Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTTIKUM MIKROBIOLOGI

DAN PARASITIOLOGI ILMU DASAR KEPERAWATAN

NAMA : LUSIA MALO

NIM : 1902064

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

T.A.2020/2021
HALAMAN PENEGASAN

Laporan ini telah disetujui dan diterima sebagai syarat unyuk memenuhi tugas Ilmu Dasar
Keperawatan II Semester III mahasiswa STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta pada tanggal 19-
22 januari 2021

Yogyakarta, 21 januari 2021

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

(Antonius Yogi Pratama, S. Kep., Ns. MNS.)


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat dan
penyertaanNya saya dapat menyusun Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Parasitiologi. Dalam
penyusunan laporan ini saya mengucap terimakasi kepada Dosen pembimbing Antonius Yogi
Pratama, S. Kep., Ns. MNS. yang telah membantu saya untuk menyelesaikan laporan praktikum
ini. Dan saya berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Namun saya menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, laporan ini
masih banyak kekurangannya, saya sangat berharap kritik dan masukan yang membangun dari
pembaca.

Yogyakarta, 19 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER .....................................................................................................................I

KATA PENGANTAR...............................................................................................II

DAFTAR ISI.............................................................................................................III

BAB I : PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1

B. Tujuan praktikum ........................................................................................1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................2

BAB III : METODA PRAKTIKUM...............................................................................21

BAB IV : HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN..............................................36

BAB V : PENUTUP ........................................................................................................44

A. Kesimpulan .....................................................................................................44

B. Saran ...............................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidang ilmu mikrobiologi (mikros = kecil/ sangat kecil; bios = hidup/ kehidupan)
mempelajari tentang bentuk, kehidupan, sifat, dan penyebaran organisma yang termasuk
golongan mikroba (jasad renik). Dunia mikroba adalah dunia organisma yang sangat kecil,
sehingga tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang. Walupun sudah agak lama dikenal,
namun dunia mikroba baru mulai terbuka secara luas sejak manusia menemukan sebuah
alat yang disebut mikroskop, hasil temuan Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723).
Mikroskop tersebut sangat sederhana, hanya memiliki satu lensa, dan mencapai
pembesaran kurang dari 200 kali. Tetapi dengan mikroskop sederhana tersebut misteri
tentang bentuk mikroba yang sebelumnya masih merupakan rahasia besar mulai
terungkap. Ketika Louis Pasteur (1822-1895) menemukan prinsip-prinsip fermentasi, yaitu
satu di antara temuan-temuan dasar mengenai mikroba, rahasia seputar mikroba pun
menjadi lebih jelas, dan keilmuan mikrobiologi mulai menemukan titik terang
perkembangannya. Seorang dokter dari Jerman yang bernama Robert Koch (1843-1910)
memperluas lagi perkembangan tersebut dengan menemukan kaitan mikroorganisme-
mikroorganisme tertentu dengan penyakit
Praktikum merupakan salah satu metoda pembelajaran yang sangat menunjang
berlangsungnya proses belajar mengajar secara efektif. Melalui pelaksanaan praktikum,
diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang konsep teori yang telah diterima di
kelas pada mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II tentang mikrobiologi dan parasitiologi.

B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum mikrobiologi & parasitologi, mahasiswa diharapkan dapat
memahami dasar-dasar pemeriksaan kuman/spesimen yang meliputi:
1. Pemeriksaan mikrobiologi dasar

2. Pemeriksaan parasitologi dasar


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikroskop

Sejarah ditemukannya mikroskop sejalan dengan penelitian terhadap mikrobiologi. Yang


memasuki masa keemasan saat berhasil mengamati jasad renik. Pada tahun 1664 Robert
Hooke, menggambarkan struktur reproduksi dari moulds, tetapi orang pertama yang dapat
melihat mikroorganisme adalah seorang pembuat mikroskop amatir berkebangsaan Jerman
yaitu Antoni Van Leeuwenhoek (1632- 1723), menggunakan mikroskop dengan
konstruksi yang sederhana. Dengan mikroskop tersebut dia dapat melihat organisme
sekecil mikroorganisme (Kusnadi, 2003).
Mikroskop pertama kali ditemukan pada abad ke-16. Mikroskop berasal dari kata micro
yang berarti kecil dan scpium yang berarti penglihatan jadi Mikroskop adalah alat yang
digunakan untuk melihat benda yang berukuran sangat kecil. Mikroskop zaman dulu
sangat sedarhana karena hanya memiliki satu lensa, berbeda dengan mikroskop yang
banyak digunakan sekarang yang tergolong mikroskop majemuk yang terdiri atas dua
lensa atau lebih (Widyatmoko,2008).
Mikroskop merupakan alat yang dapat menghasilkan bayangan dari benda yang di
mikroskop menjadi lebih besar. Pembesaran ini tergantung pada berbagai faktor,
diantaranya titik fokus kedua lensa( objektif f 1dan okuler f 2, panjang tubulus atau
jarak(t) lensa objektif terhadap lensaokuler dan yang ketiga adalah jarak pandang mata
normal(sn).

