Anda di halaman 1dari 10

Praktikum 5

PERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL :


PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG PADA ANAK

Video dapat di lihat pada Youtube IKA FK UNPATTI dengan judul Pemeriksaan Fisik Jantung pada Anak

PENGKAJIAN

A. RIWAYAT
Ringkasan dari Riwayat merupakan hal yang penting dalam pengkajian, diagnosis dan evaluasi
dari hasil intervensi terapeutik. Banyak pemberi asuhan yang fokus pada implikasi dari gejala kardiak.
Hasil yang penting dari wawancara tentang Riwayat pasien adalah kesempatan untuk mengkaji orang
tua/pengasuh, interaksi anak dan keterampilan koping. Keluhan utama yang seharusnya muncul,
pada Sebagian anak biasanya akan terdeteksi pada awal pertemuan. Gejala yang muncul seperti
murmur yang pertama terdengar dapat membantu menegakkan diagnosis yang mungkin. Ketika
mengevaluasi anak, riwayat pre natal dan post natal akan dapat diperoleh. Data yang relevan antara
lain infeksi pada ibu (rubella, HIV), gaya hidup, paparan obat dan alcohol pada masa kehamilan,
komplikasi kehamilan, usia kehamilan ketika dilahirkan dan komplikasi ketika lahir. Makan adalah
Latihan pada neonates, bagaimanapun perilaku pemberian makan seharusnya di evaluasi. Apakah
bayi menunjukkan berkeringat yang berlebihan, bernapas pendek atau sianosis (terlihat kebiruan
pada kulit dan membrane mukosa) ketika makan? Perawat seharusnya mampu menilai secara
spesifik dimana sianosis perlu di observasi. Sianosis perifer pada ekstrimitas biasanya disebabkan
oleh ketidakstabilan vasomotor seringkali ditemukan pada bayi muda. Sianosis pada bibir (bukan di
perioral, yaitu kulit sekitar bibir) dan lidah yang mengkhawatirkan serta adanya hypercyanotic spells
(sianosis ekstrim yang mengakibatkan warna biru atau ungu pada seluruh tubuh) didapatkan ketika
dilakukan investigasi. Seringkali bayi dengan penyakit jantung menjadi irritable, sulit di tenangkan,
kenaikan berat badan yang buruk, keringat berlebih dan pemberian makan yang buruk (Geggel &
Flyer, 2006).
Ketika melakukan evaluasi pada anak yang lebih besar, tinggi badan dan berat badan seharusnya
terdokumentasi dan dapat dibandingkan dengan kondisi sebelumnya untuk mengevaluasi adanya
keterlambatan pertumbuhan. Toleransi aktivitas anak relative pada perkembangan normal dan
teman sebaya di evaluasi. Penanganan seharusnya diperoleh pengasuh seimbang dengan persepsi
anak pada aktivitas yang dapat di toleransi. Adanya perubahan warna kulit, napas pendek, pusing,
sinkop (pingsan), frekuensi mengalami infeksi pernapasan atau palpitasi (sensasi tidak normal pada
detak jantung) seharusnya di investigasi dan di dokumentasikan.
Ketika wawancara pada remaja, sumber utama seharusnya anak, informasi dari keluarga adalah
sebagai penguat data. Kaji kemampuan anak untuk dapat mengikuti akvitas normal dengan teman
sebaya (menaiki tangga, olahraga, berdansa, berjalan di mall). Ada beberapa batas yang disampaikan
yaitu bernapas pendek, pusing, kelemahan, pingsan atau nyeri dada. Sebagai tambahan perawat
perlu menanyakan kepada keluarga tentang sindrom genetic yang di derita anak. Ini seringkali
membantu jika nantinya anak akan di evaluasi oleh ahli genetik, sepanjang sindrom yang di derita
berkaitan dengan penyakit jantung kongenital. Memperoleh riwayat keluarga adalah sangat penting
sebagai gambaran kondisi kardiologi berdasarkan garis keturunan.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum
Tingkat kesadaran pasien, evaluasi kemampuan kognitif pasien untuk berpikir secara logis untuk
menentukan perfusi otak

