yang lebih

baik dari 30000 malam. Ia adalah hari-hari kita melangitkan doa

“Allahumma innaka ‘Afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fuanii.” Hanya 29-30


hari, kawan. Saat segelas air yang kau sedekahkan untuk tetanggamu

berbalas pahala berlipat tanpa batas. Saat makanan yang kau berikan
gratis kepada abang ojol untuk mereka bawa pulang kepada

keluarganya, menjadi amal yang Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih sukai dari

membebaskan budak dari keturunan Nabi Isma’il ‘alayhissalaam.


Hanya 29-30 hari. Sungguh hari-hari indah yang hanya sebentar saja.

Maka, jangan siakan setiap detiknya. Meski kita #dirumahsaja. Karena

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 8


ia ayyaaman ma’duudaat. Akan segera berlalu meninggalkan kita.
Entah kita akan dipilih lagi untuk bertemu dengannya di tahun depan.
Bergembiralah, jalani hari-hari itu dengan jiwa berbahagia, meski

Corona masih bersama kita. Allah tak pernah meninggalkan kita.

Selamat datang, wahai Ramadhan! Tahun ini engkau datang


di masa-masa yang tidak biasa. Corona yang datang menggemparkan

dunia sejak akhir tahun 2019, hingga kini belum nampak isyarat
redanya. Bahkan di negri kita tercinta, Indonesia, grafik itu masih

menanjak, naik, naik, hingga puncak yang masih rahasia Ilahi. Bilakah

kita akan menjumpa Ramadhan dalam hawa ketakutan dan


kepanikan? Wahai Rabbi, Engkau Maha Mengetahui apa yang kami

tidak ketahui. Sya’ban yang biasanya menjadi syahdu dengan syi’ar

menjemput Ramadhan di gedung besar hingga surau kecil, kini hanya


bisa bertebaran di dunia maya, Alhamdulillah ‘alaa kulli haal. Sya’ban

yang biasanya ramai dengan iklan sirup Mar*an dan sarung Wa*imor,

kini terganti dengan berita kematian korban Covid-19. Masjid yang


bersahut-sahutan dalam adzan dan iqamah, kini menggemakan

“Shalluu fii buyuutikum (shalatlah di rumah-rumah kalian).” Sya’ban


kali ini sungguh berbeda. Pun dengan Ramadhan yang ada di

hadapan. Yang masih sama adalah Rabbnya. Rabb Sya’ban dan

Ramadhan. Rabbnya Ka’bah. Rabbnya Makkah dan Madinah. Rabbnya


Masjidil Aqsha. Rabb kita semua, satu-satunya. Rabb yang selama ini

di waktu lapang dan sehat, jarang kita temui dalam khusyu’. Rabb yang

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 9


selama ini kita lupakan hak-Nya. Rabb yang selama ini kita sering
berpaling dari panggilan-Nya. Rabb yang selama ini kita abaikan
perintah dan larangan-Nya. Rabb yang selama ini kita berpura-pura di

hadapan-Nya. Rabb yang selama ini kita berbasa-basi dalam

menyembah-Nya. Rabb yang selama ini melihat dan mendengar dosa-


dosa kita tapi Dia menutupinya di hadapan manusia yang lain. Rabb

yang selama ini kita malas memohon ampun-Nya. Yaa Ilahii…kini


Engkau hukum kami. Kini Engkau tegur kami. Kini Engkau peringati

kami. Jangan tutup pintu-Mu. Jangan berpaling dari wajah kami yang

gelap ini. Jangan tinggalkan kami. Kami ingin kembali kepada-Mu.


Kami ingin pulang. Innaa lillahi wa innaa ilayhi raji’uun. Sesungguhnya

kami adalah milik-Mu dan hanya kepada-Mu kami akan kembali. Telah

berkali-kali kami membaca firman-Mu yang agung, yang dulu berlalu


tanpa rasa dalam QS. Al-Baqarah: 155-157.

ِ ‫ص ِّم َن الْا َ ْم َوا ِل َوالْاَنْ ُف‬


‫س‬ ٍ ‫ف َوا ْل ُج ْو ِع َونَ ْق‬ ِ ‫َو َلنَ ْبلُ َونَّك ُْم ب َِش ْي ٍء ِّم َن ا ْل َخ ْو‬
ٓ‫الص ِب ِريْ َن َا َّل ِذيْ َن ِا َذا ٓ َا َصاب َ ْت ُه ْم ُّم ِص ْي َب ٌة ٍۗ قَا ُل ْوٓا ِانَّا ِل ّٰل ِه َو ِانَّا‬
ّٰ ‫َوالثَّ َمرٰ ٍۗ ِت َوب َ ِّش ِر‬
‫ِا َل ْي ِه ٰر ِج ُع ْو ٍۗ َن ُاو ٰۤل ٰ ِى َك َعلَ ْيه ِْم َصلَوٰ ٌت ِّم ْن َّربِّه ِْم َو َر ْح َم ٌة ٍۗ َو ُاو ٰۤل ٰ ِى َك ُه ُم‬
‫ا ْل ُم ْه َت ُد ْو َن‬
Artinya :
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan

sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 10


orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna
lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan
kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh

ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang

yang mendapat petunjuk.


Kita hanya berharap janji Allah sebagaimana ia firmankan,

“Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Rabbnya,


dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” Dan adalah
Allah Maha Memenuhi janji. Kini kalimat istirja’ itu bergantian

terlantunkan dengan sebuah doa lirih dan bersungguh-sungguh,


“Allahumma baarik lanaa fii Sya’ban. Allahumma ballighnaa
Ramadhaan.”
Selamat datang, Ramadhan! Laksana tamu yang kita tunggu
dan rindui hadirnya, layaklah untuk kita bersiap diri dengan persiapan

yang baik. Tentu kita tak ingin Ramadhan mendapati kita dalam

keadaan urak-urakan, apa adanya, tidak sisiran, tidak berwangi-


wangian, tidak berpakaian rapi, tidak menata kamar dan rumah,

sebagaimana saat kita menyambut datangnya tamu penting di rumah


kita. Saat lamaran misalnya. Kita akan memakai pakaian terbaik kita,

menyuguhkan hidangan terbaik semampu kita, dan menghadirkan

senyum terindah kita. Ramadhan jauh lebih layak kita persiapkan


kehadirannya daripada calon imam yang belum halal. Berkata Imam

Abu Bakar Az-Zur’i, “Dua perkara yang wajib kita waspadai, salah

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 11


satunya adalah kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk
menjalankannya. Ini termasuk bentuk meremehkan perintah.” Apalagi
dalam kondisi yang berbeda saat ini, kita membutuhkan persiapan

yang lebih matang agar hari-hari Ramadhan yang singkat bisa kita

nikmati.
1. Persiapan Diri

Selain Allah, kita adalah orang yang paling mengenali diri kita
sendiri. Kita yang mengetahui kelebihan dan kekurangan kita. Kita

yang memahami kebiasaan kita. Kita yang menentukan pilihan-

pilihan hidup dan amal kita. Kita yang menjalani pilihan itu dan kita
pulalah yang akan mempertanggungjawabkannya di hadapan

Allah kelak, yang pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu. Kita

akan datang pada-Nya sendiri-sendiri, sebagai hamba.


Sebagaimana QS. Maryam: 95.

‫َوكُ ُّل ُه ْم ٰا ِت ْي ِه ي َ ْو َم ا ْل ِق ٰي َم ِة ف َْر ًدا‬


Artinya :

Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-
sendiri pada hari Kiamat.

Oleh karena itu, menjadi kebutuhan kita secara pribadi untuk

mempersiapkan diri bertemu dengan Ramadhan. Secara umum,


persiapan diri mencakup seluruh unsur yang melekat kepada diri

kita, yakni jasad, akal, dan ruh.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 12


a. Persiapan jasadiyah (tubuh)
Tubuh adalah hal paling nyata yang kita miliki masing-masing.
Allah menciptakan kita sebagai ahsanul khaaliqiin. Dan

tidaklah Allah memberi kita perintah dan larangan kecuali

Allah mampukan kita untuk mengerjakannya. Kita ingin


menjalani hari-hari terbaik dengan fisik terbaik. Oleh karena

itu, kesehatan dan kebersihan diri menjadi perkara yang harus


kita ikhtirkan dan kita jaga. Terutama saat Covid-19 masih

bersama kita. Kita ingin menikmati puasa dalam keadaan

sehat. Berikut persiapan yang bisa kita lakukan di bulan


Sya’ban ini:

 Memperbanyak puasa sunnah. Puasa itu sendiri adalah

amalan yang menghasilkan self-immune terbaik. Puasa


memberi kesempatan untuk tubuh kita melakukan auto-

detoxification (pembersihan racun sendiri). Dengan


catatan, sahur dan berbukanya tidak khilaf. Sesuailah
dengan sunnah Nabi kita ‫ ﷺ‬yang indah dan luar biasa.

Minum 8 gelas air sejak terbenam matahari sampai


terbitnya fajar shadiq. Delapan gelas air putih, bukan es

buah atau sirup abcdefg. Dengan ini, tubuh kita terjaga

dari dehidrasi. Lanjutkan saat puasa Ramadhan nanti.


Allahumma ballighnaa Ramadhan.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 13


 Olahraga ringan. Otot-otot tubuh kita sering kita
gunakan secara berlebihan tapi jarang kita relaksasikan.
Bagi kaum rebahan, mungkin relaksasinya yang terlalu

banyak, juga tidak baik untuk produktivitas tubuh kita.

Seimbang selalu baik. Pilihlah olahraga yang sesuai


dengan kemampuan kita. Pilih waktu-waktu yang kita

nyaman berolahraga dan tidak melalaikan hak-hak


orang lain di rumah kita. Jangan berolahraga di saat kita

harusnya membantu ibu di dapur menyiapkan buka

puasa. Jangan berolahraga berat di siang hari, nanti


kamu haus. Cukup 20 menit sehari. Bagi perempuan,

olahraga squat bisa jadi pilihan. Apa itu squat? Googling

aja, anak muda.


 Makan makanan yang halal dan thayyib. Terutama di

masa sekarang ini, kebutuhan vitamin dan zat gizi

lainnya sangat penting. Bukan hanya menjaga tubuh dari


ancaman virus corona, tapi supaya tubuh kita kuat

beribadah. Kaki kita kuat berdiri untuk sholat yang


panjang, atau berdzikir dengan khusyu’ tanpa keram-

keram. Punggung kita kuat untuk berlama-lama

bersama mushaf kita. Maka, perhatikan apa yang masuk


ke dalam perut kita. Jika tak bisa menyetok buah-buahan

segala macam, siapkan saja satu, Kurma. Kurma dan air

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 14


putih adalah kombinasi “emas” untuk sahur dan
berbuka. Ditambah dengan madu dan jeruk nipis,
dengan izin Allah, menjadikan tubuh kita “bersinar”

setiap hari.

Selain 3 hal di atas, perkara jasadiyah yang wajib kita


persiapkan adalah indra kita. Karena ibadah puasa bukan

hanya soal lambung dan otot-otot. Tak sekadar menahan


lapar dan dahaga. Mata kita harus kita latih agar tak melihat

yang haram. Tak memandang berbinar-binar wajah yang tidak

halal, yang bisa menimbulkan getar-getar tak biasa di dalam


hati meski hanya berjudul kekaguman pada lantunan

qira’ahnya yang merdu. Uhukkk. Telinga kita harus kita jaga

dari suara dan nada yang Dia haramkan, yang bisa masuk ke
dalam hati dan pikiran dan menggeser hapalan-hapalan kita

yang hanya sedikit pula. Tangan kita harus kita jaga dari

mengambil apa yang bukan hak kita, dari memegang apa


yang Allah haramkan, dari mengguna dalam apa yang Allah

tidak ridhakan. Kaki kita harus kita jaga dari langkah yang
melalaikan, dari jalan yang membuang waktu kita yang sangat

mahal di bulan Ramadhan. Demikianlah sejatinya imsak


(menahan).

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 15


b. Persiapan aqliyah (akal)
Ramadhan adalah momentum yang berulang. Tapi kita selalu
butuh untuk saling mengingatkan tentang ilmu yang terkait

dengan Ramadhan. Akal kita butuh disirami dengan

pengetahuan tentang fiqh puasa. Tentang hukumnya dan


siapa yang wajib berpuasa. Tentang rukunnya dan apa yang

bisa membatalkan puasa. Tentang rukhshah (keringanan)


untuk golongan tertentu dan bagaimana mengganti

kewajiban puasanya. Karena dalam ibadah, ikhlas lillahi ta’ala

saja tidak cukup. Amalnya harus mengikut kepada teladan


sepanjang masa, Rasulullah ‫ﷺ‬. Akal kita juga harus mengilmui

tentang tata cara sholat yang benar, juga bersucinya.

Bagaimana berwudhu dan mandi wajib yang dituntunkan oleh


baginda Nabi ‫ﷺ‬. Akal kita juga perlu wawasan yang terbuka,

bagaimana kita beribadah yang biasanya berjamaah di masjid,

sekarang kita lakukan #dirumahsaja. Akal kita juga harus


dilatih mereguk hikmah dari peristiwa-peristiwa yang terjadi

saat ini, agar efeknya adalah bertambahnya iman, bukan


memuncakkan keluhan. Di waktu yang tersisa ini, mari belajar.
Tidak ada kata terlambat.

c. Persiapan ruhiyah (jiwa/hati)

Di antara semua persiapan, jiwa kita lah yang sejatinya bersiap

paling utama. Karena Rasulullah ‫ ﷺ‬telah bersabda, “

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 16


“Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging.
Apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia
rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah
hati (qalbun).”
(Muttafaqun ‘alayhi)
Maka menyiapkan hati menjadi kunci siapnya jasad dan akal

kita. Hati yang kata Allah dalam QS. Al-Ahzab: 4, “Allah tidak
menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya.” Hati
kita pada asalnya hanya untuk satu ruang. Bukan satu orang.

Satu ruang. Yang tak menghimpun di dalamnya kecuali yang


serasa. Tak bersatu di dalamnya yang haq dan yang batil. Jika

ia sedang dipenuhi oleh cinta kepada Allah dan yang

mencinta-Nya serta dicintai-Nya, maka yang selainnya akan


keluar, terhempas, kalah oleh kekuatan mahabbatullah.

Sebaliknya, jika ia membuka dirinya pada keharaman,

kebathilan, ia yang akan bertahta di rongga hati dan iman


yang di dalam berizin pergi, tentu karena tak pantas

bersanding dengannya. Kedudukannya terlalu agung. Ibarat


peperangan batin, itulah kiranya Rasulullah ‫ ﷺ‬bertitah,

“Barangsiapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran,


maka cegahlah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu,
maka cegahlah dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka
cegahlah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.”

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 17


(HR. Muslim)
Saat hati sudah menyerah untuk melawan kemungkaran,
ialah tanda perginya iman. Ini peperangan yang berlangsung

sepanjang hidup kita. Kadang ia kuat, kadang ia lemah. Maka

kita berharap, di Ramadhan, hati kita sepuncak-puncak iman.


Mungkin corona pun akan mencapai puncaknya di Ramadhan

nanti (sesuai prediksi ahli sekitar akhir Mei). Janganlah iman


kita kalah oleh si virus. Mungkin musibah ini datang untuk

merundukkan kembali hati kita. Bahwa kita hanyalah makhluk

tak berdaya di hadapan kuasa Allah. Bahwa tak satupun harta


benda kita hari ini berjaya mencegah kita dapat Corona.

Bahwa satu-satunya tempat bergantung dan bersandar hanya

Dia semata, Allahu Ash-Shomad.


Di Sya’ban yang sebentar lagi berlalu ini, mari kita latih

jiwa kita untuk menunduk dan memuja pemiliknya. Mari kita

lembutkan hati kita dengan mengenal sang Penciptanya.


Benar kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Tak sayang

maka tak cinta. Berkata Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, “Kalau


sekiranya engkau mengetahui bagaimana Allah mengatur
seluruh urusanmu, maka hatimu akan meleleh karena jatuh
cinta kepada-Nya.” Berilah waktu hati kita untuk berduaan
bersama Ar-Rahiim. Bagaimana caranya kita mengenal Allah?

Sungguh Allah telah menceritakan diri-Nya dalam kalam-Nya

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 18


yang agung, Al-Qur’an Al-Kariim. Mushaf kita mungkin sedang
memanggil-manggilmu dari pojokan sana. Ambillah kawan,
usap debunya. Buka lembarannya. Baca baris demi barisnya.

Resapi artinya (karena sebagian besar kita tidak paham bahasa

Arab). Jangan malu. Sungguh cinta tak mengenal kata


terlambat selama nafas masih terhembus. Jika teman-teman

tak punya terjemahan, menabunglah. Ia jauh lebih berharga


daripada makan dan minum yang lebih dari cukup, yang

sejenak saja melintas di kerongkongan lalu akhirnya terbuang

jadi kotoran. Sedang ayat yang kita baca, setiap hurufnya jadi
10 kebaikan, tercatat di sisi malaikat, dan mungkin menjadi

syafaat kelak. Menabunglah. Jika tidak bisa membelinya,

arahkan jari jemarimu ke playstore. Hapus aplikasi tiktok dan


yang lainnya yang memenuhi memori hpmu, gantikan dengan

App Qur’an dan terjemahan. Ada kemauan, pasti ada jalan.

Semudah itu, kawan. Lalu berselaman-lah sedalam samudra


ilmu tentang-Nya. Agar di Ramadhan nanti, hati kita telah

yakin Allah itu Ar-Rahmaan Ar-Rahiim, menyayangi hamba-


Nya dengan cinta sejati dan hakiki. Membersamai dan terus

dekat dengan hamba-Nya, yang berfirman dengan seagung

kalam,

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 19


‫الد ِاع ِاذَا‬
َّ َ‫َو ِاذَا َس َا َل َك ِع َبا ِد ْي َع ِّن ْي فَ ِا ِّن ْي قَ ِريْ ٌب ٍۗ ُا ِج ْي ُب َد ْع َوة‬
‫َد َعا ِۙ ِن فَ ْل َي ْستَجِ ْي ُب ْوا ِل ْي َو ْل ُي ْؤ ِمنُ ْوا ب ِْي َل َع َّل ُه ْم ي َ ْر ُش ُد ْو َن‬
Artinya :

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu

(Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.


Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia

berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi

perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka


memperoleh kebenaran.
(Q.S Al-Baqarah: 186)

Agar di Ramadhan nanti, hati kita telah mengenal Dia Ar-

Razzaq, yang menjamin rezeki seluruh makhluk, tak


kekurangan, lagi Mahakaya.

‫ض ِالَّا َع َلى ال ّٰل ِه ِر ْزقُ َها َوي َ ْعلَ ُم ُم ْستَق ََّر َها‬
ِ ‫َو َما ِم ْن َد ٰۤابَّ ٍة ِفى الْا َ ْر‬
ٍ ‫َو ُم ْستَ ْو َد َع َها ٍۗ ك ٌُّل ِف ْي ِك ٰت‬
‫ب ُّم ِب ْي ٍن‬
Artinya :

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan


Allah-lah yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6)

Agar di Ramadhan nanti, telah bermekaran dalam relung

jiwa kita betapa Allah Ghafuurur-rahiim. Bagi kita yang


selama ini hidup dengan bermacam dosa, yang nampak nan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 20


tersembunyi, yang kecil hingga yang besar, yang luar biasa
hingga yang dianggap biasa. Dosa kepada yang bersemayam
di ‘Arsy maupun yang bertebaran di bumi. Agar kita

bercepat-cepat dalam mencari ampunan-Nya, tak lagi galau

harus kemana, tak lagi pesimis untuk pulang kepada Allah.


Bergembiralah dengan kalimat-Nya yang Mahalembut,

‫السمٰ وٰ ُت َوالْا َ ْر ِۙ ُض‬ َّ ‫َو َسا ِر ُع ْوٓا ِالٰى َم ْغ ِف َر ٍة ِّم ْن َّربِّك ُْم َو َج َّن ٍة َع ْر ُض َها‬
‫الض ٰۤ َّر ِاء َوا ْل ٰك ِظ ِم ْي َن‬
َّ ‫الس ٰۤ َّر ِاء َو‬
َّ ‫ُا ِع َّد ْت ِل ْل ُم َّت ِق ْي ِۙ َن ا َّل ِذيْ َن ي ُ ْن ِفق ُْو َن ِفى‬
‫س َوال ّٰل ُه ي ُ ِح ُّب ا ْل ُم ْح ِس ِن ْي َۚ َن َوا َّل ِذيْ َن ِاذَا‬
ِ ٍۗ ‫ا ْل َغ ْي َظ َوا ْل َعا ِف ْي َن َع ِن ال َّنا‬
‫فَ َعلُ ْوا فَا ِح َش ًة َا ْو َظلَ ُم ْوٓا َانْف َُس ُه ْم َذك َُروا ال ّٰل َه فَا ْس َت ْغف َُر ْوا ِل ُذنُ ْو ِبه ٍۗ ِْم‬
‫الذنُ ْو َب ِالَّا ال ّٰل ُه ٍۗ َو َل ْم ي ُ ِص ُّر ْوا َعلٰى َما فَ َعلُ ْوا َو ُه ْم‬ ُّ ‫َو َم ْن يَّ ْغ ِف ُر‬
‫ي َ ْعلَ ُم ْو َن ُاو ٰۤل ٰ ِى َك َج َز ٰۤا ُؤ ُه ْم َّم ْغ ِف َرةٌ ِّم ْن َّربِّه ِْم َو َج ّٰن ٌت تَ ْج ِر ْي ِم ْن تَ ْح ِت َها‬
‫الْاَنْهٰ ُر ٰخ ِل ِديْ َن ِف ْي َها ٍۗ َو ِن ْع َم َا ْج ُر ا ْل ٰع ِم ِل ْي ٍۗ َن‬
Artinya :
Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu dan

mendapatkan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi

yang disediakan bagi orang yang bertakwa, (yaitu) orang


yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit, dan

orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan


(kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 21


berbuat kebaikan, dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri,
(segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas

dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa

selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan dosa itu, sedang


mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari

Rabb mereka dan syurga-syurga yang mengalir di bawahnya


sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (itulah)

sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.”


(QS. Ali ‘Imraan: 133-136)

Agar di Ramadhan nanti, telah sadarlah jiwa kita bahwa

Allah Al-‘Aliim, As-Samii’ wal Bashir. Allah Maha Mengetahui,


Maha Mendengar, Maha Melihat.

‫ب لَا ي َ ْعلَ ُم َهآ ِالَّا ُه ٍۗ َو َوي َ ْعلَ ُم َما ِفى ا ْلبَ ِّر َوا ْلبَ ْح ٍۗ ِر‬
ِ ‫َو ِع ْن َد ٗه َمفَا ِت ُح ا ْل َغ ْي‬
‫ض‬ِ ‫َو َما تَ ْسق ُُط ِم ْن َّو َر َق ٍة ِالَّا ي َ ْع َل ُم َها َولَا َح َّب ٍة ِف ْي ُظ ُل ٰم ِت الْا َ ْر‬
ٍ ‫س ِالَّا ِف ْي ِك ٰت‬
‫ب ُّم ِب ْي ٍن‬ ٍ ‫َولَا َر ْط‬
ٍ ‫ب َّولَا يَا ِب‬
Artinya :

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada


yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di

darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur

yang tidak diketahui-Nya, tidak ada sebutir biji pun dalam


kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 22


yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfudz).”
(QS. Al-An’aam: 59)

Agar di Ramadhan nanti, telah mendalam hati kita


memaknai ayat yang mungkin telah kita hapal sebelum kita

pandai membaca Al-Qur’an, yang kadang megah menghiasi


dinding rumah kita, atau yang kita spontan bacakan saat kita

melihat “penampakan” yang menakutkan. Sungguh ia adalah

ayat agung dimana Allah memperkenalkan diri-Nya, Al-


Hayyuu wal Qayyuum.

‫َال ّٰل ُه لَا ٓ ِال ٰ َه ِالَّا ُه َۚ َو َا ْل َح ُّي ا ْل َق ُّي ْو ُم َۚە لَا تَ ْاخ ُُذ ٗه ِسنَ ٌة َّولَا نَ ْو ٍۗ ٌم َل ٗه َما‬
‫ض َم ْن ذَا ا َّل ِذ ْي يَشْ َف ُع ِع ْن َد ٗه ٓ ِالَّا ِب ِا ْذ ِن ٍۗه‬
ِ ٍۗ ‫السمٰوٰ ِت َو َما ِفى الْا َ ْر‬ َّ ‫ِفى‬
‫ي َ ْعلَ ُم َما ب َ ْي َن َايْ ِديْه ِْم َو َما َخ ْل َف ُه َۚ ْم َولَا ي ُ ِح ْي ُط ْو َن ب َِش ْي ٍء ِّم ْن ِع ْل ِم ٓه‬
َّ ‫ِالَّا ِب َما َش ٰۤا َۚ َء َو ِس َع ك ُْر ِس ُّي ُه‬
‫الس ٰموٰ ِت َوالْا َ ْر َۚ َض َولَا يَـ ُْو ُد ٗه ِح ْف ُظ ُه َم َۚا‬
‫َو ُه َو ا ْل َع ِل ُّي ا ْل َع ِظ ْي ُم‬
Artinya :

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus

menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan


tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang

ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-

Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 23


mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan
apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi.

Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia


Mahatinggi, Mahabesar.” (QS. Al-Baqarah: 255)

Agar nanti di Ramadhan, saat kita melantunkan doa yang


dalam shalat kita baca di setiap rakaatnya, “Ihdinash

shiraathal mustaqiim”, jiwa kita meminta sepenuh harapnya


kepada Allah, agar Dia tunjuki kita kepada jalan yang lurus.
Seterusnya, hingga Allah menakdirkan kita pulang pada-Nya

dalam rengkuh hidayah dari-Nya, bukan hanya di Ramadhan

saja.
Demikian kita siapkan jiwa dan hati kita, agar Ramadhan

datang ke rumah kita dalam keadaan hati kita lapang dan


merindu untuk bertafakkur di hadapan-Nya. Agar sajadah
yang terhampar telah siap menyambut sujud-sujud kita yang

menghambur di dalamnya lirih doa dan mengharap


pemaafan.

2. Persiapan Keluarga

Segala puji bagi Allah yang menetapkan takdir-Nya atas


seluruh makhluk hingga hari ini shalat berjamaah berpindah dari

masjid megah ke ruang musholla dadakan di rumah kecil kita.