Rumus:

Bayangan benda (obyek) yang kita lihat dibentuk dan diperbesar oleh lensa obyektif,
didalam tubus mikroskop membentuk bayangan nyata terbalik dari obyek. Bayangan nyata
tersebut selanjutnya dibalik dan diperbesar lagi oleh lensa okuler. Lensa okuler merupakan
lensa yang berfungsi untuk membuat bayangan terakhir, sehingga bayangan tersebut dapat
dilihat langsung oleh mata pengamat. Lensa yang baik diperoleh dengan memperhatikan
pembesaran dan daya pisahnya. Semakin pendek jarak titik api lensa akan semakin kuat
pembesarannya, sehingga semakin besar kemampuan suatu lensa akan semakin kecil jarak
dua titik api yang berdekatan yang dapat dilihat secara terpisah menggunakan mikroskop.
Beberapa lensa obyektif biasanya dipasang pada roda berputar yang disebut revolver.
Setiap lensa obyektif dapat diputar ke tempat yang sesuai dengan pembesaran yang
diinginkan. Lensa obyektif dibuat dalam beberapa pembesaran yang berbeda, yaitu : 4x,
10x,40x, dan 100x, demikian juga lensa okuler tersedia beberapa pembesaran, yakni : 4x,
10x,16x, dan 20x. Lensa okuler dipasang paada ujung dalam tubus dan biasanya yang
dipasang adalah yang pembesaaran 10x. Dengan demikian jika kita mengamati obyek
menggunakan lensa okuler pembesaran 10x dan lensa obyektif 40x, maka pembesaran
obyek yang dapat dilihat menjadi 400x dibanding besarnya obyek yang sebenarnya.
Kondensor berfungsi sebagai pengatur intensitas caahaya yang masuk ke dalam
mikroskop. Kondensor mempunyai dua bagian penting, yaitu :1. Susunan lensa untuk
mengumpulkan sinar sebelum masuk ke dalam obyek dan lensa obyektif.2. Diafragma
berfungsi untuk mengatur sinar tepi yang masuk ke dalam lensa obyektif dan okuler
(Purnomo. Vol 2008: Hal 3-4).
Ada dua proses yang terjadi saat kita menggunakan mikroskop, yaitu:

1. Proses perbesaran

Mikroskop dapat menyebabkan benda-benda kecil terlihat besar dan sanggup


membesarkan objek.
2. Proses penguraian

Mikroskop dapat memperjelas pola-pola rumit yang tidak terlihat oleh mata telanjang
(Joyle,2002).

 Jenis Mikroskop
Berdasarkan atas sumber cahayanya, mikroskop terbagi atas mikroskop cahaya/optik dan
mikroskop elektron. Mikroskop optik/cahaya merupakan mikroskop yang menggunakan
lensa dari gelas dan cahaya matahari atau lampu sebagai sumber penyinaran. Dalam
mikroskop cahaya, (light microscope, LM ), cahaya tampak diteruskan melalui spesimen
dan kemudian melalui lensa kaca. Lensa ini merefraksi (membengkokkan) cahaya
sedemikian rupa sehingga citra spesimen diperbesar ketika diproyeksikan ke mata, ke film
fotografi atau sensor digital, atau ke layar video. Mikroskop cahaya dapat memperbesar
secara efektif sekitar 1000 kali dari ukuran asli spesimen. Mikroskop optik terdiri atas 2
yaitu, mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi digunakan untuk
pengamatan benda tipis transparan. Mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa okuler
dan lensa objektif dengan kekuatan pembesaran sebagai berikut:
1. Objektif 4x dengan okuler 10x , pembesaran 40x 2.

