RUANG 9
Ermiati
14011101026
14011101036
Chaerul Kalam A
14011101066
Muhammad A Hajia
14011101046
Sumi Nurhasanah
14011101049
14011101056
Jonathan moula
14011101038
14011101076
14011101027
Kata Sulit
Sianosis : Warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat
karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi ini
terutama terlihat mencolok pada bibir dan kuku. Sianosis dapat muncul
dalam berbagai kondisi medis dimana konsentrasi oksigen darah
rendah, misalnya pada penyakit paru-paru, kelainan jantung, dan di
daerah geografis yang tinggi.
Auskultasi : Metode pemeriksaan fisik dengan mendengarkan suarasuara tubuh terutama untuk memastikan kondisi toraks atau viscera
abdomen serta untuk mendeteksi kehamilan, biasanya dengan
bantuan stetoskop atau tanpa alat bantu telinga. Suara tubuh yang
dapat didengar untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya gangguan
adalah suara paru (pernapasan), jantung, dan perut. Auskultasi dapat
pula dilakukan untuk mendengar bunyi jantung bayi yang belum lahir,
dengan menggunakan alat yang disebut Doppler.
ICS (Inter Costal Space) : Ruang antar costae (sela iga).
Kardiomegali : Suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
pembesaran jantung, baik karena otot jantung menebal atau ruang
jantung membesar, biasanya terjadi akibat jantung harus terus
menerus bekerja lebih keras dari normal. Dimana kondisi ini bisa
terjadi pada ruang jantung atas (atrium), atau ruang jantung bawah
(ventrikel). Biasanya disebabkan karena adanya tekanan darah tinggi,
penyakit jantung koroner, penyakit katup jantung, penyakit paru
kronis, usia, kardiomiopati dan penyakit tiroid.
Bising Pansistolik : Bising yang timbul sebagai akibat dari aliran yang
melalui bagian jantung masih terbuka (yang seharusnya dalam
keadaan tertutup pada kontraksi jantung) dan mengisi seluruh fase
sistolik. Bising dimulai bersamaan dengan bunyi jantung 1, terdengar
sepanjang fase sistolik dan berhenti bersamaan dengan bunyi jantung
2, terdapat defek septum ventrikel, insufisiensi mitral dan insufisiensi
trikuspid.
Kata Kunci
Laki laki umur 3 tahun 6 bulan
Gagal tumbuh
Kardiomegali (+)
Sering batuk pilek
Sianosis (-)
Bising pansistolik (+)
Masalah Dasar
Seorang anak laki laki dengan umur 3 tahun 6 bulan dengan tanda
gagal tumbuh, sering mengalami batuk pilek, tidak ditemukan adanya
tanda sianosis, dan menurut hasil pemeriksaan foto thoraks tampak
Bising
diastolik
dini,
yang
dimulai dari bunyi jantung II,
bernada tinggi, bersifat meniup,
terdengar jelas di tepi kiri
sternum,
terdapat
pula
insufisiensi
aorta.
Biasa
terdengar
pada
pasien
pascaoperasi koreksi tetralogi of
fallot, karena kerusakan katup
pulmonal pada saat reparasi
katup.
Bising mid-diastolik pendek,
disebut sebagai diastolic flow
murmur, terdapat pada stenosis
relatif katup mitral (misalnya
VSD, PDA, insufisiensi mitral)
atau stenosis relatif katup
trikuspidalis (ASD), akibat aliran
darah yang berlebih dari atrium
ke ventrikel.
Bising
diastolik
panjang,
bernada
rendah,
dengan
kualitas seperti bunyi guntur,
dan biasa terdengar pada
stenosis mitral organik.
Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks, disini akan kelihatan atrium dan ventrikel
kiri akan membesar / terjadi pembesaran pada jantung.
Pemeriksaan
dengan
doppler
berwarna,
untuk
mengevaluasi aliran darah berwarna.
Kateterisasi jantung, untuk meyakinkan dari pemeriksaan
doppler. Seperti kamera/video kecil untuk melihat
bagaimana kondisi pembuluh darah dari jantung.
Elektrokardiografi ( EKG ), hasilnya berupa gelombang
yang menyatakan penyakit tersebut.
Eksogen (Lingkungan)
Berbagai jenis obat, penyakit ibu, pajanan terhadap sinar X,
telah diduga menjadi penyebab eksogen PJB.
Untuk faktor lingkungan, beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah:
Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup
asap rokok.
Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester
pertama(awal kehamilan), akan menyebabkan PJB pada
bayinya terutama PAD,VSD, atau SP perifer.
Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang
menderita diabetes tidak terkontrol mempunyai risiko
sekitar 3-5% untuk mengalami penyakit jantung bawaan
Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden
sekitar 25-30% untuk mendapatkan bayi dengan penyakit
jantung bawaan
Ectasy
dan
obat-obat
lain,
seperti
diazepam,
corticosteroid,
phenothiazin,
dan
kokain
akan
meningkatkan
insiden
penyakit
jantung
bawaan
(Indriwanto, 2007).
