Anda di halaman 1dari 7

NOTARIS DIANCAM………!!

Habib Adjie
(Notaris dan PPAT di Kota Surabaya)

Pasal 13 UUJN menegaskan bahwa “Notaris diberhentikan dengan


tidak hormat oleh Menteri karena dijatuhi pidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih”.
Membaca secara sepintas isi Pasal 13 UUJN tidak menimbulkan
masalah apapun, tapi ketika kita melakukan penafsiran terhadap kata
diancam pada pasal tersebut. Akan membuat kita berkerut dahi, dan
bertanya apakah ada yang salah pada isi pasal tersebut atau ada apa dengan
Pasal 13 UUJN….?
Padal pasal tersebut di atas ada yang harus kita kaji yaitu pada
penggunaan kata diancam yang dihubungkan dengan kalimat putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia ancaman berarti ditakut-takuti,
diperingatkan (lihat Kamus Bahasa Indonesia, Badudu- Zain, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1994, hal. 47) atau menyatakan maksud atau niat
atau rencana atau diperkirakan (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan - Balai Pustaka, Jakarta, 1994,
hal. 38).
Arti putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap merupakan suatu putusan yang sudah menempuh semua upaya
hukum yangv diperkenankan menurut peraturan perundang-undangan.

1
Dan putusan seperti itu wajib untuk dieksekusi oleh Jaksa Penuntut Umum
dalam perkara pidana.
Berdasarkan arti ancaman tersebut di atas, bahwa ancaman sebatas
niat atau maksud atau perkiraan saja, jadi belum sesuatu yang pasti terjadi
atau akan dilaksanakan. Sedangkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap merupakan suatu putusan yang telah
mempunyai kepastian yang harus dilaksanakan (bukan ancaman).
Hal tersebut semakin jelas jika dihubungkan dengan Pasal 1 angka
32 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), bahwa dalam
Hukum Pidana istilah putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap hanya ditujukan kepada seseorang dalam kualifikasi sebagai
Terpidana atau dijatuhi pidana.
Dengan demikian, jelas telah terjadi pertentangan (kontradiksi)
dalam penerapan kata dalam kalimat dengan istilah yang dipergunakan,
yaitu antara penggunaan kata diancam dengan istilah putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dengan kata lain putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap bukan merupakan
ancaman lagi, tapi sudah merupakan kepastian. Dan istilah tersebut hanya
ditujukan kepada seseorang dalam kualifikasi sebagai Terpidana atau
seseorang yang dijatuhi pidana.
Dalam praktek bahwa kata atau istilah ancaman ditujukan kepada
seseorang ketika masih disangka melakukan suatu tindak pidana dalam
proses Penyidikan di Kepolisian, sehingga seseorang dalam kedudukan
disangka melakukan suatu tindak pidana dikualifikasikan sebagai
Tersangka, dan atas tindakannya tersebut diancam dengan pasal-pasal
tertentu dengan ancaman hukum yang tertentu sesuai dengan tindak pidana

2
yang dilakukannya. Kata atau istilah ancaman dipergunakan pula oleh
Jaksa Penuntut Umum dipengadilan ketika seseorang dituduh atau didakwa
telah melakukan suatu tindak pidana dengan ancaman hukum yang
tertentu, dan seseorang tersebut akan dikualifikasikan sebagai Tertuduh
atau Terdakwa.
Penggunaan kata atau istilah yang tidak selaras sebagaimana
tersebut di atas, akan menyulitkan penerapan pasal tersebut dalam praktek,
sehingga oleh karena itu diperlukan penafsiran atau Pasal 13 UUJN
tersebut harus dibaca bahwa “Notaris diberhentikan dengan tidak hormat
oleh Menteri karena dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau
lebih”.
Hal lain yang juga perlu dikaji mengenai implementasi dari Pasal 13
UUJN tersebut, apakah hanya berlaku untuk Notaris yang berkaitan
dengan tugas jabatan sebagai Notaris saja atau berlaku juga dilakukan
oleh seorang Notaris yang tidak ada hubungannya dengan tugas jabatannya
sebagai Notaris….?
Bahwa jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan, sebagai
jabatan kepercayaan, maka keluhuran serta martabat jabatan Notaris harus
dijaga, baik ketika dalam menjalankan tugas jabatan maupun prilaku
kehidupan Notaris, yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi keluhuran dan martabat jabatan Notaris. Memang suatu hal
yang sangat sulit untuk mengkategorikan suatu prilaku seorang Notaris
yang tidak ada hubungannya dengan jabatan Notaris akan mempengaruhi
keluhuran atau martabat jabatan Notaris. Batasan ada pengaruhnya atau