Tekanan darah
Rentang normal sistolik 100 – 120 mmHg, diastolik 60 -80 mmHg. Lakukan seleksi ukuran manset
sesuai lengan anak. Pengukuran tekanan darah secara bersamaan untuk memastikan ada tidaknya
koartasio aorta (ukur pada lengan kanan dan salah satu kaki). Normalnya pengukuran tekanan darah
di ekstrimitas bawah sama atau lebih dari tekanan darah di tangan. Tekanan darah pada lengan
kanan lebih tinggi dibandingkan tekanan darah di kaki mengindikasikan koartasio aorta. Pengukuran
tekanan berseri harus dilakukan untuk mengulangi kunjungan sebelum anak mengalami hipertensi.
Kecemasan ketika pengkajian klinis, dapat meningkatkan tekanan darah. Kunjungan ulang akan
membantu anak beradaptasi dengan lingkungan, sehingga tekanan darah dapat menjadi akurat.
Ukuran tubuh, usia dan jenis kelamin sangat penting dalam menentukan hasil tekanan darah anak.
Pulsus paradoxus adalah variasi yang berlebihan pada tekanan sistolik saat respirasi, normalnya
tekanan darah sistolik menurun tidak lebih dari 10 mmHg saat inspirasi (ketika anak bernapas
spontan). Penurunan lebih dari 10 mmHg adalah patologis dan merupakan karakteristik dari kondisi
gangguan dari pengisian jantung seperti tamponade jantung (akumulasi cairan di sekitar jantung
dapat mengurangi pengisian jantung), efusi perikardium (terkumpulnya cairan pada rongga
perikardium yang dapat menyebabkan tamponade jantung) dan perikarditis (inflamasi pada
perikardium).

Manifestasi Klinis berdasarkan Patofisiologi


Patofisiologi Manifestasi Klinis
Peningkatan aliran darah pulmonal (PDA, Takipnea, takikardia, murmur, gagal jantung
ASD, VSD, AV canal) kongestif, penambahan berat badan buruk,
diaphoresis, edema periorbital, frekuensi infeksi
pada sistem respirasi
Penurunan aliran darah pulmonal (PS, TOF, Sianosis, episode hipersianotik, penambahan berat
atresia pulmonal atau tricuspid) badan buruk, polisitemia
Patofisiologi Manifestasi Klinis
Obstruksi aliran darah sistemik (COA, AS, Nadi lemah, warna jelek, CRT lambat, penurunan
HLSH, MS, interrupted aortic arch) urin output, gagal jantung kongestif dengan edema
pulmonal
Defek campuran : TGA, TAPVR, truncus Sianosis, penambahan berat badan yang buruk,
arteriosus, double outlet ventrikel kanan) kongesti pulmonal atau gagal jantung kongestif
yang terjadi karena peningkatan shunting

Panduan pengkajian pada anak dengan Kondisi Jantung


a. Respirasi
- Apakah frekuensi napas dan dalam?
- Apakah ada batuk?
- Apakah ada tanda peningkatan upaya bernapas (misal takipnea, dispnea, retraksi, hidung rasa
terbakar atau napas grunting)?
- Auskultasi suara napas. Apakah ada napas tambahan (misal weezing, crackles)?
b. Nadi
- Kaji frekuensi, ritme dan kualitas nadi
- Bandingkan frekuensi dan kekuatan nada pada beberapa lokasi (apical, brachial, radial dan
femoral)
c. Tekanan darah
- Bandingkan tekanan darah yang dinilai berdasarkan usia, jenis kelamin dan persentil tinggi
badan
- Bandingkan tekanan darah antara ekstrimitas atas dan bawah
d. Warna
- Observasi warna tubuh : pucat, warna kehitaman atau sianosis
- Bandingkan warna pada lokasi perifer dan sentral (misal kuku ke membran mukosa). Apakah
ketika menangis akan meningkat atau warna menjadi memburuk?
e. Dada
- Inspeksi dada anterior untuk abnormalitas skelet, menggembung atau naik turun (naik pada
dinding dada selama kontraksi)
- Palpasi pada dinding dada terkait pulsasi, irama (naik turun) atau vibrasi
- Lokasi pada point of maximum intensity
f. Auskultasi jantung
- Auskultasi suara jantung dan kualitasnya (keras vs lemah, jelas vs tidak jelas)
- Apakah ada bunyi jantung tambahan atau murmur? Gambarkan murmur dari intensitas,
lokasi radiasi, waktu dan kualitas. Catatan : tidak semua murmur mengindikasikan patologi,
beberapa anak memiliki murmur fungsional
- Auskultasi jantung pada anak ketika posisi duduk dan berbaring untuk mendeteksi
perbedaan suara jantung
g. Status cairan
- Observasi tanda edema pada periorbital, facial atau perifer atau adanya dehidrasi
- Observasi adanya distensi abdomen
- Palpasi hepar untuk mendeteksi hepatomegaly
- Pengkajian cafillary refill
h. Aktivitas dan Perilaku
- Apakah ada intoleransi terhadap aktivitas? Apakah anak kelelahan ketika makan?
- Catat adanya diaphoresis dan kapan terjadinya
- Identifikasi perubahan pada level aktivitas atau perilaku
i. Umum
- Pengkajian pertumbuhan

