Anda di halaman 1dari 36

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmatNya
yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat berupa kesehatan dan
kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Botani
Farmasi yang berjudul “Mikroskop dan Pembuatan Preparat " dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi nilai
praktikum Botani Farmasi.
Tak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada asisten
yang selalu memberikan bimbingan dan arahan selama praktikum. Harapan kami
semoga laporan akhir ini dapat menambah pengetahuan, pengamalan, maupun
dijadikan acuan untuk pembelajaran maupun untuk praktikum selanjutnya.
Dalam pembuatan laporan ini kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan-masukan dari
pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh.

Gorontalo, September 2023

Kelompok II

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Maksud Percobaan ........................................................................ 2

1.3 Tujuan Percobaan .......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3

2.1 Dasar Teori................................................................................... 3

2.2 Uraian Tanaman ........................................................................... 9

2.3 Uraian Bahan .............................................................................. 13

BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 15

3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 15

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 18

4.1 Hasil............................................................................................. 18

4.2 Pembahasan ................................................................................. 19

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 22

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 22

5.2 Saran ............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 25

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan
standarisasi/pembakuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaannya yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani
disebut farmakon yang berarti medika atau obat, sedangkan ilmu resep adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk
tertentu (meracik) hingga siap digunakan sebagai obat (Nora Susanti, 2020).
Dalam ilmu farmasi mempelajari tentang Botani dan Morfologi
Tumbuhan. Botani adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuhan, termasuk
hampir semua organisme eukariotik yang dapat berfotosintesis (Simpson, 2006).
Pembelajaran botani dalam kegiatan perkuliahan dapat dibagi menjadi dua
yaitu Botani kriptogam dan Botani fanerogam. Botani kriptogam merupakan ilmu
yang mempelajari jenis tumbuhan tingkat rendah seperti alga, liken, lumut, dan
paku (Tjitrosoepomo, 2005).
Morfologi Tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan
tubuh tumbuhan yang dipisahkan menjadi morfologi luar dan morfologi dalam.
Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk menentukan apakah fungsi masing-
masing bagian itu dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga berusaha
mengetahui darimana asal bentuk dan susunan tubuh tersebut.
Dalam materi botani mempelajari tumbuhan dan bagian-bagian sel
tumbuhan serta menganalisi sel dengan menggunakan mikroskop. Mikroskop
(bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat ) adalah sebuah alat untuk
melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang
mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan
kata mikroskopi berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan praktikum mengenai
“Pedoman Penggunaan Mikroskop Dan Pembuatan Preparat”. Dalam praktikum

1
kali ini diharapkan kami mampu mengetahui dan memahami cara penggunaan
mikroskop dan pembuatan preparat.
1.2 Maksud Percobaan
Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami cara penggunaan
mikroskop dan pembuatan preparat
1.3 Tujuan Percobaan
Agar praktikan dapat mengetahui cara penggunaan mikroskop
dan praktikan mampu membuat preparat sampel tumbuhan yang akan diteliti.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
1.1.1 Pengertian Mikroskop
Perkembangan instrumen yang berkemampuan melebihi indra manusia
berjalan seiring kemajuan sains. Penemuan dan penelitian awal tentang sel
menjadi maju berkat penciptaan mikroskop pada tahun 1590 dan peningkatan
mutu alat tersebut selama tahun 1600-an. Mikroskop pertama kali digunakan oleh
ilmuwan (saintis) pada zaman Renaissans (Neil A, 2010).
Mikroskop berasal dari bahasa Yunani: micro yang artinya kecil dan
scopien yang berarti melihat. Jadi dapat disimpulkan bahwa mikroskop adalah alat
optik yang digunakan untuk melihat atau mengamati objek yang sangat kecil/
mikro yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Dengan menggunakan
mikroskop, pengamatan benda-benda mikroskopis menjadi lebih mudah
dilaksanakan karena mikroskop ini mempunyai lensa-lensa yang mampu
memperbesar benda tersebut.
Jenis paling umum dari mikroskop dan yang pertama diciptakan adalah
mikroskop optik. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau
lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang
diletakkan dalam bidang fokal dari lensa tersebut. Berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu: mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang
dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan
menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop
monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop
monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki satu lensa okuler dan
binokuler yang memiliki dua lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan
pengamatan yang dilakukan, mikroskop dibagi menjadi dua bagian, yaitu
mikroskop mikroskop sederhana dan mikroskop riset (Sutarno, 2001).

3i
Menurut Sutarno (2001), mikroskop umumnya memiliki perpaduan lensa
okuler dan lensa objektif dengsn kekuatan perbesaran sebagai berikut:
Okuler 10x dengan objektif 4x perbesaran 40x
Okuler 10x dengan objektif 10x perbesaran 100x
Okuler 10x dengan objektif 40x perbesaran 400x
Okuler 10x dengan objektif 100x perbesaran 1000x
1.1.2 Mikroskop dan Bagian-bagiannya
Mikroskop dan bagian-bagiannya menurut Ramadhani (2020):