2. Objektif 10x dengan okuler 10x , pembesaran 100x 3.

3. Objektif 40x dengan okuler 10x , pembesaran 400x 4.

4. Objektif 100x dengan okuler 10x , pembesaran 1000x

Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000 disebut mikroskop emersi, karena
penggunaannya harus dengan minyak emersi dan cara memakainya dengan khusus pula.
Mikroskop stereo digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar,
transparan atau tidak. Penyinarannya dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar
alam atau lampu. Memiliki dua buah objektif dan dua buah okuler, sehingga diperoleh
bayangan tiga dimensi dengan pengamatan dua belah mata. Kekuatan pembesaran tidak
terlalu kuat umumnya sebagai berikut: Objektif 1 atau 2 dengan okuler 10 atau 15.
Ada dua jenis mikroskop elektron, yaitu: mikroskop elektron transmisi(trasmission
electron microscope,TEM) dan mikroskop elektron payar (scanning electron microscope,
SEM) (Campbell dkk, 2008). Mikroskop elektron payar (scanning electron microscope,
SEM) khususnya berguna untuk penelitian terperinci mengenai permukaan specimen.
Berkas electron memindai permukaan sampel, yang biasanya dilapisi selapis tipis emas
(Campbell dkk, 2008). Mikroskop elektron transmisi(trasmission electron microscope,
TEM) digunakan untuk mempelajari ultrastruktur internal sel. TEM mengarahkan berkas
electron melalui irisan spesimen yang sangat tipis, mirip dengan cara mikroskop cahaya
meneruskan cahaya melalui objek (slide) (Campbell dkk, 2008). Mikroskop memiliki
komponen-komponen yang terbuat dari kaca mudah rusak, berupa lensalensa dan cermin.
Bagian-bagian dari mikroskop dan Fungsinya:

(dkk 2008)

Keterangan:

1. Lensa okuler

Sebagai kaca pembesar dan membentuk bayangan maya,tegak,diperbesar.

2. Lensa Objektif

Membentuk bayangan cahaya kedalam lubang diafragma.

3. Diafragma

Mengatur banyak sedikitnya cahaya

4. Cermin/Reflektor

Memantulkan cahaya kedalam lubang diafragma

5. Meja Objek

Untuk meletakkan objek pengamatan

6. Pemutar Kasar(makrometer)
Menggerakkan tabung keatas dan kebawah dengan pergeseran kasar

7. Pemutar halus(mikrometer)

Menggerakkan tabung keatas dan kebawah dengan pergeseran halus

8. Revolver

Tempat lensa objektif yang akan digunakan

9. Tabung

Penghubung lensa objektif dan lensa okuler

10. Penjepit Objek

Menjepit kaca objek supaya tidak bergeser

11. Kaki Mikroskop

Menjaga mikroskop agar tetap tegak berdiri

12. Lengan Mikroskop

Sebagai pegangan mikroskop ketika mikroskop diangkat atau


dipindahkan(Widyatmoko,2008)
 Langkah-langkah menggunakan Mikroskop

1. Pegang lengan mikroskop dengan salah satu tangan dan tangan lain menyangga kaki
mikroskop. Letakkan mikroskop di atas meja pengamatan dengan bagian lengan tepat
berada di hadapanmu. Lalu, lensa dan cermin dengan menggunakan kertas tisu.
Setelah dibersihkan, pasangkan lensa okuler dengan perbesaran lemah.
2. Agar didapat medan penglihatan yang baik, putar revolver sehingga diperoleh
perbesaran terkecil pada lensa objektif yang searah dengan lensa okuler dan tubus
okuler.
3. Putarlah cermin mikroskop ke arah sumber cahaya sambil melihat melalui lensa
okuler sehingga diperoleh medan yang terang tanpa bayangan benda lain.
4. Letakkan preparat yang akan kalian amati di atas meja benda, lalu jepitlah dengan
penjepitnya sehingga cahaya yang terkumpul dalam kondensor menembus kaca
benda.
5. Untuk mencari fokus, lakukanlah dengan dua cara berikut ini.

a. Perbesaran lemah. Lensa okuler dengan perbesaran 5 kali dan lensa objektif dengan
perbesaran 10 kali dapat diartikan bahwa preparat diamati dengan perbesaran 50 kali.
Dengan cara menurunkan lensa okuler serendah mungkin, lensa objektif juga
diturunkan sampai berjarak kira-kira 8 mm dari kaca preparat. Setelah itu, arahkan
salah satu mata kalian ke lubang lensa okuler sambil memutar-mutar makrometer
sampai diperoleh gambaran preparat yang jelas.
b. Perbesaran kuat. Lensa okuler dengan perbesaran 12,5 dan lensa objektif dengan
perbesaran 60 kali sehingga preparat dapat diamati dengan perbesaran

 Cara Memelihara Mikroskop:

1. Mengangkat dan membawa mikroskop harus selalu dalam posisi tegak dengan satu
tangan memegang erat pada lengan mikroskopndan tangan lainnya menyangga pada
dasar atau kakinya.
2. Mencondongkan posisi tabung,cukup dilakukan dengan memutar engsel penggeraka
sebagai titik putar,menegakkan kembali setelah selesai.
3. Mengusahakan agar lensa objektif lemah(4x atau 10x) berada satu poros dibawah
lensa okuler.
4. Posisi tegak agar debu tidak banyak menempel.