INSPEKSI
Inspeksi pada toraks/dada untuk melihat apakah terdapat kelainan pada rongga thoraks seperti
voussure cardiaque dan juga iktus kordis. Kelainan fisik antara lain dismorfik (abnormal atau tidak
biasanya) fitur wajah, edema, kelainan dinding dada dan warna kulit (pucat, sianosis atau kuning)
seharusnya dikaji. Sianosis dapat di evaluasi dengan baik dengan pencahayaan yang baik . perubahan
warna kulit mungkin sulit terlihat dengan adanya pigmentasi kulit yang gelap sehingga perlu
perhatian pada warna bibir, lidah dan bantalan kuku. Kuku seharusnya di evaluasi adanya clubbing.
Ini adalah kelainan jaringan lunak yang dihasilkan oleh sianosis kronis yang merupakan
perkembangan lanjutan dengan hilangnya sudut kuku dan bantalan kuku. Clubbing biasanya muncul
selama 3-4 bulan, muncul lebih awal hanya pada 1 kondisi yaitu abses paru (sekitar 3 minggu).
Penebalan yang terlihat merupakan kelainan penampilan bulat, biasanya tidak menyakitkan dan
bilateral, berhubungan dengan beberapa penyakit yang terbanyak yaitu jantung dan paru. Sianosis
sentral : pada lidah terlihat warna kebiruan, berhubungan dengan penurunan ketegangan oksigen
darah arteri, secara klinis : berkurang (deoksigenasi) Hb > 5g/dl, Sp)2 <=85% pada hasil tes oksimetri
nadi. Sianosis perifer : kebiruan pada tangan dan kaki, kelainan sirkulasi atau dingin (misal DVT),
dapat juga terjadi sianosis sentral berat.

Nadi
Palpasi untuk menilai frekuensi, irama, kualitas, konfigurasi, gelombang nadi dan keadaan pembuluh
darah
Tangan
Perhatikan adanya sianosis perifer, pucat, periksa CRT, temperature dan kelembapan tangan, edema,
turgor kulit dan adanya clubbing finger

Kepala dan leher


Periksa tekanan vena jugularis

Jantung
Inspeksi, palpasi dan perkusi. Pada pemeriksaan jantung bisa ditemukan kelainan-kelaianan hasil
pemeriksaan fisik yang meliputi batas jantung yang melebar, adanya variasi abnormal bunyi jantung
dan bunyi tambahan berupa bising (murmur)

Ekstrimitas
Adanya edema atau tidak (pitting edema)

PALPASI
Palpasi impuls apikal, apakah terdapat heaving atau tidak. PMI yang abnormal, normalnya PMI hanya
teraba pada satu ruang intercostal. Bila PMI dapat teraba pada dua daerah yang terpisah dan gerakan
denyutannya paradoksal (tidak bersamaan) harus dicurigai adanya aneurisma ventrikel. Perhatikan
adanya getaran “thrill” yang terasa pada telapak tangan, akibat kelainan katup-katup jantung
AUSKULTASI

Auskultasi pada jantung dilakukan dengan mendengarkan mulai dari apeks, ke tepi kiri sternum pada
bagian bawah, bergeser ke atas sepanjang tepi kiri sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan
supraklavikula kanan/kiri, lekuk suprasternal daerah karotis di leher kanan atau kiri dan seluruh sisa
dada. Pemeriksaan auskultasi secara tradisional dapat dilakukan di daerah mitral yaitu di apeks untuk
trikuspidalis di parasternal kiri bawah, daerah pulmonal pada sela iga kedua tepi kiri sternum dan
daerah aorta di sela ICS 2 tepi kanan sternum. Auskultasi menggunakan dua bagian secara bergantian
yaitu bagian bell (bentuk kerucut) dan diapragma (berbentuk lingkaran). Bagian bell sangat baik untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi (apeks) seperti BJ 3, BJ 4, bising mid diastole
mitral/tricuspid dengan cara tempelkan dengan penekanan yang ringan saja pada dinding dada. Bagian
diafragma sangat baik untuk mendengarkan bunyi dengan nada rendah , misal BJ 1 dan BJ 2, OS
(opening snap), bunyi ejeksi (ejection sound), pericardial friction rub, bising sistolik dan awal sistolik.
Auskultasi : meliputi pemeriksaan bunyi jantung, bising jantung dan gesekan pericard. Ictus cordis
(katup mitral), intercostal III kiri (katup pulmonal), intercostal III kanan (aorta), intercostal IV dan V di
tepi kanan dan kiri sternum atau ujung sternum (katup trikuspidal)