Gambar 2.1.2
Mikroskop dan bagian-bagiannya

1. Kaki, kaki berfungsi menopang dan memperkokoh kedudukan mikroskop.


Pada kaki melekat lengan dengan semacam engsel, pada mikroskop sederhana
(model student).
2. Lengan, dengan adanya engsel antara kaki dan lengan, maka lengan dapat
ditegakkan atau di rebahkan lengan digunakan juga untuk memegang mikroskop
pada saat memindah mikroskop.
3. Cermin, cermin mempunyai 2 sisi, sisi cermin datar dan sisi cermin
cekung, berfungsi untuk memantulkan sinar dan sumber sinar. Cermin datar
digunakan bila sumber sinar cukup terang, dan cermin cekung digunakan bila
sumber sinar kurang. Cermin dapat lepas dan diganti dengan sumber sinar dari

4
lampu. Pada mikroskop model baru, sudah tidak lagi dipasang cermin, karena
sudah ada sumber cahaya yang terpasang pada bagian bawah (kaki).
4. Kondensor, kondensor tersusun dari lensa gabungan yang berfungsi
mengumpulkan sinar.
5. Diafragma, diafragma berfungsi mengatur banyaknya sinar yang masuk
dengan mengatur bukaan iris. Letak diafragma melekat pada diafragma dibagian
bawah. Pada mikroskop sederhana hanya ada diafragma tanpa kondensor.
6. Meja preparat, meja preparat merupakan tempat untuk meletakkan objek
(preparat) yang akan dilihat. Objek diletakkan di meja dengan dijepit oleh
penjepit. Dibagian tengah meja terdapat lengan untuk dilewati sinar. Pada jenis
mikroskop tertentu, kedudukan meja tidak dapat dinaikan atau diturunkan. Pada
beberapa mikroskop, terutama model terbaru, meja preparat dapat dinaik
turunkan.
7. Tabung, dibagian atas tabung melekat lensa okuler dengan perbesaran
tertentu (15x, 10x dan 15x). Di bagian bawah tabung terdapat alat yang disebut
revolver. Pada revolver terdapat lensa obyektif.
8. Lensa obyektif, lensa obyektif bekerja dalam pembentukan bayangan
pertama. Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada
bayangan akhir. Ciri penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek
dengan perbesaran beraneka ragam sesuai dengan model dan pabrik pembuatnya,
misalnya perbesaran lensa obyektif 10x, 40x dan 100x serta mempunyai nilai
apertura (NA). Nilai Apertura adalah ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang
akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur
renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
9. Lensa okuler, lensa mikroskop yang terdapat dibagian ujung atas tabung,
berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi untuk memperbesar
bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Perbesaran bayangan yang
terbentuk berkisar antara 4 – 25 kali.
10. Pemutar kasar dan halus, komponen ini letaknya pada bagian lengan dan
berfungsi untuk mengatur kedudukan lensa obyektif terhadap obyek yang akan
dilihat. Pada mikroskop dengan tabung lurus/tegak, pengaturan kasar dan halus

5
untuk menaik turunkan tabung sekaligus lensa obyektif. Pada mikroskop dengan
tabung miring, pengatur kasar dan halus untuk menaik turunkan meja preparat.
11. Revolver, revolver berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif
dengan cara memutarnya.
12. Reflektor, terdiri dari dua jenis cermin, yaitu cermin datar dan cermin
cekung. Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja
obyek melalui lubang yang terdapat di meja obyek dan menuju mata pengamat.
1.1.3 Cara Menggunakan Mikroskop
Cara menggunakan mikroskop yang benar tentu harus mengikuti instruksi
yang terdapat pada manual book. Jika anda baru saja membeli atau memiliki
mikroskop pastikan anda membaca buku petunjuk sebelum melakukan
pemasangan komponen mikroskop. Beberapa bagian pada mikroskop yang harus
diperhatikan lebih dalam proses penggunaannya adalah pada meja preparat,
revolver, pemutar kasar dan pemutar halus. Berikut adalah tahapan cara
menggunakan mikroskop secara umum pada mikroksop dengan jenis mikroskop
cahaya (bukan mikroskop elektron) menurut Ramadhani (2020):
1. Letakan mikroskop pada meja yang datar dan stabil, pastikan meja kokoh
dan tidak mudah goyah.
2. Jika mikroskop menggunakan sumber listrik untuk media pengamatan
objek, pastikan kabel mikroskop menjangkau sumber listrik dan hubungkan.
3. Sediakan objek yang akan diamati dengan mikroskop dan letakan dekat
dengan mikroskop.
4. Kendurkan terlebih dahulu makrometer supaya penempatan objek pada
meja preparat bisa dilakukan dengan mudah.
5. Preparasi sample atau objek yang akan diamati dengan mikroskop lalu
letakkan pada meja preparat dan jepit.
6. Putar revolver untuk memilih perbesaran yang dibutuhkan (4x, 10x, 40x
atau 100x) untuk mengamati objek.
7. Nyalakan lampu untuk mengamati objek pada meja preparat, jika Anda
menggunakan mikroskop dengan pencahayaan alami(cahaya matahari) anda perlu
melakukan setting cermin untuk memfokuskan cahaya pada objek.