Begitu juga segala ritual puasa dan ibadah lainnya yang seringnya

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 24


kita lakukan di laur, bersama teman dan “teman” lainnya. Tentu ada
kesedihan dalam hati mereka yang telah merindu syahdu tarawih
bermakmum di belakang imam yang membaca ayat dengan merdu

dan menggetarkan iman. Mungkin sebagian kawula muda sedih

tak bisa lagi ngabuburit dan sahur on the road bersama kawan-
kawan tercintanya. Tapi yakin semua ada hikmahnya.

Berbahagialah para ibu yang akhirnya bisa dibantu full oleh anak
gadisnya menyiapkan buka puasa bersama. Bergembiralah ayah

melihat keluarganya berkumpul bersama menikmati rezeki dari

Allah. Dan tersingkaplah rahasia potret keluarga di kaleng Khong


Guan, karena si ayah akhirnya #dirumahsaja.

Setelah kita bersiap diri, maka penting juga menyiapkan

keluarga kita dalam menyambut Ramadhan. Kita tentu tak ingin


asik sendiri dengan ilmu dan ibadah kita. Karena kita semua

#dirumahsaja, maka nikmatilah hari-hari penuh keberkahan itu

bersama keluarga.
 Siapkan imam di rumah kita. Ayah kita atau siapapun laki-laki

di rumah kita yang bisa menjadi imam. Paling minimal, dia


paham tentang hukum-hukum sholat. Maka jangan tunda

lagi untuk mempelajari fiqh sholat. Termasuk mungkin

menambah hapalan surah-surah, doa qunut. Jangan berkecil


hati jika hapalan masih sedikit. Semuanya adalah ayat-ayat

Allah yang dijanjikan pahala dan kebaikan yang besar. Dan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 25


bukan soal panjang pendeknya bacaan, tapi seberapa besar
ayat itu mempengaruhi hati kita. Mungkin hanya “Qul
Huwallahu Ahad”, tapi Allah sangat mencintai perkataan itu.
Karena ialah pengakuan bahwa Allah itu Ahad, hanya satu,

tak terduakan. Mungkin hanya “Allahush-Shomad”, tapi


demikianlah hati kita harusnya meyakini, hanya Allah tempat

bergantung segala sesuatu. Mungkin hanya “Qul a’uudzu bi


Rabbin-naas”, tapi itu hakikinya adalah memohon

perlindungan kepada Rabb-nya seluruh manusia, baik yang

positif corona atau tidak, baik yang berniat jahat lagi khilaf,
baik manusia yang sakit, maupun tampak sehat. Mungkin

hanya “Qul a’uudzu bi Rabbil Falaq”, tapi kita sejatinya

meminta perlindungan kepada Rabb yang menguasai subuh,


jikalah mudah bagi-Nya untuk menghilangkan kepekatan

malam berganti fajar yang bersinar penuh hangat, maka

mudah bagi-Nya mengangkat wabah mengerikan yang


sedang menyelimuti penduduk bumi. Maka, tak ada “hanya”

dalam kalam yang mulia. Tak sebaris pun ayat yang


sederhana dalam perkataan-Nya. Maka bacalah

semampunya sang imam. Dan jika napas kita panjang melalui

musibah saat ini, jangan tunda lagi untuk menambah hapalan


kita. Jika masih ada waktu tersisa, ajaklah ayah kita untuk

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 26


mengamalkan firman Allah, “Quu anfusakum wa ahliikum
naara”, Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.
 Buatlah musholla di rumah yang tersuasanakan untuk

beribadah bersama. Hamparlah sajadah di sana untuk shaf

bersama keluarga. Tatalah dengan rapi mushaf-mushaf yang


besar hingga iqra untuk si bungsu. Melingkarlah indah di situ

selepas shalat berjamaah untuk saling menyabarkan,


mendengarkan hapalan doa-doa harian, memperbaiki

bacaan yang masih terbata-bata, bercanda agar tawa

menghiasi dan mengganti rasa takut di hati, dan saling


memuji kebaikan satu sama lain.

 Bantulah pekerjaan ibu di rumah agar pekerjaan dapur dan

sumur cepat selesai dan kita bisa kembali ke mihrab ibadah


kita. Ringankanlah bebannya dengan segenap yang kita

mampu. Mungkin selama ini kita hanya sering berpamitan

menggamit tangannya untuk salim lalu pergi


membelakanginya. Lalu pulang kembali dengan

menghambur tas dan mencari makanan di atas meja, dan


makan di kamar. Tak sempat kita lihat gurat-gurat lelah di

kening ibu kita. Tak sempat kita pijat betis ibu kita yang

membatu karena tak istirahat. Tak sempat kita membelai


rambutnya yang sudah memutih sebagiannya seiring umur

kita dibesarkannya. Maka saat kita #dirumahsaja,

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 27


manfaatkanlah untuk berkhidmat padanya sebaik mungkin.
Gantikanlah ia dalam pekerjaannya sejenak. Belajarlah
padanya menghadapi kehidupan. Bergurulah padanya

berdiri tangguh di hadapan minyak panas dan ikan goreng

yang meledak-ledak. Sertailah ia bermain air dan


menghilangkan noda sirup dan kecap di mukena kita.

Istirahatkan ia dari membilas piring dan panci kotor agar ia


pun sempat menikmati tilawah dan dzikirnya menjemput

pagi. Bantulah ia menjaga sang adik yang berlari

menghambur ke sana ke mari, agar kita ingat demikianlah


rusuhnya ia mengurus kita saat sekecil itu.

 Jika kita punya saudara, ambillah peran untuk mengajarkan

mereka amal-amal Ramadhan. Doa-doa harian, bacaan


sholat, gerakan sholat, membaca Al-Qur’an, sholat

berjamaah. Jangan asik sendiri di dalam kamar. Buatlah

target bersama-sama untuk keluarga. Laksanakan bersama-


sama. Nikmati bersama-sama. Dan semoga, masuk syurga

bersama-sama.
Demikianlah persiapan yang bisa kita lakukan dalam menyambut

Ramadhan. Mari kita berazzam (bertekad) untuk memperbaiki diri dan

amal kita. Mari kita langitkan doa agar Allah mengizinkan kita bertemu
dengan Ramadhan yang mulia. Sungguh umur tak ada yang tahu. Tapi

Allah Mahatahu apa yang telah kita siapkan untuk menjamu

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 28


kedatangannya. Di malam-malam Sya’ban yang kita lalui, mari
gerakkan tubuh, akal, dan jiwa kita untuk memohon kepada Allah yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang agar memberi kita taufik dan

hidayah. Mari kita meminta kepada Allah Dzul Jalaali wal Ikraam, agar

kita yang lemah ini disabarkan diberi kekuatan untuk melalui ujian
dalam bingkai iman dan takwa. Bersama Ramadhan. Bersama Rabb-

nya Ramadhan. Bersama seluruh insan yang merindu-Nya dan


merindu Ramadhan. Mungkin ini adalah Ramadhan kita yang paling

berbeda. Ya, ini adalah Ramadhan terbaik dan paling berkesan dalam

hidup kita, insyaaAllah.


Tersenyumlah! Berbahagialah! Bergembiralah!

Selamat datang, Ramadhan!

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 29


Fiqih Puasa Muslimah

A. Keutamaan Bulan Ramadhan

Ramadhan merupakan salah satu dari bulan hijriah, kehadirannya

sangat dirindukan bagi hamba yang mengetahui keutamaannya


namun, tidak sedikit yang mengabaikannya dengan hal yang sia-sia

karena tidak memahami keutamaannya. Karena itulah penting bagi


muslimah untuk selalu me-refresh- diri dan ilmu dalam menyambut

Ramadhan agar menjadi hamba yang beruntung dengan pahala yang

banyak. Diantara keutamaan Ramadhan yang harus diketahui oleh


muslimah antara lain :

1. Bulan Ketakwaan

Ketakwaan merupakan tujuan dari ibadah puasa sebulan penuh


yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, Hal ini sebagaimana firman

Allah:

‫الر ُس ْو ُل ِب َمآ ُانْ ِز َل ِا َل ْي ِه ِم ْن َّربِّه َوا ْل ُم ْؤ ِمنُ ْو ٍۗ َن ك ٌُّل ٰا َم َن بِال ّٰل ِه َو َم ٰۤل ٰ ِىكَ ِته‬
َّ ‫ٰا َم َن‬
‫َوكُ ُتبِه َو ُر ُس ِل ٍۗه لَا نُف َِّر ُق ب َ ْي َن َا َح ٍد ِّم ْن ُّر ُس ِله ٍۗ َوقَا ُل ْوا َس ِم ْعنَا َو َا َط ْع َنا‬
ُ‫ص ْير‬ ِ ‫ُغف َْران َ َك َربَّنَا َو ِا َل ْي َك ا ْل َم‬
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu

bertakwa.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 30


(QS. Al Baqarah: 285)
Mukmin yang bertakwa adalah yang memiliki hubungan yang
baik dengan Allah sebagai penciptanya dan taat kepada-Nya, hal itu

menjadikan ia juga memiliki hubungan yang baik dengan sesama

manusia dan tidak mendzalimi mereka, sebagaimana yang


diisyaratkan oleh Allah dalam dalam firmanNya :

‫ب َول ٰ ِك َّن ا ْلب َِّر َم ْن ٰا َم َن‬


ِ ‫َل ْي َس ا ْلب َِّراَ ْن تُ َو ُّل ْوا ُو ُج ْو َهك ُْم ِق َب َل ا ْل َمشْ ِر ِق َوا ْل َم ْغ ِر‬
‫ب َوالنَّبِي َن َۚ َو ٰاتَى ا ْل َما َل َعلٰى ُح ِّبه‬ ِ ‫بِال ّٰل ِه َوا ْل َي ْو ِم الْاٰ ِخ ِر َوا ْل َم ٰۤل ٰ ِىكَ ِة َوا ْل ِك ٰت‬
ِ َۚ ‫الرقَا‬
‫ب‬ ِّ ‫فى‬ِ ‫الس ٰۤا ِى ِل ْي َن َو‬ َّ ‫َذوِى ا ْلق ُْربٰى َوا ْليَ ٰتمٰى َوا ْل َمسٰ ِك ْي َن َوابْ َن‬
َّ ‫الس ِب ْي ِۙ ِل َو‬
ّٰ ‫الز ٰكوةَ َۚ َوا ْل ُم ْوف ُْو َن ِب َع ْه ِد ِه ْم ِاذَا َعا َه ُد ْوا َۚ َو‬
‫الص ِب ِريْ َن‬ َّ ‫الصلٰوةَ َو ٰاتَى‬ َّ ‫َو َاق ََام‬
ِ ٍۗ ‫الض َّر ٰۤا ِء َو ِح ْي َن ا ْل َب ْا‬
‫س ُاو ٰۤل ٰ ِى َك ا َّل ِذيْ َن َص َدقُ ْوا ٍۗ َو ُاو ٰۤل ٰ ِى َك ُه ُم‬ َّ ‫ِفى ا ْل َب ْا َس ٰۤا ِء َو‬
‫ا ْل ُم َّتق ُْو َن‬
Artinya :

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi


dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-

anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan

pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan


(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan

zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 31


orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
(QS. Al Baqarah: 177)

Dan juga diisyaratkan oleh Allah dalam firmanNya:

َّ ‫َو َسا ِر ُع ْوٓا ِالٰى َم ْغ ِف َر ٍة ِّم ْن َّربِّك ُْم َو َج َّن ٍة َع ْر ُض َها‬


‫الس ٰموٰ ُت َوالْا َ ْر ِۙ ُض‬

‫الض ٰۤ َّر ِاء َوا ْل ٰك ِظ ِم ْي َن ا ْل َغ ْي َظ‬


َّ ‫الس ٰۤ َّر ِاء َو‬
َّ ‫ُا ِع َّد ْت ِل ْل ُم َّت ِق ْي ِۙ َن ا َّل ِذيْ َن ي ُ ْن ِفق ُْو َن ِفى‬

‫س َوال ّٰل ُه ي ُ ِح ُّب ا ْل ُم ْح ِس ِن ْي َۚ َن َوا َّل ِذيْ َن ِاذَا فَ َعلُ ْوا فَا ِح َش ًة‬
ِ ٍۗ ‫َوا ْل َعا ِف ْي َن َع ِن ال َّنا‬

‫الذنُ ْو َب ِالَّا‬
ُّ ‫َا ْو َظلَ ُم ْوٓا َانْف َُس ُه ْم َذك َُروا ال ّٰل َه فَا ْستَ ْغف َُر ْوا ِل ُذنُ ْو ِبه ٍۗ ِْم َو َم ْن يَّ ْغ ِف ُر‬

‫ال ّٰل ُه ٍۗ َو َل ْم ي ُ ِص ُّر ْوا َعلٰى َما فَ َعلُ ْوا َو ُه ْم ي َ ْعلَ ُم ْو َن ُاو ٰۤل ٰ ِى َك َج َز ٰۤا ُؤ ُه ْم َّم ْغ ِف َرةٌ ِّم ْن‬

‫َّربِّه ِْم َو َج ّٰن ٌت تَ ْج ِر ْي ِم ْن تَ ْح ِت َها الْاَنْهٰ ُر ٰخ ِل ِديْ َن ِف ْي َها ٍۗ َو ِن ْع َم َا ْج ُر ا ْلعٰ ِم ِل ْي ٍۗ َن‬


Artinya :

Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan


mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang

disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang

berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang


menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang lain. Allah

menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan (juga) orang-

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 32


orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri
sendiri, segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-
dosanya, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain

Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang

mereka mengetahui. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan


mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,

mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang


yang beramal.

(QS. Ali Imran: 133 -136)

2. Ramadhan Adalah Bulan Diturunkannya Al Qur’an


Diantara sebab yang menjadikan bulan ini mulia adalah

diturunkannya sebuah kitab yang mulia yang merupakan petunjuk

bagi manusia. Sebagaimana firman Allah :

‫ت ِّم َن ا ْل ُه ٰدى‬ ِ ‫َش ْه ُر َر َم َضا َن ا َّل ِذ ْ ٓي ُانْ ِز َل ِف ْي ِه ا ْلق ُْر ٰا ُن ُه ًدى ِّلل َّنا‬
ٍ ‫س َوب َ ِّي ٰن‬
َّ ‫َوا ْلف ُْرقَا َۚ ِن فَ َم ْن َشه َِد ِم ْنك ُُم‬
‫الش ْه َر فَ ْل َي ُص ْم ُه ٍۗ َو َم ْن كَا َن َم ِريْ ًضا َا ْو َعلٰى‬
ۖ ‫َس َف ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن َايَّا ٍم ُا َخ َر ٍۗ ي ُ ِريْ ُد ال ّٰل ُه ِبك ُُم ا ْل ُي ْس َر َولَا ي ُ ِريْ ُد ِبك ُُم ا ْل ُع ْس َر‬
‫َو ِلتُكْ ِملُوا ا ْل ِع َّدةَ َو ِلتُكَ ِّب ُروا ال ّٰل َه َعلٰى َما َه ٰدىك ُْم َو َل َع َّلك ُْم تَشْ ك ُُر ْو َن‬
Artinya :

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi

manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 33


pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa
di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka
hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.”

(QS. Al Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsir ayat ini mengatakan,


”(Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memuji bulan puasa –yaitu bulan

Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena


bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari

bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini

Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para

Nabi ’alaihimus salam.1”

Karena eratnya hubungan bulan Ramadhan dengan Al Qur’an


sehingga bulan ini juga disebut bulan Qur’an, karena setiap muslim

berusaha untuk memperbanyak bacaan Qur’an dibulan Ramadhan.


3. Bulan Beramal
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, bersabda:

ُ ‫اب ا ْل َج َّن ُة َو ُغ ِلق َْت َابْ َو‬


‫اب ال َّنا ِر َو ُصف َِّد ِت‬ َ ‫ِاذَا َج َاء َر َم َضا ُن فُ ِت َح ْت َابْ َو‬
‫الش َيا ِط ْين‬
َّ
Apabila datang bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu Jannah,
ditutup pintu-pintu Neraka, dan setan-setan dibelenggu.

1
Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2/179.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 34


Diantara rahmat Allah yang besar bagi ummat ini adalah
dimudahkannya jalan-jalan kebaikan dengan dibukakannya pintu-
pintu surga dan dibelenggunya syaitan pada bulan Ramadhan maka

rintangan dalam beramal makin ringan.

Maka seorang muslim sepantasnya memanfaatkan segala


kemudahan ini dengan bersungguh sungguh dalam melaksanakan

amal shalih dalam berbagai bentuk, seperti berbakti pada orang tua,
menuntut ilmu, bersedekah dan berinfak, memberi makan orang yang

berbuka puasa, dan amalan shalih lainnya.

4. Terdapat Malam Al Qodar


Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari

seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Malam ini berada

pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ِانَّآ َانْ َز ْل ٰن ُه ِف ْي َل ْيلَ ِة ا ْلق َْد ِر َو َمآ َا ْدر‬


‫ٰىك َما َل ْيلَ ُة ا ْلق َْد ٍۗ ِر َل ْيلَ ُة ا ْلق َْد ِر ِۙە َخ ْي ٌر ِّم ْن‬
‫ف َش ْه ٍۗ ٍر‬ ِ ‫َا ْل‬
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada lailatul

qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam

kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
(QS. Al Qadr: 1-3)

Ada beberapa kemuliaan malam al Qodar selain bahwa ia adalah


malam diturunkannya Al Qur’an yang telah kita sebutkan pada point

sebelumnya, yaitu:

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 35


Pertama : Lailatul Qadar lebih baik dari 1000 bulan
Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫َل ْيلَ ُة ا ْلق َْد ِر ِۙە َخ ْي ٌر ِّم ْن َا ْل‬


‫ف َش ْه ٍۗ ٍر‬
Artinya ;

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.


(QS. Al Qadar: 3).

Imam An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul


qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.”2 Mujahid,

Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang

dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat


dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan

puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar 3. Ini

sungguh keutamaan Lailatul Qadar yang luar biasa.


Kedua: Lailatul Qadar adalah malam yang penuh

keberkahan.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ِانَّآ َانْ َز ْل ٰن ُه ِف ْي َل ْيلَ ٍة ُّمب َٰركَ ٍة ِانَّا كُ َّنا ُم ْن ِذ ِريْ َن‬


Artinya :

2 Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341


3
Zaadul Masiir, 9: 191.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 36


Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam
yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi
peringatan.

(QS. Ad Dukhon: 3).

Malam penuh berkah ini adalah malam ‘lailatul qadar’


dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut,

apalagi dirinci dengan point-point selanjutnya.

Ketiga: Para Malaikat dan juga Ar Ruuh -yaitu malaikat Jibril-

turun pada Lailatul Qadar.

Keistimewaan Lailatul Qadar ditandai pula dengan


turunnya malaikat. Allah Ta’ala berfirman,

ُّ ‫تَنَ َّز ُل ا ْل َم ٰۤل ٰ ِىكَ ُة َو‬


‫الر ْو ُح ِف ْي َها ِب ِا ْذ ِن َربِّه َۚ ِْم ِم ْن ك ُِّل َا ْم ٍر‬
Artinya :
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril

(QS. Al Qadr:4)

Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar


karena banyaknya berkah pada malam tersebut. Karena

sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah


dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang

membacakan Al Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang

yang berada dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan


malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 37


penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan
mereka4.
Malaikat Jibril disebut “Ar Ruuh” dan dispesialkan

dalam ayat karena menunjukkan kemuliaan (keutamaan)

malaikat tersebut.

Keempat: Lailatul Qadar disifati dengan ‘salaam’

Yang dimaksud ‘salaam’ dalam ayat,

ࣖ ‫َسل ٰ ٌم ِه َي َح ّٰتى َم ْطلَ ِع ا ْل َف ْج ِر‬


Artinya :

Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar


(QS. Al Qadr: 5)

yaitu malam tersebut penuh keselamatan di mana

setan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut baik


berbuat jelek atau mengganggu yang lain. Demikianlah kata

Mujahid (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407).5 Juga

dapat berarti bahwa malam tersebut, banyak yang selamat


dari hukuman dan siksa karena mereka melakukan ketaatan

pada Allah (pada malam tersebut). Sungguh hal ini


menunjukkan keutamaan luar biasa dari Lailatul Qadar.

4 Ibnu katsir Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 407

5
Ibnu katsir, Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12: 334-335

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 38


Kelima: Lailatul Qadar adalah malam dicatatnya takdir
tahunan
Allah Ta’ala berfirman,

‫ِف ْي َها يُف َْر ُق ك ُُّل َا ْم ٍر َح ِك ْي ِۙ ٍم‬


Artinya :
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh

hikmah.
(QS. Ad Dukhan: 4).

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menerangkan bahwa

pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai


penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan

rizki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir

dalam setahun. Demikian diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Abu


Malik, Mujahid, Adh Dhohak dan ulama salaf lainnya.

Namun perlu dicatat -sebagaimana keterangan dari

Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim bahwa


catatan takdir tahunan tersebut tentu saja didahului oleh

ilmu dan penulisan Allah. Takdir ini nantinya akan


ditampakkan pada malaikat dan ia akan mengetahui yang

akan terjadi, lalu ia akan melakukan tugas yang diperintahkan

untuknya.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 39


Keenam: setiap muslim yang menghidupkan malam ‘Lailatul
Qadar’ akan diampuni dosa oleh Allah.
Abu Hurairah meriwayatkan, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam, beliau bersabda,

‫سابًا غ ِف َر لَه َما تَقَد ََّم‬


َ ِ‫احت‬ْ ‫ام لَ ْيلَةَ ْالقَد ِْر ِإي َمانًا َو‬
َ َ‫َم ْن ق‬
‫ِم ْن ذَ ْن ِب ِه‬
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul

qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka


dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no. 1901)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang

dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan


janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang

menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’

bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena


mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’.6

B. Keutamaan Puasa
1. Pahala Puasa Tidak Terbatas Jumlahnya

Puasa itu memiliki keistimewaan dibanding amalan lainnya.

Amalan lainnya akan kembali untuk manusia yaitu dilipatgandakan

6
Lihat Fathul Bari, 4: 251

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 40


menjadi 10 kebaikan hingga lebih dari itu. Namun tidak untuk amalan
puasa. Amalan tersebut, Allah khususkan untuk diri-Nya. Sehingga
pahala puasa pun bisa tak terhingga pahalanya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

ٍ ‫ك ُُّل َع َم ِل ابْ ِن ا ٓ َد َم ي ُ َضا َع ُف ا ْل َح َسنَ ُة َعشْ ُر َا ْمثَا ِل َها ِا َلى َس ْب ِع ِمائَ ِة ِض ْع‬
‫ف‬
‫الص ْو َم ف َِا َّن ُه ِلى َو َانَا َا ْج ِزى ِب ِه ي َ َد ُع َش ْه َوتَ ُه‬
َّ َّ‫قَا َل ال َّل ُه َع َّز َو َج َّل ِالا‬
َّ ‫َو َط َعا َم ُه ِم ْن َا ْج ِلى ِل‬
‫لصا ِئ ِم ف َْر َح َتا ِن ف َْر َح ٌة ِع ْن َد ِف ْط ِر ِه َوف َْر َح ٌة ِع ْن َد ِلق َِاء‬
‫وف ِفي ِه َا ْطيَ ُب ِع ْن َد ال َّل ِه ِم ْن ِري ِح ا ْل ِم ْس ِك‬ ُ ُ‫ َو َل ُخل‬.‫َربِّ ِه‬
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh
ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan
puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang
akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan
makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan
dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan
kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut
orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak

kasturi.” 7

7 HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 41


Setiap amalan akan dilipatgandakan sepuluh kebaikan
hingga tujuh ratus kebaikan yang semisal kecuali amalan puasa.
Balasan dari amalan puasa dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-

lipat tanpa ada batasan bilangan. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan,

”Karena orang yang menjalani puasa berarti menjalani kesabaran”.


Allah Ta’ala berfirman,mengenai ganjaran orang yang bersabar,

ُّ ‫قُ ْل يٰ ِع َبا ِد ا َّل ِذيْ َن ٰا َمنُوا اتَّق ُْوا َربَّك ُْم ٍۗ ِل َّل ِذيْ َن َا ْح َسنُ ْوا ِف ْي ٰه ِذ ِه‬
‫الدنْ َيا‬
ّٰ ‫َح َسنَ ٌة ٍۗ َو َا ْر ُض ال ّٰل ِه َو ِاس َع ٌة ٍۗ ِانَّ َما ي ُ َوفَّى‬
ٍ ‫الصب ُِر ْو َن َا ْج َر ُه ْم ِب َغ ْي ِر ِح َسا‬
‫ب‬
Artinya :

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan


pahala mereka tanpa batas.

(QS. Az Zumar: 10)

Sabar dibutuhkan dalam 3 hal, yaitu :


 Sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah,
 Sabar dalam meninggalkan yang haram dan

 Sabar dalam menghadapi hal yang tidak disenangi jiwa.


Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan

puasa. Dalam puasa tentu saja di dalamnya ada bentuk melakukan

ketaatan. Di dalamnya ada pula menjauhi hal-hal yang diharamkan.


Begitu juga dalam puasa seseorang berusaha bersabar dari hal-hal

yang menyulitkan seperti menahan diri dari rasa lapar, dahaga, dan
lemahnya badan. Itulah mengapa amalan puasa bisa meraih pahala

tak terhingga sebagaimana sabar.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 42


2. Doa yang dikabulkan

Imam Ibnu Majah menyebutkan beberapa hadits yang

menyebutkan bahwa secara umum, do’a orang yang


berpuasa adalah do’a yang mustajab.

‫صلى هللا‬- ِ‫َّللا‬ َّ ‫ع ْن أ َ ِبى ه َري َْرة َ قَا َل قَا َل َرسول‬


َ
‫اإل َمام ْال َعادِل‬
ِ ‫ « ثَالَثَةٌ الَ ت َردُّ دَع َْوتهم‬-‫عليه وسلم‬
» ‫وم‬ ِ ‫ظل‬ ْ ‫صائِم َحتَّى ي ْف ِط َر َودَع َْوة ْال َم‬
َّ ‫َوال‬
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga do’a yang tidak
tertolak: (1) do’a pemimpin yang adil, (2) do’a orang yang
berpuasa sampai ia berbuka, (3) do’a orang yang
terzholimi.”.8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:,

َّ ‫اص يَقول قَا َل َرسول‬


ِ‫َّللا‬ ِ ‫َّللاِ بْنَ َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬
َّ َ‫ع ْبد‬
َ
ْ ِ‫صائِ ِم ِع ْندَ ف‬
‫ط ِر ِه‬ َّ ‫ « ِإ َّن ِلل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬-
» ُّ‫لَدَع َْوة ً َما ت َرد‬

8 . (HR. Tirmidzi no. 3595, Ibnu Majah no. 1752. Hadits ini dishahihkan oleh
Ibnu Hibban dalam shahihnya no. 2408 dan dihasankan oleh Ibnu Hajar Lihat
catatan kaki Zaadul Ma’ad, 2: 50).

