Anda di halaman 1dari 84

PENYAKIT JANTUNG

BAWAAN

Setiyo adi nugroho


Penyakit Jantung Bawaan

Kelainan pada struktur jantung


atau fungsi sirkulasi jantung yang
dibawa dari lahir

gangguan atau kegagalan


perkembangan dari struktur
jantung pada fase awal
perkembangan janin
Etiologi

Etiologi PJB
belum diketahui
secara pasti?
Lanj Etiologi

Faktor-faktor yang diduga dapat


mempengaruhi kejadian PJB, antara lain:

1. Faktor prenatal:
- Ibu menderita penyakit infeksi, Rubela
- Ibu alkoholisme
- Umur ibu lebih dari 40 tahun
- Ibu minum obat penenang atau jamu
- Ibu menderita penyakit DM
Lanj Etiologi

2. Faktor genetik:
- Anak yg lahir sebelumnya menderita
PJB
- Ayah/ibu menderita PJB
- Kelainan kromosom misalnya Sindroma
Down
- Lahir dengan kelainan bawaan yg lain
EPIDEMIOLOGI PJB

 8 – 10 per 1000 bayi lahir hidup


 90 % - intervensi bedah
 50 % kematian - bulan pertama kehidupan

INDONESIA : 200 juta penduduk


angka kelahiran hidup 2 %
+ 30.000 bayi dengan PJB
SARANA DIAGNOSTIK PJB

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik EKOKARDIOGRAFI
Foto Toraks
EKG

KATETERISASI
- Diagnostik
OPERASI - Intervensi
PRESENTASI KLINIS

SIANOSIS MURMUR

GAGAL JANTUNG
SIANOSIS
SPELL
PENYAKIT
JANTUNG SHOCK
BAWAAN
NYERI DADA

STRIDOR
GANGGUAN TUMBUH
KEMBANG
INFEKSI SALURAN NAFAS
BERULANG
PJB NON SIANOTIK
(Rö + EKG)

vaskularisasi paru vaskularisasi paru


normal pletora

LVH/BVH
RVH LVH RVH
VSD
PS AS PDA
KoA(bayi) KoA ASD
AVSD
MS MI PAPVD
www.schneiderchildrenhospital.org
Penanganan PS Non Bedah
Penanganan AS Non Bedah
Penanganan PDA Non Bedah
PJB SIANOTIK
(Rö + EKG)

vaskularisasi paru vaskularisasi paru


oligemi pletora

RVH LVH RVH


LVH/BVH
TOF
PA + VSD TA + PS TGA
TrA
DORV + PS PA + RV DORV
TGA-VSD
ASD/VSD + hipoplast TAPVD
PS
Sianosis

Definisi:
Perubahan warna kebiruan pada kulit
dan membrane mukus yang
disebabkan peningkatan jumlah
reduced Hb dalam pembuluh darah
kecil di kulit.

Biasa terlihat pada bibir, kuku

Dermatologic manifestation of cardiac diseases.


www.emedicine.com/dermt/topic548.html
Sianosis

Central : terdapat desaturasi dari darah arterial


pada membrane mukus dan kulit

Perifer : terdapat perlambatan dari aliran darah


dan pengambilan oksigen yang berlebihan dari
darah yang menyebabkan vasokonstriksi dan
mengurangnya aliran darah perifer,
dapat disebabkan cold exposure, shock,
congestive heart failure (CHF), atau
peripheral vascular disease

Dermatologic manifestation of cardiac diseases. www.emedicine.com/dermt/topic548.html


Sianosis

 Sianosis dapat terlihat pada


reduced Hb lebih dari 5 gr%.

 Rumus reduced Hb :
delta saturasi/100 x
Hb
Sianosis

 biru menetap
 sejak lahir atau usia bayi
 mungkin bertambah berat  progresif
dengan bertambahnya umur
 bertambah bila menangis / aktivitas fisik
 cepat lelah saat aktivitas fisik  sering
berhenti – jongkok untuk istirahat
 jari-jari seperti tabuh
Sianosis
Sianosis
dengan gambaran paru oligemia
Penanganan TOF
Tetralogi Of Fallot
Tetralogi Of Fallot
Sianosis
squatting
Sianosis spell

Spell hipoksia (serangan biru akut)


Bayi/anak menangis dan bertambah biru,
gelisah, lemas, kesadaran menurun dan
kejang.

Pencetus
Bayi/anak menangis kuat dan lama, demam,
diare – dehidrasi, kelelahan.
Gagal jantung

Ketidakmampuan jantung mensuplai darah


untuk memenuhi kebutuhan jaringan.