6
8. Mulai amati objek yang telah ditempatkan pada meja preparat, jika Anda
menggunakan mikroskop tipe monokuler, anda hanya bisa mengamati dengan
salah satu mata. Jika anda menggunakan mikroskop tipe binokuler anda bisa
mengamati dengan kedua mata. Dan jika anda menggunakan tipe mikroskop
trinokuler dengan kamera yang sudah terpasang dengan baik, anda bisa melihat
dalam monitor yang tersedia.
9. Beberapa jenis mikroskop memiliki beberapa makrometer dan micrometer
pada satu unit mikroskop, hal ini memudahkan anda dalam mengamati objek.
10. Putar makrometer atau mikrometer pada pada preparat (geser kanan kiri)
untuk menempatkanya pada posisi yang sesuai.
11. Putar makrometer atau micrometer pada lengan mikroskop (geser atas
bawah) untuk memfokuskan objek yang sedang diamati.
12. Mikroskop yang baik memiliki fitur lampu yang bisa di atur tingkat
kecerahannya (terang-redup).
13. Aturlah revolver lensa untuk memilih perbesaran yang diinginkan,
pastikan ketika mengatur revolver lensa perbesaran, jarak antara meja preparat
dengan lensa objektif cukup jauh, sehigga tidak terjadi gesekan antara keduanya.
14. Seiring dengan seringnya menggunakan mikroskop, tentu kita akan lebih
mahir memainkan instrument-instrument pada mikroskop.
2.1.4 Preparat
Preparat merupakan sediaan awetan yang dibuat dari objek tumbuhan,
hewan atau organisme lain. Pembuatan preparat awetan dapat dilakukan dengan
suatu teknik pembuatan yang dilakukan secara mikroskopis atau disebut
mikroteknik (Harijati, et al., 2017).
Pembuatan preparat harus dilakukan sesuai dengan langkah-langkah atau
prosedur yang sesuai dengan jenis preparat yang digunakan. Menurut Djukri
(2007) metode dalam pembuatan mikroteknik ada beberapa macam yaitu metode
maserasi, metode squash, metode section, metode wholemount, metode pollen dan
metode apus.

7
2.1.5 Jenis-jenis Preparat
Jenis-jenis preparat menurut Samiyarsih (2019):
1. Preparat sementara
Preparat sementara adalaha preparat yang tidak perlu diawetkan dengan
menggunakan proses apapun. Kaca penutup (glass) diletakkan di atas objek/benda
yang diamati tanpa perekat. Pada umumnya preparat sementara adalah preparat
basah, artinya objek terendam dalam medium air atau gliserin. Fungsi kaca
penutup untuk melindungi lensa objektif dari medium preparat dan untuk
mengurangi penguapan sehingga preparat dapat digunakan lebih lama.
2. Preparat awetan
Preparat awetan dibuat bertujuan agar selalu tersedia bahan untuk
praktikum, karena preparat ini tahan lama. Pembuatan preparat awetan melibatkan
berbagai macam proses antara lain mematikan sel, mencuci, menghilangkan air,
menghilangkan alkohol, pewarnaan, penjernihan, dan perekatan.
3. Preparat utuh (whole mount).
Preparat utuh merupakan preparat dari suatu objek benda utuh atau bagian-
bagian tertentu dari benda tanpa dijadikan irisan-irisan tipis. Misalnya preparat
cacing hati, protozoa, ganggang, dan lainnya.
4. Preparat hapusan (smear)
Preparat hapusan merupakan lapisan tipis/film. Bahan pembuatan preparat
ini biasanya cairan/larutan yang dioleskan pada kaca benda (glass object)
sehingga diperoleh lapisan tipis. Misalnya preparat hapusan darah, sperma, dan
feces. Preparat ini pada umumnya dibuat di laboratorium diagnostik yang
bertujuan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
5. Preparat pejetan (squash)
Preparat pejetan dibuat dengan cara menekan benda yang akan diamati di
atas kaca benda. Pemejetan atau penekanan dimaksudkan agar benda yang
berwujud jaringan, sel-selnya dapat menyebar sehingga diperoleh lapisan yang
tipis. Contohnya preparat squash mitosis ujung akar bawah merah, meiosis serbuk
sari, dan preparat pejetan kromosom kelenjar ludah lalat Drosophila.

8
6. Preparat irisan
Preparat ini dibuat dari irisan tipis-tipis yang dapat tembus cahaya dari
suatu organ tubuh makhluk hidup. Pengirisan dapat dilakukan dengan alat yang
disebut dengan mikrotom, atau dapat pula dilakukan pengirisan dengan tangan.
Contohnya adalah preparat irisan akar, batang, daun, otot, dan lainnya.
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Tanaman Sirih (Piper betle L.)
1. Klasifikasi Sirih (Andarwulan dan Nuri, 2000).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Famili : Piperaceae Gambar 2.2.1
Genus : Piper Tanaman Sirih
Spesies : Piper betle L. (Piper betle L.)
2. Morfologi
A. Akar
Tanaman Sirih memiliki akar tunggang, bulat, coklat ujungnya, yang
sering terlihat adalah akar sekunder yang merupakan akar yang muncul sebagai
akibat dari penjalaran batang di bawah tanah (Sundari, 2005).
B. Batang
Tanaman Sirih merupakan tanaman yang tumbuh merambat dan bersandar
pada batang pohon lain, tingginya dapat mencapai 5 – 15 m. Batang berkayu
lunak, berbentuk bulat, beruas-ruas, beralur-alur, berwarna merah coklat.
C. Daun
Daun Sirih merupakan daun tunggal, tumbuh berseling. Pangkal daun
berbentuk jantung atau agak bundar asimetris, ujung daun runcing, tepi dan
permukaan daun rata, pertulangan menyirip. Warna daun bervariasi, dari kuning,
hijau sampai hijau tua. Daun sirih berbau aromatis (Sundari, 2005).
Tanaman sirih dibedakan atas beberapa jenis berdasarkan bentuk daun,
aroma dan rasa serta jenis rasanya yang kurang tajam, sirih banda (berdaun besar,