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 43


Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya do’a orang yang berpuasa ketika
berbuka tidaklah tertolak.”9
Jika dikatakan bahwa waktu berbuka puasa adalah

waktu mustajabnya do’a, maka jangan tinggalkan sunnah ini


untuk memohon setiap hajat, kebutuhan dan keinginan kita.

Dan amalan ini berlaku untuk puasa wajib dan puasa sunnah

karena haditsnya adalah mutlak untuk setiap puasa..

3. Puasa adalah perisai dari adzab


Diantara keutamaan puasa yang sangat agung bahwa

ia akan menjadi perisai dan tameng bagi muslim yang

melaksakannya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari


Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah

shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

ْ ‫الصيَام جنَّةٌ فَالَ يَ ْرف‬


ٌ‫ َو ِإ ِن ْامرؤ‬،‫ث َوالَ َي ْج َه ْل‬ ِ "
" ... ‫صائِ ٌم‬ َ ‫ ِإ ِني‬:‫قَاتَلَه أ َ ْو شَات َ َمه فَ ْل َيق ْل‬

9 (HR. Ibnu Majah no. 1753. Dalam sanadnya terdapat Ishaq bin ‘Ubaidillah.
Ibnu Hibban memasukkan perowi ini dalam perowi tsiqoh. Perowi lainnya
sesuai syarat Bukhari. Hadits ini dikuatkan dengan hadits sebelumnya yang
telah disebutkan. Lihat catatan kaki Zaadul Ma’ad, 2: 49-50).

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 44


“Puasa itu adalah perisai, maka apabila seorang dari kalian
sedang melaksanakan puasa, janganlah dia berkata rafats
(kotor) dan jangan pula bertingkah laku jahil (sepert
mengejek, atau bertengkar sambil berteriak). Jika ada orang
lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka
hendaklah dia mengatakan “Aku orang yang sedang puasa,
Aku orang yang sedang puasa”. 10
Dalam berbagai kitab syarah hadis, para ulama telah

memberikan pandangan tentang makna perisai dalam


konteks hadis puasa ini, bahkan dari atsar dan ucapan para

salaf, kita bisa mendapati makna dan arti kata “perisai” dalam

hadis puasa ini. Setidaknya ada tiga makna perisai yang


mereka sebutkan dalam hadits-hadits yang mereka syarah

dan jelaskan, satu diantaranya yaitu: tameng dan benteng


seorang muslim dari azab api neraka. Dalil dari makna ini
adalah: hadis shahih dari Utsman bin Abil-‘Ash

radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi


wasallam bersabda:

‫الصيام جنة من النار كجنة أحدكم من القتال‬

10
HR.Bukhari

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 45


“Puasa adalah perisai dari neraka, seperti perisai salah
seorang diantara kamu dari peperangan”. 11
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Bila puasa adalah
perisai dirinya dari berbagai maksiat (ketika didunia), maka

diakhirat kelak, puasa tersebut lebih pantas menjadi


perisainya dari azab neraka, namun apabila puasa tersebut

tidak bisa menjadi perisai baginya dari maksiat ketika

didunia, maka lebih-lebih lagi tidak akan menjadi perisai


dirinya dari api neraka diakhirat kelak”.12

C. Rukun Puasa

Orang yang berpuasa wajib menunaikan dua rukun berikut ini.


1. Niat puasa

Rukun yang pertama adalah niat, Niat berarti al-


qashdu, keinginan. Maka niat puasa berarti keinginan untuk
berpuasa dan letak niat adalah di dalam hati, tidak cukup

dalam lisan, tidak disyaratkan melafazhkan niat. Hal ini berari,


niat dalam hati saja sudah mencukupi dan dianggap sahnya.

Muhammad Al-Hishni berkata,

11
HR Ahmad: 16278, Nasai: 4/167, dan Ibnu Majah: 1639, dengan sanad shahih.
12
Ibnu Rajab, Jami’ul Uluum, hal 576

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 46


،‫ َو َم َحلُّ َها القَ ْلب‬،‫ص ْو َم ِإالَّ ِبالنِيَّ ِة ِل ْل َخبَ ِر‬ ِ َ‫الَ ي‬
َّ ‫ص ُّح ال‬
ْ ُّ‫َوالَ ي ْشتَ َرط الن‬
‫طق ِب َها ِبالَ ِخالَف‬
“Puasa tidaklah sah kecuali dengan niat karena ada hadits
yang mengharuskan hal ini. Letak niat adalah di dalam hati
dan tidak disyaratkan untuk dilafazhkan,tidak ada
perbedaan pendapat dalam hal ini ” 13
Muhammad Al-Khatib berkata,

‫ان‬
ِ ‫س‬َ ‫ت َو َم َحلُّ َها القَ ْلب َوالَ تَ ْك ِفي ِبال ِل‬
ِ ‫ِإنَّ َما األ َ ْع َمال ِبال ِنيَّا‬
‫طعًا‬ ْ ‫طعًا َوالَ ي ْشت َ َرط الت َّ َلفُّظ ِب َها َق‬ْ ‫َق‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Namun

niat letaknya di hati. Niat tidak cukup di lisan. Bahkan tidak


disyaratkan melafazhkan niat.”14. Niat sudah dianggap sah

dengan aktivitas yang menunjukkan keinginan untuk

berpuasa seperti bersahur untuk puasa atau menghalangi


dirinya untuk makan, minum, dan jimak setelah terbit fajar 15.

Hukum berniat adalah wajib dan puasa Ramadhan

tidaklah sah kecuali dengan berniat, begitu pula puasa wajib


atau puasa sunnah lainnya tidaklah sah kecuali dengan

13 Muhammad al hisni, Kifayah Al-Akhyar, hlm. 248.


14 (Al-Iqna’, 1:404).
15
Lihat Al-Mu’tamad fi Al-Fiqh Asy-Syafi’i, 2:173.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 47


berniat. Dalil wajibnya berniat adalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,

ِ ‫ِإنَّ َما األ َ ْع َمال ِبال ِنيَّا‬


‫ت‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada

niatnya.”
(Muttafaqun ‘alaih).16
Ada beberapa syarat sahnya niat puasa wajib

Pertama: At-tabyiit, yaitu berniat di malam hari sebelum


fajar.

Jika niat puasa wajib baru dimulai setelah terbit fajar

Shubuh, maka puasanya tidaklah sah. Dalilnya adalah hadits


dari Hafshah—Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha–,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ام لَه‬ ِ ‫ام قَ ْب َل ْالفَ ْج ِر فَ َال‬


َ َ‫صي‬ َ َ‫الصي‬
ِ ‫ت‬ ْ ‫َم ْن لَ ْم يبَ ِي‬
“Siapa yang belum berniat di malam hari sebelum Shubuh,

maka tidak ada puasa untuknya.”17


Sedangkan untuk puasa sunnah, boleh berniat di pagi

hari asalkan sebelum waktu zawal (tergelincirnya matahari

ke barat). Dalilnya sebagai berikut,

16HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907)


17HR. An-Nasai, no. 2333; Ibnu Majah, no. 1700; dan Abu Daud, no. 2454.
Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 48


ْ َ‫شةَ – رضى هللا عنها – قَال‬
َ‫ت َكان‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
‫ ِإذَا دَ َخ َل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َّ ‫َرسول‬
َ‫ فَإِذَا ق ْلنَا ال‬.» ‫ط َعا ٌم‬
َ ‫ى قَا َل « ه َْل ِع ْندَك ْم‬
َّ َ‫َعل‬
َ ‫قَا َل « ِإنِى‬
» ‫صائِ ٌم‬
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menemuiku
lalu ia berkata, “Apakah kalian memiliki makanan?” Jika kami
jawab tidak, maka beliau berkata, “Kalau begitu aku
puasa.”18
Berkata Al Hisni, “Wajib berniat di malam hari. Jika

seseorang berniat puasa Ramadhan sesudah terbit fajar


Shubuh, maka tidaklah sah.”19

Kedua: At-ta’yiin, yaitu menegaskan niat.


Yang dimaksudkan di sini adalah niat puasa yang akan

dilaksanakan harus ditegaskan apakah puasa wajib ataukah

sunnah. Jika puasa Ramadhan yang diniatkan, maka sebagai


bentuk kehati-hatian hendaknya memperbarui niatnya setiap

malam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

18 HR. Muslim, no. 1154 dan Abu Daud, no. 2455.


19
Kifayah Al-Akhyar, hlm. 248

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 49


‫َو ِإنَّ َما ِال ْم ِرئ َما ن ََوى‬
“Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.”

(Muttafaqun ‘alaih).20
Adapun puasa sunnah tidak

disyaratkan ta’yin dan tabyit sebagaimana dijelaskan pada

poin 1 dan 2. Dalilnya adalah sebagaimana hadits ‘Aisyah


radhiyallahu ‘anhu yang telah disebutkan sebelumnya.

Ketiga: At-tikrar, yaitu niat harus berulang setiap

malamnya.

Niat mesti ada pada setiap malamnya sebelum Shubuh


untuk puasa hari berikutnya. Jadi tidak cukup satu niat untuk

seluruh hari dalam satu bulan. Karena setiap hari dalam bulan

Ramadhan adalah hari yang berdiri sendiri. Ibadah puasa


yang dilakukan adalah ibadah yang berulang. Sehingga perlu
ada niat yang berbeda setiap harinya.

2. Al Imsak

Menahan diri dari pembatal puasa dari terbit fajar Shubuh


hingga tenggelam matahari. Allah Ta’ala berfirman,

20
HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 50


ِ ‫َوكُلُ ْوا َوا ْش َرب ُ ْوا َح ّٰتى ي َ َت َب َّي َن َلك ُُم ا ْل َخ ْي ُط الْاَبْ َي ُض ِم َن ا ْل َخ ْي‬
‫ط‬
‫الص َي َام ِا َلى ا َّل ْي َۚ ِل‬
ِّ ‫الْا َ ْس َو ِد ِم َن ا ْل َف ْج ۖ ِر ث ُ َّم َا ِت ُّموا‬
Artinya :

Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih

dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah


puasa itu sampai (datang) malam.
(QS. Al-Baqarah: 187).

D. Sunah-Sunah Puasa

Di antara sunnah – sunnah dalam menjalankan ibadah puasa


adalah :

1. Makan Sahur

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa


sallam :

‫تسحروا فإن في السحور بركة‬


Makan sahurlah karena sesungguhnya dalam sahur itu
terdapat berkah.

(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Mengakhirkan Sahur

Sebagaimana telah ketahui bahwa disunnahkan bagi orang yang


hendak berpuasa untuk makan sahur. Dalam makan sahur,

disunnahkan untuk mengakhirkannya hingga menjelang fajar. Hal ini

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 51


dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas, dari Zaid bin
Tsabit, ia berkata :
“Kami pernah makan sahur bersama Nabi. Kemudian kami pun

berdiri untuk menunaikan shalat”. Kemudian Anas bertanya pada

Zaid, ”Berapa lama jarak antara adzan Shubuh dan sahur kalian?”
Zaid menjawab, ”Sekitar membaca 50 ayat”. Dalam riwayat Bukhari

dikatakan, “Sekitar membaca 50 atau 60 ayat.”


Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Maksud sekitar membaca

50 ayat artinya waktu makan sahur tersebut tidak terlalu lama dan

tidak pula terlalu cepat.” Al–Qurthubi rahimahullah mengatakan,


“Hadits ini adalah dalil bahwa batas makan sahur adalah sebelum

terbit fajar.”

Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah pernah


ditanya :

“Beberapa organisasi dan yayasan membagi-bagikan Jadwal

Imsakiyah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Jadwal ini


khusus berisi waktu-waktu shalat. Namun dalam jadwal tersebut

ditetapkan bahwa waktu imsak (menahan diri dari makan dan


minum) adalah 15 menit sebelum adzan shubuh. Apakah seperti

ini memiliki dasar dalam ajaran Islam? “

Syaikh rahimahullah menjawab:


”Saya tidak mengetahui adanya dalil tentang penetapan waktu

imsak 15 menit sebelum adzan shubuh. Bahkan yang sesuai

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 52


dengan dalil Al Qur’an dan As Sunnah, imsak (yaitu menahan diri
dari makan dan minum) adalah mulai terbitnya fajar (masuknya
waktu shubuh)”. Dasarnya firman Allah Ta’ala,

ِ ‫َوكُلُ ْوا َوا ْش َرب ُ ْوا َح ّٰتى يَتَبَ َّي َن َلك ُُم ا ْل َخ ْي ُط الْاَبْيَ ُض ِم َن ا ْل َخ ْي‬
‫ط‬
‫الص َي َام ِا َلى ا َّل ْي َۚ ِل‬
ِّ ‫الْا َ ْس َو ِد ِم َن ا ْل َف ْج ۖ ِر ث ُ َّم َا ِت ُّموا‬
Artinya :

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari

benang hitam, yaitu fajar.”


(QS. Al-Baqarah : 187).

Juga dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam :

َّ ‫ فَ ْج ٌر ي ْح َرم‬، ‫ان‬
‫الط َعام َوت َ ِح ُّل‬ ِ ‫الفَ ْجر فَ ْج َر‬
‫ َوفَ ْج ٌر ت ْح َرم فِ ْي ِه‬، ‫صالَة‬
َّ ‫فِ ْي ِه ال‬
‫صبْحِ) َو َي ِح ُّل ِف ْي ِه‬ ُّ ‫صالَة ال‬ َ ‫ي‬ ْ َ ‫صالَة (أ‬ َّ ‫ال‬
َّ
‫الط َعام‬
“Fajar ada dua macam: [Pertama] fajar diharamkan untuk makan

dan dihalalkan untuk shalat (yaitu fajar shodiq, fajar masuknya


waktu shubuh) dan [Kedua] fajar yang diharamkan untuk shalat

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 53


shubuh dan dihalalkan untuk makan (yaitu fajar kadzib, fajar yang
muncul sebelum fajar shadiq).”21
Dasarnya berikutnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alayhi wa

sallam :

‫إ َّن ِبالَالً ي َؤذِن ِبلَيْل فَكلوا َوا ْش َربوا َحتَّى‬


‫ي َؤذِنَ ابْن أ ِم َم ْكتوم‬
“Bilal biasa mengumandangkan adzan di malam hari. Makan dan

minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum.”


Seorang periwayat hadits ini mengatakan bahwa Ibnu Ummi
Maktum adalah seorang yang buta dan beliau tidaklah

mengumandangkan adzan sampai ada yang memberitahukan


padanya “Waktu shubuh telah tiba, waktu shubuh telah tiba.”

3. Menyegerakan Berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

ْ ‫الَ يَزَ ال النَّاس بِ َخيْر َما َع َّجلوا ْال ِف‬


‫ط َر‬
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan
selama mereka menyegerakan berbuka.”22
Dalam hadits yang lain disebutkan :

21 Kifayatul Akhyar, Hal. 81 dan Al Iqna’, 1 : 200


22
HR. Bukhari, no. 1957 dan Muslim, no. 1098

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 54


ْ ‫َال ت َزَ ال أ َّمتِى َعلَى سنَّتِى َما لَ ْم ت َ ْنت َ ِظ ْر بِ ِف‬
‫ط ِرهَا‬
‫النج ْو َم‬
“Umatku akan senantiasa berada di atas sunnahku

(ajaranku) selama tidak menunggu munculnya bintang


untuk berbuka puasa.”
Dan inilah yang ditiru oleh Rafidhah (Syi’ah), mereka meniru

Yahudi dan Nashrani dalam berbuka puasa. Mereka baru berbuka

ketika munculnya bintang. Semoga Allah melindungi kita dari


kesesatan mereka.

Nabi biasa berbuka puasa sebelum menunaikan shalat

maghrib dan bukanlah menunggu hingga shalat maghrib selesai


dikerjakan. Inilah contoh dan akhlaq dari suri tauladan

kita. Sebagaimana Anas bin Malik berkata, “Rasulullah biasanya


berbuka dengan ruthab (kurma basah) sebelum menunaikan

shalat. Jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka

dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian
beliau berbuka dengan seteguk air.”23

4. Berbuka dengan Ruthab atau Kurma Jika Mudah

Diperoleh atau dengan Air Putih.

23HR. Abu Daud, no. 2356 dan Ahmad, 3 : 164, Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan shahih.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 55


Dalilnya adalah hadits yang disebutkan di atas dari sahabat Anas.
Hadits tersebut menunjukkan bahwa ketika berbuka disunnahkan pula
untuk berbuka dengan kurma dengan air. Jika tidak mendapati kurma

maka dengan air dan ini mudah dilakukan. Di antara ulama ada yang

menjelaskan bahwa dengan makan yang manis-manis (semacam


kurma) ketika berbuka itu akan memulihkan kekuatan, sedangkan
meminum air akan menyucikan.

5. Berdo’a Ketika Berbuka

Ketika berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a.


Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda :

َّ ‫اإل َمام ْالعَادِل َوال‬


‫صائِم‬ ِ ‫ثَالَثَةٌ الَ ت َردُّ دَع َْوتهم‬
‫وم‬ ْ ‫ِحينَ ي ْف ِطر َودَع َْوة ْال َم‬
ِ ‫ظل‬
“Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin

yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3)
Do’a orang yang terdzalimi.”24
Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu

orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan

tunduk dan merendahkan diri.

HR. At Tirmidzi no. 2526 dan Ibnu Hibban, 16 : 396. Syaikh Al-Albani
24

mengatakan bahwa hadits ini shahih

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 56


Dari Ibnu Umar , Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam ketika berbuka beliau membaca do’a berikut ini :

َ َ‫ت ْالعروق َوثَب‬


‫ت األ َ ْجر إِ ْن‬ ِ َّ‫الظ َمأ َوا ْبتَل‬
َّ ‫َب‬
َ ‫ذَه‬
َّ ‫شَا َء‬
‫َّللا‬
“Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan
pahala telah ditetapkan insya Allah”25
Adapun do’a berbuka :

َ ‫اللَّه َّم لَ َك ص ْمت َو َعلَى ِر ْزقِ َك أ َ ْف‬


‫ط ْرت‬
“Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-

Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)”26


Do’a ini berasal dari hadits dha’if (lemah). Begitu pula do’a
berbuka :

‫الله َّم لَ َك ص ْمت َو ِب َك آ َم ْنت َو َعلَى ِر ْز ِق َك‬


‫ط ْرت‬ َ ‫أ َ ْف‬

25 HR. Abu Daud no. 2357. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan
26 HR. Abu Daud no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang

tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal
merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al Albani
pun berpendapat bahwasanya hadits ini dha’if. (Lihat Irwaul Ghalil, 4/38). Di
antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al
Jauziyah. (Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45).

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 57


Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku
beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka.

E. Hukum Wanita yang Tidak Puasa Ramadhan

Seorang wanita memiliki alasan-alasan khusus yang


membolehkannya untuk tidak berpuasa wajib, antara lain:

1. Haid
Seorang wanita yang haid dan nifas dilarang untuk melakukan

puasa berdalil dengan hadits Abu Sa’id al Khudriy radhiyallaahu’anhu,

bahwasanya Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫َا َل ْي َس ِاذَا َح‬


‫ «ف ََذ ِل ِك ِم ْن‬:‫ قَا َل‬،‫ بَلَى‬:‫اض ْت َل ْم تُ َص ِّل َو َل ْم تَ ُص ْم» قُ ْل َن‬
‫نُق َْصا ِن ِدي ِن َها‬
“Bukankah wanita itu jika sedang haid dia tidak sholat dan tidak
berpuasa? Itulah kekurangan agamanya.” 27

Di balik segala sesuatu pasti ada hikmahnya, meskipun kita tidak


mampu membuka tabir hikmah tersebut. Lalu, apa hikmah dilarangnya

seorang wanita yang mengalami haid untuk tidak berpuasa? Syaikhul

Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah berkata dalam Majmu’ Fatawa-


nya: “Haid menyebabkan keluarnya darah. Wanita yang sudah

mendapat haid dapat berpuasa di selain saat-saat haidnya yaitu dalam


kondisi tidak keluar darah (tidak haid). Karena puasa pada waktu itu

27
HR. Bukhari no 304

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 58


adalah puasa dalam kondisi fisik yang seimbang dimana darah, yang
merupakan inti kekuatan tubuh, tidak keluar. Puasanya di saat haid
akan menguras darah sehingga berdampak pada menurun dan

melemahnya tubuhnya dan puasanya pun tidak pada kondisi fisik yang

seimbang. Oleh karena itu, wanita diperintahkan untuk berpuasa di


luar waktu-waktu haidnya.”

Wanita haid tersebut wajib meng-qadha’ (mengganti) puasa yang


ditinggalkannya pada hari yang lain di luar bulan Ramadhan,

berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallaahu’anha :

‫ فنؤمر‬- ‫ صلى الله عليه وسلم‬- ‫عهد رسو ِل الل ِه‬


ِ ‫نحيض ع َلى‬
ُ ‫"ك َّنا‬
"‫الصلا ِة‬ ِ
َّ ‫بقضاء‬ ِ
ُ ‫بقضاء الصو ِم ولَا‬
‫نؤمر‬
“Kami mengalami haid di masa Rasulullah shallallaahu’alaihi wa
sallam, maka kami diperintahkan untuk meng-qadha’ puasa dan
tidak diperintahkan untuk meng-qadha’ sholat.” 28

Qadha’ boleh ditunda karena adanya udzur (alasan). Akan tetapi,


hendaknya tidak menunda qadha’ tanpa udzur hingga masuk bulan

Sya’ban atau justru beberapa hari sebelum Ramadhan tiba karena hal

tersebut justru akan memberatkan fisik kita dalam persiapan bulan


Ramadhan. Apalagi lingkungan kita yang umumnya penuh godaan,

seperti banyaknya warung makan yang buka.

28
HR. An Nasai, h. 4/191

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 59


Sebagaimana keadaan orang yang junub, seorang wanita yang
suci dari haid sebelum fajar namun baru mandi setelah terbit fajar
maka sah puasanya. Sah juga jika wanita tersebut mendapatkan haid

setelah tenggelamnya matahari meskipun ia belum sempat untuk

berbuka puasa.
Jika seorang wanita suci di tengah hari bulan Ramadhan, maka

diperbolehkan untuk makan dan minum. Namun, untuk menghormati


orang lain yang sedang berpuasa hendaknya ia tidak makan dan

minum secara terang-terangan di antara orang yang berpuasa.

Terkadang, seorang wanita dapat mengeluarkan darah, namun bukan


darah yang menjadi kebiasaan wanita tersebut. Keadaan tersebut

dinamakan dengan darah istihadhoh. Pada keadaan ini, wanita

tersebut tidak memiliki alasan untuk tidak berpuasa sebagaimana


wanita haid. Artinya, ia tetap harus melaksanakan sholat dan puasa.

Hukum istihadhoh seperti halnya keadaan wanita dalam keadaan suci


kecuali pada beberapa masalah saja.

2. Wanita Hamil dan Menyusui


Bagi wanita yang hamil, jika khawatir akan membahayakan dirinya

atau bayinya, maka diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Begitu juga

dengan wanita yang sedang menyusui, apalagi jika tidak dapat


mencari pengganti wanita lain yang dapat menyusui bayinya. Maka,

wanita yang mengalami dua keadaan tersebut, menurut pendapat

yang lebih kuat, adalah wajib baginya untuk membayar fidyah yaitu

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 60


memberi makan orang miskin sebanyak hari yang dia tinggalkan,
tanpa perlu meng-qadha’ puasanya, sebagaimana fidyah bagi orang
yang telah renta29.

Fidyah yang harus diberikan berupa makanan pokok negeri

tersebut, misalnya beras atau roti, sebanyak 0,5 sha’ (500 gram)
makanan untuk selain burr jayyid (tepung yang sangat halus).

Adapun burr jayyid, ditentukan sebesar 0,25 sha’ (510 gram). Bisa juga
diberikan bersama lauk pauknya. Fidyah tersebut bisa diberikan

dengan cara mengumpulkan fakir miskin sebanyak hari yang

ditinggalkan atau memberikannya secara terpisah (sendiri-sendiri),


yaitu setiap satu orang miskin hanya berhak mendapat jatah satu

kali fidyah. (Fushul fi Ash Shiyam, hal. 9). Yang perlu diperhatikan

dalam hal ini, fidyah tidak bisa digantikan dengan dengan uang senilai
0,5 sha’ makanan pokok, sebagaimana yang lazim dipahami oleh

sebagian orang, karena lafadz dalil adalah “memberi makanan”, bukan

“memberi uang”.
Yang perlu menjadi perhatian dari seluruh penjelasan di atas

bahwa jika seseorang yang masih memiliki hutang puasa namun ia


belum meng-qadha’ puasa pada Ramadhan yang lalu hingga datang

bulan Ramadhan berikutnya, maka ia harus meng-qadha’ puasanya

tersebut dan membayar fidyah sebanyak hari yang ia tinggalkan. Hal

29
Al Wajiz, hal. 199

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 61


ini sebagaimana difatwakan oleh beberapa sahabat seperti Abu
Hurairah dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallaahu’anhuma.

F. Pembatal Pembatal Puasa

1. Makan dan minum dengan sengaja


Hal ini merupakan pembatal puasa berdasarkan kesepakatan para

ulama30. Makan dan minum yang dimaksudkan adalah dengan


memasukkan apa saja ke dalam tubuh melalui mulut, baik yang

dimasukkan adalah sesuatu yang bermanfaat (seperti roti dan

makanan lainnya), sesuatu yang membahayakan atau diharamkan


(seperti khomr dan rokok31), atau sesuatu yang tidak ada nilai manfaat

atau bahaya (seperti potongan kayu)32. Dalilnya adalah firman

Allah Ta’ala,

‫ط الْا َ ْس َو ِد ِم َن‬
ِ ‫َوكُلُ ْوا َوا ْش َرب ُ ْوا َح ّٰتى ي َ َت َب َّي َن َلك ُُم ا ْل َخ ْي ُط الْاَبْ َي ُض ِم َن ا ْل َخ ْي‬
‫الص َي َام ِا َلى ا َّل ْي َۚ ِل‬
ِّ ‫ا ْل َف ْج ۖ ِر ث ُ َّم َا ِت ُّموا‬
Artinya:
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari

benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai

(datang) malam. (QS. Al Baqarah: 187).