5. Membersihkan sisa minyak imersi dengan menggunakan xylol sesegera mungkin


setelah pengamatan denagn menggunakan minyak imersi telah berakhir dan
mengeringkan dengan kain lap yang bersih.
6. Membersihkan lensa atau bagian lainnya dengan kain lap yang bersih dari bahan
halus(flanel) setiap akan menggunakan mikroskop (Nurhayanti,2011).
B. Media pertumbuhan dan sterilisasi
a) Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara ( nutrient) yang digunakan
untuk membiakkan mikroba. Media terdapat bermacam-macam yang dapat digunakan untuk
isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba maupun
untuk transport specimen dari suatu tempat ke tempat pemeriksan mikrobiologi.
Mikroorganisme memamfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel. Dalam pemeriksaan mikrobiologi media menjadi suatu hal
yang penting agar mikroba yang dapat hidup dan menentukan bahwa mikroba yang dicari
atau diharapkan. Upaya pembiakan mikroorganisme memerlukan bahan-bahan organic dan
ion-ion pendukung sebagai sumber energy dan katatilis. ( More & Meitzner,2010). Factor-
faktor-faktor yang penting bagi proses pembiakan mikroorganisme yaitu nutrisi, oksigen dan
gas lain, kelembaban, pH media, suhu, serta kontaminan.media yang baik untuk pembiakan
mikroorganisme harus mengandung unsure-unsur seperti karbon, nitrogen,fosfat inorganic,
sulfur, logam, air, dan mineral (Zimbroet al.2009).
 Persyaratan madia
Untuk dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroba yang diharapakan,
ada beberapa persyaratan tersbut meliputi :
a. Susunan makanan
Unsure-unsur yang diperlukan dalam media meliputi air, sumber karbon, sumber
nitrogen, vitamin, mineral, dan gas. Bakteri peka terhadap kekeringan sehingga perlu
air yang cukup dan kondisi tetap selalu lembab. Untuk sumber karbon dapat
digunakan senyawa karbon sederhana seperti CO2,CH4 atau senyawa karbon
kompleks seperti gula ( missal: glukosa, laktosa, sukrosa dan lain
sebagainya).senyawa nitrogen dapat berasal dari senyawa nitrogen sederhana seperti
NH3 atau nitrogen yang lebih kompleks seperti pepton dan animo. Mineral yang
sering dibutuhkan dalam media adalah : K, Mg, Na, Zn, P, S dan CI. Beberapa bakteri
membutuhkan vitamin K (missal: bacteriode melanogenicus) dan juga bakteri tertentu
justru mati jika ada oksigen (bakteri anerob).
b. Temperature
Bakteri agar dapat tumbuh optimal membutuhkan suhu sekitar 37°c sesuai dengan
suhu tubuh manusia walaupun ada juga bakteri yang membutuhkan suhu tinggi
seperti Camphylobacter ( 42°c).
c. Tekanan osmose
Secara umum untuk pertumbuhannya, bakteri membutuhkan media isotonic. Apabila
media bersifat hipotonik maka bakteri akan mengalami plasmoptysis dan apabila
bersifat hipertonik, bakteri akan mengalami plasmolysis.
d. Derajat keasaman (pH)
Sebagian besat bakteri membutuhkanpH sekitar netral. Namun beberapa bakteri butuh
perlakuan khusus sebagai contoh bakteri vibrio yang membutuhkan pH alkai sekitar
8-10 untuk dapat tumbuh optimal.
e. Sterilitas
Sterilitas merupakan hal yang mutlak dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan
mikrobiologi, karena bakteri yang diharapkan tumbuh adalah bakteri penyebab. Jika
media yang digunakan tidak steril maka tidak dapat dibedakan apakah yang tumbuh
merupakan bakteri yang dibutuhkan atau hanya sekedar kontaminan.
 Macam-macam media berdasar sifat fisiknya:
a. Media Padat
Media yang digunakan untuk kultur/pertumbuhan bakteri atau mempelajari kaloni
bakteri dalam bentuk padat, dapat diletakan di petri disk ataupun tabung. Media dapat
bebentuk padat datar, padat tegak maupun pada miring.

( More & Meitzner,2010).


b. Media Cair
Media dalam wujud yang digunakan untuk perbenihan/memperkaya sebelum dikultur
pada media padat. Media ini tidak dapat digunakan untuk mempelajari koloni. Contoh
media cair : media kaldu, alkali pepton, 7H9 dan lain-lain.

(Zimbroet al.2009).
c. Media semisolid (setengah padat)
Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba atau mengetahui motilitas bakteri.

(Zimbroet al.2009)
b) Sterilisasi
adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk
terilisasi dapat dilakukan tergantung dari bahan atau alat yang akan disteril. Sterilisasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut.
 Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu cara mekanik, cara fisik,
dan cara kimiawi.