Apa pun sebabnya , pajanan terhadap faktor penyebab tersebut
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh Karena
pada minggu kedelapan pembentukan jantung sudah selesai.
Karena sifat alamiah penyakitnya, maka peran faktor eksogen
dalam etiologi PJB tersebut biasanya diteliti dengan desain studi
kasus control yang terkenal akan besarnya kemungkinan
terjadinya bias.
Endogen (Genetik)
Berbagai jenis penyakit genetik dan sindrom tertentu ersat
hubungannya dengan kejadian PJB. Pada faktor genetik, hal
yang penting kita perhatikan adalah adanya riwayat keluarga
yang menderita penyakit jantung. Hal lain yang juga
berhubungan adalah adanya kenyataan bahwa sekitar 10%
penderita PJB mempunyai penyimpangan pada kromosom,
misalnya pada Sindroma Down (Fachri, 2007).
10%
7%
3%
3%
90%
faktor
linkungan
Kelainan
% dengan pjb
Sindrom rubela
Embriopati diabetes
Fenilketonuria
Embrioparti talidomid
Embriopati
isotretinoin
Sindrom janin alkohol
Sindrom
janin
hidantoin
Sindrom
janin
trimetadion
50%
3-5%
30%
13%
25%
35%
10%
50%
yang
dapat
Kelainan
jantung
utama
DAP, SP perifer
TAB,DSV,Koark
TF,DSV,DSA
TF,TAB,VKAJKG
TF,TAB,IAA
DSV,DSA,TF
SP,SA,DAP
DSV,TF
Defek ventrikel
Pompa ventrikel kiri meningkat
Kardiomegali
perifer bawa nutrisi
Kardiomegali
Gagal tumbuh
volume
Tekanan intravaskuler
Transudasi cairan
Darah di
Cepat lelah
5. Penatalaksanaan :
Defek kecil dengan tahanan vascular pulmonal yg rendah.
Ukuran shunt
mengontrol aliran. Pasien tampak asimptomatis EKG dan
Rontgen normal tidak perlu terapi.
Defek sedang dengan tahanan vascular pulmonal yg bervariasi,
sehingga tekanan ventrikel kanan meningkat tetapi kurang dari
ventrikel kiri. EKG: hipertrofi ventrikel kiri dan Rontgen:
peningkatan aliran darah pulmonaltidak perlu operasi
Farmakologi
Digitalis (Digoxin, Cardoxin, Lanoxin).
Salah satu obat yang digunakan untuk merawat
kondisi gagal jantung dan pembesaran jantung adalah
digitalis (Digoxin, Cardoxin, Lanoxin). Obat ini adalah
kelompok agen inotropik positif yang meningkatkan
konsentrasi Kalsium pada sel otot jantung. Ini
meningkatkan tekanan kontraksi jantng dan biasanya
menurunkan denyut jantung.
Digitalis glikosida memberikan beberaoa efek berikut
kepada pasien gagal jantung: meningkatkan kontraksi
myocardiac (inotropisme) dengan peningkatan output
jantung; peningkatan diuresis dengan penurunan
oedema akibat dari penurunan tonus simpatetik;
pengurangan ukuran jantung, denyut jantung, volume
darah dan tekanan vena dan pukmonum; dan
biasanya tidak ada perubahan pada permintaan
oksigen.
Digitalis glikosida juga memiliki beberapa efek
elektrokardio, antara lain: penurunan kecepatan AV
node, dan perpenjangan periode efektif refraktori.
Digitalis glikosida memiliki kemampuan meningkatkan
ketersediaan Ca++ pada serat myocardial dan
menghambat Na+/K+/ ATPase. Artinya pompa tidak
berfungsi sempurna dan sel myocardium penuh
dengan konsentrasi sodium yang tinggi. Namun
dengan
adanya
mekanisme
pertukaran
sodium/kalsium kondisi ini tidak menimbulkan
Non-farmakologi :
Pemberian nutrisi yg adekuat: anak dgn defek besar lelah
saat makan, utk mengatasinya:
Pemberian makanan kalori tinggi atau ASI
Pemberian makanan melalui pipa nasogastrik utk
mengurangi kelelahan krn mengisap susu botol
atau ASI
Pencegahan infeksi:
Pemeriksaan & perawatan gigi rutin.
Pencegahan
thp
ISPA.Untuk
mencegah
endokarditis infektif, maka kesehatan gigi dan
mulut harus dijaga dan menggunakan antibiotik
profilaksis pada saat berobat gigi.
Tindakan bedah:
Penutupan
defek
VSD
dgn
menggunakan instrument:
Amplatzer
Bard Clammshell Umbrella
teknik
transkateter
6. Komplikasi
Gagal jantung berulang: akan menunjukkan gejala dan tanda
pembengkakan jantung (jantung menjadi besar), sesak nafas
karena edema paru (paru penuh cairan), bisa fatal berakhir
kematian.