30 Bidayatul Mujtahid, hal. 267


31 Merokok termasuk pembatal puasa. Lihat keterangan Syaikh Muhammad
bin Sholih Al ‘Utsaimin di Majmu’ Fatawa wa Rosa’il Ibnu ‘Utsaimin, Bab Ash
Shiyam, 17/148
32
Syarhul Mumthi’, 3/47-48.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 62


Jika orang yang berpuasa lupa, keliru, atau dipaksa, puasanya
tidaklah batal. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫ ف َِانَّ َما َا ْط َع َم ُه ال َّل ُه َو َسقَاه‬، ‫إِذَا نَ ِس َى ف ََاك ََل َو َش ِر َب فَ ْليُ ِت َّم َص ْو َم ُه‬
“Apabila seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa,
hendaklah dia tetap menyempurnakan puasanya karena Allah telah
memberi dia makan dan minum.”33
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

‫ِإ َّن ال َّل َه َو َض َع َع ْن ُا َّم ِتى ا ْل َخ َط َا َوال ِّن ْس َيا َن َو َما ا ْس ُتكْ ِر ُهوا َعلَ ْي ِه‬
“Sesungguhnya Allah menghilangkan dari umatku dosa karena keliru,
lupa, atau dipaksa.”34
Yang juga termasuk makan dan minum adalah injeksi makanan

melalui infus. Jika seseorang diinfus dalam keadaan puasa, batallah


puasanya karena injeksi semacam ini dihukumi sama dengan makan
dan minum.35

Siapa saja yang batal puasanya karena makan dan minum


dengan sengaja, maka ia punya kewajiban mengqodho’ puasanya,

tanpa ada kafarat.Inilah pendapat mayoritas ulama.36

33 HR. Bukhari no. 1933 dan Muslim no. 1155.


34 HR. Ibnu Majah no. 2045. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih.
35 Lihat Shifat Shoum Nabi, hal. 72

36
Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/105.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 63


2. Muntah dengan sengaja
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

ِ ‫َم ْن َذ َر َع ُه ق َْى ٌء َو ُه َو َصا ِئ ٌم َفلَ ْي َس َعلَ ْي ِه ق ََضا ٌء َو ِا ِن ا ْستَق ََاء فَ ْليَ ْق‬
‫ض‬
“Barangsiapa yang dipaksa muntah sedangkan dia dalam keadaan
puasa, maka tidak ada qodho’ baginya. Namun apabila dia muntah
(dengan sengaja), maka wajib baginya membayar qodho’.”37

3. Haid dan nifas

Apabila seorang wanita mengalami haid atau nifas di tengah-


tengah berpuasa baik di awal atau akhir hari puasa, puasanya batal.

Apabila dia tetap berpuasa, puasanya tidaklah sah. Ibnu Taimiyah

mengatakan, “Keluarnya darah haid dan nifas membatalkan puasa


berdasarkan kesepakatan para ulama.”38

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

َ ‫َا َل ْي َس ِاذَا َح‬


‫ ف ََذ ِل َك ِم ْن‬:‫ قَا َل‬. ‫اض ْت َل ْم تُ َص ِّل َو َل ْم تَ ُص ْم ؟ ُق ْل َن بَلَى‬
‫نُق َْصا ِن ِدي ِن َها‬
“Bukankah kalau wanita tersebut haid, dia tidak shalat dan juga tidak
menunaikan puasa?” Para wanita menjawab, “Betul.” Lalu beliau

37 HR. Abu Daud no. 2380. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih.
38
Majmu’ Al Fatawa, 25/266.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 64


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itulah kekurangan agama
wanita.39
Jika wanita haid dan nifas tidak berpuasa, ia harus mengqodho’

puasanya di hari lainnya. Berdasarkan perkataan ‘Aisyah, “Kami dahulu

juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’


puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’

shalat.”40 Berdasarkan kesepakatan para ulama pula, wanita yang


dalam keadaan haid dan nifas wajib mengqodho’ puasanya ketika ia
suci.41

4. Keluarnya mani dengan sengaja.

Maksudnya mani tersebut dikeluarkan dengan sengaja tanpa

hubungan jima’ seperti mengeluarkan mani dengan tangan, dengan


cara menggesek-gesek kemaluannya pada perut atau paha, dengan

cara disentuh atau dicium. Hal ini menyebabkan puasanya batal dan
wajib mengqodho’, tanpa menunaikan kafaroh. Inilah pendapat ulama
Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Dalil hal ini adalah sabda

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ي َ ْت ُر ُك َط َعا َم ُه َو َش َراب َ ُه َو َش ْه َوتَ ُه ِم ْن َا ْج ِلى‬

39 HR. Bukhari no. 304.


40 HR. Muslim no. 335.
41
Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/9917.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 65


“(Allah Ta’ala berfirman): ketika berpuasa ia meninggalkan makan,
minum dan syahwat karena-Ku”42
Mengeluarkan mani dengan sengaja termasuk syahwat,

sehingga termasuk pembatal puasa sebagaimana makan dan

minum.43
Jika seseorang mencium istri dan keluar mani, puasanya batal.

Namun jika tidak keluar mani, puasanya tidak batal. Adapun jika sekali
memandang istri, lalu keluar mani, puasanya tidak batal. Sedangkan

jika sampai berulang kali memandangnya lalu keluar mani, maka

puasanya batal44.
Lalu bagaimana jika sekedar membayangkan atau berkhayal

(berfantasi) lalu keluar mani? Jawabnya, puasanya tidak

batal.45 Alasannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َما َل ْم تَ ْع َم ْل َا ْو تَتَكَ َّل ْم‬، ‫ِا َّن ال َّل َه تَ َجا َو َز َع ْن ُا َّم ِتى َما َح َّدث َْت ِب ِه َانْف َُس َها‬
“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku apa yang terbayang dalam
hati mereka, selama tidak melakukan atau pun mengungkapnya” 46

42 HR. Bukhari no. 1894.


43 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/52.
44 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/53-54.

45 Lihat Syarhul Mumthi’, 3/54.

46
HR. Bukhari no. 5269 dan Muslim no. 127, dari Abu Hurairah.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 66


5. Berniat membatalkan puasa.
Jika seseorang berniat membatalkan puasa sedangkan ia dalam
keadaan berpuasa. Jika telah bertekad bulat dengan sengaja untuk

membatalkan puasa dan dalam keadaan ingat sedang berpuasa, maka

puasanya batal, walaupun ketika itu ia tidak makan dan minum. Karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫َو ِانَّ َما ِلك ُِّل ا ْم ِر ٍئ َما نَ َوى‬


“Setiap orang hanyalah mendapatkan apa yang ia niatkan.” 47
Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa berniat
membatalkan puasa sedangkan ia dalam keadaan berpuasa, maka

puasanya batal.”48 Ketika puasa batal dalam keadaan seperti ini, maka
ia harus mengqodho’ puasanya di hari lainnya49.

6. Jima’ (bersetubuh) di siang hari.


Berjima’ dengan pasangan di siang hari bulan

Ramadhan membatalkan puasa, wajib mengqodho’ dan menunaikan

kafaroh. Namun hal ini berlaku jika memenuhi dua syarat: (1) yang
melakukan adalah orang yang dikenai kewajiban untuk berpuasa, dan

(2) bukan termasuk orang yang mendapat keringanan untuk tidak

berpuasa. Jika seseorang termasuk orang yang mendapat keringanan

47 HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari Umar bin Al Khottob.
48 Al Muhalla, 6/174.
49
Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/106.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 67


‫‪untuk tidak berpuasa seperti orang yang sakit dan sebenarnya ia berat‬‬
‫‪untuk berpuasa namun tetap nekad berpuasa, lalu ia menyetubuhi‬‬
‫‪istrinya di siang hari, maka ia hanya punya kewajiban qodho’ dan tidak‬‬

‫‪ada kafaroh50.‬‬

‫‪Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,‬‬

‫وس ِع ْن َد ال َّنب ِِّى – صلى الله عليه وسلم – ِا ْذ َج َاءهُ َر ُج ٌل‬ ‫ب َ ْينَ َما نَ ْح ُن ُجلُ ٌ‬
‫‪ ،‬فَقَا َل يَا َر ُسو َل ال َّل ِه َهلَك ُْت ‪ .‬قَا َل « َما َل َك » ‪ .‬قَا َل َوقَ ْع ُت َعلَى‬
‫ا ْم َر َا ِتى َو َانَا َصا ِئ ٌم ‪ .‬فَقَا َل َر ُسو ُل ال َّل ِه – صلى الله عليه وسلم – « َه ْل‬
‫َ‬
‫تَجِ ُد َرقَبَ ًة تُ ْع ِت ُق َها » ‪ .‬قَا َل لا َ ‪ .‬قَا َل « فَ َه ْل تَ ْس َت ِطي ُع ا ْن تَ ُص َ‬
‫وم َش ْه َريْ ِن‬
‫ُم َت َتا ِب َع ْي ِن » ‪ .‬قَا َل لا َ ‪ .‬فَقَا َل « فَ َه ْل تَجِ ُد ِا ْط َع َام ِس ِّتي َن ِم ْس ِكينًا » ‪.‬‬
‫قَا َل لا َ ‪ .‬قَا َل فَ َمك ََث ال َّنب ُِّى – صلى الله عليه وسلم – ‪ ،‬فَ َب ْينَا نَ ْح ُن‬
‫َعلَى َذ ِل َك ُا ِت َى ال َّنب ُِّى – صلى الله عليه وسلم – ِب َع َر ٍق ِفي َها تَ ْم ٌر –‬
‫السا ِئ ُل » ‪ .‬فَقَا َل َانَا ‪ .‬قَا َل « خ ُْذ َها‬
‫َوا ْل َع َر ُق ا ْل ِمكْ َت ُل – قَا َل « َايْ َن َّ‬
‫الر ُج ُل َا َع َلى َا ْفق ََر ِم ِّنى يَا َر ُسو َل ال َّل ِه فَ َوال َّل ِه َما‬
‫فَتَ َص َّد ْق ِب ِه » ‪ .‬فَقَا َل َّ‬
‫ت َا ْفق َُر ِم ْن َا ْه ِل ب َ ْي ِتى ‪ ،‬ف ََض ِح َك‬‫ب َ ْي َن لاَبَتَ ْي َها – ي ُ ِر ُيد ا ْل َح َّرتَ ْي ِن – َا ْه ُل ب َ ْي ٍ‬

‫‪50‬‬
‫‪Lihat Syarhul Mumthi’, 3/68.‬‬

‫‪Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan‬‬ ‫‪68‬‬


‫ال َّنب ُِّى – صلى الله عليه وسلم – َح َّتى ب َ َد ْت َانْ َياب ُ ُه ث ُ َّم قَا َل « َا ْط ِع ْم ُه‬
‫» َا ْهلَ َك‬
“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau

shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai


Rasulullah, celaka aku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

“Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah
menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.” Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau

memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi


menjawab, “Tidak”. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya

lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?”

Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa


sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada
60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”. Abu Hurairah
berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami
dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah

kurma kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian

beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Di mana orang yang


bertanya tadi?” Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ambillah dan
bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan,
“Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku,

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 69


wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung
timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi

taringnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,


“Berilah makanan tersebut pada keluargamu.51”

Menurut mayoritas ulama, jima’ (bagi orang yang berpuasa di


siang hari bulan Ramadhan (di waktu berpuasa) dengan sengaja dan

atas kehendak sendiri (bukan paksaan), mengakibatkan puasanya

batal, wajib menunaikan qodho’, ditambah dengan menunaikan


kafaroh. baik ketika itu keluar mani ataukah tidak. Wanita yang diajak

hubungan jima’ oleh pasangannya (tanpa dipaksa), puasanya pun

batal, tanpa ada perselisihan di antara para ulama mengenai hal ini.
Namun yang diperselisihkan ulama adalah kewajiban kaffarah antara

laki-laki dan perempuan apakah keduanya sama-sama dikenai kafarah


dan pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang dipilih oleh
ulama Syafi’iyah dan Imam Ahmad bahwa wanita yang diajak

bersetubuh di bulan Ramadhan tidak punya kewajiban kafaroh, yang


menanggung kafaroh adalah si pria. Alasannya, dalam hadits di atas,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintah wanita yang

bersetubuh di siang hari untuk membayar kafaroh sebagaimana


suaminya. Hal ini menunjukkan bahwa seandainya wanita memiliki

51
HR. Bukhari no. 1936 dan Muslim no. 1111.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 70


kewajiban kafarah, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentu akan
mewajibkannya dan tidak mendiamkannya. Selain itu, kafarah adalah
hak harta. Oleh karena itu, dibebankan pada laki-laki sebagaimana
mahar.52

Kafarah yang harus dikeluarkan adalah dengan urutan sebagai

berikut.
a. Membebaskan seorang budak mukmin yang bebas dari

cacat.

b. Jika tidak mampu, berpuasa dua bulan berturut-turut.


c. Jika tidak mampu, memberi makan kepada 60 orang miskin.

Setiap orang miskin mendapatkan satu mud53 makanan.54

Jika orang yang melakukan jima’ di siang hari bulan


Ramadhan tidak mampu melaksanakan kafaroh di atas, kafaroh

tersebut tidaklah gugur, namun tetap wajib baginya sampai dia


mampu. Hal ini diqiyaskan (dianalogikan) dengan bentuk utang-

piutang dan hak-hak yang lain. Demikian keterangan dari An

Nawawi rahimahullah.55

52 Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah 2/9957 dan Shohih Fiqih Sunnah, 2/108


53 Satu mud sama dengan ¼ sho’. Satu sho’ kira-kira sama dengan 3 kg.
Sehingga satu mud kurang lebih 0,75 kg.
54 Untuk ukuran makanan di sini sebenarnya tidak ada aturan baku. Jika

sekedar memberi makan, sudah dianggap menunaikannya. Lihat


pembahasan pembayaran fidyah dalam bab selanjutnya.
55 Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/224.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 71


Bagaimana Generasi Salaf Di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, banyak
peluang untuk menuai manfaat ukhrawi maupun duniawi. Di bulan

Ramadhan pahala amalan dilipatgandakan yang menjadi motivasi

memperbanyak amalan shalih, pintu maghfirah terbuka lebar bagi


orang-orang yang ingin bertaubat dan menghapus dosa-dosa,

momentum tepat untuk menjalin hubungan sosial dengan keluarga,


kerabat dan umat Islam secara umum melalui ibadah puasa dan
keistimewaan-keistimewaan lain yang terdapat dalam bulan mulia ini.

Hal itu dipahami dengan baik oleh para Salaf as Shalih (para

pendahulu) kita dari kalangan sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬, Tabi’in dan orang-

orang yang senantiasa mengikuti jejak mereka, sehingga mereka


betul-betul memanfaatkan kesempatan itu untuk memperbanyak

amalan ibadah dan bersungguh-sungguh melaksanakannya. Namun

hal itu tidaklah mengherankan, karena pemimpin dan panutan mereka


Rasulullah ‫ ﷺ‬telah memberikan contoh terbaik dalam memanfaatkan

bulan suci Ramadhan. Ibnul Qayyim menggambarkan bagaimana


kondisi Rasulullah ‫ ﷺ‬di bulan Ramadhan, beliau berkata : “Kegiatan

beliau di bulan Ramadhan : memperbanyak ibadah, malaikat Jibril

‘alaihissalam tadarrusan al-Qur’an bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬di bulan


Ramadhan, jika malaikat Jibril ‘alaihissalam datang menjumpainya

maka beliau ‫ ﷺ‬semakin dermawan dengan kebaikan, lebih dari angin

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 72


yang berhembus, dan beliau ‫ ﷺ‬adalah orang yang sangat dermawan,
dan semakin dermawan di bulan Ramadhan, beliau ‫ ﷺ‬memperbanyak
sedekah di dalamnya, berbuat baik pada orang lain, memperbanyak

membaca al-Qur’an, shalat, dzikir dan i’tikaf. Beliau ‫ ﷺ‬mengkhususkan

beberapa bentuk ibadah di bulan Ramadhan yang tidak dilakukan di


bulan-bulan lain.56

Terlebih lagi dengan kabar gembira akan keutaaman puasa yang

pahalanya menjadi rahasia Allah karena begitu mulianya ibadah ini.

Sebagaimana dalam hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

ٍ ‫ك ُُّل َع َم ِل ابْ ِن ا ٓ َد َم ي ُ َضا َع ُف ا ْل َح َسنَ ُة َعشْ ُر َا ْمثَا ِل َها ِا َلى َس ْب ِع ِمائَ ِة ِض ْع‬
‫ف‬
‫الص ْو َم ف َِا َّن ُه ِلى َو َانَا َا ْج ِزى ِب ِه ي َ َد ُع َش ْه َوتَ ُه‬
َّ َّ‫قَا َل ال َّل ُه َع َّز َو َج َّل ِالا‬
‫َو َط َعا َم ُه ِم ْن َا ْج ِلى‬
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh
ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan
puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang
akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan
makanan karena-Ku...”57

56 Zādul Ma’ad, 2/32.


57
HR. Bukhari dan Muslim.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 73


Bahkan aktivitas Ulama di bulan Sya’ban sebagaimana dikatakan
oleh al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah : “Dahulu Amr bin
Qais rahimahullah apabila telah masuk bulan Sya’ban beliau menutup

dagangannya dan memfokuskan diri untuk membaca al-Qur’an serta

berkata : Beruntunglah orang-orang yang memperbaiki diri sebelum


Ramadhan.”58

A. Bagaimana Para Generasi Salaf Menyambut Ramadhan?

1. Menyambutnya dengan penuh kebahagiaan

Dalam fatwa Syaikh bin Baz disebutkan bahwa para Ulama Salaf
terdahulu menyambut Ramadhan dengan perasaan senang dan

bahagia, serta saling berpesan untuk mengisinya dengan amal shalih.

Karena bulan Ramadhan adalah bulan agung dan merupakan karunia


besar dari Allah bagi siapa yang mendapatkannya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi kabar gembira kepada para sahabatnya.


Beliau ‫ ﷺ‬bersabda, “Ramadhan telah datang kepada kalian. Bulan
penuh berkah. Bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya fardhu

(kewajiban). Shalat di malamnya sebagai amalan sunnah.” Karenanya,


seorang mukmin pantas bergembira dengan datangnya bulan

Ramadhan. Ia bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal shalih

di dalamnya. Ia bergembira dengan kedatangannya sebagaimana

58
Lathaiful Ma’arif, 138.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 74


Nabi ‫ ﷺ‬menyampaikan kegembiraan kepada sahabatnya dengan
kedatangan bulan mulia ini.
Bukti kesenangan akan menemui Ramadhan, Beliau ‫ﷺ‬ banyak

berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala agar disampaikan kepada

bulan penuh berkah ini dalam kondisi yang sehat. Sehingga Beliau ‫ﷺ‬
bisa mengisi Ramadhan dengan puasa, qiyam, zikir, tilawah, dan amal-
amal shalih lainnya dengan maksimal.

2. Bersungguh-sungguh untuk berdoa dan memohon

kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan


Ramadhan

Orang-orang yang ada di dalam hatinya kemuliaan bulan

Ramadhan dia pasti terus menerus berdoa agar bisa bertemu dengan
bulan Ramadhan, karena betapa banyak orang yang ingin bertemu

dengan bulan Ramadhan namun dia tidak bertemu dengan bulan


Ramadhan, bahkan ada orang-orang yang telah mempersiapkan
makan sahurnya namun tidak bertemu dengan Ramadhan, betapa

banyak orang yang puasa bersama kita di tahun lalu namun kini
mereka telah tiada. Jadi bisa bertemu dengan bulan yang mulia ini

merupakan kemuliaan dari Allah subhanahu wata’ala, maka hendaklah

setiap muslim senantiasa berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala


agar bisa bertemu dengan bulan Ramadhan.

Sebagian Ulama Salaf as-Shalih berdoa kepada Allah subhanahu

wata’ala agar disampaikan kepada Ramadhan. Lalu mereka berdoa

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 75


agar Allah subhanahu wata’ala berkenan menerima amal ibadah
mereka. Kalau bulan Ramadhan bukanlah bulan yang mulia maka tidak
mungkin Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar

bisa bertemu dengan Ramadhan. Dari Abu 'Amr Al-Auza', ia berkata,

adalah Yahya bin Abi Katsir berdoa memohon kehadiran bulan


Ramadhan:

ً ‫ َوتُ َس ِّل ْم ُه ِم ِّني ُم َت َق َّبلا‬، ‫ َو َس ِّل ْم ِلي َر َم َضا َن‬، ‫َال َّل ُه َّم َس ِّل ْم ِني ِا َلى َر َم َضا َن‬
“Ya Allah, selamatkanlah aku agar bisa berjumpa dengan Ramadhan,

selamatkanlah aku agar berhasil menjalani Ramadhan, dan terimalah


amalku.” 59

Tidak satupun diantara kita yang bisa menjamin dirinya akan

bertemu dengan bulan Ramadhan, maka dari itu para salaf senantiasa

berdoa : ‫ اََ ل َّل ُه َّم َس ِّل ْم ِني ِالَى َر َم َضا َن‬yang bermakna bahwa “ya Allah

selamatkan aku sampai di bulan Ramadhan, selamatkan aku dalam


keadaan Islam, selamatkan aku dalam keadaan beriman, selamatkan
aku dalam keadaan bertakwa, selamatkan akhlakku sampai bulan

Ramadhan”, karena hati manusia senantiasa dibolak balik oleh Allah,

bisa jadi sebelum Ramadhan dia beriman namun begitu masuk bulan
Ramadhan imannya telah dicabut oleh Allah, bisa jadi sebelum bulan

Ramadhan dia masih bertakwa kepada Allah namun setelah masuk

bulan Ramadhan ketakwaannya telah dicabut oleh Allah. Maka dari itu

59
Hilyatul Auliya', Juz 1, h. 420.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 76


kita senantiasa meminta kepada Allah agar kita diselamatkan sampai
bulan Ramadhan, bukan hanya nyawa kita yang diselamatkan namun
juga keimanan kita, akhlak dan ketakwaan kita. Kemudian ‫س ِل ْم لِي‬
َ ‫َو‬
َ ‫ َر َم‬maksudnya adalah jangan sampai ada puasa puasa aku yang
َ‫ضان‬
batal, jangan sampai ada puasaku yang batal pahalanya, karena
biasanya kita hanya menjaga jangan sampai puasa kita batal, tapi tidak

pernah kita menjaga jangan sampai pahala puasa kita batal. Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda :

‫ُر َّب َصا ِئ ٍم َح ُّظ ُه ِم ْن ِص َيا ِم ِه ال ُج ْو ُع َوال َع َط ُش‬


“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan
dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.”60

Puasanya sah namun pahalanya tidak didapatkan, karena puasa

namun matanya tidak ikut puasa, puasa tapi telinganya tidak ikut

puasa, puasa tapi lisannya tidak ikut puasa, maka bagaimana Allah
akan memberinya pahala. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatakan :

‫َم ْن َص َام َر َم َضا َن ِايْ َمانًا َوا ْح ِت َسابًا ُغ ِف َر َل ُه َماتَق ََّد َم ِم ْن َذنْ ِب ِه‬
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh
keimanan dan mengharapkan (pahala dan keridhaan Allah), maka dia
akan di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.61

60 HR. Thabrani, sahih lighairihi


61
HR. Bukhari dan Muslim

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 77


‫ إِ ْي َمانًا‬artinya dia sadar ketika dia puasa dia sedang menjalankan
perintah Allah, kalau dia merasakan dalam hatinya bahwa dia sedang
menjalankan perintah Allah maka dia akan berpuasa dengan baik.
Kemudian ‫سابًا‬
َ ِ‫ َواحْ ت‬mengharapkan pahala dari Allah, maka kalau
seseorang benar-benar mengharapkan pahala dari Allah maka
tentunya dia akan menjaga puasanya dari segala sesuatu yang

membatalkannya dan juga membatalkan pahala puasanya. Ini adalah


doa yang sangat indah yang perlu untuk kita panjatkan setiap saat.

Karena jangan sampai seseorang puasa karena riya dan ikut-ikutan

maka Allah tidak akan menerima puasanya.


Ma’la bin al-Fadhl berkata: “Mereka (para ulama salaf) berdoa

kepada Allah enam bulan sebelumnya agar disampaikan kepada

Ramadhan, lalu mereka berdoa selama enam bulan sesudahnya agar


diterima ibadah dari mereka.” Para salaf dahulu berdoa enam bulan

sebelum Ramadhan untuk dipertemukan dengan bulan Ramadhan

karena begitu mulianya bulan ini. Namun bagaimana dengan kita yang
bisa jadi sampai hari ini kita belum pernah berdoa untuk dipertemukan

dengan bulan Ramadhan karena kemuliaan bulan Ramadhan tidak ada


dalam hati kita. Kemudian mereka berdoa enam bulan agar puasa

mereka diterima oleh Allah.

3. Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban


Merupakan petunjuk Nabi ‫ ﷺ‬untuk memperbanyak puasa dan

membiasakan ibadah di bulan Sya’ban. Di samping karena bulan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 78


Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia dan amal anak
Adam diangkat kepada Allah, memperbanyak puasa di bulan Sya’ban
juga sebagai persiapan dan pembiasaan diri dengan amal-amal

Ramadhan. Hal ini akan menjadikan seorang muslim terbiasa berpuasa

sehingga saat menjalani puasa Ramadhan akan terasa lebih ringan


sehingga ia bisa mengisi Ramadhan (siang atau malamnya) dengan

ibadah dan aktifitas yang baik. Sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah


radiyallahu ‘anha, beliau berkata :

ُ ‫ َوي ُ ْف ِط ُر َح َّتى نَقُو َل لا َ ي َ ُص‬، ‫وم َح َّتى نَقُو َل لا َ ي ُ ْف ِط ُر‬


‫وم‬ ُ ‫كَا َن َر ُسو ُل ال َّل ِه ي َ ُص‬
‫ َو َما َر َايْتُ ُه‬، ‫ فَ َما َر َايْ ُت َر ُسو َل ال َّل ِه ا ْستَكْ َم َل ِص َي َام َش ْه ٍر ِالاَّ َر َم َضا َن‬.
‫َاكْثَ َر ِص َيا ًما ِم ْن ُه ِفى َش ْع َبا َن‬
“Rasulullah ‫ ﷺ‬biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau
tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa
beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat
Rasulullah  berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada
bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa
yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.”62

Hadits di atas menunjukkan fadhilah berpuasa di bulan Sya’ban


dan dapat dipahami bahwa Rasulullah  tidaklah berpuasa sebulan

penuh kecuali di bulan Ramadhan, adapun puasa di bulan Sya’ban

62
HR.Bukhari dan Muslim

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 79


maka jumlah harinya melebihi puasa di bulan lainnya walaupun tidak
sampai satu bulan penuh.
Namun ini bukan berarti bahwa bulan Sya’ban lebih mulai dari

bulan Muharram, karena bagaimanapun juga puasa Muharram adalah

puasa yang paling afdhal setelah puasa di bulan Ramadhan.