1. Sterilisasi cara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya
larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.
a. Pemanasan
1 Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat: jarum inokulum (jarum ose), pinset, batang
L.
2 Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180oC. Sterilisasi
panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca, misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi, cawan.
3 Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak
terjadi dehidrasi.
4 Uap air panas bertekanan: menggunakan autoklaf.
b. Penyinaran dengan Ultra Violet (UV)
Sinar UV juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV.

3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan, antara lain


alkohol.

 Teknik kerja aseptis


Apabila akan bekerja di atas meja maka persiapan yang harus dilakukan sebelum bekerja
secara aseptis adalah mensterilkan tempat bekerja (meja). Caranya dengan menyemprotkan
alkohol 70% di permukaan meja dan udara di sekitar meja secara merata. Kemudian
bersihkan meja dengan menggunakan kapas/tisu dengan cara digosok satu arah saja. Setelah
itu, letakkan alat dan bahan yang diperlukan di atas meja yang telah bersih. Semprot lagi
semua permukaan alat dengan alkohol, kemudian semprot kedua tangan hingga merata,
diamkan hingga kering, dan siap bekerja secara aseptis.

Perlu diingat bahwa untuk mengurangi terjadinya kontaminasi maka harus selalu bekerja
dekat dengan api dari pembakar bunsen. Apabila akan memindahkan biakan dari tabung
reaksi atau erlenmeyer dan cawan petri ke tabung reaksi atau cawan petri lain, pastikan untuk
membuka tutupnya dekat dengan api. Sebelum menutup kembali, mulut tabung reaksi dan
erlenmeyer dibakar terlebih dahulu. Begitu pula setelah menutup cawan petri, bibir cawan
dibakar.

Jarum ose yang digunakan untuk memindahkan biakan, sebelum dan sesudah digunakan
juga harus dibakar pada api bunsen. Apabila menggunakan pinset dan batang L maka sebelum
dan setelah pemakaian dapat dicelupkan pada alkohol kemudian dibakar pada api bunsen.

 Prinsip kerja sterilisasi menggunakan autoklaf

Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan
suhu 121oC. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas.
Biasanya untuk mensterilkan media digunaka n suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4
Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121oC atau 249,8oF adalah karena air mendidih
pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Pada tekanan 0 psi dengan ketinggian di
permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100oC, sedangkan untuk autoklaf yang
diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada
suhu 121oC. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika di laboratorium terletak
pada ketinggian tertentu maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang.

Autoklaf bekerja dengan sempurna dapat dideteksi dengan menggunakan mikroba penguji
yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya
mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini
dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisasi lalu ditumbuhkan pada
media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.

Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah sebagai berikut.

1. Bahan tidak tahan panas, seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim.
2. Pelarut organik, seperti fenol.
3. Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS.
 Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak
jika terkena panas atau mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke
suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan
diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan
metode ini.

Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Gambar 1.25) yaitu
sebagai berikut.

1. Non-disposable filtration apparatus


a. Disedot dengan pompa vakum
b. Volume 20-1.000 ml
2. Disposable filter cup unit
a. Disedot dengan pompa vakum
b. Volume 15-1.000 ml
3. Disposable filtration unit dengan botol penyimpan
a. Disedot dengan pompa vakum
b. Volume 15-1.000 ml
4. Syringe filters
a. Ditekan seperti jarum suntik
b. Volume 1-20 ml
5. Spin filters
a. Ditekan dengan gaya setrifugasi
b. Volume kurang dari 1 ml
Alat steralisasi penyaringan( wahyuni, 2005)
 Tindalisasi
Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak
tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini, misalnya susu yang
disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan
pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.

 Sterilisasi dengan udara panas


Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas, seperti cawan petri,
pipet ukur, dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan
timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) di dalam alat gelas.

 Prinsip kerja Biological Sahferty Cabinet ( BSC).


BSC merupakan kabinet kerja yang disterilkan untuk kerja mikrobiologi. BSC memiliki
suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada
kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flowhood atau Class II
vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi di
dalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di
dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC.
Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas
keluar ke ruangan lain. BSC juga dilengkapi dengan lampu UV yang berfungsi sebagai
pembunuh mikroba yang berada pada interior BSC (Gambar 1.26) .