9
berwarna hijau tua dengan warna kuning di beberapa bagian, dan rasa serta bau
lebih kuat), sirih cengkeh (daun kecil, lebih kuning dan rasanya seperti cengkeh
dan biasanya digunakan sebagai campuran berbagai obat), dan sirih kuning (jenis
sirih yang dikunyah dengan pinang biasanya berwarna hijau muda dan rasanya
kurang pedas) (Sundari, 2005).
D. Bunga
Bunga dari tanaman Sirih tersusun dalam bentuk bulir, merunduk, panjang
5 – 15 cm, sendiri sendiri di ujung cabang dan di ketiak daun. Buah Sirih
berbentuk bulat, buni, berdaging, berwarna kuning hijau, menyambung manjadi
bulat panjang Biji tanaman Sirih berbentuk bulat (Sundari, 2005).
3. Kandungan
Kandungan dari daun sirih yaitu minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, fenol
dan steroid (Mursito, 2003; Srisadono, 2008) dalam thesis (Nitasari, D., 2019).
Terdapat pula katekin dan tannin yang termasuk senyawa polifenol (Damayanti,
2005) dalam thesis (Nitasari, D., 2019). Selain itu, daun sirih juga 4 mengandung
enzim diastase dan gula. Biasanya, daun sirih muda mengandung diastase, gula
dan minyak atsiri lebih banyak dibandingkan dengan daun sirih tua. Sementara
itu, kandungan taninnya relatif sama (Moeljanto dan Mulyono, 2003).
Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah
minyak atsiri. Selain minyak atsiri, senyawa lain yang menentukan mutu daun
sirih adalah vitamin, asam organik, asam amino, gula, tanin, lemak, pati, dan
karbohidrat. Komposisi minyak atsiri terdiri dari senyawa fenol, turunan fenol
propenil (sampai 60%). Komponen utamanya eugenol (sampai 42,5 %),
karvakrol, chavikol, kavibetol, alilpirokatekol, kavibetol asetat, alilpirokatekol
asetat, sinoel, estragol, eugenol, metileter, p-simen, karyofilen, kadinen, dan
senyawa seskuiterpen (Darwis, 1992).
4. Manfaat
Daun sirih mempunyai khasiat sebagai obat batuk, obat bisul, obat sakit
mata, obat sariawan, dan obat hidung berdarah (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991). Khasiat dari daun sirih ini selain sebagai styptic (penahan darah) dan

10
vulnerary (obat luka pada kulit) juga berdaya antioksida, antiseptik, fungisida dan
bahkan sebagai bakterisidal.
Widarto (1990) juga mengatakan bahwa daun sirih mengandung minyak
atsiri yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba. Minyak atsiri dan ekstrak
daun sirih mempunyai aktivitas terhadap beberapa bakteri Gram positif dan Gram
negatif (Darwis, 1992).
Sebagai obat, seduhan daun sirih dapat dimanfaatkan untuk
menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, menciutkan pembuluh
darah serta sebagai obat batuk. Daun sirih yang masih segar dapat dipergunakan 5
untuk mencuci mata. Demikian pula dengan penyakit kulit, wasir, keringat bau,
sakit gigi, asma, dan produksi air susu ibu yang berlebihan dapat dicegah dan
disembuhkan dengan daun sirih (Dharma, 1985).
2.2.2 Tanaman Jambu air (Syzygium aqueum)
1. Klasifikasi Jambu air (Cronquist, 1981)
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae Gambar 2.2.2
Genus : Syzygium Jambu air
Spesies : Syzygium aqueum (Syzygium aqueum)
2. Morfologi
A. Akar
Akar menjadi salah satu bagian dari tumbuhan yang sangat penting. Setiap
tumbuhan memiliki akar yang berbeda – beda satu dengan lainnya. Adapun pada
tumbuhan jambu air memiliki akar tunggang yang biasa di kenal dengan radik
primaria. Rimpunan akar tumbuhan jambu air memiliki cabang percabangan
dengan ukurannya yang relatif kecil.