Sebagaimana hadits Rasulullah ‫ ﷺ‬:

ِّ ‫َاف َْض ُل‬


‫الص َيام ب َ ْع َد َر َم َضا َن َش ْه ُر الله ال ُم َح َّرم‬
“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa
pada bulan Allah, Muharram.”63

Yang perlu dipahami bahwa hadits tentang keutamaan puasa

Muharram bersumber dari hadits/sunnah qauliyah (ucapan Rasulullah

‫)ﷺ‬, sementara puasa Sya’ban bersumber dari hadits/sunnah fi’liyah


(Perbuatan Rasulullah ‫)ﷺ‬, dan jika terdapat kontradiksi antara kedua

hadits tersebut maka yang diutamakan adalah hadits qauliyah


dibanding dengan hadits fi’liyah. Dan puasa di bulan Muharram
terdapat puasa asyura yang juga memiliki keutamaan dapat

menghapuskan dosa satu tahun yang lalu.


Alasan mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬memperbanyak puasa di bulan

Sya’ban karena ingin melatih diri agar ketika Ramadhan telah tiba

tidak terasa berat, sebagai bentuk rasa syukur akan kedatangan bulan
Ramadhan dan juga untuk mengingatkan para Sahabat akan dekatnya

63
HR.Muslim

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 80


bulan Ramadhan. Lalu Kenapa Nabi  tidak puasa penuh di bulan
Sya’ban? Imam an-Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para
ulama mengatakan, “Nabi ‫ ﷺ‬tidak menyempurnakan berpuasa

sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa

selain Ramadhan adalah wajib.”


Diantara rahasia kenapa Nabi ‫ ﷺ‬banyak berpuasa di bulan

Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib


(ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat

rawatib adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi

shalat wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa di bulan


Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa

Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa ini

bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan.64


Adapun pelarangan puasa nishfu Sya’ban (setelah pertengahan

bulan Sya’ban) atau pengkhususan malamnya dengan berbagai ritual

ibadah maka ini adalah perkara bid’ah yang tidak bersumber dari
Rasulullah ‫ﷺ‬, namun bersumber dari hadits lemah bahkan termasuk

hadits palsu dan bathil.


Namun yang perlu diperhatikan bahwa kita tidak diperbolehkan untuk

berpuasa di tanggal 30 Sya’ban yang dikenal dengan istilah yaum syak.

Adapun dalil pengharaman puasa ini adalah hadits Ammar bin Yasir
radiyallahu ‘anhuma :

64 Lathaif Al Ma’ārif, Ibnu Rajab, 233

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 81


ِ ‫الش ِّك فَق َْد َع َصى َابَا الق‬
‫َاس ِم‬ َ ‫َم ْن َص َام ي َ ْو َم‬
“Barangsiapa yang puasa pada hari yang diragukan (30 Sya’ban)
maka dia telah bermaksiat kepada Abu Qosim (Rasulullah ‫)ﷺ‬.”65

Kecuali beberapa kondisi yang menyebabkan bolehnya untuk


berpuasa yaum syak (30 Sya’ban) yaitu ketika hari tersebut bertepatan

dengan hari yang telah menjadi kebiasaannya berpuasa seperti puasa

sunnah senin kamis atau puasa daud maka boleh baginya untuk
berpuasa, atau seseorang yang masih memiliki qadha puasa

Ramadhan sebelumnya maka dia wajib mengqadha puasanya


walaupun bertepatan dengan yaum syak karena hal ini merupakan

kewajiban yang harus diselesaikan sebelum masuk Ramadhan

berikutnya, dan termasuk jika seseorang memiliki puasa nadzar atau


puasa kaffarah maka sesegera untuk di selesaikan karena ia
merupakan utang yang harus ditunaikan dan tidak boleh ditunda.

4. Menjauhkan dosa-dosa dan maksiat-maksiat terutama

kesyirikan

Para Salaf as-Shalih sangat menyadari bahwa bulan Ramadhan


adalah bulan yang penuh dengan rahmat, maka tidak pantas seorang

muslim di bulan ini melakukan dosa-dosa dan sesuatu yang dibenci


oleh Allah. Dan mereka juga sadar bahwa bulan Ramadhan adalah

65
HR. Abu Daud, An-Nasai, At Tirmidzi dan Ibnu Majah

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 82


bulan yang penuh dengan ampunan, dan juga merupakan doa-doa
diterima oleh Allah, maka selayaknya bagi seorang muslim untuk
menyambut kedatangan bulan ini dia memperbaharui imannya yaitu

hendaklah dia bertaubat dari semua dosa-dosanya, dan menjauhi

semua bentuk dosa-dosa yang menjauhkannya dari ampunan Allah.


Dan diantara dosa yang paling besar adalah kesyirikan, karena Allah

Ta’alaa berfirman :

‫ِا َّن ال ّٰل َه لَا ي َ ْغ ِف ُر َا ْن يُّشْ َر َك بِه َوي َ ْغ ِف ُر َما ُد ْو َن ٰذ ِل َك ِل َم ْن يَّ َش ٰۤا ُء َۚ َو َم ْن‬
‫يُّشْ ِر ْك بِال ّٰل ِه فَق َِد ا ْف َت ٰرٓى ِاثْ ًما َع ِظ ْي ًما‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia

mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang

dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka


sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
(QS. An-Nisaa’ : 48)

Maka seorang muslim hendaklah dia menjauhi kesyirikan baik yang

kecil maupun yang besar. Kemudian di ayat yang lain Allah Ta’alaa

berfirman :

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 83


‫َلق َْد كَف ََر ا َّل ِذيْ َن قَا ُل ْوٓا ِا َّن ال ّٰل َه ُه َو ا ْل َم ِس ْي ُح ابْ ُن َم ْري َ َم ٍۗ َوقَا َل ا ْل َم ِس ْي ُح يٰ َب ِن ْ ٓي‬
‫ِا ْس َر ٰۤا ِءيْ َل ا ْع ُب ُدوا ال ّٰل َه َربِّ ْي َو َربَّك ُْم ٍۗ ِانَّ ٗه َم ْن يُّشْ ِر ْك بِال ّٰل ِه فَق َْد َح َّر َم ال ّٰل ُه‬
‫َعلَ ْي ِه ا ْل َج َّن َة َو َم ْاوٰى ُه ال َّنا ُر ٍۗ َو َما ِلل ّٰظ ِل ِم ْي َن ِم ْن َانْ َصا ٍر‬
Artinya :

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)


Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan

tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu

seorang penolongpun.”
(QS. Al-Maidah : 72)

B. Bagaimana Para Generasi Salaf Menjalankan Ibadah Puasa


Ramadhan?

Keadaan salaf di bulan Ramadhan, sebagaimana hal itu telah


tercatat dalam kitab-kitab yang diriwayatkan dengan sanad yang

terpercaya bahwa para Salaf as-Shalih senantiasa memohon kepada

Allah subhanahu wata’alaa agar menyampaikan/mengantarkan


mereka sehingga bisa menjumpai Ramadhan, yaitu sebelum

masuknya bulan itu.

Mereka meminta kepada Allah supaya mempertemukan mereka


dengan bulan Ramadhan, karena mereka mengetahui bahwa di bulan

itu terdapat kebaikan yang sangat besar dan manfaat yang begitu luas.

Kemudian, apabila bulan Ramadhan sudah masuk mereka pun


meminta kepada Allah untuk memberikan pertolongan dan bantuan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 84


kepada mereka dalam beramal salih di bulan tersebut. Kemudian,
apabila Ramadhan usai mereka juga memohon kepada Allah agar
menerima amalan mereka itu, sebagaimana firman Allah Ta’alaa :

‫َوا َّل ِذيْ َن ي ُ ْؤتُ ْو َن َمآ ٰاتَ ْوا َّوقُلُ ْوب ُ ُه ْم َو ِجلَ ٌة َانَّ ُه ْم ِالٰى َربِّه ِْم ٰر ِج ُع ْو َن ِۙ ُاو ٰۤل ٰ ِى َك‬
‫ي ُ َسا ِر ُع ْو َن ِفى ا ْل َخ ْيرٰ ِت َو ُه ْم َل َها سٰ ِبق ُْو َن‬
Artinya :

“Dan orang-orang yang memberikan apa-apa yang sanggup mereka

persembahkan sementara hati mereka itu merasa takut;


bagaimanakah kiranya keadaan mereka ketika dikembalikan kepada

Rabbnya. Mereka itulah orang yang bersegera dalam kebaikan-


kebaikan dan mereka berlomba-lomba untuk meraihnya.”
(QS. Al-Mu’minun : 60-61)

Mereka bersungguh-sungguh dalam beramal, kemudian setelah

itu mereka dirundung oleh rasa cemas dan khawatir setelah beramal;

apakah amalnya itu diterima ataukan tidak. Yang demikian itu


dikarenakan mereka sangat mengetahui tentang agungnya

kedudukan Allah dan bahwasanya Allah tidak akan menerima amal

kecuali yang ikhlas untuk mencari ridha-Nya dan amalan yang benar
sebagaimana sunnah Rasul-Nya.

Oleh karena itu, mereka tidak menganggap dirinya suci, bahkan


mereka merasa khawatir kalau-kalau amal-amal mereka itu tidak

diterima. Oleh sebab itulah mereka sangat berharap agar amalnya bisa

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 85


diterima, dan hal ini jauh lebih membuat letih pikiran mereka daripada
sekedar melaksanakannya. Karena sesungguhnya Allah Ta’alaa
berfirman :

‫ ِانَّ َما يَتَ َق َّب ُل ال ّٰل ُه ِم َن ا ْل ُم َّت ِق ْي َن‬...


Artinya :

“… Sesungguhnya Allah hanya akan menerima amal dari orang-orang


yang bertakwa.”
(QS. Al-Ma’idah : 27)

Dan adalah mereka dahulu berusaha untuk meluangkan

waktunya untuk bisa menikmati ibadah di bulan ini dan mereka pun

mengurangi amal-amal atau kegiatan yang berkaitan dengan dunia.


Para Salaf as-Shalih banyak menghabiskan waktu dengan duduk di

rumah-rumah Allah . Mereka mengatakan, “Kami ingin menjaga puasa


kami, kami tidak ingin menggunjing siapa pun.” Dan mereka pun

menghadirkan mushaf-mushaf untuk dibaca, dan mereka saling

mempelajari kandungan Kitabullah. Mereka senantiasa berusaha


menjaga agar waktunya tidak terlewatkan dengan kesia-siaan.

Salaf as-Shalih tidak suka membuang-buang waktu dan menyia-

nyiakannya sebagaimana keadaan yang ada pada banyak orang di


masa sekarang ini. Akan tetapi, mereka berusaha menjaga waktu-

waktu mereka, malam diisi dengan sholat malam, sedangkan siang

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 86


hari diisi dengan puasa, membaca al-Qur’an, dzikir kepada Allah, dan
berbagai amal kebaikan.
Mereka para Salaf as-Shalih itu tidak mau menyia-nyiakan waktu

di bulan Ramadhan itu walaupun sedetik saja atau sekejap, kecuali

mereka selalu berusaha untuk bisa mempersembahkan amal salih di


dalamnya.

C. Bagaimana Generasi Para Salaf as-Shalih Menegakkan Ibadah-

Ibadah Sunnah pada Bulan Ramadhan

1. Kedermawanan Salaf as-Shalih di bulan Ramadhan


Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana Allah menyiapkan

begitu banyak kesempatan emas, tidak seperti bulan yang lain, bulan

ini begitu banyak amal shalih yang dapat kita maksimalkan untuk
meraup pahala yang berlipat ganda, dan salah satunya adalah dengan

bersedekah.
Sedekah memiliki makna umum dan khusus. Sedekah secara
umum mencakup seluruh kebaikan seperti meminjamkan barang,

membantu orang tua menyebrang jalan, mengantar saudari kita


dengan kendaraan kita, memberi nasehat, bahkan tersenyumpun

merupakan sedekah. Adapun sedekah secara khusus yaitu bersedekah

dengan harta yang kita miliki dan inilah yang akan dibahas pada poin
ini bagaimana salaf as shalih bersedekah di bulan Ramadhan.

Imam Syafi’i berkata : “Aku senang seseorang bertambah

dermawan di bulan Ramadhan, mengikut kepada sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬,

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 87


dan juga karena orang-orang butuh untuk memenuhi kebutuhannya
di bulan itu sementara mereka disibukkan melaksanakan ibadah shalat
dan puasa dari mencari rezeki.”66

Hal ini juga tampak dalam kehidupan salaf, diantaranya Ibnu


Umar  beliau ketika puasa tidak ingin berbuka sendirian, selalu

bersama-sama orang miskin, jika ia dilarang oleh keluarganya berbuka


bersama mereka, maka ia tidak akan berbuka di malam itu.67

Diriwayatkan bahwa Imam az-Zuhri berkata ketika masuk bulan

Ramadhan: “Bulan Ramadhan hanyalah baca al-Qur’an dan memberi


makan orang lain, dan Beliau terkenal dengan orang yang sangat
dermawan.”68 Disebutkan bahwa Hammad bin Abi Sulaiman memberi
buka puasa pada bulan Ramadhan lima ratus orang dan memberi
mereka ketika hari ‘Ied masing-masing seratus dirham.69

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu menggambarkan bagaimana kondisi


Rasulullah ‫ ﷺ‬ketika datang bulan Ramadhan , beliau berkata : “Nabi ‫ﷺ‬
adalah manusia yang paling dermawan dalam kebaikan. Beliau lebih
dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril ‘alaihissalam datang
menemui Beliau. Jibril ‘alaihissalam menjumpai beliau setiap malam di
bulan Ramadhan sampai Ramadhan habis. Nabi ‫ ﷺ‬menyetor hafalan

66 Mukhtashar al-Muzaani, 87
67 Lathaif al Ma’arif, 183
68 At-Tamhid, 1/111

69
Siyar a’lam an-Nubala, 5/23

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 88


kepada Jibril. Jadi, jika Jibril menemui Beliau maka Beliau lebih
dermawan dalam kebaikan dibandingkan angina yang bertiup.” 70

2. Salaf as-Shalih dalam Qiyamul Lail

Qiyamullail adalah shalat sunnah yang paling utama, ia adalah


tradisi orang-orang shalih dari kalangan salaf hingga hari ini, mereka

menghidupkan waktu malamnya untuk bermunajat kepada Allah. Di


bulan Ramadhan umat Islam berbondong-bondong melakukan

ibadah ini, tampak di masjid-masjid seluruh dunia, utamanya di Negeri

Islam ramai dengan jama’ah di Masjid. Namun yang sangat


disayangkan, semangat dalam melaksanakan sunnah ini hanya terjadi

di awal-awal dari bulan Ramadhan, dan terus berkurang seiring

dengan berlalunya hari demi hari dari bulan Ramadhan, sehingga


fenomena yang kita saksikan masjid semakin sepi di akhir-akhir

Ramadhan dan sebagian besar dari jama’ah menghabiskan malam-


malam akhir Ramadhan dengan sibuk meramaikan mall-mall atau
sibuk dengan tontonan sinetron yang juga semakin menuju ke akhir-

akhir dari episodenya.


Di sisi lain juga yang menyedihkan bahwa mayoritas orang

melaksanakan ibadah ini hanya sekedar tradisi sehingga tidak

memperhatikan kualitasnya. Shalat tarwih yang jumlah rakaatnya


sebelas hingga dua puluh tiga, bahkan ada yang melaksanakan lebih

70
HR. Bukhari dan Muslim

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 89


dari itu dan dituntaskan hanya dalam beberapa menit saja. Sehingga
khusyuk dan tuma’ninah yang menjadi suplemen untuk ruh dari shalat
tarwih tidak dapat terealisasi dengan maksimal atau bisa jadi sama

sekali tidak tercapai.

Bandingkan dengan shalat tarwih para Salaf as-Shalih dari


kalangan sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬. Said bin Yazid berkata: “Umar bin

Khattab memerintahkan Ubai bin Ka’ab dan Tamim ad-Dari untuk


menjadi imam (dalam shalat tarwih) sebanyak sebelas rakaat. Dan

imam pada saat itu membaca ayat-ayat yang berjumlah ratusan

(dalam setiap rakaat) sampai-sampai kami bertumpu pada tongkat


saking lamanya berdiri dan kami baru selesai dari shalat ketika

mendekati waktu fajar”.71 Diriwayatkan bahwa Utsman bin Affan

radhiallahu ‘anhu pernah shalat malam dan mengkhatamkan al-Qur’an


dalam satu rakaat.72

Pada masa khalifah Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu beliau

menginstuksikan kepada Imam-Imam shalat tarwih, bagi Imam yang


cara membacanya cepat untuk membaca sekitar 30 ayat setiap

rakaatnya, dan yang membacanya sedang untuk membaca sekitar dua


puluh lima ayat setiap rakaatnya dan yang bacaannya lambat untuk

membaca sekitar dua puluh ayat setiap rakaatnya.73

71 Sunan al Baihaqi, 2/698


72 Sunan al-Bihaqi, 2/396
73
Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 2/392

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 90


Kendati demikian, Imam shalat juga hendaknya memperhatikan
kondisi jama’ah yang shalat di belakangnya, tidak terlalu panjang
dalam bacaan shalat agar mereka tidak meninggalkan shalat tarwih

hanya gara-gara shalat yang memberatkannya. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun tidak

menetapkan jumlah tertentu dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an


dalam shalat tarwih. Hanya saja, alangkah baiknya jika selama

Ramadhan Imam dapat mengkhatamkan al-Qur’an dalam shalat


tarwih agar jama’ah mendengarkan seluruh isi al-Qur’an dalam bulan
yang mulia ini.

3. Salaf as-Shalih bersama al-Qur’an

Ramadhan adalah bulan al-Qur’an, karena ia diturunkan di bulan

Ramadhan. Sebagaimana dalam firman Allah:

... ‫َش ْه ُر َر َم َضا َن ا َّل ِذ ْ ٓي ُانْ ِز َل ِف ْي ِه ا ْلق ُْر ٰا ُن‬


Artinya :

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan

yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an.”


(QS. Al-Baqarah : 185)

Dan di bulan Ramadhan umat Islam memperbanyak membaca


al-Qur’an. Perhatian salaf terhadap al-Qur’an di bulan Ramadhan

sangat menakjubkan, hari-hari mereka dipenuhi dengan membaca al-

Qur’an. Mereka meninggalkan kesibukan-kesibukan lain yang menjadi

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 91


rutinitasnya untuk fokus kepada al-Qur’an. Sehingga mereka bisa
mengkhatamkan al-Qur’an berkali-kali di bulan Ramadhan.
Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud  mengkhatamkan al-Qur’an

setiap tiga hari di bulan Ramadhan, dan setiap tujuh hari di bulan

Ramadhan. Ubai bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu khatam setiap delapan


hari, dan Tamim ad-Daari  khatam setiap tujuh hari.74

Azwad bin Yazid khatam al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua


malam, beliau hanya tidur antara maghrib dan isya, dan di luar bulan

Ramadhan beliau mengkhatamkan al-Qur’an setiap enam malam.75

Dan Zaid bin Jubair khatam setiap dua malam di bulan Ramadhan.76
Tidak hanya dari kalangan Ulama yang memiliki tradisi seperti itu,

bahkan dikisahkan bahwa sang khalifah Walid bin Abdul Malik khatam

al-Qur’an setiap tiga malam, dan beliau bisa mengkhatamkan al-


Qur’an tiga belas kali dalam bulan Ramadhan.77

Namun yang lebih menakjubkan lagi adalah Imam Syafi’i, beliau

dapat mengkhatamkan al-Qur’an sebanyak enam puluh kali dalam


bulan Ramadhan. Murid beliau, Rabi’ bin Sulaiman berkata: “Imam

Syafi’i khatam al-Qur’an sebanyak tiga puluh kali sebulan, dan di bulan

74 Sunan al-Baihaqi, 2/555


75 Siyar a’lam an-Nubala, 4/51
76 Siyar a’lam an-Nubala, 4/325

77
Siyar a’lam an-Nubala, 4/347

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 92


Ramadhan sebanyak enam puluh kali, itu selain yang beliau baca
dalam shalat”.78
Semua ini menunjukkan bahwa para Salaf as-Shalih sangat dekat

dan perhatian terhadap al-Qur’an di bulan Ramadhan, namun tidak

tidak berarti bahwa target utama dalam membaca al-Qur’an hanya


sekedar dari sisi kuantitas saja, namun juga tetap harus dibarengi

dengan pemahaman dan tadabbur terhadap ayat-ayat yang dibaca.


Oleh karena itu terdapat larangan untuk mengkhatamkan al-Qur’an

kurang dari tiga hari karena bagi kita yang bukan penutur asli bahasa

al-Qur’an yaitu bahasa Arab sangat sulit untuk memahami bacaan al-
Qur’an jika tidak dibaca dengan perlahan-lahan yang disertai dengan

tadabbur.

Ibnu Rajab berusaha mengempromikan antara hadits yang


melarang khatam kurang dari tiga hari dengan tradisi sebagian Salaf

yang khatam kurang dari 3 hari, beliau berkata: “Larangan

mengkhatamkan al-Qur’an kurang dari tiga hari tertuju bagi orang


yang membiasakan hal itu. Adapun waktu-waktu utama seperti bulan

Ramadhan, terkhusus lagi bagi malam yang diperkirakan sebagai


lailatul qadr, atau ditempat-tempat yang utama seperti Mekkah selain

ahli Mekkah, maka dianjurkan untuk memperbanyak membaca al-

Qur’an supaya mendapat keutamaan pada waktu dan tempat

78
Tarikh Dimasyq, 51/393

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 93


tersebut.79 Atau mungkin saja para Salaf mampu membaca disertai
dengan tadabbur dalam waktu singkat, dan hal itu mudah bagi mereka
yang jiwa nya sudah menyatu dengan al-Qur’an dan telah mengusai
tafsirnya dengan sempurna.

D. Menggapai Jalan Hijrah pada Momentum Bulan Ramadhan

Di setiap saat kita dianjurkan untuk memohon ampun kepada Allah


dan bertaubat, namun di bulan Ramadhan anjuran ini lebih di

tekankan, karena kemuliaan dan kedudukan bulan ini. Pintu-pintu

surga terbuka lebar, sementara pintu-pintu neraka tertutup rapat,


setanpun terbelenggu. Selain itu, orang muslim di bulan ini

terkondisikan untuk beramal saleh, mereka puasa di siang hari hari dan

shalat tarwih di malam hari, sehingga sangat mendukung proses


taubat dari segala dosa yang pernah dilakukan. Ramadhan sendiri

berfungsi sebagai penghapus dosa, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

‫ َو َر َم َضا ُن ِا َلى‬،‫ َوال ُج ْم َع ُة ِا َلى ا ْل ُج ْم َع ِة‬،‫ات ال َخ ْم ُس‬


ُ ‫الصلَ َو‬
.‫ات َما ب َ ْينَ ُه َّن ِاذَا ا ْجتَنَ َب ا ْلكَ َبا ِئ َر‬
ٌ ‫ ُمكَف َِّر‬،‫َر َم َضا َن‬
“Shalat lima waktu, shalat jum’at ke shalat jum’at berikutnya, dan
Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa yang
dilakukan disela-selanya jika dosa-dosa besar ditinggalkan.”
(HR. Muslim)

79
Lathaif al Ma’arif, 183

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 94


Allah memiliki nama ‫( الغَف ْور‬Maha Pengampun), yang berarti ampunan

yang luas bagi hamba-Nya, asal ia mau memintanya dari Allah selama

dia memintanya kepada Allah. Dalam menerangkan luasnya ampunan


Allah ini, Rasulullah  meriwayatkan dalam hadits Qudsi :

‫ قَا َل ال َّل ُه تَ َبا َر َك َوتَ َعا َلى يَا ابْ َن‬: ‫قَا َل َر ُسو ُل ال َّل ِه َص َّلى الل ُه َعلَ ْي ِه َو َس َّل َم‬
‫يك َولَا ُابَا ِلي‬
َ ‫ا ٓ َد َم ِانَّ َك َما َد َع ْوتَ ِني َو َر َج ْوتَ ِني َغف َْر ُت َل َك َع َلى َما كَا َن ِف‬
‫الس َم ِاء ث ُ َّم ا ْستَ ْغف َْرتَ ِني َغف َْر ُت َل َك َولَا‬
َّ ‫يَا ابْ َن ا ٓ َد َم َل ْو بَلَ َغ ْت ُذنُوب ُ َك َعنَا َن‬
ِ ‫ُابَا ِلي يَا ابْ َن ا ٓ َد َم ِانَّ َك َل ْو َاتَ ْي َت ِني ِبق َُرا‬
ِ ‫ب الْا َ ْر‬
‫ض َخ َطايَا ث ُ َّم َل ِقي َت ِني لَا‬
ً ‫تُشْ ِر ُك بِي َش ْيئًا لَا َتَ ْي ُت َك ِبق َُرا ِب َها َم ْغ ِف َرة‬
“Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu , beliau berkata: Aku telah
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah
Tabaraka wa Ta’ala berfirman, ‘Wahai, anak Adam! Sungguh selama
engkau berdoa kapada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku
ampuni semua dosa yang ada pada engkau, dan Aku tidak peduli.
Wahai, anak Adam! Seandainya dosa-dosamu sampai setinggi awan
di langit, kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, niscaya
Aku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai, anak Adam! Seandainya
engkau menemui-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi,
kemudian menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan Aku
sedikit pun, tentulah Aku akan memberikan pengampunan sepenuh
bumi.”

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 95


(HR. At Tirmidzi)
Dan firman Allah :

‫قُ ْل يٰ ِع َبا ِد َي ا َّل ِذيْ َن َا ْس َرف ُْوا َعلٰٓى َانْف ُِسه ِْم لَا تَ ْقنَ ُط ْوا ِم ْن َّر ْح َم ِة ال ّٰل ِه ٍۗ ِا َّن‬
‫الر ِح ْي ُم َو َا ِن ْي ُب ْوٓا ِالٰى َربِّك ُْم‬
َّ ‫الذنُ ْو َب َج ِم ْي ًعا ٍۗ ِانَّ ٗه ُه َو ا ْل َغف ُْو ُر‬
ُّ ‫ال ّٰل َه ي َ ْغ ِف ُر‬
ُ ‫َو َا ْس ِل ُم ْوا َل ٗه ِم ْن قَ ْب ِل َا ْن يَّ ْا ِتيَك ُُم ا ْل َع َذ‬
‫اب ث ُ َّم لَا تُ ْن َص ُر ْو َن‬
Artinya :

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap

diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.

Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-


Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat

ditolong (lagi).”
(QS. Az-Zumar : 53-54)

Dari ayat dan hadits di atas dapat dipahami bahwa ampunan


Allah sangatlah luas, maka sangatlah merugi seorang manusia yang

bisa mendapatkannya, bisa jadi karena manusia begitu sombong

dengan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki sehingga lupa akan


kelemahannya di hadapan Allah sehingga tidak ingin memohon dan

meminta ampunan kepada-Nya.

Di momentum Ramadhan mari awali hijrah kita dengan taubat


an-nasuhah (taubat yang tulus) dengan bertekad merubah diri kita ke

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 96


arah yang lebih baik, dan taubatun nasuhah memiliki beberapa syarat
yaitu : Pertama, mengikhlaskan niat semata-mata karena Allah bukan
karena mengharapkan pujian dari manusia. Kedua, menyesali seluruh

dosa dan maksiat yang pernah dilakukan serta berniat dan bertekad

untuk meninggalkan dosa dan maksiat. Ketiga, mengembalikan hak


orang lain jika dosa yang pernah dilakukan berkaitan dengan hak

orang lain (seperti mengambil barang seseorang, dll). Keempat, waktu


bertaubat di waktu yang lapang yaitu bukan pada saat sakaratul maut.

Maka orang yang mengaku bertaubat kemudian tidak memenuhi

syarat-syaratnya maka sesungguhnya dia tidak bersungguh-sungguh


dalam bertaubat.

Beberapa kiat agar dapat melakukan taubatun nasuhah yaitu

dengan memohon pertolongan kepada Allah karena Dialah yang


Maha membolak balikkan hati manusia, berteman dengan orang-

orang shalih agar dapat mengingatkan ketika lalai serta mencari

lingkungan yang kondusif untuk selalu membawa pada kebaikan,


selalu mengingat kematian yang bisa datang kapan dan dimana saja,

mengingat akan pedihnya siksa api neraka, serta selalu merasakan


pengawasan Allah (muraqabatullah).

Orang yang bertaubah memiliki kekhawatiran apakah taubatnya

diterima atau tidak, dan itu merupakan hal yang wajar. Dan tanda dari
diterimanya taubah seorang hamba adalah ketika seorang hamba

mendapati amalannya jauh lebih baik dari sebelumnya, karena sebuah

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 97


kebaikan akan mendatangkan kebaikan yang lain. Sebagaimana dalam
firman Allah :

‫َوا َّل ِذيْ َن ا ْه َت َد ْوا َزا َد ُه ْم ُه ًدى َّو ٰا ٰتى ُه ْم تَقْوٰ ى ُه ْم‬
Artinya :

“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah


petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.”
(QS. Muhammad : 17 )

Para Ulama mengatakan bahwa takwa itu seperti orang yang

berjalan di atas duri-duri, sangat berhati-hati dalam melangkah agar


tidak tertusuk oleh salah satunya. Dan tentu ibadah taubat ini

merupakan ibadah yang agung sehingga Allah menyiapkan pahala

yang begitu besar. Dan diantara nikmat-nikmat yang akan didapatkan


oleh seorang hamba yang bertaubat sebagaimana firman Allah :

1. Orang yang bertaubat akan memperoleh kebahagiaan

‫ َوتُ ْوب ُ ْوٓا ِا َلى ال ّٰل ِه َج ِم ْي ًعا َايُّ َه ا ْل ُم ْؤ ِمنُ ْو َن َل َع َّلك ُْم تُ ْف ِل ُح ْو َن‬...
Artinya :

“….Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang


yang beriman supaya kamu beruntung.”
(QS. An-Nuur : 31)

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 98


2. Allah akan menghapus dosa orang-orang yang bertaubat

‫يٰ ٓ َايُّ َها ا َّل ِذيْ َن ٰا َمنُ ْوا تُ ْوب ُ ْوٓا ِا َلى ال ّٰل ِه تَ ْوب َ ًة نَّ ُص ْو ًح ٍۗا َعسٰ ى َربُّك ُْم َا ْن يُّكَف َِّر َع ْنك ُْم‬
‫ت تَ ْج ِر ْي ِم ْن تَ ْح ِت َها الْا َ ْنهٰ ِۙ ُر ي َ ْو َم لَا ي ُ ْخ ِزى ال ّٰل ُه ال َّنب َِّي‬ ٍ ‫َس ِّي ٰا ِتك ُْم َوي ُ ْد ِخلَك ُْم َج ّٰن‬
‫َوا َّل ِذيْ َن ٰا َمنُ ْوا َم َع َۚ ٗه نُ ْو ُر ُه ْم ي َ ْسعٰى ب َ ْي َن َايْ ِديْه ِْم َو ِب َايْ َما ِنه ِْم يَق ُْو ُل ْو َن َربَّنَآ َاتْ ِم ْم‬
‫َلنَا نُ ْو َرنَا َوا ْغ ِف ْر َلنَ َۚا ِانَّ َك َعلٰى ك ُِّل َش ْي ٍء ق َِديْ ٌر‬
Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan

taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan


Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu

ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari

ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang


bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di

sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami,


sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami;

Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."


(QS. At-Tahrim : 8)

3. Hamba yang bertaubat akan mendapatkan cinta Allah

‫ ِا َّن ال ّٰل َه ي ُ ِح ُّب ال َّت َّوا ِب ْي َن َوي ُ ِح ُّب ا ْل ُم َت َط ِّه ِريْ َن‬...
Artinya :

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah : 222)

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 99


4. Kesalahan orang yang bertaubat akan diganti dengan
kebaikan

‫اب َو ٰا َم َن َو َع ِم َل َع َملًا َصا ِل ًحا فَ ُاو ٰۤل ٰ ِى َك يُبَ ِّد ُل ال ّٰل ُه َس ِّي ٰا ِته ِْم‬ َ َ‫ِالَّا َم ْن ت‬
‫ت َوكَا َن ال ّٰل ُه َغف ُْو ًرا َّر ِح ْي ًما‬
ٍ ٍۗ ‫َح َس ٰن‬
Artinya :

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal

saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Furqan : 70)

5. Orang yang bertaubat akan mendapatkan rezeki yang baik,

ditambahkan kekuatan, harta serta keturunan

َّ ‫فَ ُق ْل ُت ا ْس َت ْغ ِف ُر ْوا َربَّك ُْم ِانَّ ٗه كَا َن َغفَّا ًر ِۙا يُّ ْر ِس ِل‬
‫الس َم ٰۤا َء َعلَ ْيك ُْم ِّم ْد َرا ًر ِۙا‬
ٍ ‫َّوي ُ ْم ِد ْدك ُْم ِب َا ْم َوا ٍل َّوب َ ِن ْي َن َوي َ ْج َع ْل َّلك ُْم َج ّٰن‬
‫ت َّوي َ ْج َع ْل َّلك ُْم َانْهٰ ًر ٍۗا‬
Artinya :
“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada

Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia

akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan


membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu

kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-

sungai.”

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 100


(QS. Nuh : 10-12)

Beberapa ayat di atas menjelaskan nikmat-nikmat yang akan

diberikan Allah kepada orang-orang bersungguh-sungguh dalam

bertaubat dan bertekad untuk berhijrah ke arah yang lebih baik. Oleh
karenanya, Ramadhan kali ini harus kita maksimalkan untuk

membersihkan diri dari segala khilaf, baik kepada Allah maupun


kepada sesama manusia.

Demikianlah potret para Salaf as-Shalih dalam menyambut bulan

Ramadhan dan aktifitas mereka di bulan Ramadhan, semoga kita


semua mengambil pelajaran dan dapat mengikuti jejak mereka

dengan baik agar kita dapat dikumpulkan bersama mereka di akhirat

kelak. Aamiin...

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 101


Sampai Bertemu Lagi, Ramadhan!
Tidak terasa Ramadhan kian menuju ujungnya. Benarlah ia hanya
ayyaaman ma’duudaat. Baru rasanya melangitkan doa untuk bertemu

dengannya, kini doa kita kan berganti lirih, semoga Allah menerima

amal ibadah kita di dalamnya dan semoga Allah berkenan


mempertemukan kita lagi dengannya. Hari-hari perpisahan itu akan

segera datang. Selayaknya ketika seorang tercinta telah dekat masa


kepergiannya yang telah diketahui bersama, akankah kita siakan

kebersamaan dengannya? Bila perlu, seakan dunia hanya milik berdua.

Tak ingin terganggu. Tak ingin segera berlalu. Demikian rasa kita di
sepuluh malam terakhir Ramadhan.

SEPULUH MALAM TERAKHIR RAMADHAN


Telah berlalu hari-hari penuh keberkahan itu lebih setengahnya.

Siangnya tercerahkan dengan tilawah dan kebajikan. Malamnya

tersyahdukan dengan tarawih dan munajat di tengah malam. Tak buta


mata dari ringkihnya tubuh saudara kita yang butuh, terulur sedekah

sepenuh cinta tanda ukhuwah. Tak tuli telinga dari gemeretak gigi
kelaparan dari insan yang juga sedang berjuang dalam puasanya,

mengetuk hati tuk terus berbagi tanpa tapi. Dua puluh hari Ramadhan

itu menggerakkan energi kebaikan ke sekujur tubuh kita yang


biasanya bergerak mengikuti poros materi saja. Dua puluh hari

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 102


Ramadhan itu telah mengajarkan kerendahan hati di hadapan manusia
dan kerendahan diri di hadapan Allah Sang Pemilik semesta.
Kini, detik yang berjalan kan membawa kita ke malam pertama

di sepuluh terakhir Ramadhan, malam ke dua puluh satu. Memasuki

malam ke-21, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengencangkan


ikatan sarungnya, membuat pojokan khusus di masjid, melarut dalam

ibadah bersama Rabbnya hingga terbitnya fajar Syawal. I’tikaf lah


sebutannya.

I’tikaf adalah sebuah ibadah yang terkumpul padanya berbagai

jenis rupa ibadah lainnya. Ibadah yang sangat dianjurkan pada sepuluh
malam terakhir Ramadhan sekaligus untuk meraih malam terbaik di

sepanjang masa, Lailatul Qadar. I’tikaf ialah mengurung diri dan

mengikatnya untuk berbuat taat dan selalu mengingat Allah. Tak beri
kesempatan untuk lalai dan malas. Ia memutus hubungan kita dengan

segala kesibukan. Ia mengurung hati dan jasmani hanya untuk Allah

dan mendekatkan diri kepada-Nya. Tidak ada terbetik dalam hatinya


sesuatu keinginan pun selain Allah dan yang mendatangkan ridha-

Nya. Karena ia semahal-mahal kesempatan dalam kesempitan.


Esensi dari I’tikaf adalah memurnikan hati untuk Allah semata

serta serius memohon ampunan-Nya dan mengharap penuh limpahan

ridha-Nya. Atha’ mengatakan dalam kitab Wazhaaifu Ramadhaan,


“Perumpamaan orang yang beri’tikaf adalah semisal seseorang yang

sedang mengharapkan sesuatu dari seorang tokoh agung, lalu ia

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 103


duduk di depan pintu gerbang istananya seraya mengatakan bahwa ia
takkan pergi beralih sebelum kebutuhannya dipenuhi. Begitu jugalah,
orang yang beri’tikaf, duduk di rumah Allah seraya mengatakan bahwa

ia takkan beralih pandangan sebelum dosa-dosanya diampuni.” Dulu,

sang kekasih Allah apabila ingin melakukan I’tikaf, beliau shallallahu


‘alayhi wa sallam memerintahkan agar dibuatkan sekat khusus di
dalam masjid sebagai tempat beliau menetap, dimana di sanalah
beliau akan berkhalwat (berduaan) bersama Rabb-nya. Aisyah

radhiyallahu ‘anha mengatakan, “Biasanya jika Nabi ingin beri’tikaf di


sepuluh terakhir bulan Ramadhan, aku buatkan sebuah ruang khusus
(di dalam masjid), sehingga beliau kemudian sholat Subuh dan mulai

memasukinya.” (HR. Bukhari Muslim)

Sungguh mendalam perkataan Ibnu Qayyim rahimahullah


tentang I’tikaf dalam kitabnya Zaadul Ma’ad.

“Kesalehan hati dan konsistensinya dalam menekuni perjalanan

menuju Allah itu tergantung pada keseriusannya terhadap Allah dan


ketulusannya untuk secara fokus menghadapkan diri kepada-Nya.

Sebab, cerai-berai hati tidak akan bisa disatukan kecuali dengan fokus
menghadap-Nya. Kelebihan makanan, minuman, pergaulan,

pembicaraan, dan tidur juga termasuk penambah kadar cerai-berai

dan kocar-kacirnya hati. Dapat juga memutus konsentrasinya dalam


menekuni perjalanan menuju Allah, atau setidaknya membuat diri

lemah, lumpuh, dan berhenti.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 104


Sesuai dengan sifat Maha Pengasih dan Mahaagung-Nya,
kemudian Allah mensyariatkan kepada para hamba-Nya ibadah
shaum (puasa) yang akan menghilangkan kelebihan makanan dan

minuman serta membersihkan noda-noda syahwat dari hati yang

biasa menghalanginya menekuni perjalanan menuju Allah. Ibadah


shaum ini disyariatkan sesuai kadar kemaslahatan, yang mana dengan

itu sang hamba akan memperoleh manfaat untuk dirinya di dunia


maupun di akhirat tanpa harus membahayakan dirinya ataupun

menghilangkan kemaslahatan jangka pendek maupun jangka

panjang.
Allah juga mensyariatkan untuk hamba-Nya ibadah I’tikaf yang

spirit dan esensinya adalah fokus, penyepian, dan konsentrasinya hati

kepada Allah semata, serta pemutusan diri (untuk sementara waktu)


dari kesibukan-kesibukan yang berkaitan dengan makhluk lainnya. Di

masa itu yang menjadi konsentrasi hati dan pikiran hanyalah dzikir dan

rasa cinta kepada Ilahi. Sehingga nilai-nilai Ilahiah mendominasinya,


kecamuk perhatian akan terpusat kepada-Nya, medan perasaan akan

dipenuhi oleh dzikir kepada-Nya, dan arena pemikiran akan terfokus


pada bagaimana meraih keridhaan dan kedekatan kepada-Nya.

Dengan demikian, kenyamanan jiwa akan dipenuhi dengan kedekatan

dengan Sang Khaliq dan bukan lagi kedekatan kepada makhluk.


Kondisi inilah yang akan membuatnya siap untuk nantinya

tetap nyaman ketika berada pada masa-masa kesendirian di alam

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 105


kubur, di saat dimana tidak ada lagi penghibur ataupun teman
yang menyertai selain Allah. Jadi inilah tujuan paling agung dari
ibadah I’tikaf.”

Lalu, apa yang sebenarnya kita cari di sepuluh malam terakhir

itu? Ia adalah semulia-mulia malam, yang penuh keagungan, berlapis-


lapis keberkahan, kesejahteraan untuk seluruh alam, beribadah di

malam itu lebih baik daripada beribadah selama 1000 bulan. Terhalang
beribadah di malam itu artinya terhalang dari seluruh kebaikan.

Ketiduran di malam itu ibarat musibah yang lebih berat dari

kemalingan seisi rumah. Waktu yang tak mungkin kembali dan tak
terbeli, sedang harta bisa dicari. Ialah Lailatul Qadar, yang letaknya

menjadi rahasia di antara sepuluh malam terakhir itu. Ialah Lailatul

Qadar yang hanya tersemat tandanya setelah perginya.


Melambungkan asa bagi yang melaluinya dalam munajat dan air mata.

Menyisakan sesal bagi yang melalui dalam indahnya mimpi dan air liur.

Ialah Lailatul Qadar, malam dimana malaikat berjejalan berbarisan di


langit malam nan tenang hingga dedaunan pun tak kuasa bergerak,

rumput tak bergoyang. Allah berfirman,

ِ ‫اِنَّا ٓ ا َ ْنزَ ْل ٰنه فِ ْي لَ ْيلَ ِة ْالقَد ِْر َو َما ٓ اَد ْٰرىكَ َما لَ ْيلَة ْالقَد ِۗ ِْر لَ ْيلَة ْالقَد ِْر ەۙ َخي ٌْر ِم ْن اَ ْل‬
‫ف‬
ٰ َ ‫الر ْوح فِ ْي َها ِب ِاذْ ِن َر ِب ِه ْۚ ْم ِم ْن ك ِل ا َ ْم ٍۛر‬ ٰۤ
ِ
ْ ‫ِي َحتّٰى َم‬
‫طلَع‬ َ ‫سل ٌم ٍۛه‬ ُّ ‫ش ْه ِۗر تَن ََّزل ْال َم ٰل ِٕىكَة َو‬ َ
ࣖ ‫ْالفَجْ ِر‬
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada
malam kemuliaan (lailatul qadr). Dan tahukah kamu apa itu

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 106


lailatul qadar? Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu
(penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
(QS. Al-Qadr: 1-5)
Datangnya adalah rahasia. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani

rahimahullah bertutur, “Para ulama berbeda pendapat dalam masalah


penentuan waktu lailatul qadar. Jumlah pendapat yang sampai pada

kami dalam masalah tersebut lebih dari 40 pendapat. Banyaknya

pendapat ini sama dengan perbedaan mereka tentang penentuan


waktu yang afdhal untuk berdoa pada hari Jumat. Kedua waktu ini

dirahasiakan agar para hamba Allah bersungguh-sungguh untuk

mencarinya.” Dalam tafsir Ibnu Katsir, beliau menyebutkan sebanyak


46 pendapat dengan dalil masing-masing lalu beliau menyimpulkan:

“Pendapat yang rajih dari sekian banyak pendapat adalah lailatul


qadar terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadhan
dan berpindah di setiap tahunnya sebagaimana dipahami dari hadits-
hadits yang menyebutkan masalah ini. Namun, malam yang paling
diharapkan adalah malam-malam ganjil dan diantara malam ganjil
yang paling rajih menurut madzhab Syafi’iyah malam kedua puluh
satu atau malam kedua puluh tiga berdasarkan hadits yang
diriwayatkanoleh Abu Said dan Abdullah bin Unais. Adapun jumhur
ulama memilih malam kedua puluh tujuh.”

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 107


Ia dikenali dari tanda-tandanya. Yang kebanyakannya termaktub
setelah berlalunya. Dari Abul Mundzir Ubay bin Ka’ab radhiyallahu
‘anhu berkata, “Rasulullah mengabarkan kepada kami tanda lailatul
qadar; Matahari terbit pada pagi hari dari malam lailatul qadar seperti

bentuk baskom, tidak memiliki sinar yang menyengat hingga matahari


meninggi.” (HR Muslim dan Abu Dawud)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa


sallam tentang lailatul qadar, “Malam yang ramah, tidak panas dan
tidak dingin, pagi harinya matahari terbit kemerah-merahan dan

sinarnya lembut (tidak menyengat).”


Maka di malam penuh kemuliaan itu, hidupkanlah ia dengan

ibadah. “Barangsiapa yang beribadah di malam lailatul qadar karena

iman dan ikhlas, maka diampunkan dosanya yang telah lampau.” (HR
Bukhari dan Muslim)

Rasululllah shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah teladan terbaik

dalam hal ini sebagaimana diceritakan oleh Aisyah ummahatul


mukminin, “Adalah Nabi jika telah masuk sepuluh malam terakhir

Ramadhan beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan


malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari dan

Muslim). Maka tinggalkanlah kesibukan lain di malam hari.

Bersegeralah memasuki mihrab ibadah, menjemput malam terbaik.


Bangunkan ayahmu, bangunkan ibumu, bangkitlah berdiri untuk

shalat yang penuh tawadhu di hadapan Allah Rabbul Izzati. Pakailah

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 108


pakaian terbaikmu. Pakailah wewangian terbaikmu. Bersihkanlah
tubuhmu dan tempat sholatmu. Hidupkan malammu. Jauhkan
handphonemu. Offkan paket datamu. Pamitlah sejenak dari

medsosmu. Matikan televisimu. Abaikanlah corona sementara waktu.

Ini malam kemuliaan yang kamu tunggu-tunggu. Nikmati bersama


Rabbmu.

Mungkin Corona masih akan meramaikan kehidupan kita hingga


tiba sepuluh malam terakhir Ramadhan nanti. Mungkin kita takkan

bisa beri’tikaf di masjid-masjid sebagaimana yang sudah kita

rencanakan. Maka seluruh bumi Allah adalah sajadah. Mungkin I’tikaf


bukan lagi namanya karena ia mengharuskan kita berdiam di masjid.

Tapi mengejar kemaafan dari Allah Al-‘Afwu janganlah terhalang

karena Corona. Sungguh Allah Maha Mendengar lirih doa kita


dimanapun kita meminta. Tahun ini akan menjadi ujian, karena kita

akan menghabiskan sepuluh malam terakhir di rumah kita sendiri.

Godaan tentu akan banyak. Takkan setenang di masjid. Tetapi kata


Rasulullah, pahala berbanding dengan kesulitannya. Menangkan

ujianmu, kawan. Siapkan mihrab cintamu.


Bagaimana menghidupkan malam? Awali dengan memohon izin

kepada seisi rumah bahwa kita akan “semedi” sejenak, di sepuluh

malam terakhir. Bahwa kita tak akan berbicara yang sia-sia kecuali
perkataan yang mendatangkan ridha Allah. Bahwa kita tak punya

waktu lebih untuk bermain-main di malam hari. Bahwa setiap detik

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 109


malam kita, nafasnya adalah ibadah. Bukan berarti kau tak bisa
tersenyum lagi. Bukan berarti kau tak membantu ibumu lagi. Bukan
berarti kau tutup mata dari adik-adikmu yang butuh bantuanmu.

Bukan, kawan. Tapi semua kita lakukan dalam rangka ibadah. Saling

membantulah agar kita sekeluarga bisa menikmati malam kita masing-


masing. Selepas isya, setelah memenuhi kewajiban di rumah sebagai

anak berbakti, berdiamlah di pojokmu yang sudah tertata rapi dan


bersih. Bacalah qur’an dengan tartil (tenang), meresapi setiap barisnya,

merasakan Dia melihatmu yang sedang membaca kalam-Nya.

Berdirilah untuk tarawih, berjamaah bersama keluargamu. Setelah itu,


kembalilah kepada mushafmu lagi. Jika kau tak terbiasa terjaga

semalam suntuk, tidurlah sejenak. Jangan lama-lama. Satu atau dua

jam saja. Lalu bangkitlah menyegarkan diri dengan wudhu yang


syahdu. Seperti Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang bergetar nan

pucat wajahnya tiap selesai berwudhu. Terheran-heranlah orang yang

melihatnya, dan tak ragu untuk bertanya, “Ada apa, wahai Ali?”
Sederhana tapi mendalam jawaban beliau yang dianugrahi akal yang

cerdas dan tawadhu, “Tidakkah engkau tahu aku akan bertemu


dengan siapa?” Maka bangkitlah jiwa yang rindu dengan ampunan

dari Rabbnya. Kau bisa mengantuk lain kali. Jangan malam ini. Pakailah

pakaian terbaikmu. Kenakan mukena terbaikmu. Hadapkan wajahmu


ke Ka’bah yang nun jauh dan kini tak tersentuh. Ucapkan takbir.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 110


Allaahu Akbar! Sungguh Engkau Mahabesar. Kami kecil tak
berdaya. Sungguh Engkau Mahabesar. Corona kecil dalam kehendak-
Mu. Sungguh Engkau Mahabesar. Kami kecil, datang menghadap-Mu.

Hamba penuh dosa ini datang ingin mengetuk pintu maaf-Mu.

Lisan yang selalu lalai ini, datang meminta, “Yaa Allah, jauhkanlah
antara aku dan dosa-dosaku, sebagaimana Engkau jauhkan antara

timur dan barat. Yaa Allah, bersihkanlah aku dari dosa-dosaku,


sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari noda. Yaa

Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosaku dengan air, salju, dan embun.”

Hamba yang lemah ini berlindung kepada-Mu dari godaan


syaitan yang terkutuk. Resapilah ta’awudzmu kali ini. Tidaklah kita

bangkit untuk beribadah kecuali syaithan pun bangkit untuk

mengganggu kekhusyu’an kita. Dia (syaithan) telah berjanji untuk


menyesatkan seluruh anak Adam, dan dia berhasil, kecuali bagi orang-

orang yang ikhlas. Malam ini, saat penghulu syaithan-syaithan masih

terbelenggu, berlindunglah kepada Allah dari kelemahan hawa


nafsumu. Jangan biarkan urusan lain mengganggu sholatmu kali ini.

Jangan biarkan hal remeh temeh membuyarkan konsentrasimu kali ini.


Berlindunglah kepada Allah dengan penuh kesungguhan dan

kerendahan diri.

Lalu dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang,


segala puji bagi-Mu yaa Rabb semesta alam. Pujilah Allah yang masih

memberimu kehidupan di tengah musibah yang merenggut nyawa

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 111


tanpa kenal kasta. Pujilah Allah yang masih mengumpulkanmu
bersama keluarga di tengah musibah yang memisahkan seorang ayah
dan anaknya, seorang gadis dan ibunya. Pujilah Allah yang senantiasa

melimpahkan rezeki-Nya untukmu di tengah banyaknya maksiatmu

pada-Nya. Pujilah Allah yang mengizinkanmu mengecup indahnya


Ramadhan kali ini dalam dekapan hidayah. Pujilah Allah yang dengan

kehendak-Nya, seluruh sendimu menopang tubuhmu berdiri


menghiba keberkahan malam mulia ini. Pujilah Allah, Ar-Rahmaan Ar-

Rahiim. Allah, yang Menguasai hari Pembalasan. Tahukah kamu apa

itu hari Pembalasan? Hari dimana seseorang sama sekali tidak berdaya
menolong orang lain, dan segala urusan pada hari itu dalam

kekuasaan Allah. Hari dimana semua orang datang menghadap-Nya

sebagai hamba, tidak ada raja, tidak ada mahkota. Hari dimana seluruh
amal akan dibalas, kecil maupun berat, nampak maupun tersembunyi,

tanpa ada satupun makhluk yang terzhalimi. Hari dimana mulut

dikunci dan tubuh ini bersaksi. Tentang suatu malam yang dipenuhi
tangis karena takut kepada-Nya. Juga suatu malam yang penuh

maksiat seolah Ia tak melihatnya. Dialah satu-satunya Raja di hari itu,


yang membalas semua perbuatan dengan hikmah dan keadilan-Nya.

Maaliki yaumiddin.