C. Inokulasi
Inokulasi mikroorganisme adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama
ke medium yanmg baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, untuk melakukan
penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam
hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya
kontaminasi.
Tujuan dari inokulai adalah untuk melihat beberapa variasi jenis mikroba yang
ditumbuhkan dalam suatu media.
Prinsip yang mendasari inokulasi adalah inokulasi mikroba yaitu dengan memisahkan
campuran mikroba sehingga membentuk koloni yang terpisah antara satu mikroba dengan
mikroba lainnya dengan menumbuhkan mikroba pada media, sehingga masing-masing
mikroba bisa tumbuh secara berjauhan dan setiap selnya berhimpun membentuk koloni.
Pada ssat pemindahan media terlebih dahulu mensterilkan alat yang digunakan, hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang tidak diinginkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Dwidjoseputro (2002), yang menyatakan bahwa penanaman mikroba
adalah suatu pekerjaan memindahkan mikroba dari media lama ke media baru dengan
tingkat ketelitian tinggi dan terlebih dahulu diusahakan agar semua alayt yang
berhubungan dengan media tetap steril, hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
 Metode yang digunakan pada inokulasi.
Metode inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
1. Metode Spread Plate (metode sebar)
Merupakan teknik inokulasi mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba
secara pulasa/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat. Kelebihan
dari metode ini yaitu dapat menyebarkan mikroorganisme tumbuh merata diatas
permukaan media agar. Kekurangan dari metode ini tidak dapat menumbuhkan
mikroba anaerob karena pada metode ini mikroba ditumbuhkan pada permukaan.
2. Metode Pour Plate ( metode tuang)
Pour plate adalah salah satu teknik yang dilakukan untuk menumbuhkan mikroba.
Teknik inokulasi dengan menuang bahan diantara lapisan media. Kelebihan dari
metode ini dapat menumbuhkan mikroba aerob dan kekurangan dari metode ini
membutuhkan waktu yang lama bagi mikroba tumbuh.
Prinsip kerja dari metode pour plate yaitu menuangkan sampel mikroba terlebih
dahulu lalu dituangkan media sesuai dengan mikroorganisme yang akan diamati.

D. Pengecatan, pengamatan dan peghitungan bakteri


Bakteri adalah organisme prokariotik yang umumnya tidak mempunyai klorofil, dan
produksi aseksualnya terjadi melalui pembelaan sel. Bakteri pada umumnya merupakan
makluk hidup yang juga memiliki DNA, akan tetapi DNA bakteri tidak berada pada
nucleus yang juga tidak mempunyai membrane sel.
Identifikasi bakteri dapat dilakukan dengan dua cara baik secara morfologi ataupun secara
fisiologi, identifikasi yang dilakukan secara morfologi dapat meliputi bentuk koloni,
struktur koloni, bentuk sel, ukuran sel, dan pewarnaan bakteri. Pengamatan morfologi
kemudian dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu pengamatan secra makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan cara mengamati mikroorganisme
dengan mata telanjang, seperti bentuk kaloni, tepian koloni, elevasi koloni dan permukaan
koloni. (cappuccino 1987)
BAB III
METODE PARAKTIKUM

WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM


Praktikum dilaksanakan pada tanggal 19 januari 2021 dan dilakasanakan secara daring
dengan mengamati,menganalisa sebuah video yang diberikan terdiri dari 4 vidio
1. Pengenalan alat-alat laboratorium dan penggunaan mikroskop
2. Media pertumbuhan dan sterilisasi
3. Inokulasi
4. Pengecatan,pengamatan, dan perhitungan bakteri.
ALAT DAN BAHAN
A. Penngunaan Mikroskop
1. Bagian mikroskop
a. Lensa okuler
b. Lensa objektif
c. Meja preparat
d. Cermin
e. Preparat

Langkah-langkah :
a. Turunkan lebih dahulu meja preparat( menggunakan makometer)
b. Letakkan preparat di meja preparat, atur preparat bidang pencahayaan
c. Putar revolver lensa obyektif, biasanya menggunakan perbesaran lemah (10)
d. Naikkan meja preparatnya ( menggunakan makromter)
e. Amati (lensa okuler) sambil menurunkan meja preparat pelan-pelan (menggunakan
makrometer)
f. Jika sudah terlihat tetapi belum focus, bisa menggunakan makrometer( pemutar
halus)
g. Kemudian jika ingin perbesar, turunkan meja preparat menggunakan makrometer
h. Putar lensa obyektif perbesaran 40
i. Naikkan meja preparat ( menggunakan makrometer) sambil melihat langsung
apakah pecah
Catatan : naikkan meja preparat terlebih dahulu agarkaca preparat tidak pecah saat
menyentuh lensa objekstif perbesaran kuat
Yang diamati adalah preparat batang jagung ( Zea mays)

 Pembuatan Preparat ( melintang epidermis Rhoeo discolor)