11
B. Batang
Dilihat dari karakteristiknya, Syzygium aqueum tumbuh pada ketinggian 3
sampai 10 meter, diameter batang sekitar 30-50 cm dengan cabang dan kulit
coklat bersisik.
C. Daun
Daun mengkilap dan arahnya berlawanan berbentuk elips, bulat lonjong
dengan panjang 7,5-10 cm dan lebar 2,5-16 cm. Panjang tangkai daun 0,5-1,5 cm
yang akan mengeluarkan aroma khas jika hancur.
D. Bunga
Bunga yang dihasilkan berwarna putih-kehijauan atau putih cream dengan
diameter 2,5-3,5 cm, panjang calyx 5 mm dan memiliki empat kelopak bunga
dengan panjang 7 mm, 3-7 bakal bunga biasanya muncul dari ketiak daun.
E. Buah
Syzygium aqueum juga memiliki buah yang berbentuk seperti pir,
berwarna putih sampai merah terang dengan panjang 1,5 cm dan lebar 2,5cm
(Janick, J, Paull, Robert E., 2008).
F. Biji
Memiliki satu sampai dua biji atau bahkan tidak memiliki biji, Daging
buahnya berwarna putih, hijau pucat dan hijau sampai merah muda, merah , saat
matang, kering atau mengandung banyak air, memiliki rasa manis dan rasa
aromatik (Tehrani M, Chandran. S., dkk, 2011).
3. Kandungan
Kandungan senyawa yang terdapat pada daun jambu air adalah, Air,
Nitrogen, Protein, Lemak, Mineral anorganik, Fruktosa, Glukosa, Kalsiumm Besi
(Fe), Magnesium, Potasium, Seng (Zn), Thiamin, Riboflavin, Niacin, Vitamin C,
Asam Sitrat dan Asam Malik (Fajar, A. K., 2016).
4. Manfaat
Pada kulit, biji dan daun jambu air mempunyai aktivitas sebagai anti
Diare, asma, menurunkan demam, melancarkan pencernaan, diabetes, kolesterol,
kanker payudara (Kartika T., 2015). Daun jambu air mempunyai aktivitas sebagai
astringent, untuk perawatan kulit, yaitu sebagai pengencang kulit, pengecil pori-

12
pori, dan pembuat lapisan pelindung. Selain itu, daun jambu air juga memiliki
khasiat mengobati demam, batuk, dan menghentikan diare. Daun yang ditumbuk,
digunakan untuk mengobati lidah yang retak, serta jus daun juga dapat digunakan
untuk mandi dan lotion (Peter T, Padmavathi, D., Sajini, R. J., and A, Sarala,
2011). Biji jambu air bermanfaat untuk merawat kesehatan kulit dan daya tahan
tubuh, yang jika dikonsumsi dapat menghindari diabetes (Sasono, H., 2014). Kulit
kayu jambu air biasanya digunakan dalam pembuatan bedak (Susiarti, S., 2015).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Aquadest (Dirjen POM, 2010)
Nama resmi : Aqua destilata
Nama lain : Air Suling
Rumus molekul : H2O
Rumus struktur :

Berat molekul : 18,02


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai
rasa
Kelarutan : Dapat bercampur dengan alkohol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Dapat membersihkan alat-alat laboratorium
Kegunaan : Sebagai pelarut
2.3.2 Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : alkohol, etanol, etil alkohol
Rumus molekul : C2H6O
Rumus struktur :

13
Berat molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tidak berwarna jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas rasa panas, mudah
terbakar dan memeberikan nyala biru yang tidak
berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Khasiat : Membunuh organisme yang terdapat pada alat
Kegunaan : Disinfektan

14
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pedoman penggunaan mikroskop dan pembuatan preparat
dilaksanakan pada hari Rabu, 20 September 2023 pukul 07.00 sampai dengan
10.00 WITA bertempat di Laboratorium Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, mikroskop,
cover glass, kaca preparat, lap halus, lap kasar, pingset, pipet tetes dan silet.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, alkohol 70%,
aquades, tisu, daun jambu air (syzygium aqueum volium), dan daun sirih (Piper
betle volium).
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Penampang depan daun jambu air (syzygium aqueum volium)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan daun jambu air (syzygium aqueum volium) menggunkan
alkohol 70%
3. Diiris atau disayat tipis bagian depan daun jambu air (syzygium aqueum
volium) secara melintang dan membujur
4. Diletakan di atas kaca preparat dengan posisi bagian sayatan menyentuh
permukaan preparat
5. Ditetesi aquades ke atas sayatan kemudian tutup dengan cover glass
6. Diletakkan di meja objek dan jepit menggunakan penjepit preparat
7. Diatur pencahayaan serta fokus lensa
8. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
9. Diambil gambar bagian-bagian sel daun.
3.3.2 Penampang belakang daun jambu air (syzygium aqueum volium)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

15
2. Dibersihkan daun jambu air (syzygium aqueum volium) menggunkan
alkohol 70%
3. Diiris atau disayat tipis bagian belakang daun jambu air (syzygium aqueum
volium) secara melintang dan membujur
4. Diletakan di atas kaca preparat dengan posisi bagian sayatan menyentuh
permukaan preparat
5. Ditetesi aquades ke atas sayatan kemudian tutup dengan cover glass
6. Diletakkan di meja objek dan jepit menggunakan penjepit preparat
7. Diatur pencahayaan serta fokus lensa
8. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
9. Diambil gambar bagian-bagian sel daun.
3.3.3 Penampang depan daun sirih (Piper betle volium)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan daun sirih (Piper betle volium) menggunkan alkohol 70%
3. Diiris atau disayat tipis bagian depan daun sirih (Piper betle volium)
secara melintang dan membujur
4. Diletakan di atas kaca preparat dengan posisi bagian sayatan menyentuh
permukaan preparat
5. Ditetesi aquades ke atas sayatan kemudian tutup dengan cover glass
6. Diletakkan di meja objek dan jepit menggunakan penjepit preparat
7. Diatur pencahayaan serta fokus lensa
8. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
9. Diambil gambar bagian-bagian sel daun.
3.3.4 Penampang belakang daun sirih (Piper betle volium)
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan daun sirih (Piper betle volium) menggunkan alkohol 70%
3. Diiris atau disayat tipis bagian belakang daun sirih (Piper betle volium)
secara melintang dan membujur
4. Diletakan di atas kaca preparat dengan posisi bagian sayatan menyentuh
permukaan preparat
5. Ditetesi aquades ke atas sayatan kemudian tutup dengan cover glass