Pada auskultasi harus diperhatikan beberapa hal, yaitu :

1. Bunyi jantung I (S1) ditimbulkan oleh penutupan katup-katup mitral dan trikuspidal, tanda mulainya
fase sistol ventrikel dan di dengar bertepatan dengan terabanya pulsasi nadi pada arteri karotis.
Auskultasi pada iktus akan terdengar baik suara katup mitral, pada ICS 4 – 5 kanan pada tepi sternum
akan terdengar katup trikuspidalis dan pada ICS 3 kiri tepi sternum merupakan tempat yang baik
pula untuk mendengar katup mitral. Intensitas BJ 1 akan bertambah di apeks pada kasus stenosis
mitral, interval PR pada EKG yang begitu pendek, kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang
cepat seperti kerja fisik, emosi, anemia, demam, dll. Intensitas melemah di apeks pada kasus shock
hebat, interval PR yang memanjang, dekompensasi hebat
2. Bunyi jantung II (S2), ditimbulkan oleh penutupan katup-katup aorta dan pulmonal dan tanda
dimulainya fase diastole ventrikel. BJ 2 normal selalu lebih lemah daripada BJ 1. Intensitas BJ 2 aorta
akan bertambah pada kasus hipertensi, arteriosclerosis aorta yang sangat. Intensitas BJ 2 pulmonal
bertambah pada kasus kenaikan desakan arteri pulmonalis, misalnya pada kelemahan bilik kiri,
stenosis mitralis, cor pulmonalis kronik, kelainan cor congenital. BJ 1 dan BJ 2 akan melemah pada
kasus orang yang gemuk, emfisema paru, perikarditis eksudatif, penyakit-penyakit yang
menyebabkan kelemahan otot jantung
3. Bising jantung/cardiac murmur
Adalah bunyi jantung (bergemuruh) yang dibangkitkan oleh aliran turbulensi (pusaran abnormal)
dari aliran darah dalam jantung dan pembuluh darah. Bising sistol atau murmur sistol terdengar
antara BJ 1 dan BJ 2. Bising diastole atau murmur sistol terdengar antara BJ 2 dan BJ 1. Cara
termudah untuk menentukan bising sistol atau diastole adalah dengan membandingkan
terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau pulsasi arteri karotis, maka bising itu adalah
bising sistol. Terdapat derajat intensitas bising yaitu :

Murmur pada anak terkadang berada pada kondisi normal, tidak berhubungan dengan kasus patologi
dan merupakan kompensasi dari kardiak output pada beberapa kondisi seperti demam, ansietas atau
Latihan/aktivitas. Ketika anak duduk, murmur terdengar di awal sistol pada ICS 2 atau 3 kiri dekat batas
sternum dan kualitas suara menghilang ketika anak berbaring. Waspada dengan sinus aritmia selama
auskultasi pada irama jantung. Sinus aritmia nomal pada beberapa anak, saat inspirasi frekuensi nadi
cepat dan akan menurun ketika ekpirasi. Untuk menilai irama nya normal, minta anak untuk menahan
napasnya ketika dilakukan auskultasi jantung. Jika variabilitas denyut jantung berhenti, maka ada sinus
aritmia. BJ 1 sangat terdengar di apeks jantung, kiri bawah batas sternum. BJ2 terdengar sangat jelas di
dasar jantung. Perubahan split BJ2 tidak bervariasi saat respirasi adalah abnormal dan anda dapat
mencurigai adanya atrial septal defect (ASD). Pada anak, BJ2 fisiologis split ketika inspirasi dan menjadi
single ketika ekspirasi. Fenomena ini disebabkan oleh tekanan negative pada rongga thoraks. Pada anak-
anak bunyi S3 terdengar seperti 3 suku kata, terutama ketika disertai dengan takikardia. Suara S3 nyaring
dapat terjadi pada anak dengan gagal jantung atau VSD