Gejalanya disebabkan peningkatan tekanan


di atrium kiri.
Gejala

Bayi: tidak mampu mengisap susu


dengan baik, malas menghisap,
cepat lelah, nafas memburu,
berkeringat, sering berhenti,
sering muntah.
Gejala
Anak : mengeluh cepat capek
atau sesak nafas saat
bermain, berjalan agak
jauh atau berlari,
malas bermain, tidak
sanggup ikut olah raga
bertambah biru
Murmur

Pada anak yang lebih tua, tetapi juga pada


bayi bayi
kelainan jantung bawaan dapat terdeteksi
dengan adanya
murmur jantung dan biasanya pada
pemeriksaan rutin
terutama pada penyakit jantung bawaan
yang
asimptomatik
Gangguan tumbuh kembang

Akibat asupan makanan tidak baik


Jantung bekerja lebih keras

Berat badan tidak naik

perkembanganterganggu:
belum duduk/berjalan

sesuai dengan usia


Infeksi saluran nafas
berulang
Akibat aliran ke paru berlebih dan daya
tahan tubuh rendah

Mudah infeksi

sesak nafas
Stridor
Upper or lower airway
obstruction
 Biasanya inspirasi dan ekspirasi stridor

 Keluhan ini disebabkan akibat kompresi atau penekanan


trakhea atau brokhus oleh vaskular ring, vaskular
sling.

 Stanger dkk 1969


bronkhus dapat terkompresi sebagian atau seluruhnya
oleh karena dilatasi arteri pulmonalis pada pasien
dengan aliran paru yang berlebih.
Stridor
Upper or lower airway
obstruction

www.childsdoc.org/spring98/vascular/vasring.asp
Pulsus defisit

 Tidak ada atau lemahnya pulsasi arteri femoralis


pada pemeriksaan rutin dapat disebabkan oleh
kelainan aortic coartation.

 Lemahnya pulsasi pada semua ekstremitas dapat


disebabkan oleh stenosis aorta yang berat yang
mungkin berhubungan dengan HLHS

 Pada anak anak biasanya asimptomatik, tetapi


pada neonatus dapat menimbulkan gejala gagal
jantung dan mungkin perlu segera untuk dilakukan
tindakan bedah oleh karena tergantung dari PDA
Nyeri dada

Episoda berkeringat, screaming, dan pallor


pada
neonatus dan bayi dapat disebabkan oleh
iskemia
miokard di mana terdapat kelainan muara dari
koroner kiri (bermuara pada pulmonari arteri).

Nyeri dada pada saat inspirasi hampir selalu


disebabkan oleh masalah respirasi
www.heatlsystem.virginia.edu
Sianosis
dengan gambaran paru plethora
TGA + VSD
Tidak terlalu biru
Bunyi jantung II tunggal
mengeras
malposisi arteri besar
Aksis QRS kekanan
Eko: Ao dari Vka, PA dari Vki
VSD(+)
Operasi koreksi usia sampai 3 bln
Bila >3 bln: Penyakit jantung Paru !?
 kateterisasi ukur PARi.
TGA tanpa VSD

Sianosis berat
duct dependent

Observasi sp usia 10 hr ok PDA dapat


menutup setiap saat.
Septostomi atrial dgn balon bila ASD
(-)
Bila saturasi O2 cenderung menurun
 prostaglandin  bedah koreksi
Bedah koreksi elektif usia 2 mg – 1 bln
(tanpa kateterisasi)
>1 bl  Kateterisasi ukur tekanan
Vki-ka
Sianosis
dengan gambaran paru plethora
Kesimpulan

Dengan mengetahui tanda-tanda dari


penyakit jantung bawaan maka kita
dapat
mendeteksi lebih cepat sehingga dapat
melakukan tatalaksana dengan tepat
dan
cepat
Asuhan Keperawatan
Pasien
Dengan Penyakit
Jantung Bawaan
 
PENDAHULUAN

Penyakit jantung bawaan adalah penyakit jantung


yang dibawa sejak lahir, yang terjadi ketika janin
masih dalam kandungan.

Asuhan keperawatan pasien dengan penyakit


jantung bawaan (PJB) punya karakteristik
tersendiri, mulai dari pengkajian, pengelompokkan
data, kemampuan dalam menganalisa data sampai
pada intervensi keperawatan yang tepat.