16
6. Diletakkan di meja objek dan jepit menggunakan penjepit preparat
7. Diatur pencahayaan serta fokus lensa
8. Diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x
9. Diambil gambar bagian-bagian sel daun.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar hasil pengamatan
No Nama sampel Keterangan
Tampak depan Tampak belakang

Perbesaran 4x

Daun Jambu
Perbesaran 10x
Air
(Syzygium
1.
aqueum volium)

Perbesaran 40x

Perbesaran
100x

18
Perbesaran 4x

Perbesaran 10x

Daun Sirih
2. (Piper betle
volium)

Perbesaran 40x

Perbesaran
100x

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang pedoman
penggunaan mikroskop dan pembuatan preparat. Mikroskop adalah alat yang
berfungsi untuk meningkatkan daya pisah seseorang. Mikroskop merupakan alat
yang digunakan untuk melihat obyek kecil dan kasatmata yang tidak bisa dilihat
dengan mata telanjang.
Mikroskop adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat benda mikro
dengan batas minimal 0,2 mikrometeratau 200 nanometer, seukuran dengan
bakteri kecil, berapapun faktornya perbesarannya. Ada dua jenis mikroskop

19
berdasarkan pada pemaparan objek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi
(mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan
berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop Dibedakan menjadi mikroskop cahaya
dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimal
1000 kali.
Hal pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian membersihkan sampel (daun sirih
dan daun jambu air) menggunakan alkohol 70%. Penggunaan alkohol 70%
dikarenakan alkohol bersifat disinfektan. Menurut Best, M dan Sattar, SA (1988),
Alkohol 70% terbukti efektif dalam mensterilkan alat ataupun bahan
laboratorium, membunuh mikroba dan kontaminan lainnya. Cara kerjanya adalah
dengan denaturasi protein sel, penghancuran dinding sel/membran mikroba
tersebut karena perlahan-lahan meresap ke dalam sel sehingga menghambat
pertumbuhannya. Kemudian mengiris atau menyayat tipis sampel (daun jambu air
dan daun sirih) secara melintang dan membujur. Sayatan melintang (Transverse
section/cross section) yaitu bagian tanaman disayat tegak lurus dengan sumbu
horizontal dari bagian tanaman, biasanya tujuan dari pengamatan ini adalah untuk
melihat susunan jaringan. Sayatan radial/membujur (Longitudinal Radial section)
yaitu bagian tanaman dipotong langsung pada bagian tengah dan sejajar dengan
sumbu utama (vertical). sayatan digunakan untuk mengamati struktur paraenkim
radial (sel baring dan sel tegak). Setelah itu, meletakan sampel di atas kaca
preparat dengan posisi bagian sayatan menyentuh permukaan preparat lalu
menetesi aquades ke atas sayatan kemudian tutup dengan cover glass.
Penambahan aquades pada penyiapan preparat bertujuan agar objek yang diambil
menempel dengan gelas objek atau objek tidak bergerak- gerak (tetap dalam satu
tempat). Selanjutnya meletakkan kaca preparat ke meja objek dan jepit
menggunakan penjepit preparat. Penjepit preparat ini berfungsi untuk menjepit
preparat agar tidak bergeser. Berikutnya mengatur pencahayaan serta fokus lensa.
Lensa terbagi atas dua jenis, yaitu lensa okuler dan lensa objektif. Menurut
Sutarno (2001), mikroskop umumnya memiliki perpaduan lensa okuler dan lensa
objektif dengan kekuatan perbesaran sebagai berikut: Lensa okuler memiliki

20
perbesaran 10x dan lensa objektif memiliki perbesaran 4x, 10x, 40x, dan 100x.
Perbesaran 4x, 10x, dan 40x biasanya digunakan untuk pengamatan objek atau
mikroba yang besar, misalnya jamur, sedangkan perbesaran 100x digunakan
untuk bakteri misalnya saat pengamatan setelah pewarnaan gram. Untuk
perbesaran yang tinggi digunakan minyak imersi. Perbesaran selalu diawali dari
perbesaran yang paling kecil karena bertujuan agar objek yang diamati lebih jelas
pada saat dilakukan pengamatan dengan mikroskop. Dan terakhir mengambil
gambar dari objek yang diamati. Pengambilan gambar ini dilakukan sebagai
dokumentasi untuk mengerjakan laporan.
Kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini yaitu kesalahan pengamat
dalam pemotongan atau penyayatan sampel daun yang terlalu tebal sehingga
irisan sampel yang akan digunakan masih tertutup dengan klorofil dan belum
dapat dilihat bagian-bagian sel yang ada pada sampel.