Alat dan bahan :
1. Mikroskop
2. Object glass yang harus dibersihakan dengan alcohol
3. Cover glass/kaca penutup
4. Air/aquades
5. Pipet tetes
6. Silet
7. Penjepit/pinset
8. alkohol
9. tissue

langkah-langkah :
1. membersihakn terlebih dahulu object glass menggunakan alcohol
2. setelah bersih ditaruh di meja kerja
3. wadah (petri dish) kita isi dengan dengan air terlebih dahulu
4. membuat preparat sayatan melintang dari daun Rhoeo discolor
5. stelah di sayat (bulat) lalu dimasukkan di dalam air agar sel tidak mengkerut
6. sayatan yang tipis lebih mudah untuk diamati
7. kemudian ambil sayatan tadi menggunakan pinset
8. lalu letakan di object glass
9. ditetesi menggunakan aquades (gunakan pipa tetes)
10. tutup dengan cover glass menggunakan pinset dengan sudut 45 derajat kemudian
lepaskan
11. Turunkan lagi meja preparat
12. Setelah selesai object glass harus dicuci dan dibersekan terlebih dahulu
13. Untuk menjaga lensa tetap besih lap menggunakan alcohol.

 Pembuatan preprat epitel mukosa mulut ( bagian dalam)


Alat dan bahan :
1. Tusuk gigi
2. methylen blue
Langkah-langkah :
1. Menggunakan tusuk gigi
2. Ambil sel di pipi dengan mengusap secara halus dan pelan di pipi bagian dalam
3. Tetesi menggunakan methylen blue 1 tetes saja sambil diputar-putar tusuk gigi yang
digunakan tadi
4. Tutup dengan cover glass, 45 derajat kemduian lepaskan
5. Turunkan terlebih dahulu meja preparat kemudian letakkan preparat di meja preparat
6. Atur preparat di bidang pandang yang terdapat cahaya
7. Atur lensa obyektif, naikkan kembali meja preparat sampai mentok
8. Amati
B. Sterilisasi
1. Metode sterilisasi
Alat dan bahan :
1. Cawan petri berisi media
2. Tabung reaksi berisi biakan bakteri
3. Ose
4. Alcohol 70 %
5. Tissue
6. Bunsen burner
7. Korek api
Langkah langkah :
1. Semprotkan sekitar meja dengan aklohol 70% beberapa kali, secara merata
2. Lab meja menggunakan tissue
3. Semprot juga bagian tangan menngunakan alcohol 70%
4. Semprotkan lagi alcohol kesemua permukaan alat diatas meja
5. Letakan pembakar spiritus lalu dibiarkan sebentar
6. Setelah didiamkan dan akan mulai bekerja, tangan disemprotkan lagi dengan alcohol
dan diusapkan ke seluruh permukaan tangan.
7. Pijarkan ose/jarum inulum kemudian dinginkan
8. Buka mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya diatas api
9. Ambil koloni tunggal dengan menempelkan jarum inokulum
10. Tanam kemedia baru dengan steak kontinyu
11. Panaskan lagi mulut cawan
12. Panaskan juga jarum inokulum

2. Pembuatan Media Nutrient Agar dan NUtrien Broth ( NB)

Alat dan bahan :

1. Neraca analiti
2. Hot plate stiner
3. Media pupuk nutrien agar (NA) & Nutrien Broth (NB)
4. Aquades
5. Kapas
6. Plastik Wrap
7. Autoklaf
8. Inkubator
9. Laminar Air Flow
10. Erlenmeyer
Langkah-langkah :
1. Menimbang NB bubuk sebanyak 8 gr dengan neraca analisis/analitik
2. Siapkan aquades sebanyak 500 ml, kemudian campurkan dengan media bubuk dalam
erlenmeyer
3. Memasukkan magnet dalam erlenmeyer
4. Homogenkan campuran tersebut dengan menggunakan magnetic strem/hot plate stisser
dengan suhu ±200C dengan kecepatan 300 tpm magnet dalam erlenmeyer.
5. Campuran yg telah homogen ditandai dengan larutan yang menjadi bewarna
bening/kekuningan
6. Dinginkan, atur PH larutan. Nilai ph dari medium NB yang baik untuk menumbuhkan
bakteri adalah 6,8-7,2
7. Tutup erlenmeyer dengan kapas dan lapisi plastik wrap
8. Kemudian lakukan prosedur ini secara aseptik dalam laminar air flow
9. Myiapakn tabung reaksi sesuai kebutuhan.Kemudian tuang media pada wadah
tersebut.
10. Tutup tabung reaksi dengan kapas & lapisi dengan wrap, kemudian inkubasi selama
1x24 jam sebelum digunakan untuk melihat ada tidaknya media yang telah melewati
masa penyimpan akan menjadi kering terutama medium NA pada cawan petri

Medium yang langsung digunakan steelah sterilisasi dapat terjadi kontaminasi tak
terdeteksi yang dapat mengakibatkan hasil false positif.