Radang
paru-paru
(pneumonia/bronkopneumonia)
berulang: gejala dan tanda berupa batuk-batuk dengan sesak
nafas disertai panas tinggi. Staphylococcus A dan bakteri
streptococcus biasanya datang dari jantung yang telah terinfeksi
endokarditis sebelumnya atau dari oropharynx karena radang
tenggorokan, atau dari kulit.
Gagal tumbuh: anak terhambat pertumbuhannya sehingga
jauh lebih kecil dibanding anak normal. Pada KMS akan nampak
berat badannya tidak naik bahkan turun. Hal ini merupakan
akibat dari gizi buruk yang dialami penderita VSD.
Gizi buruk: anak kurus, lemah, kulitnya kendor terutama di
daerah pantat, iganya nampak jelas sering disebut iga
gambang, anak jadi cengeng dan menjadi mudah sakit. Hal ini
disebabkan karena darah yang mengalir di peredaran darah
sistemik berkurang akibat defek pada ventrikel. Otomatis jumlah
pasokan nutrisi berkurang.
Endokarditis infektif, yaitu infeksi yang terjadi pada lapisan
dalam jantung. Enterococcus dan group A beta streptococcus
hemolitikus, staphilococcus sering menyerang katup jantung
yang normal dan menyebabkan kerusakan yang cepat. Pada
staphylococcus sring diikuti dengan infeksi pada organ yang
lain. Masuknya kuman tersebut dapat melalui oropharynx, kulit,
saluran kencing, penyalahgunaan obat melalui parental
nasokomial. Terjadinya endokarditis karena menempelnya mikro
organisme dari sirkulasi darah pada permukaan endokardial,
kemudian mengadakan multiplikasi, terutama pada katup-katup
yang telah cacat. Penempelan bakteri-bakteri tersebut. Akan
membentuk koloni, dimana nutrisinya diambil dari darah.
Adanya koloni bakteri tersebut memudahkan terjadinya
thrombosis, kejadian tersebut dipermudah oleh thromboplastin,
yang ditimbulkan oleh lekosit yang bereaksi dengan fibrin.
Jaringan fibrin yang baru akan menyelimuti koloni-koloni bakteri
dan menyebabkan vegetasi bertambah. Daerah endokardium
yang sering terkena yaitu katup mitral, aorta. Pada jaringan baru
yang telah mengalami regenerasi, akan terbentuk jaringan parut
atau kadang-kadang terjadi rupture dari chordae tendinen, oto
papillaris, septum ventrikel. Sehingga pada katup menimbulkan
walaupun juga pada PJB sianotik tenbanyak yakni ToF dan PJB non
sianotik terbanyak VSD, ASD (seimbang).
8. Prognosis dan Edukasi :
Prognosis
Kemungkinan penutupan defek septum secara spontan cukup
besar, terutama pada tahun pertama kehidupan. Kemungkinan
penutupan spontan sangat berkurang pada pasien berusia lebih
dari 2 tahun dan umumnya tidak ada kemungkinan lagi di atas
usia 6 tahun. Secara keseluruhan, penutupan secara spontan
berkisar 40-50%. (Kapita Selekta Kedokteran,2000; Webb GD et
al, 2011).
Beberapa pasien akan berkembang menjadi penyakit vaskuler
obstruktif berupa hipertensi pulmonar akut, Eisenmenger
syndrome pada saat terapi referal diberikan serta terjadinya
peningkatan sianosis secara progresif. Penggunaan opsi bedah
saat ini memilki mortalitas kurang dari 2% pada pasien isolasi.
Mungkin juga akan ditemukan pasien yang memerlukan
transplant paru atau jantung dan paru (Prema R, 2013)
Edukasi
Pemeriksaan antenatal yang rutin sangat diperlukan selama
kehamilan. Dengan kontrol kehamilan yang teratur, hal-hal
yang dikaitkan sebagai penyebab PJB diatas dapat dihindari
atau dikenali secara dini. Hal ini sangat penting untuk mencari
solusi dari adanya faktor risiko yang terdapat pada ibu hamil,
sebagai contoh pada kasus ibu hamil dengan penyakit gula,
kadar gula darah harus dikontrol dalam batas normal selama
masa kehamilan.
Pemeriksaan antenatal juga dapat mendeteksi adanya PJB pada
janin dengan ultrasonografi (USG). Namun, pemeriksaan ini
sangat tergantung dengan saat dilakukannya USG, beratnya
kelainan jantung dan juga kemampuan dokter yang melakukan
ultrasonografi. Umumnya, PJB dapat terdeteksi pada saat USG
dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan
lebih dari 20 minggu. Apabila terdapat kecurigaan adanya
kelainan jantung pada janin, maka penting untuk dilakukan
pemeriksaan lanjutan dengan fetal ekokardiografi. Dengan
pemeriksaan ini, gambaran jantung dapat dilihat dengan lebih
teliti.
Selain itu, pencegahan dapat dilakukan pula dengan
menghindarkan ibu dari risiko terkena infeksi virus tertentu
seperti virus rubella. Dalam hal ini, penting dilakukan untuk