3
tidak ada pengaruhnya tidak dapat dinormatifkan, tapi semuanya itu
berpulang kepada diri Notaris yang bersangkutan.
Dalam Pasal 12 huruf c UUJN, bahwa Notaris diberhentikan tidak
hormat dari jabatannya oleh Menteri karena melakukan perbuatan yang
merendahkan kehormatan dan martabat Notaris. Penjelasan pasal tersebut,
bahwa yang dimaksud dengan yang merendahkan kehormatan dan
martabat, misalnya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba atau
berzina.
Bahwa implementasi Pasal 12 huruf c UUJN tersebut harus merujuk
kepada Pasal 13 UUJN. Sehingga jika seorang Notaris melakukan suatu
tindak pidana apapun yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
dengan pidana penjara lebih dari 5 (lima) tahun, maka Notaris yang
bersangkutan dapat diberhentikan tidak hormat dari jabatannya oleh
Menteri. Dan sebaliknya jika dipidana penjara yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap kurang dari 5 (lima) tahun tidak dapat
dijadikan alasan untuk memberhentikan secara tidak hormat seorang
Notaris.
Sisi yang lain, substansi Pasal 13 UUJN tersebut membuat posisi
Notaris rentan untuk menjadi objek pihak tertentu ketika disangka
melakukan suatu tindak pidana. Dan pasal tersebut tidak hanya berlaku
karena Notaris karena melakukan perbuatan yang merendahkan
kehormatan dan martabat, tapi juga jika Notaris melakukan tindakan
hukum (pidana) lainnya yang tidak ada hubungannya dengan tugas
jabatannya sebagai Notaris, sepanjang ancaman hukumannya lebih dari 5
(lima) tahun.

4
Contoh dalam praktek, Notaris sering disangka oleh Penyidik
melakukan suatu tindak pidana berupa pemalsuan atau membuat surat
palsu. Dan Notaris digiring oleh Penyidik ke dalam Pasal 263 KUHP yang
ancamannya 6 tahun atau 264 yang ancaman 8 tahun.
Isi Pasal 13 UUJN dihubungkan dengan Pasal 263 dan 264 KUHP
dan pasal-pasal lainnya dalam KHUP atau tindak pidana tertentu yang
diatur dalam undang-undang yang lain yang ancamannya lebih atau di atas
5 (lima) tahun dapat dijadikan “pasal bisnis” oleh pihak-pihak tertentu.
Jika seorang Notaris disangka melakukan suatu tindak pidana
apapun yang ancamannya lebih dari 5 (lima) tahun, maka hal tersebut
dapat dijadikan dasar oleh pihak tertentu untuk mengancam atau menakut-
nakuti Notaris dengan pasal-pasal yang ancaman hukumannya 5 (lima)
atau lebih dari 5 (lima) tahun. Bahwa pidana penjara 5 (lima) tahun yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap merupakan salah satu alasan
untuk memberhentikan Notaris secara tidak hormat oleh Menteri. Sehingga
pada kejadian seperti ini Notaris akan “ditawari” ancaman pidana 5 (lima)
tahun dan berhenti secara tidak hormat atau “menggeser” pasal dengan
ancaman pidana kurang dari 5 (lima) tahun ? Urusan geser-menggeser
pasal merupakan “pasal bisnis” bagi pihak-pihak tertentu.
Menyikapi isi Pasal 13 UUJN yang amburadul dan tidak jelas
juntrungannya membuat para Notaris berada pada posisi dalam
pengancaman, bukan hanya ketika dalam menjalankan tugas jabatan
sebagai Notaris, juga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebagai
manusia biasa. Dan juga memberikan peluang dan mengarahkan Notaris
untuk melakukan suatu tindakan demi menyelamatkan dirinya sendiri dari
ancaman pemberhentian secara tidak hormat, lebih baik keluar sejumlah

5
uang tertentu dan menggeser pasal, menjadi pasal dengan ancaman kurang
dari 5 (lima) tahun. Dan kalau ini terjadi apakah kehormatan dan martabat
jabatan Notaris masih terjaga….?.
Kalau memang kehormatan dan martabat jabatan harus tetap terjaga,
maka seharusnya penyaringan (filter), yaitu, pertama, ada pada salah satu
persyaratan pengangkatan Notaris, yaitu syarat untuk diangkat menjadi
Notaris tidak pernah dipidana penjara yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap atau sedang menjalani proses pemeriksaan sebagai
tersangka atau terdakwa atau belum pernah dipenjara selama apapun.
Syarat seperti ini tidak ada dalam Pasal 3 UUJN. Kedua, mengubah
substansi Pasal 13 UUJN, bahwa alasan Notaris diberhentikan secara tidak
hormat karena melakukan suatu tindak pidana yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, tanpa ada batas waktu, jangankan 5 (lima) tahun, 1
(satu) detik saja atau hukuman percobaan telah menjadi alasan untuk
memberhentikan Notaris secara tidak hormat.
Meskipun demikian kita tidak perlu khawatir, sudah pilihan kita dan
takdir kita menjadi Notaris. Mari kita menjalankan tugas jabatan sebagai
Notaris sebaik-baiknya dan menjalani hidup dan kehidupan sebagai
manusia biasa yang sesuai dengan pedoman dan tuntunan agama masing-
masing. Kita harus tetap berada pada jalan yang lurus dan benar, ketika
orang lain menempuh jalan yang bengkok.
Sekarang mari kita berdo’a kepada Alloh Swt. semoga kita dalam
menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris dan sebagai manusia biasa
senantiasa memperoleh kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan hidup di
dunia dan di akhirat kelak. Amin.

6
------------------

Anda mungkin juga menyukai