21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Mikroskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat objek yang
berukuran mikro yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop terdiri
dari beberapa bagian seperti lensa okuler, lensa objektif, tabung mikroskop, meja
objek, cermin, revolver, lengan mikroskop,pegangan sedia, pemutar kasar,
pemutar halus, diafragma, kondensor,sendi inklinasi dan kaki mikroskop. Cara
penggunaan mikroskop yaitu preparat ditempatkan di meja mikroskop dan jepit
dengan penjepit objek. Setelah itu, fokus untuk memperjelas gambar objek dengan
cara memutar pemutar kasar dan pemutar halus sampai bayangan objek sudah
ditemukan.
5.1.2 Preparat merupakan sediaan awetan yang dibuat dari objek tumbuhan,
hewan atau organisme lain. Preparat tumbuhan (Daun) dibuat dengan cara disayat
setipis mungkin dengan irisan melintang atau membujur kemudian diletakkan
diatas kaca preparat, ditetesi aquades, ditutup dengan cover glass dan dilakukan
pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4x, 10x, 40x, 100x.
5.2 Saran
5.2.1 Jurusan
Dapat memberikan dukungan bagi seluruh praktikan dalam hal tempat dan
penambahan fasilitas agar praktikan dengan lebih maksimal melaksanakan
praktikum.
5.2.2 Laboratorium
Dapat lebih memfasilitasi alat yang akan digunakan untuk praktikum agar
praktikan tidak kesusahan atau mengalami kendala dalam melakukan praktikum.
5.2.3 Asisten
Diharapkan asisten dan praktikkan tidak ada missed communication
selama proses praktikum agar hubungan antara asisten dengan praktikan tetap
terjaga dengan baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan dan Nuri. 2000. Phenolic synthesis in selected root cultures,


andseeds. Food Science Study Program. Post Graduated Program.
Bogor Agricultural University, Bogor. 70 hal.

Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.

Columbia University Press, New York. Djukri, 2007. Pembekalan Berwirausaha


Dalam Pembuatan Preparat.

Fajar, A. K. 2016. Uji Potensi Antikanker Pada Ekstrak Air Daun Jambu Air
(Syzygium samarangense) (BL.) Merrill & Perry Varietas Deli Hijau
Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Universitas
Islam Negeri Walisongo Semarang.

Harijati. 2017. Mikroteknik dasar. Malang.

Janick J, Paull, Robert E. 2008. The encyclopedia of fruit and nuts. CABI
publishing. Wallingford, United Kingdom.

Kartika T. 2015. Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat Di Desa


Tanjung Baru Petai Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir
(OI) Provinsi Sumatera Selatan. Sainmatika; Volume 12, No 1: 32-
41.

Manaharan T, Cheng, Ming hwee, Palanisamy, Uma Devi. 2013. Syzygium


aqueum leaf extract and its bioactive compounds enhances pre-
adipocyte differentiation and 2-NBDG uptake in 3T3-L1 cells. Food
Chemistry. 136: 354–36.

Neil A, Campbell, dan Jane B. Reece. 2010. Biologi. Rajawali Pers. Jakarta.

Nitasari, Diana. 2019. Perbandingan Kadar Flavonoid Ekstrak Daun Sirih Hijau
(Piper betle L.) Hasil Maserasi dan Perkolasi Berdasarkan Analisa
Spektrofometri UV-Vis. Diploma thesis, Akademi Farmasi Putera
Indonesia Malang.

Peter T, Padmavathi, D., Sajini, R. J., and A, Sarala. 2011. Syzygium


Samarangense: A Review On Morphology, Phytochemistry &
Pharmacological Aspects. Asian Journal of Biochemical and
Pharmaceutical Research. Vol.1 (4. p. 155-163).

Ramadhani, S. P. 2020. Pengelolaan Laboratorium. Yiesa Media Karya. Depok,


Jawa Barat.

23
Samiyarsih, S. 2019. Pelatihan Pembuatan Preparat Mikroskopis Tumbuhan
Sebagai Sarana Peningkatan Program Pembelajaran Siswa SMP
Negeri 1 Purwokerto. Prosiding, 8(1).

Sasono H. 2014. Mudah membuahkan 38 jenis tabulampot paling popular. PT


AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Subarnas A, Diantini A, Abdulah R. 2015. Apoptosis induced in mcf-7 human


breast cancer cells by 2', 4'-dihydroxy-6-methoxy-3,5-
dimethylchalcone isolated from Eugenia Aquea Burm F. Leaves.
Oncology Letters. 9: 2303- 2306.

Susiarti S. 2015. Pengetahuan Dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Masyarakat


Lokal Di Pulau Seram, Maluku. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon.
Volume 1, Nomor 5, 1083-1087.

Sutarno, Nono. 2011. Biologi Umum Lanjutan I. Universitas Terbuka. Jakarta.

Tehrani M, Chandran, S., Hossain, A. B. M. Sharif., Boyce, A. Nasrulhaq. 2011.


Postharvest Physico - chemical and mechanical changes in jambu
air (Syzygium aqueum Alston) fruits. Australian Journal of Crop
Sciences. 5: 32-38.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Umum. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.

Wong KCAL, F. Y. 1996. Volatile Constituents from The Fruits Of Four


Syzygium Species Grown In Malaysia. Flavour And Fragrance
Journal. Vol. 1161-66.

24
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama Gambar Fungsi

Untuk mengamati objek yang


1. Mikroskop berukuran sangat kecil atau
kasat mata.

Sebagai tempat meletakkan


2. Kaca Preparat
objek yang akan di amati.

Untuk menutupi objek preparat


3. Cover Glass yang diletakkan di atas objek
kaca atau slide.

Untuk memindahkan larutan


dari satu wadah ke wadah
4. Pipet tetes
lainnya dengan jumlah sangat
sedikit.