Intensitas dan kualitas bunyi jantung


Intensitas bunyi jantung sangat dipengaruhi oleh tebalnya dinding dada dan adanya cairan dalam rongga
pericard. Kualitas bunyi jantung pada keadaan splitting (bunyi jantung yang pecah), yaitu bunyi jantung I
pecah akibat penutupan katup mitral dan tricuspid tidak bersamaan (normal). Bunyi jantung ke 2 yang
pecah, dalam keadaan normal ditemukan pada waktu inspirasi di mana P2 lebih lambat dari A 3.
Patologis : splitting bunyi jantung tidak menghilang pada respirasi (fixed splitting), ditemukan pada ASD
dan Right bundle brach block (RBBB)
Irama dan frekuensi bunyi jantung
Irama dan frekuensi bunyi jantung harus dibandingkan dengan frekuensi nadi. Normal irama jantung
adalah teratur dan bila tidak teratur disebut arrhytmia cordis

Ada tidaknya bunyi jantung III dan bunyi jantung IV


Bunyi jantung ke 3 dengan intensitas rendah kadang-kadang terdengar pada akhir pengisian cepat
ventrikel, bernada rendah, paling jelas pada daerah apeks jantung normal. Normal : anak-anak dan
dewasa muda. Patologis : kelainan jantung yang berat misalnya payah jantung dan myocarditis. Bunyi
jantung 1,2,dan 3 memberi bunyi seperti derap kuda disebut sebagai protodiastolik gallop
Bunyi jantung ke 4 terjadi karena distensi ventrikel yang dipaksakan akibat kontraksi atrium, paling jelas
terdengr di apeks cordis, normal pada anak-anak dan pada orang dewasa didapatkan dalam keadaan
patologis yaitu pada A – V block dan hipertensi sistemik. Irama yang terjadi oleh jantung ke 4 disebut
presistolik gallop

Cara Pemeriksaan Fisik Jantung pada anak yaitu :

Pre Interaksi

1. Verifikasi order, baca rekam medis pasien dan rencana keperawatan


2. Cuci tangan
3. Siapkan alat : stetoskop, oksimeter, penggaris, sphygmomanometer

Orientasi

1. Berikan salam, perkenalkan diri, dan bersikap terapeutik (upayakan anak tidak menangis) kepada
klien dan keluarga
2. Ajak anak bermain dan berbicara, periksa identitas pasien
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan kontrak kegiatan pemeriksaan fisik
4. Inform consent
5. Tanyakan keluhan dan berikan kesempatan anak dan keluarga untuk bertanya

Kerja :

1. Minta anak untuk membuka bajunya, bisa dibantu oleh orang tua/pengasuh
2. Siapkan stetoskop, gunakan bagian diafragma, maupun bell sesuai kebutuhan
3. Posisikan anak untuk berbaring atau duduk sesuai kebutuhan (lebih banyak berbaring)

Inspeksi

4. Menilai permukaan dinding dada. Lihat kesimetrisan Gerakan dada (inspeksi Gerakan pada
kedua sisi dan bagian atas – bawah, normalnya Gerakan dada simetris dan sama antara kedua
sisi).
5. Menilai adanya ictus cordis
6. Menilai warna kulit sianosis atau tidak (sianosis perifer atau sentral dengan cara meminta anak
membuka mulut).
7. Menilai jari tabuh (ekstrimitas). Minta anak menghubungkan 2 jari yang menyatu pada bagian
kuku. Kuku tabuh, dikenal dengan jari tabuh yaitu kelainan pada kuku.
Pneumonia, C : Cyanotic heart disease, B : bronchial ca, L:lung abcess, I:Infective endocarditis,
U:ulcerative colitis (IBD), N:Neoplasma, B:Bronchiectasis, G: GI disease
8. Pemeriksaan ekstrimitas untuk menentukan adanya edema atau tidak (pitting edema)