Iyyaaka na’budu. Hanya kepada-Mu kami menyembah. Duhai


Rabbi, selalu kalimat ini terikrar dari lisan kami yang jahiil nan fakir.

Selalu kami ucapkan di tiap Al-Fatihah yang kami baca, Iyyaaka

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 112


na’budu. Meski kami tahu yaa Rabb. Betapa seringnya kami
melupakan-Mu padahal tubuh kami tampak sedang beribadah
menyembah-Mu. Betapa seringnya kami mendahulukan panggilan

telepon orang lain daripada panggilan-Mu. Betapa seringnya kami

membaca medsos kami daripada membaca kalam-Mu. Betapa


seringnya kami terlarut dalam romansa cinta manusia yang fana nan

php daripada melabuh pada sejatinya cinta kepada-Mu. Sementara


tak kurang dari 17 kali setiap hari kami mengucap “Iyyaaka na’budu”.

Sungguh malu hati ini yaa Rabb. Tapi, tidak ada tempat bersandar

yang paling menenangkan kecuali di sisi-Mu, yaa Ilaahi. Wa iyyaaka


nasta’iin. Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. Di hari-hari

sulit ini, hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan. Di tengah

musibah Corona ini yaa Rabbanaa, hanya kepada-Mu kami


bergantung. Dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan agar

hamba yang fakir ini mampu beribadah kepada-Mu di hari-hari

terakhir Ramadhan mubaarak ini. Tidaklah diri kita mampu berpuasa


kecuali karena pertolongan Allah. Tidaklah diri kita mampu

mengkhatamkan Al-Qur’an kecuali karena pertolongan Allah. Tidaklah


diri kita tangguh bersedekah dan berbagi kepada sesama kecuali

karena pertolongan Allah. Bukan karena hebatnya amal kita. Bukan

karena kita jago menjaga iman. Bukan karena kita kuat. Tapi karena
Allah menolong kita. Semuanya karena Allah. Iyyaaka na’budu wa

iyyaaka nasta’iin.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 113


Lalu merendahlah lirih kita mengucap doa yang juga sudah
sangat sering kita ungkapkan tanpa rasa. Padahal ialah sebaik-baik
doa dan pinta. Ialah kebutuhan terbesar kita dibanding makan dan

minum yang memenuhi perut kita. Ialah nikmat terbaik yang Allah

berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia berikan kepada siapa
yang Dia inginkan. Dan beruntunglah yang bisa menjaganya hingga

akhir hayat. Ihdinaa ash-shiraatal mustaqiim. Wahai jiwa, engkau


sedang meminta perkara yang terbesar dalam hidupmu kepada Allah

yang Maha Memberi. Tak malukah engkau duhai hati, yang sibuk

memikirkan yang lain sementara lisanmu sedang berkata, “Tunjukilah


aku jalan yang lurus”. Sementara engkau berdiri di hadapan Dzat yang

Mahaperkasa, Maha Penyayang, yang melihat engkau ketika engkau

berdiri (untuk shalat), dan melihat perubahan gerakan badanmu di


antara orang-orang yang sujud. Sungguh Dia Maha Mendengar, Maha

Mengetahui. Mungkin selama ini kita terseok-seok di persimpangan

jalan karena kita tak pernah benar-benar serius saat memintanya.


Mungkin selama ini kita bolak balik tergoda antara iman dan dosa

karena ucapan doa dalam Al-Fatihah itu sekadar basa basi belaka.
Mungkin selama ini hati kita biasa saja saat menempuh jalan gelap nan

tersesat karena kita tak pernah benar-benar paham, bahwa betapa

sering kita meminta, “Tunjukilah aku jalan yang lurus, yaitu jalan
orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang

Engkau murkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.”

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 114


Wahai hati, jangan kau pikir karena jilbabmu kini telah panjang lalu
kau sudah tak butuh hidayah. Wahai jiwa, jangan kau pikir karena
sekarang hapalan Qur’anmu banyak dan membanggakan, lalu kau tak

butuh hidayah. Wahai nafs, jangan kau pikir karena berkumpulmu kini

bersama orang-orang hijrah, lalu kau berhenti meminta hidayah.


Hidayah itu petunjuk di setiap hembusan nafas kita agar tak keluar

darinya bias kesombongan “anaa khayran minhu” (aku lebih baik dari
dia). Hidayah itu perisai agar hati tak punya ruang untuk berbangga

diri dengan amal shalih. Hidayah itu penjaga agar apa yang nampak

sama dengan apa yang tersembunyi. Dan hidayah itu karunia agar tak
ada rasa sedih juga khawatir meninggalkan dunia saat kita pulang

kepada-Nya. Believe me, my dear, hidayah adalah rezeki yang paling

kita butuhkan di sepanjang usia kita, bukan yang lain. Maka mulai
sekarang, bersungguh-sungguhlah meminta hidayah pada-Nya.

Bayangkan, kawan, minimal 17 kali kita meminta dalam sehari. Dan

malam ini, kita meminta di saat pintu langit sedang terbuka. Kita
meminta di saat Allah Yang Mahaagung turun ke langit dunia. Di

malam ini, jika ini adalah lailatul Qadar, maka langit itu sedang
bersesakan dengan malaikat yang berbaris bershaf-shaf. Maka

kencangkan Aamiin-mu. Bersungguh-sungguhlah dengan Aamiin-mu.

Semoga seluruh penghuni langit turut mengaminkan pintamu.


Lalu bacalah kalam-Nya yang melekat di hatimu. Bacalah

hapalan terbaikmu. Bacalah ayat-ayat yang paling berkesan dan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 115


menggetarkan hatimu. Mungkin “hanya” Al-Qaari’ah. Mungkin Al-
Zalzalah. Mungkin ayat Kursi. Apapun yang engkau hapalkan dalam
dadamu. Sekali-kali menangislah karena sedikitnya hapalanmu. Sekali-

kali berjanjilah pada dirimu karena tak sempurnanya bacaanmu.

Sekali-kali, rasakanlah betapa Allah sayang padamu dan tidak


meninggalkanmu. Buktinya, malam ini kau ada di sini, datang dalam

kepayahan dan kerendahan. Dan untukmu yang telah bergelimang


hapalan di kepala. Bacalah ayat-Nya dengan ketawadhuan dan penuh

makna. Innaa sanulqii ‘alayka qawlan tsaqiilan. Sungguh kalam-Nya

adalah perkataan yang sangat berat. Bacalah ayat-Nya sebagaimana


salaf dulu membacanya. Bukan hanya makhraj dan harakatnya. Tapi

juga dalam rasa yang mengguncang jiwa. Saat membaca ayat tentang

Syurga, terbayang di pelupuk matanya keindahan seiring hati bergetar


meminta “Allahumma innii as’alukal jannah.” Kala membaca ayat

tentang Neraka, tak ragu hati merunduk berlindung dari panasnya

Jahannam, “Allahumma ajirnii minannaar.” Maka bukan soal seberapa


panjang berdirimu. Tapi apa yang hatimu rasakan, dan akalmu pikirkan

dalam ayat-ayat yang terlisankan.


Lalu seketika punggung ini membungkuk di hadapan Allah yang

Mahabesar. Dalam hening malam itu, lisan kita berbisik, “Subhaana

rabbiyal ‘adzhim.” Mahasuci Allah yang Mahaagung. Mahasuci Allah


dari kerendahan pikiran manusia. Mahasuci Allah yang keagungan-

Nya tak terjangkau akal yang terbatas. Mahasuci Allah dari hinaan dan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 116


celaan makhluk yang tak mengenal-Nya. Kami bersimpuh di hadapan-
Mu membawa segala kebutuhan kami pada-Mu. Kami merunduk di
depan-Mu dengan memikul begitu banyak hajat kepada-Mu, duhai

Rabb yang Mahaagung, duhai Rabb yang mendengarkan segala

pujian. Rabbanaa wa lakal hamdu.


Lalu kaliimat takbir mengantar kening yang begitu tinggi menuju

ke serendah-rendahnya pijakan, untuk berbisik kepada pemilik langit


dan bumi, yang menyaksikan sujud seluruh makhluk. Tubuh ini kini

meringkih di atas hamparan sajadah. Melepaskan semua doa yang

tertahan sedari tadi. Menunggu waktu dimana seorang hamba sangat


dekat dengan Rabb-nya. Di saat sujud. Di setiap sujud. Subhaana

rabbiyal-a’laa. Mahasuci Allah, Rabb yang Mahatinggi. Kami hamba-

Mu yang hina, wahai Rabb, datang meminta maghfirah-Mu. Kami


hamba-Mu yang payah, wahai Rabb, datang mengadukan mata yang

selalu berkhianat dari pengawasan-Mu. Kami hamba-Mu yang lemah,

datang mengadukan hati yang goyah kalah berkali-kali oleh hawa


nafsu. Kami hamba-Mu yang fakir, datang mengadukan jiwa yang

bakhil dan sering lupa bersyukur. Kami hamba-Mu yang biasa, datang
meminta maaf-Mu atas segala dosa. Kami hamba-Mu yang bukan

siapa-siapa, datang untuk meminta rahmat dan belas kasih-Mu, yaa

Rabb. Kami hamba-Mu, anak dari Adam yang melantun doa,

‫َربَّنَا َظلَ ْمنَآ َانْف َُسنَا َو ِا ْن َّل ْم تَ ْغ ِف ْر َلنَا َوتَ ْر َح ْمنَا َلنَك ُْونَ َّن ِم َن ا ْل ٰخ ِس ِريْ َن‬

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 117


“Yaa Rabbanaa, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya
kami termasuk orang-orang yang rugi.”80. Wahai jiwa, sungguh sujud

adalah momentum terdekatmu bersama-Nya. Sungguh bersamamu,

milyaran kening sedang merendah di atas bumi yang sama. Sungguh


bersamamu, milyaran hati sedang meminta kepada Dzat yang sama,

satu-satunya yang mengabulkan doa. Kita semua sedang


mengadukan hajat pada-Nya, sedangkan Dia tak butuh kita

sedikitpun. Wajah apa yang kita bawa menemui-Nya agar layak kita

mendapat perhatian-Nya diantara seluruh makhluk yang sedang


berdoa. Wajah mana yang kita telungkupkan dalam sujud kita agar

sudilah Dia memandang wajah kita dan memperkenankan doa.

Kalaulah kita tak pernah mendengar Dia berfirman,

‫يٰ ِعبَا ِد َي ا َّل ِذيْ َن َا ْس َرف ُْوا َعلٰٓى َانْف ُِسه ِْم لَا تَ ْقنَ ُط ْوا ِم ْن َّر ْح َم ِة ال ّٰل ِه ٍۗ ِا َّن ال ّٰل َه‬
ٍۗ ‫الذنُ ْو َب َج ِم ْي ًعا‬ُّ ‫ي َ ْغ ِف ُر‬
“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap dirinya
sendiri, janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh

Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”81, mungkinlah kita malu

datang merayu menghibah meminta sambil membawa dosa sebesar


gunung. Kalaulah kita tak pernah mendengar,

80 Qs. Al A’raf ayat 23


81
Qs. Az Zumar ayat 53

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 118


‫الد ِاع ِاذَا َد َعا ِۙ ِن‬
َّ َ‫َو ِاذَا َس َا َل َك ِع َبا ِد ْي َع ِّن ْي فَ ِا ِّن ْي قَ ِريْ ٌب ٍۗ ُا ِج ْي ُب َد ْع َوة‬
“Jika hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka
katakanlah sungguh Aku dekat. Aku kabulkan permintaan orang yang

meminta”82, mungkin tak layak rasanya diri ini meminta dibahagiakan

di dunia dan di akhirat sementara di saat lapang kita sering lupa. Tapi
kepada siapa lagi kami akan memohon, wahai Rabb. Maka sujud ini,

dan sujud-sujud selanjutnya, tak lagi ada ruang untuk sekadar


menunduk tanpa rasa. Sujud ini, dan sujud-sujud selanjutnya, tak lagi

basa basi dan hanya seremoni. Sujud ini, akan selalu menjadi tempat

untuk pulang mengadu atas hati yang rusuh menggalau. Sujud ini,
akan selalu menjadi momentum merindu kepada Allah yang

Mahatahu segala pinta bahkan sebelum terungkapkan. Sujud ini, akan

menjadi ruang bersandar saat seluruh makhluk mengecewakan,


karena “Aku tak pernah kecewa ketika berdoa kepada Rabb-ku.”

Di antara sujud yang syahdu itu, teriring doa lagi dan lagi.

Rabbighfirlii, yaa Rabbku, ampuni kesalahanku. Warhamnii, dan


rahmati, sayangi diriku. Wajburnii, dan cukupkanlah kekuranganku.

Warfa’nii, dan angkatlah derajatku. Wahdinii, dan berilah aku


hidayahmu. Wa’aafinii, dan maafkanlah aku. Warzuqnii, dan berikanlah

rezeki kepadaku. Duhai hati, sungguh seluruh hajatmu hampir-hampir

terpenuhi hanya dengan doa ini. Duhai lisan, di setiap rakaat dalam

82
Qs. Al Baqarah ayat 186

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 119


sholat sungguh engkau selalu meminta. Duhai Rabb, kabulkanlah doa-
doa ini. Maka tuma’ninah lah kawan. Di sini, resapi tiap doa diantara
dua sujud itu. Jika Allah kabulkan, apalah lagi hajatmu yang tak

terjawab. Bertenang-tenanglah di sini, jangan tergesa-gesa, my dear.

Memintalah dengan segenap hati. Sebelum takbir kembali


membawamu ke sujud kedua. Di sujud kali ini, selipkanlah doa untuk

ayah dan ibumu, agar Allah mengampuni dosa mereka dan


menyayangi mereka sebagaimana mereka menyayangimu sejak kecil.

Sisipkanlah doa untuk saudara sedarahmu agar Allah menjaga dan

mengumpulkanmu dalam bahagia dunia akhirat. Sematkanlah doa


untuk saudaramu seiman yang sedang teraniaya, yang tak mampu kau

bantu kecuali dengan barisan doa, di Rohingya, di Xinjiang, di Yaman,

di Suriah, di Gaza, di Kashmir, di Palestina. Bisikkan doa agar Allah


segera mengangkat wabah Corona ini dan izinkan kita berkumpul

kembali di rumah-Nya, juga kesabaran untuk semua yang teruji di

dalamnya. Titipkan doa agar para pemimpin kita diberi hidayah, agar
kita kelak diberi pemimpin terbaik untuk kebaikan negri ini. Langitkan

doa semoga Allah memberkahi dan merahmati negri kita ini. Allah
Maha Mendengar.

Lalu, jikalah ini malam lailatul qadar itu, maka ada satu doa yang

semestinya terpanjatkan tiada henti, sebagaimana diajarkan oleh


ibunda kita, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, yang bertanya kepada

kekasihnya, baginda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Wahai

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 120


Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku mendapati lailatul qadar,
doa apa yang harus aku ucapkan?” Beliau bersabda, “Katakanlah,
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii .”83. Duhai
Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau menyukai

pemaafan, maka maafkanlah aku. Al-‘Afwu (Maha Pemaaf) adalah satu


diantara nama-Nya yang indah. Memiliki makna yang hampir sama

dengan Al-Ghafuur (Maha Pengampun). Tetapi makna ‘afuwwun lebih


mendalam daripada maghfirah. Karena “pengampunan”

mengisyaratkan arti As-sitru (menutupi), sedangkan “pemaafan”

mengisyaratkan arti al-mahwu (menghapuskan) yang artinya lebih


mendalam (dalam pengampunan dosa). Meskipun demikian, kedua

nama Allah ini jika disebutkan secara terpisah, maknanya mencakup

keseluruhan arti tersebut.84 Ketika Allah memaafkan kesalahan kita,


maka catatan dosa itu terhapuskan seolah tidak pernah kita lakukan.

Ketika Allah memaafkan dosa kita, maka jejaknya dalam lembaran

amal menghilang tanpa bekas. Tak seperti chattingan kita di whatsapp


saat menghapus pesan tapi meninggalkan jejak (Pesan ini telah

dihapus). Tak seperti paku yang tertancap di papan yang salah, bisa
hilang kala dicabut tapi meninggalkan lubang yang terbuka. Ketika

Allah memaafkan kita, maka ia ibarat lembaran baru dalam kehidupan

kita. Mungkin ini yang orang bilang, seperti bayi yang baru lahir,

83 HR. Ibnu Majah


84
Kitab Fiqhul Asmaail Husna hal.142

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 121


kembali fitrah. Hanya bagi mereka yang dimaafkan kesalahannya oleh
Allah, ‘Afuwwun Ghafuur. Hanya bagi mereka yang dikehendaki Allah
untuk termaafkan. Hanya bagi mereka yang dikaruniakan pemaafan

dari Allah Ar-Rahmaan Ar-Rahiim. Hanya bagi mereka yang

bersungguh-sungguh melayakkan dirinya untuk dimaafkan. Maka


datanglah dengan adab orang yang berharap maaf sejadi-jadinya.

Datanglah layaknya seseorang yang tak punya harapan selain


kemaafan dan keridhaan dari Tuhannya. Allahumma innaka ‘afuwwun

tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii…

Lalu di penghujung munajat malam ini, takbir setelah sujud


terakhir mengantarkan kita pada tahiyat. Terikrar kembali dua kalimat

syahadat. Kalimat teragung di atas timbangan. Kalimat yang menjadi

sebab terjaganya jiwa, harta, darah, akal, dan kehomatan. Kalimat yang
dengannya Allah mengharamkan dirimu dari neraka. Kalimat yang

karenanya Allah menyelamatkanmu dari jurang binasa di Yaumil Akhir.

Saat tidak ada amal shalih yang tercatat kecuali “sekadar”


mengucapkannya di dunia. Laa ilaaha illallah. Setiap hari kawan, di

sholat kita, kita mengucap berkali-kali persaksian kita, bahwa tiada ilah
yang berhak untuk disembah kecuali Allah. Tapi kadang belum berapa

waktu kita mengucapkannya, hati begitu cepat lagi berpaling dari-

Nya.
Setiap hari kawan, di sholat kita, kita juga mengucap persaksian

kita, bahwa Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah hamba

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 122


dan utusan Allah. Tapi seberapa sudah ibadah dan kehidupan kita
mengikut pada beliau. Teriring shalawat untuk kekasih Allah yang
mulia, manusia teragung sejagat raya, manusia terbaik yang pernah

Allah cipta di muka bumi hingga akhir zaman. Manusia tersibuk di hari

Akhir yang sujud di hadapan Rabb-nya begitu lama karena ia ingin


meminta pemaafan Allah untuk ummatnya. Manusia terlembut

hatinya, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, yang


sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,

penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.85

Manusia teragung akhlaknya sepanjang kehidupan, yang


memendekkan bacaannya ketika mendengar tangisan anak kecil di

barisan makmumnya sementara pernah beliau membaca Al-Baqarah,

Ali Imraan dan An-Nisaa’ dalam satu rakaat. Yang menghadiahkan


jubah yang sedang dikenakannya kepada seorang yang memintanya

padahal beliau pun membutuhkannya. Yang mengikat perutnya

dengan batu karena lapar di tengah peperangan padahal ia adalah


panglima. Yang tidak pernah mencela makanan yang dihidangkan

untuknya. Yang merintih lirih di akhir nafasnya, Ummatii..Ummatii..


Allahumma shalli ‘alaa nabiyyinaa Muhammad, kamaa shallayta ‘alaa
Ibrahim wa ‘alaa ali Ibrahim. Wa baarik ‘alaa Muhammad, kamaa
baarakta ‘alaa Ibrahim wa ‘alaa ali Ibrahim. Innaka Hamiidun Majiidun.

85
Qs. At Taubah ayat 128

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 123


Dan kekasih Allah itu telah berwasiat, agar kita meminta
perlindungan dari empat perkara sebelum menutup sholat kita
dengan salaam. “Allahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi

Jahannam.” Wahai Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari

adzab Jahannam. Yang panasnya meluluh lantakkan tulang belulang.


Yang alas kaki di dalamnya mendidihkan isi kepala. Yang bahan

bakarnya adalah batu dan manusia. Yang menanti dan menyala-nyala


di bawah siraath (jembatan). “wa min ‘adzaabil qabri.” Wahai Allah, aku

berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Yang menemani

kesendirianku kelak di kedalaman tanah, sepanjang penantian


datangnya hari Kebangkitan. Yang menjadi persinggahanku setelah

meninggalkan harta dan orang-orang terkasihku dan hanya

bertemankan amal. Yang menjadi ujian tak terelakkan dari Munkar dan
Nakir, “Siapa Rabbmu? Siapa Nabimu? Apa agamamu?” Believe me,

my dear, mereka tak bisa disuap. Hanya yang diteguhkan lisannya,


yang selamat. Kubur, yang menjadi bayangan tempat kembaliku
pulang yang sesungguhnya. Jauhkan kami dari adzab kubur yaa Rabb.

“wa min fitnatil mahyaa wa mamaat.” Dan dari fitnah kehidupan dan
kematian. Sungguh kehidupan hanya berputar pada nikmat dan ujian.

Ada yang tak bisa bersabar dengan nikmat, ada pula yang mampu

bersyukur di tengah ujian. Ada yang diuji dengan harta. Ada yang diuji
dengan tahta. Ada yang diuji dengan penampilan. Ada yang diuji

dengan pasangan. Ada yang diuji dengan keturunan. Ada yang diuji

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 124


dengan kehebatan. Ada yang diuji dengan instagram. Ada yang diuji
dengan mantan. Semua fitnah kehidupan. Dan kematian, tidaklah
menyisakan kecuali amal perbuatan. Hanya sejenak kita dalam

ingatan, setelah itu semua orang akan kembali pada kesibukan,

meninggalkan kita yang tengah sibuk dengan pertanyaan hadap-


hadapan dari malaikat yang telah ditugaskan. “wa min syarri fitnatil

masiihid dajjaal.” Dan dari keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjaal. Inilah


fitnah terbesar yang menanti kita di depan sana, generasi akhir zaman.

Mintalah sesungguh-sungguhnya agar dijauhkan dan diselamatkan

dari fitnah Dajjal. Ia bukanlah mitos atau cerita dongeng mengerikan.


Ia satu diantara tanda Kiamat besar yang pasti datangnya. Entah kita

akan menemuinya atau tidak, bersiaplah selalu. Berlindunglah selalu

kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Jangan pernah
tinggalkan doa ini kawan. Hapalkan dengan benar. Mintalah dengan

sebaik-baiknya adab meminta.

Lalu ungkapan salam pun menutup kisah munajat malam ini.


Keselamatan dan rahmat atas kalian. Semoga Allah menerima takbir,

tahmid, dan tasbih kita. Semoga Allah menerima ruku’ dan sujud kita.
Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita. Semoga Allah memaafkan

kita. Semoga Allah izinkan kita menghidupkan lailatul qadar dengan

amalan-amalan yang diberkahi dan diridhai oleh-Nya. Sungguh


terhalang darinya adalah isyarat terhalangnya kita dari kebaikan yang

banyak. Bangkitlah, kawan. Jemput fajar yang lembut nan sejuk itu

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 125


dengan takbir dan harap. Allahumma innaka ‘afuwwuun tuhibbul ‘afwa
fa’fu ‘annii……

MENUJU HARI RAYA

Malam demi malam di sepuluh terakhir Ramadhan pasti akan


berlalu. Sendu sedih merayapi qalbu karena hari-hari keberkahan itu

akan segera meninggalkan kita. Terbenamnya mentari di ufuk terakhir


Ramadhan mengantar pada nampaknya hilal Syawal. Takbir

menggema di mana-mana, bersahut-sahutan mengiring datangnya

hari raya. Sedari kecil mungkin kaki mungil kita lincah meliuk di tengah
takbir keliling. Kali ini, langkahkan kakimu ke rumah faqiir. Hantarkan

ke pangkuannya zakat fitrahmu. Sungguh setiap insan bernyawa

bahkan yang baru lahir sekejap sebelum matahari terakhir Ramadhan


terbenam, wajib mengeluarkan zakat fitrah. Dengan syarat, dia muslim

dan mempunyai harta yang lebih dari kebutuhannya sehari-hari untuk


dirinya dan orang-orang di bawah tanggungannya. “Rasulullah
mewajibkan zakat fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau satu sha’
gandum.” (HR. Bukhari dan Muslim). Jika dikonversi ke tipe makanan
pokok kita, maka nilainya sama dengan 3,5 liter beras per orang. Siapa

yang berhak menerima zakat fitrah? Disebutkan dalam Al-Qur’an

surah At-Taubah : 60,

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 126


‫الص َد ٰق ُت ِل ْل ُفق ََر ٰۤا ِء َوا ْل َمسٰ ِك ْي ِن َوا ْل ٰع ِم ِل ْي َن َعلَ ْي َها َوا ْل ُم َؤ َّل َف ِة قُ ُل ْوب ُ ُه ْم‬
َّ ‫ِانَّ َما‬
‫الس ِب ْي ٍۗ ِل فَ ِريْ َض ًة ِّم َن‬َّ ‫ب َوا ْل ٰغ ِر ِم ْي َن َو ِف ْي َس ِب ْي ِل ال ّٰل ِه َوابْ ِن‬ ِ ‫الرقَا‬ ِّ ‫َو ِفى‬
‫ال ّٰل ِه ٍۗ َوال ّٰل ُه َع ِل ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬
“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,

orang miskin, pengurus zakat, orang-orang lemah yang dibujuk


hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang,
untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah.”

Fakiir adalah mereka yang tidak memiliki apapun baik harta

maupun kemampuan fisik sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan


pokok dalam hidupnya. Miskin adalah mereka yang memiliki harta

namun harta tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-


hari. Gharimin adalah mereka yang memiliki hutang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Mereka yang berhutang bukan dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidup pokok melainkan hanya memenuhi


keinginannya, tidak termasuk. Ibnu sabil adalah mereka yang sedang

melakukan perjalanan dan kehabisan bekal, perjalanan yang diniatkan

dalam rangka ketaatan kepada Allah.


Mungkin ayah atau ibumu yang menanggung zakatmu, tapi kali

ini ambillah bagian. Antarkan dengan tangan kokohmu kepada yang

berhak, atau ke masjid yang menyalurkan. Sungguh yang demikian


melembutkan hati meng-adem-kan jiwa. Berikan pengalaman luar

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 127


biasa kepada nuranimu diiringi takbir yang menggema dan senyum
tawa bahagia seluruh semesta menyambut raya. Dan saat pulang ke
rumah, tataplah langit bertabur bintang gemintang di atas sana.

Bersemayam di atas ‘arsy-Nya, Dia melihat amal baikmu. Dia

menyaksikan kegembiraanmu. Juga mengetahui kesedihan dalam


dadamu, kesedihan akan perginya Ramadhan.