Sebagai alat untuk menyayat


5. Silet sampel dengan setipis
mungkin.

6. Cutter Untuk memotong sampel.

25
2. Bahan
No. Nama Gambar Fungsi

Sampel daun sirih Sebagai sampel dalam


1.
(Piper Betle) percobaan.

Sampel daun
jambu air Sebagai sampel dalam
2.
(Syzygium percobaan.
Aqueum)

Untuk membersihkan sampel


3. Alkohol
dan alat-alat yang digunakan.

Untuk pelekat antara sampel,


4. Aquades
kaca preparat dan cover glass.

Untuk membersihkan sampel


5. Tissue
dan alat-alat yang digunakan.

26
Lampiran 2: Diagram alir
1. Daun Sirih (Piper betle folium) bagian depan

Daun Sirih
(Piper betle L. folium)
bagian depan

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


Dibersihkan kaca preparat dan cover glass yang akan digunakan
serta sampel daun Sirih (Piper betle folium) yang akan diteliti
menggunakan alkohol.
Diiris atau disayat tipis daun Sirih (Piper betle folium) bagian
depan secara melintang atau membujur.
Diletakkan di atas kaca preparat dengan posisi bagian sayatan
menyentuh permukaan preparat.
Ditetesi aquades ke atas sayatan kemudian ditutup dengan cover
glass.
Diletakkan di meja objek/ meja preparat dan dijepit
menggunakan penjepit preparat.
Diatur pencahayaan, perbesaran lensa objektif, fokus lensa, dan
lain-lain agar sanpel yang berada di meja preparat terlihat jelas.
Diamati dan dicatat hasil pengamatan dan perbesaran yang
digunakan.

Hasil

27
2. Daun Sirih (Piper betle folium) bagian belakang

Daun Sirih
(Piper betle L. folium)
bagian belakang

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


Dibersihkan kaca preparat dan cover glass yang akan digunakan
serta sampel daun Sirih (Piper betle folium) yang akan diteliti
menggunakan alkohol.
Diiris atau disayat tipis daun Sirih (Piper betle folium) bagian
belakang secara melintang atau membujur.
Diletakkan di atas kaca preparat dengan posisi bagian sayatan
menyentuh permukaan preparat.
Ditetesi aquades ke atas sayatan kemudian ditutup dengan cover
glass.
Diletakkan di meja objek/ meja preparat dan dijepit
menggunakan penjepit preparat.
Diatur pencahayaan, perbesaran lensa objektif, fokus lensa, dan
lain-lain agar sanpel yang berada di meja preparat terlihat jelas.
Diamati dan dicatat hasil pengamatan dan perbesaran yang
digunakan.

Hasil

3. Daun Jambu air (Syzygium aqueum folium) bagian depan

Daun Jambu air


(Syzygium aquem folium)
bagian depan

28
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Dibersihkan kaca preparat dan cover glass yang akan digunakan
serta sampel daun Jambu air (Syzygium aqueum folium) yang
akan diteliti menggunakan alkohol.
Diiris atau disayat tipis daun Jambu air (Syzygium aqueum
folium) bagian depan secara melintang atau membujur.
Diletakkan di atas kaca preparat dengan posisi bagian sayatan
menyentuh permukaan preparat.
Ditetesi aquades ke atas sayatan kemudian ditutup dengan cover
glass.
Diletakkan di meja objek/ meja preparat dan dijepit
menggunakan penjepit preparat.
Diatur pencahayaan, perbesaran lensa objektif, fokus lensa, dan
lain-lain agar sanpel yang berada di meja preparat terlihat jelas.
Diamati dan dicatat hasil pengamatan dan perbesaran yang
digunakan.

Hasil

4. Daun Jambu air (Syzygium aqueum folium) bagian belakang

Daun Jambu air


(Syzygium aquem folium)
bagian belakang

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

29
Dibersihkan kaca preparat dan cover glass yang akan digunakan
serta sampel daun Jambu air (Syzygium aqueum folium) yang
akan diteliti menggunakan alkohol.
Diiris atau disayat tipis daun Jambu air (Syzygium aqueum
folium) bagian belakang secara melintang atau membujur.
Diletakkan di atas kaca preparat dengan posisi bagian sayatan
menyentuh permukaan preparat.
Ditetesi aquades ke atas sayatan kemudian ditutup dengan cover
glass.
Diletakkan di meja objek/ meja preparat dan dijepit
menggunakan penjepit preparat.
Diatur pencahayaan, perbesaran lensa objektif, fokus lensa, dan
lain-lain agar sanpel yang berada di meja preparat terlihat jelas.
Diamati dan dicatat hasil pengamatan dan perbesaran yang
digunakan.

Hasil

Lampiran 3: Skema kerja

Disiapkan alat dan


bahan yang akan
digunakan

30
Diletakkan di meja
preparat dan dijepit
menggunakan
penjepit preparat

Diamati dan dicatat


Diletakkan di meja hasil pengamatan
preparat dan dijepit dan perbesaran yang
menggunakan digunakan
penjepit preparat

31
32

Anda mungkin juga menyukai