Kemampuan perawat harus didukung dengan


pengetahuan tentang keperawatan kardiovaskuler
dan anak yang cukup sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan dapat lebih optimal.
PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data Primer : Subyektif
1. Pertanyaan fokus antara lain :
- Keluhan saat ini
- Riwayat batuk panas yang
sering/berulang.
- Cepat lelah saat menghisap
ASI/susu atau saat makan.
- Riwayat pertambahan berat
badan, perkembangan motorik
Data primer : subyektif (lanj)

2. Bila anak terlihat biru (sianosis):


- Riwayat bertambah biru saat
aktivitas disertai suara nafas yang
memburu kemudian lemas/ pingsan/
kejang.
3. Bila anak terlihat edema:
- Frekuensi buang air kecil, jumlah minum
yang dikonsumsi selama 24 jam
4. Tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga
dalam mengatasi masalah tersebut di atas
Data Primer : Obyektif
1. Sistem pernafasan.
2. Sistem Sirkulasi.
3. Sistem Gastrointestinal.
4. Sistem Neuromuskuloskeletal.
5. Berat badan lahir, berat badan
sekarang,tinggi badan.

Data Sekunder (Pemeriksaan Diagnostik)


1. EKG
2. Laboratorium
3. Foto Toraks
4. Echo
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  Risiko terhadap ketidakefektifan


bersihan jalan nafas b.d peningkatan
sekresi tracheobronkial sekunder
terhadap kelainan jantung.

 Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan


perifer b.d ketidakadekutan aliran darah
sekunder akibat kelainan jantung.
Diagnosa Keperawatan Lanjut

 Risiko terhadap perubahan nutrisi:


kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakadekutan menghisap, keletihan,
dan dispnea.

 Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi oksigen sekunder


terhadap kelainan jantung.
dIagnosa keperawatan lanjutan

 Risiko terjadi spell b.d insufisiensi oksigen keserebral


sekunder akibat kelainan jantung.

 Risiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan


program terapeutik b.d ketidakcukupan pengetahuan
tentang kondisi, pencegahan infeksi, tanda dan
gejala, komplikasi, terapi serta kebutuhan nutrisi.
C.TUJUAN

1. Oksigenasi adekuat
2. Perfusi jaringan adekuat
3. Nutrisi adekuat, berat badan stabil/ bertambah
sesuai usia
4. Toleransi aktivitas sesuai kemampuan
5. Spell tidak terjadi
6. Penatalaksanaan program terapeutik efektif
D.RENCANA KEPERAWATAN

1. Oksigenasi adekuat
a. Posisi semi fowler/fowler
b. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, suara
nafas dan pergerakan dada
c. Observasi warna kulit, saturasi oksigen
d. Lakukan fisioterapi dada, suctioning (k/p)
e. Berikan cairan yang cukup
f. Hindari kontak dengan banyak orang atau orang
yang sedang sakit (batuk pilek)
g. Kolaborasi : pemberian oksigen, nebulizer,
terapi mukolitik/ ekspektoran/ bronkodilator,
antibiotik (k/p), cek analisa gas darah (k/p).
2.  Perfusi jaringan adekuat

a. Berikan posisi semifowler/nyaman.


b. Berikan istirahat yang cukup “Minimal handling”
c. Pertahankan kehangatan.
d. Kaji denyut nadi, pengisian kapiler, saturasi oksigen,
tekanan darah, tanda-tanda gagal jantung : gelisah,
takikardia, dispnea/ tachyppea, lelah saat minum susu
(FD), edema, oliguria, intake dan output, gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat inotropik, vasodilator,
diuretik
3. Nutrisi adekuat, berat badan
stabil/bertambah sesuai usia

a. Pemberian ASI/Susu: frekuensi sedikit tapi sering, jumlah; sesuaikan


dengan usia dan kondisi pasien.
Cara pemberian disendoki/ditetesi, diberikan dalam keadaan hangat
b. Pemberian makanan: jenis makanan:
cair/bubur/lunak/blender; frekuensi
sedikit tapi sering, cara pemberian
disendoki, penyajian bervariasi
c. Posisi pada saat minum atau makan :
semi fowler/fowler
d. Ciptakan suasana tenang
e. Timbang berat badan tiap hari
(terutama bayi)
f. Kolaborasi : ahli gizi, pemberian
suplemen vitamin/zat besi, pemberian
nutrisi/kalori melalui infus, pemasangan
NGT(k/p)
4. Toleransi aktivitas sesuai kemampuan
a. Saat minum/makan : frekuensi sedikit
tapi sering dengan cara disendokin,
bentuk cair/bubur/lunak, melalui NGT
(k/p).
b. Saat bermain : bantu anak memilih
kegiatan sesuai kemampuannya
(mencegah over protektif), berikan
mainan yang tidak banyak membutuhkan
tenaga (seperti : buku
bergambar/cerita, menyusun balok, dll).
c. Ciptakan suasana yang nyaman dan
tenang saat bermain.
d. Jangan biarkan anak menangis
atau bermain terlalu lama.
e. Berikan waktu anak untuk istirahat
yang cukup.
5. Spell tidak terjadi.