Esok, hari Raya akan tiba. Seluruh semesta berbahagia. Semoga


wabah corona telah berakhir dan hari Raya menjadi momentum

istimewa, kita keluar dari rumah kita setelah sekian lama #dirumahaja.

Menempuh jalan-jalan yang dulu lengang kini berhamburan dan


bertakbiranlah insan-insan. Semoga kita bisa kembali berjabatan

tangan, berangkulan hangat, berpelukan rindu, dalam balutan indah

hari Raya. Yaa Rabb…


Idul Fitri adalah hari raya bagi semesta. Pagi hari raya ‘Id, hari

yang penuh berkah, cahayanya bersinar membawa kehangatan. Di

pagi itu, para malaikat turun dari langit berbondong-bondong dengan


pakaian yang bagus dan indah. Mereka turun dengan membawa

shuhuf (lembaran catatan) lalu berdiri di segala arah, di persimpangan,


di gang-gang, jalan-jalan kecil, jalan raya, mencatat orang-orang yang

berangkat dan kembali dari tanah lapang tempat shalat ‘Id. 86

Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhumaa bahwa


ketika ‘Idul Fitri, para malaikat turun ke bumi. Mereka pun berdiri pada

86
Dr. Aidh Al-Qarni, Ramadhan Agar Tak Sekedar Lapar dan Dahaga

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 128


ujung-ujung jalan seraya menyeru dengan suara yang dapat didengar
oleh seluruh makhluk selain jin dan manusia. Mereka berkata, “Wahai
umat Muhammad, keluarlah menuju Rabb yang Mahamulia, yang

memberikan pemberian-pemberian melimpah dan mengampuni

dosa-dosa besar.” Lalu ketika mereka telah tampak di tempat-tempat


shalat mereka, Allah ‘Azza wa Jalla pun berfirman kepada para

malaikat-Nya, “Apa balasan seorang pekerja yang telah melakukan


pekerjaannya?” Para malaikat menjawab, “Wahai Ilah dan Tuhan kami,

hendaknya ditunaikanlah ganjarannya.” Allah pun berfirman,

“Sesungguhnya Aku bersaksi pada kalian semua sungguh Aku jadikan


balasan untuk shaum (puasa) dan shalat malam mereka adalah ridha-

Ku dan ampunan-Ku. Kembalilah kalian dalam keadaan diampuni.”

Di hari raya itu, kembali sucilah mereka yang diterima ibadah dan
taubatnya di Ramadhan. Di hari itu, bergembiralah mereka yang

diampuni kesalahannya di bulan Ramadhan. Di hari itu, berbahagialah

mereka yang telah berganti dari tubuh lusuh bermandi dosa lalu
berhias mengenakan pakaian takwa. Di hari itu, juga ada yang tampak

bergembira karena tak harus lagi berlapar dan dahaga. Di hari itu, juga
ada yang berpesta karena tak lagi terkekang perintah. Di hari itu, ada

orang-orang yang ceria tapi sejatinya merugi, bahkan celaka.

Sebagaimana Rasulullah meng-amin-kan doa Jibril di suatu hari,


“Celakalah orang yang mendapati Ramadhan, lalu dosa-dosanya tidak

diampuni.”

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 129


Kawan, sering iklan-iklan begitu asik meramaikan hari lebaran
dengan jargon “Semua kembali suci, semua kembali ke fitrah.” Fitri
dalam istilah ‘Id Al-Fithr, maknanya adalah berhenti berpuasa, atau

berbuka puasa (ifthar). Bukan fitrah sebagaimana diserap dalam

bahasa Indonesia. Apakah semua alumni Ramadhan adalah bayi-bayi


baru lahir kecil mungil murni tanpa dosa? Dengan analogi sederhana,

kita dikumpulkan di suatu tempat selama sebulan. Di dalamnya kita


diberi pilihan, merawat diri, mandi, menghindari kotoran, atau

sebaliknya. Lalu setelah itu kita disuruh keluar melalui pintu yang

sama. Apakah kita semua akan keluar dalam keadaan yang sama?
Tentu saja tidak, kawan. Yang bersih wangi hanyalah yang mandi dan

mensucikan diri. Demikian lah Ramadhan. Yang kembali bersih

hanyalah yang bermandi dengan taubat dan istighfar. Yang kembali


bersih hanyalah yang mengisi hari-harinya dengan ikhtiar menjaga diri

dari noda-noda hitam menggelapkan hati. Ini Ramadhan yang

kesekian kalinya dalam hidup kita. Sudahilah menipu diri sendiri.


Mengira diri kembali suci. Padahal mencintai kemaksiatan masih

bermekaran di dalam hati. Dan untukmu yang merasa telah berletih-


letih dalam ibadah, yang merasa telah memberi sangat banyak, yang

merasa telah mengkhatamkan berkali-kali, yang merasa telah sujud

sangat panjang, bergembiralah tapi waspadai hatimu. Telah sampai di


penghujung waktu, jangan kau bakar segala amalmu demi pujian dari

sesama hamba. Jangan kali nol rasa lelahmu hanya dengan sebaris

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 130


status berbangga yang ter-upload ke seantero jagad maya. Simpan
untukmu saja, sebagai rahasia kecil antara dirimu dan Dia. Nanti akan
tiba masanya, semua kau bisa banggakan di hadapan seluruh makhluk.

Di sana, saat telah nyata amal-amal itu diterima karena rahmat-Nya.

Ini bukan tentang orang lain, kawan. Jangan pikirkan orang lain
tentang hal ini. Ini tentang diri kita masing-masing. Hanya dirimu yang

tahu, berbahagia kah atau merugi kah. Tapi insyaaAllah, yang


membaca tulisan ini, semoga engkau senantiasa dirahmati Allah.

Semoga engkau menjadi alumni Ramadhan yang berbahagia dalam

kemenangan di hari raya.


Hidupkan sunnah Nabi di hari yang indah ini.

1. Mandi sebelum berangkat shalat Idul Fitri

2. Berhias diri dan memakai pakaian terbaik. Khusus bagi pria.


Kita wanita, hendaknya tidak menampakkan kecantikan kita

di hadapan yang bukan mahram. Pakaian yang menutupi

aurat dan tidak bikin kita jadi pusat perhatian, gaes. Kan
sudah jadi muslimah shalihah. Dan catatan tambahan, plis

jangan mulai pagi indahmu dengan mengghibahi pakaian


orang lain di hari ini. Setelah lisanmu bertakwa selama

sebulan, masa’ kalah lagi di hari kemenangan? Yekaan..

3. Makan sebelum sholat Idul Fitri, sebagai tanda bahwa hari


itu kita tidak lagi berpuasa. Tapi secukupnya saja, kawan.

Pulang nanti dilanjutkan.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 131


4. Bertakbir dari rumah menuju tempat shalat. Tau ya
lafazhnya…
“Allahu Akbar..Allahu Akbar.. Laa ilaaha illallahu Allahu Akbar.

Allahu Akbar.. walillaahil hamdu.”


(auto takbiran)
5. Saling mengucapkan selamat (tahniah). Salaf dahulu

biasanya saling mendoakan dengan ucapan,


“Taqabbalallahu minnaa wa minkum.” Semoga Allah

menerima amalku dan amalmu. Sungguh kita sangat butuh

dengan ucapan ini. Karena sejatinya, diterimakah amal atau


tidak hanya Allah yang tahu. Ucapan ini ramai hingga

beberapa hari setelah ‘Idul Fitri. Lalu lama kelamaan akan

senyap kembali. Ramaikanlah dalam doa kita sendiri


selayaknya salaf yang mendoa hingga enam bulan berlalu

agar ibadahnya di Ramadhan diterima oleh Allah, lalu

setelah itu berdoa lagi, agar dipertemukan dengan


Ramadhan kembali. Begitulah kejujuran hati salaf, yang

hatinya selalu terpaut dengan Ramadhan.

SAMPAI BERTEMU LAGI, RAMADHAN!

Kini tamu agung itu telah berlalu meninggalkan kita untuk


kesekian kalinya. Telah berapa Ramadhan yang kita temui? Sejatinya,

terbit fajar 1 Syawal adalah perjalanan memulai kembali, perjalanan

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 132


menuju Ramadhan selanjutnya. Pernah bermain “Mario Bros”?
Ramadhan ini ibarat kotak jackpot, menjadikanmu raksasa yang
menikmati banyak bonus dan mengumpul banyak perbekalan. Yang

setelah itu akan lewat dan kembali melalui pipa-pipa kegelapan, jalan-

jalan beretakan, mendaki, memanjat, menyebrangi tembok. Tak sedikit


monster-monster jahat mendekat menghadang. Perbekalan di kotak

jackpot menjadi perisai tangguh melawan musuh, memperbaharui


“nyawa” untuk bertahan, hingga sampai lagi kotak jackpot selanjutnya.

Sampai perjalanan itu akhirnya mencapai finishnya.

Bersabda baginda Nabi, “Antara shalat yang lima waktu, antara


Jumat yang satu dan Jumat berikutnya, antara Ramadhan yang satu

dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan

diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.”


(HR Muslim)

Ada seorang salaf yang menghitung umurnya dari Jumat ke

Jumat. Hari-hari seluruhnya adalah perjalanan menuju pulang yang


waktunya telah ditentukan batasnya sejak tertiupnya ruh. Hari-hari kita

kini adalah lanjutan perjalanan menuju Ramadhan selanjutnya. Telah


terhimpun sebaik-baik bekal bagi yang menyelami hakikat Ramadhan.

Puasa sebulan lamanya, menahan diri dari sesuatu yang asalnya halal,

demi ketaatan kepada Allah, semestinya telah meranumkan buahnya,


TAKWA.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 133


‫الص َي ُام كَ َما كُ ِت َب َعلَى ا َّل ِذيْ َن ِم ْن قَ ْب ِلك ُْم‬ ِّ ‫يٰ ٓ َايُّ َها ا َّل ِذيْ َن ٰا َمنُ ْوا كُ ِت َب َعلَ ْيك ُُم‬
‫َل َع َّلك ُْم تَ َّتق ُْو ِۙ َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar

kamu berTAKWA.”
(QS. Al-Baqarah: 183)

Dalam penggalan kalam-Nya yang agung, Allah telah titahkan,

“Dan berbekallah, sungguh sebaik-baik bekal adalah TAKWA.”


Saat kita menempuh perjalanan yang jauh, yang kita butuhkan

bukanlah sekadar bekal yang banyak. Tapi bekal yang menguatkan


kaki untuk terus berjalan. Bekal yang bisa menghilangkan lelah. Bekal

yang bisa menyejukkan dan menyegarkan dari kepenatan. Apalagi

untuk perjalanan yang saaaaangat panjang. Kata Allah, sebaik-baik


bekal adalah takwa.
Takwa dalam istilah yang sering kita dengarkan dimaknai

dengan ketaatan kepada perintah Allah dan menjauhi apa yang Dia
larang. Takwa, dalam perbincangan antara dua insan mulia, Umar bin

Khaththab dan Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhumaa. Umar bertanya

kepada Ubay tentang apa itu takwa. Ubay balik bertanya, “Apakah
engkau pernah melewati jalan yang banyak durinya?” “Pernah”, jawab

Umar. Ubay bertanya lagi, “Bagaimana ketika engkau melewatinya?”


Umar berkata, “Saya bersungguh-sungguh serta berhati-hati sekali

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 134


supaya tidak terkena duri.” Kata Ubay, “Demikianlah yang disebut
takwa.”
Takwa bukanlah tentang pakaian yang menjulur indah dan cadar

yang merapat di wajah. Takwa bukanlah tentang celana cingkrang dan

jenggot yang memanjang. Takwa ialah tentang rasa di dalam dada di


bilik yang tersembunyi lalu memancarkan dorongan ketaatan secara

zhahir maupun batin. Takwa membuat diri kita selalu berjaga-jaga,


agar tak jatuh ke kubangan lumpur maksiat yang tampak nikmat

seperti cokelat. Takwa menjaga kita agar tidak tersakiti dan

menzhalimi diri sendiri. Ibarat Corona yang hari ini masih


menggerogoti. Sekiranya kita tahu dan bisa melihat Corona ada

dimana saja, maka kita tidak akan mendatangi apalagi mendekati

tempat itu. Sekiranya kita tahu Corona telah menempel di tangan kita,
entah serajin dan sesabar apa kita mencuci tangan kita. Orang

bertakwa demikian adanya. Kala ia sadar dia telah “mengotori” dirinya,

dia bersegera membersihkannya. Kala ia sadar kakinya berjalan


menuju tempat penuh “corona”, ia berhati-hati dengan sangat. Ia akan

kembali ke #rumahsaja, atau jika kondisi mendesak, dia menjaga


dirinya dengan sebaik-baik perlindungan. Kadang kita berada dalam

kondisi yang tidak sesuai harapan tapi kita harus ada di dalamnya.

Maka, ittaqillah! Bertakwalah kepada Allah. Menghindarlah dari


maksiat dan dosa lebih dari usaha kita hari ini berlari dari Corona.

Perbaharuilah selalu taubat dan istighfar jika langkah kita tergelincir

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 135


sebagaimana hari ini begitu rajin kita mencuci tangan kita karena takut
virus. Perkuatlah takwa kita lebih dari tebalnya lapisan pelindung diri
yang kita pakai menghadang corona. Karena hati yang tidak peka dan

tidak takut kepada Allah jauh lebih “mematikan” dari virus corona.

Dengan takwa, Allah janjikan jalan keluar dari masalah. Bagi


orang yang bertakwa, Allah janjikan rezeki dari arah yang tidak

disangka-sangka. Bagi orang yang bertakwa, Allah akan berikan


kemudahan dalam urusannya. Bagi orang yang bertakwa, Allah akan

hapuskan kesalahannya dan melipatgandakan pahala baginya.

Takwa bukanlah hanya bagi mereka yang tampak shalih. Takwa


bukanlah ia yang mengurung diri mengaji di rumahnya dan ibadah

tiada henti.

‫السمٰوٰ ُت َوالْا َ ْر ِۙ ُض ُا ِع َّد ْت‬ َّ ‫َو َسا ِر ُع ْوٓا ِالٰى َم ْغ ِف َر ٍة ِّم ْن َّربِّك ُْم َو َج َّن ٍة َع ْر ُض َها‬
‫الض ٰۤ َّر ِاء َوا ْل ٰك ِظ ِم ْي َن ا ْل َغ ْي َظ َوا ْل َعا ِف ْي َن‬
َّ ‫الس ٰۤ َّر ِاء َو‬
َّ ‫ِل ْل ُم َّت ِق ْي ِۙ َن ا َّل ِذيْ َن ي ُ ْن ِفق ُْو َن ِفى‬
‫س َوال ّٰل ُه ي ُ ِح ُّب ا ْل ُم ْح ِس ِن ْي َۚ َن َوا َّل ِذيْ َن ِاذَا فَ َعلُ ْوا فَا ِح َش ًة َا ْو َظلَ ُم ْوٓا‬
ِ ٍۗ ‫َع ِن ال َّنا‬
‫الذنُ ْو َب ِالَّا ال ّٰل ُه ٍۗ َو َل ْم‬
ُّ ‫َانْف َُس ُه ْم َذك َُروا ال ّٰل َه فَا ْس َت ْغف َُر ْوا ِل ُذنُ ْو ِبه ٍۗ ِْم َو َم ْن يَّ ْغ ِف ُر‬
‫ي ُ ِص ُّر ْوا َعلٰى َما فَ َع ُل ْوا َو ُه ْم ي َ ْعلَ ُم ْو َن‬
“Dan bersegaralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan

mendapatkan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang


disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 136


(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat

kebaikan,

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji


atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon

ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat


mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan

perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.”

(QS. Ali ‘Imraan : 133-135)

Lalu, bagaimana kita menghidupkan takwa?

‫فَاتَّقُوا ال ّٰل َه َما ا ْستَ َط ْعتُ ْم‬


~Bertakwalah sesuai kemampuanmu~
(QS. At-Taghabun: 16)

‫يٰ ٓ َايُّ َها ا َّل ِذيْ َن ٰا َمنُوا اتَّقُوا ال ّٰل َه َح َّق تُ ٰقى ِته‬
~Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah dengan sebenar-

benar takwa~
(QS. Ali ‘Imraan : 102)

~ Bertakwalah dimanapun kamu berada ~


(HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 137


Dalil-dalil di atas sederhana namun menghimpun bagaimana
selayaknya takwa itu hidup dalam diri kita. Bertakwalah sesuai
kemampuan. Kerjakan perintah Allah dan jauhi larangan-Nya

semampu yang kamu bisa. Allah tidak membebani seorang hamba di

luar dari kesanggupannya. Dalam keadilan dan kasih sayang-Nya, kita


memahami, tidak ada satu perintah Allah kecuali di dalamnya ada

kebaikan dan kemudahan. Shalat misalnya, jika kau tak mampu berdiri,
maka sholatlah dengan duduk. Jika tak mampu dengan duduk, maka

berbaring. Bahkan jika hanya mampu dengan isyarat, laksanakan

sholat. Bertakwalah sesuai kemampuan. Dalam puasa, jika tak mampu


berpuasa karena sakit, maka berbukalah, ganti di hari yang lain. Jika

sakit yang sulit diharapkan sembuhnya atau orang tua renta yang telah

berat berpuasa, ganti dengan fidyah saja, tak usah puasa. Bertakwalah
sesuai kemampuan. Jika belum mampu menikah, maka puasalah.

Berhaji ke Baitullah, jelas kewajibannya hanya bagi yang mampu.

Lihatlah ibadah menakjubkan ini, betapa sering kita berdecak kagum


kepada mereka yang mungkin tampak sangat sederhana

kesehariannya, tapi mendahului kita menjejakkan kami di tanah


Haram. Kerinduan dalam hati dan keyakinan kepada Rabb

penggenggam rezeki menjadikannya “mampu” meski nampak tak

mampu. Itulah makna sebenar-benar takwa. Jujur pada kemampuan.


Jika sebenarnya kau mampu untuk menutup aurat, mengapa

masih membukanya? Jika sebenarnya mampu untuk shalat tepat

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 138


waktu, mengapa harus menundanya? Jika sebenarnya tahu mendekati
zina itu berbahaya, mengapa masih mencobanya? Bertakwalah
dengan sebenar-benar takwa. Hilangkan penghalang-penghalangmu

untuk menempuh jalan takwa. Jika yang menghalangimu adalah “saya

tidak tahu”, maka belajarlah. Jika yang menghalangimu adalah “saya


belum bisa”, maka mulailah. Jika yang menghalangimu adalah “saya

tidak bisa”, maka ubahlah. Jika yang menghalangimu adalah “saya


tidak mau”, maka berdoalah. Jika yang menghalangimu adalah “saya

masih ragu”, maka yakinkanlah. Jika yang menghalangimu adalah

“Biasa aja kali, jangan lebay”, maka abaikanlah. Jika yang


menghalangimu adalah keluarga tercintamu, maka bersabarlah. Jika

yang menghalangimu “si dia”, maka tinggalkanlah (khusus yang ini,

mendukung atau menghalangi, tinggalkan selama kau tak halal


baginya, kau akan bertemu jodohmu di jalan takwa). Bertakwalah

dengan sebenar-benar takwa. Jangan segitu mudah menyerah,

beralasan tak mampu padahal ikhtiar belum teradu padu. Allah Maha
Mengetahui kemampuanmu.

Ada sebuah kisah tak terlupa tentang bagaimana Imam Syafi’i


rahimahullah mengajari muridnya makna bertakwa sesuai

kemampuan. Seorang murid Imam Syafi’i rahimahullah bertanya,

manakah yang dimaksud Ittaqullaha mastatha’tum. Maka Imam Syafi’i


rahimahullah bangkit mengajak murid-muridnya keluar ke sebuah
tanah lapang. Menyuruh semua berlari mengelilingi lapangan itu,

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 139


termasuk beliau sendiri. Lalu berlarilah para murid beserta sang guru.
Semakin lama, semakin lelah. Beberapa orang telah berhenti berlari.
Tersisa sedikit saja. Hingga terakhir hanya menyisakan sang guru yang

masih berpayah-payah berlari sampai akhirnya beliau terjatuh tidak

sadarkan diri. Para murid mengangkat tubuhnya. Dalam kesadaran itu,


beliau mengungkapkan kepada murid-muridnya, demikianlah

bertakwa sesuai kemampuan. Hingga habis seluruh energimu dan


telah kau kerahkan semua kemampuanmu lalu Allah menghentikan

langkahmu. Karena Allah telah ridha dengan semua usahamu. Dan

Dia-lah yang akan mencukupkannya. Wa man yatawakkal ‘alallah, fa


huwa hasbuhu.
Lalu, bertakwalah dimana saja kamu berada. Bertakwalah di saat

ramai maupun sepi. Bertakwalah di saat lapang maupun sempit.


Bertakwalah di saat sehat maupun sakit. Bertakwalah di waktu luang

maupun sibuk. Bertakwalah di mana saja kamu berada. Di rumahmu.

Di sekolahmu. Di tempat kuliahmu. Bersama teman shalihahmu.


Bersama teman sepermainanmu. Bersama teman arisanmu. Bersama

teman jalanmu. Bertakwalah di mana saja kamu berada. Di masjid. Di


pasar. Di tempat bimbel. Di depan penjual siomay. Di kantin. Di ruang

ujian. Bertakwalah di mana saja kamu berada. Di wall facebook. Di

timeline twitter. Di story instagram. Di status wa. Jangan demi konten,


pansos, viral, tambah follower, kau lakukan apa saja, sister. Bukan sok

takwa, tapi sebenar-benar takwa, semampu-mampu takwa.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 140


Bertakwalah di mana saja kamu berada. Di Ramadhan, di Syawal, di
Dzulqa’dah, di Dzulhijjah, di Muharram, di Safar, di Rabiul Awwal, di
Rabiul Akhir, di Jumadil Ula, di Jumadil Ukhra, di Rajab, dan di Sya’ban.

Bertakwalah di mana saja kamu berada. Karena Dia selalu

membersamaimu, selalu melihatmu, selalu mendengarmu, selalu


mengawasimu, selalu memperhatikanmu. Dia, Allah.

‫ا َّل ِذ ْي َخلَ َق ِن ْي فَ ُه َو ي َ ْه ِديْ ِن ِۙ َوا َّل ِذ ْي ُه َو ي ُ ْط ِع ُم ِن ْي َوي َ ْس ِق ْي ِن ِۙ َو ِاذَا َم ِر ْض ُت‬


‫فَ ُه َو يَشْ ِف ْي ِن ِۙ َوا َّل ِذ ْي ي ُ ِم ْيتُ ِن ْي ث ُ َّم ي ُ ْح ِي ْي ِن ِۙ َوا َّل ِذ ْ ٓي َا ْط َم ُع َا ْن يَّ ْغ ِف َر ِل ْي‬
ِّ ‫َخ ِط ْيٰۤـ َ ِت ْي ي َ ْو َم‬
ٍۗ ‫الديْ ِن‬
“(yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi

petunjuk kepadaku,
dan Yang memberi makan dan minum kepadaku,

dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,


dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku

(kembali),

dan Yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada


hari Kiamat.”

(QS. Asy-Syu’araa: 78 – 82)

Kawan shalihah, Ramadhan telah pergi. Hakikatnya kita yang


terus berjalan meninggalkannya. Perjalanan untuk menjemputnya

kembali jika Allah masih menetapkan. Ia adalah satu bagian dari waktu
yang Allah tentukan untuk kita temui lagi atau tidak. Hanya saja kita

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 141


sering melupakan. Atau mungkin karena kita tidak tahu. Bahwa sebab
kemuliaan Ramadhan itu tidak pernah lekang dan meninggalkan kita.
Tidaklah Ramadhan menjadi semulia-mulia bulan karena pintu

syurga dibuka dan pintu neraka ditutup. Tidaklah lailatul qadar

menjadi semulia-mulia malam karena tersebutlah amal di malam itu


lebih baik dari 1000 bulan. Tidaklah Makkah dan Madinah menjadi

semulia-mulia tempat di muka bumi karena di sana ada Ka’bah dan


rumah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Tidaklah Nabi

Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam menjadi semulia-mulia

hamba dan utusan karena akhlak dan kesabarannya. Tidaklah Jibril


‘alayhissalaam menjadi semulia-mulia malaikat karena sayapnya yang
menutupi ufuk. Tidaklah kemuliaan itu tersemat pada semuanya

melainkan karena satu sebab yang sama, Al-Qur’anul Kariim.


Ramadhan, bulan diturunkannya Al-Qur’an. Lailatul Qadar,

malam diturunkannya Al-Qur’an ke langit dunia. Makkah dan

Madinah, tempat diturunkannya Al-Qur’an. Rasulullah, Nabi yang


diturunkan Al-Qur’an sebagai risalah untuknya. Jibril, yang tugasnya

menyampaikan dan mengajarkan Al-Qur’an kepada baginda Nabi.


Sungguh, sebab semuanya menjadi mulia adalah Al-Qur’an, kalam

(perkataan) Rabb yang Mahamulia.

Kini, Ramadhan telah pergi. Malam lailatul qadar telah berlalu.


Makkah dan Madinah sungguh jauh. Baginda Nabi takkan bertemu di

dunia lagi. Jibril apa lagi. Tapi Al-Qur’an, tak pernah meninggalkan kita.

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 142


Kita lah yang meninggalkannya. Al-Qur’an tak pernah jauh dari kita.
Kita lah yang mengabaikannya. Al-Qur’an selalu setia menunggu kita.
Kita lah yang selalu menunda menemuinya. Bekal takwa itu,

seluruhnya ada di dalam Al-Qur’an. Seluruh penghalang dan

pertanyaan, jawabannya ada dalam Al-Qur’an. Seluruh keraguan dan


kegalauan, jalan keluarnya ada dalam Al-Qur’an. Jangan tinggalkan

lagi. Jangan lupakan lagi. Jangan abaikan lagi. Jangan malu sedemikian
terlambat untuk belajar meng-eja huruf demi hurufnya. Tak apa-apa.

Jangan malu baru memulai menghapal ayat demi ayatnya. Tak apa-

apa. Jangan malu baru mulai membaca dan menyelami makna demi
maknanya. Sekali lagi, tak apa-apa. Mushafmu rindu padamu.

Pulanglah, jiwa yang dahaga. Mulai dari nol, ya. Mulai dari sekarang.

Mulai dari diri sendiri. Sekarang, hatimu tak lagi sedih. Dengan nama
Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang, ucapkan:

Sampai bertemu lagi, Ramadhan!

Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 143


Pandemi? Stop Rebahan,Hidupkan Ramadhan 144

Anda mungkin juga menyukai