Auskultasi

9. Siapkan stetoskop pertama letakkan stetoskop di area katup mitral (ICS 5 midklavikula sinistra,
apeks). Dengarkan bunyi jantung terutama BJ 2, catat sifat, kualitas di banding dengan BJ 1,
splitting BJ 2 dan murmur BJ2
Biasanya bunyi jantung I terdengar jelas bunyi katup mitral. Bunyi jantung I terjadi akibat bunyi
penutupan katup atrioventtrikuler. Komponen mitral bunyi jantung I disebut M1. Komponen
trikuspidnya disebut T1. T1 terjadi kurleb 0,03 detik setelah M1 --- bunyi jantung I terpecah
(split) sempit. Penilaian bunyi jantung I yaitu normal, melemah atau mengeras. Bunyi jantung I
mengeras yaitu defek septum atrium, stenosis mitral, stenosis tricuspid. Bunyi jantung I
melemah yaitu insufisiensi mitral dan tricuspid, myocarditis, pericarditis, efusi pericardium.
10. Kemudian letakkan stetoskop ke area tricuspid yaitu pada parasternal sinistra ICS 4, bergeser
pada area pulmonal yaitu ICS 2 parasternal sinistra. dengarkan BJ 1 kemudian catat sifat, kualitas
disbanding BJ 2, splitting BJ 1, murmur BJ 1, frekuensi denyut jantung, irama gallop
Biasanya BJ II paling baik akan terdengar pada daerah pulmonal. BJ II terjadi dari kompleks bunyi
akibat penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal). Komponen aorta bunyi jantung II
disebut A2. Komponen pulmonal disebut P2. Pada bayi, anak dan dewasa muda yang normal, BJ
II terdengar pecah (split) pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi.
11. Lanjutkan letakkan stetoskop pada daerah aorta ICS 2 parasternal dekstra. BJ III : nada rendah,
0,10 – 0,20 detik setelah BJ II, di apeks/parasternal kiri bawah, pada anak dan dewasa muda
normal, mengeras bila pengisian ventrikel bertambah, mengeras +takikardia ---- irama derap
(patologis). Bising jantung perlu diperhatikan 1 lokasi (tiap bising memiliki lokasi tertentu
terdengar lebih keras atau punctum maksimum), 2 penjalaran ( bising jantung masih terdengar di
daerah yang berbeda), 3 intensitas (levine scale), 4. Jenis : bising sistol (ejection, pansistol) dan
bising diastole terdengar pada BJ II dan BJ I : (mid diastolic, early diastole, persistole
12. Bila ada murmur ulangi lagi ke empat daerah, catat mana yang paling jelas
13. Geser ke daerah epigastric
14. Catat bila terdapat variasi suara jantung waktu bernapas
Suara satu paling baik di dengar di daerah apek mempergunakan bell, suara dua di daerah basal.
Pada bayi suara satu terdengar lebih keras dari suara 2. Pada karditis suara satu terdengar lebih
lemah

Palpasi (memastikan apa yang sudah di lihat)

15. Letakkan tangan anda di apeks, raba adanya denyut apeks/ictus cordis
bayi dan anak kecil pada ICS 4 midklavikula kiri/sedikit lateral, pada anak 3 tahun dan lebih di ICS
5 sedikit medial garis midklavikula kiri, impuls maks nya meningkat atau menurun.
16. Pemeriksaan thrill (murmur). Minta pasien meletakkan tangan secara horizontal menyilang pada
dinding dada. Anda harus mengkaji sebuah thrill disilangkan pada masing-masing katup jantung
turun (lihat lokasi katup di bawah).
17. Pemeriksaan LF (Left Ventrikular) lifting
Pembesaran ventrikel kiri, dilakukan pemeriksaan pada apeks ke bawah lateral, denyut terasa
lebih kuat.
18. Pemeriksaan right ventricular heave. Letakkan tangan pada parasternal kiri bawah dan
epigastrium. Gerakan dari ventrikel kanan biasanya tidak teraba, kecuali pada hipertrofi ventrikel
kanan akan menyentuh dinding dada (ventrikel kanan akan mengangkat). Kadang gerakan
jantung teraba sebagi Gerakan kursi goyang (ventricular heaving) yang akan mengangkat jari
pemeriksa saat palpasi
19. Perkusi pada anak tidak dilakukan

Terminasi

1. Lakukan evaluasi terhadap tindakan (subjektif, objektif) dan kenyamanan pasien


2. Berikan reinforcement positif
3. Kontrak tindakan selanjutnya
4. Akhiri dengan salam/sikap yang baik

Dokumentasi

1. Catat seluruh hasil tindakan pemeriksaan fisik

Anda mungkin juga menyukai