a. Ciptakan lingkungan tenang, nyaman


b. Batasi aktifitas.
c. Cegah valsava manuver (cegah anak menangis lama, batuk terus menerus,
mengejan saat BAB).
d. Cegah hipotermi
e. Cegah hipertermi
f. Berikan makanan yang mudah dicerna
g. Observasi pernafasan dan saturasi
oksigen
h. Observasi tanda-tanda spell hipoksia
(bertambah sianosis, menangis yang
lama dan merintih, pernafasan cepat
dan dalam, lemas).
i. Kolaborasi : pemberian oksigen, obat
batuk, penurun panas, pelunak feses,
terapi penenang, serta pemeriksaan
analisa gas darah (k/p).
6. Penatalaksanaan program terapeutik
efektif
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
mengekspresikan perasaannya yang
memiliki anak dengan PJB.
c. Jelaskan dan diskusikan dalam rencana
keperawatan dan berikan support pada
keluarga bahwa keluarga memiliki
peranan yang penting dalam upaya
penyembuhan pasien.
d. Berikan pengetahuan tentang cara
perawatan anaknya (posisi, nutrisi,
cara mencegah infeksi, pentingnya
obat-obatan serta pentingnya kontrol
teratur ke dokter ahli jantung)
e. Libatkan keluarga dalam perawatan
anaknya
f. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
berdiskusi dengan dokter guna
mendapatkan informasi yang jelas
tentang penyakit, obat-obatan serta
rencana tindakan medis selanjutnya.
E. EVALUASI
-Oksigenasi adekuat ditandai dengan: frekuensi dan pola nafas normal,
suara nafas bersih, saturasi oksigen dbn.
-Perfusi jaringan adekuat ditandai dengan: tekanan darah dalam batas
normal, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, akral hangat, tidak
sianosis/pucat, pulsasi arteri perifer kuat.
-Nutrisi adekuat ditandai dengan:
pasien tampak segar, tidak rewel,
berat badan bertambah atau stabil.
-Toleransi aktivitas sesuai kemampuan
ditandai dengan:
pasien mampu beradaptasi dengan
minum/makan sedikit tapi sering dan
dengan mainan yang dianjurkan serta
tampak tenang dan nyaman.
-Spell hipoksia tidak terjadi.
-Penatalaksanaan program terapeutik
efektif dapat dilihat dari: terbinanya
hubungan saling percaya antara
keluarga dengan perawat, pengetahuan
keluarga tentang perawatan anak
dengan PJB bertambah, keluarga dapat
diajak berdiskusi dan bekerjasama
dalam perawatan dan pengobatan
anaknya.
Penatalaksanaan Hipoksia Spell

 Posisi lutut ke dada (knee – chest position) yaitu


posisi lutut didekatkan pada dada. Dengan ini aliran
vena sistemik akan berkurang karena sebagian darah
terkumpul di extremitas bawah dan tahanan vasculer
sistemik di extremitas bawah akan meningkat
sehingga aliran pirau kanan ke kiri berkurang dan
aliran darah ke paru bertambah
Lanj PHS

 Oksigen biasanya diberikan walaupun


pemberiannya disini kurang tepat karena
masalah yang ada bukan akibat kekurangan
oksigen melainkan karena aliran darah ke paru
yang berkurang.
 Sedasi: -Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB
SC/IM
-Diazepam: 0,1-0,2 mg/kgBB
IV/rektal
 Koreksi asidosis: Pemberian BICNAT 1
meq/kgBB IV
Bila respon kurang baik maka diberikan:

 Propanolol 0,02-0,1 mg/kgBB/dose (IV selama 10


mnt)
 Vasokonstriktor: phenilepineprin
0,02mg/kgBB (IV)
 Ketamin: 1-2 mg/kgBB (IV)
 Bila terjadi spell berat sebaiknya intubasi
 Bila masih tidak respon dilakukan CITO operasi
paliatif atau definitif
Bila respon baik sambil tunggu waktu
optimal operasi :

 Propanolol oral 1-4 mg/kgBB/hari


(dibagi 3-4 dosis)
 Cegah dan asi factor-faktor
pencetus
KESIMPULAN

 Pengetahuan perawat tentang asuhan keperawatan


pasien dengan PJB
 yang memadai :
 meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
 menurunkan morbiditas dan mortalitas
TERIMA KASIH
Shock

Kelainan jantung yang dapat menyebabkan shock


pada neonatus adalah atresia aorta yang
berhubungan dengan HLHS (Hypoplastic Left
Heart Syndrome) dimana akan menyebabkan low
cardiac output.
Pada kelainan ini kehidupan tergantung dari
ductus arteriosus dan bayi akan cepat menjadi
jelek dengan konstriksinya ductus dan meninggal
begitu ductus tertutup total
Shock

Anda mungkin juga menyukai