3. Pengaruh Sterilisasi Fisika

Alat dan Bahan:

1. Biakan kuman e-coli dalam aquades


2. Media lempeng agar MHA
3. Kapas steril
4. Ose
5. Lampu Spritus dan Korek api
6. Alkohol 70%
7. Betadine
8. Spidol maker

Langkah-langkah :

1. Bagilah media agar menjadi 3 sektor (I,II,II)


2. Sterilisasikan ose dengan memijarkan diatas lampu spiritus dari pangkal menuju ke
ujung, kemudian biarkan selama 3 menit
3. Ambil 1 oce biakan e-coli dan oleskan pada permukaan lempeng agar secara merata
pada sktor satu sebagai control
4. Sterilkan ose dengan memijarkan diatas lampu spiritus dari pangkal menuju ke
ujung,kemudian biarkan dingin selama 3 menit
5. Ambil 1 ose biakan E-coli kemudian lakukan sterilisasi kepada ose bulat dengan
memijarkan diatas lampu spiritus
6. Sterililkan ose dengan memijarkan diatas lampu spiritus dari pangkal menuju ke ujung,
kermudian biarkan selama 3 menit
7. Sisa saspensi kuman dididihkan selama 15 menit,kemudian dilanjutkan dengan
langkah 3 untuk dioleskan pada sector III.
8. Inkubasikan pada inkubator pada suhu 37°c selama 18-24 jam
9. Hitunglah jumlah koloni kuman pada lempeng agar, kemudian bandingkan ketiganya.
Kalau koloni terlalu mengumpul dan tidk bisa dihitung, tulislah dengan tingkat
pertumbuhan misalnya +1, +2, +3.

4. Praktikum Sterilisasi & Disfetisi secara Kimia

Alat dan Bahan

1. Aquades
2. Kapas steril
3. Media lempong agar MA
4. Sabun
5. Betadine
6. Spidol
Langkah-langkah :

1. Dengan menggunakan spidol bagilah media agar menjadi 4 sektor (I


2. Bagi mahasiswa menjadi 4 kel 1 kel konirol 3 kel aseptic YANG DIGUNAKAN
3. Kapas dibasahi dengan aquades,kemudian diusapkan pada jari tangan mahasiswa 1,
kemudian tanam pada mediaagar sektor I (kontrol) dengan cara ditekan secara lembut
4. Kapas dibasahi dengan alcohol 70% kemudian diusapkan pada jari mahasiswa II,
kemudian tanam pada media sektorke II (kontrol) dengan cara ditekan secara lembut.
5. Kapas dibasahi dengan sabun, kemudian diusapkan pada jari tangan mahasiwa III.
6. Ditanam pada sector III dengan cara ditekan secara lembut
7. Inkubasikan pada inkubator suhu 37° C selama 18-24 jam
8. Hitunglah jumlah koloni kuman pada lempeng agar,kemudian bandingkan keempatnya

C. Inokulasi

1. Prosedure Aseptis
a. Bersihkan area kerja dengan menyemprotkan alkohol 70%, disemprotkan ke area
meja yang akan digunakan.
b. Lalu dilap dengan menggunakan tissue sampai kering
c. Siapkan 2 bunsen lalu atur nyala bunsen sehingga diperoleh warna api bewarna
biru untuk memperoleh daerah steril, biarkan api menyala ± 10 menit sebelum
bekerja, jarak ke dua bunsen disesuaikan ± 40 cm.

Alat & Bahan

Alat :
1. Cawan petri steril
2. Tabung reaksi steril + rak tabung
3. Pipet ukur steril
4. Ose bundar
5. Ose lurus
6. Bunsen
7. Cotton swab
8. Inkubator

Bahan :

1. Media Nutrien Agar (cair)


2. Media Nutrien Broth
3. Biakan bakteri staphylococcus aureus
4. Biakan bakteri pseudomonas aeruginosa
5. Biakan bakteri bacilus subtilis
6. Biakan bakteri escherichia coli

Langkah-langkah :

a. Pembuatan Plot Agar


1. Siapkan pipet ukur steril, buka dari kertas pembungkus lalu pasangkan ujung
pipet pada filler.
2. Siapkan petri steril, buka dari kertas pembungkus.
3. memipet 20 ml media agar NA cair ke dalam cawan petri steril dan biarkan
memadat, semua pengerjaan dilakukan sebelum dan sesudah di dalam area
aseptis yang dibatasi oleh api bunsen & pengerjaan dekat dengan api bunsen.
4. Ulang prosedur yang sama untuk pembuatan plat agar pada 7 cawan petri
lainnya.
b. Pembuatan Agar Miring
1. Siapkan tabung reaksi steril,yg sdh pipet ukur steril yang sudah dipasang filler.
2. Lalu memipet 5 ml media agar NA cair ke dalam tabung reaksi steril,ujung
pipet,mulut erlenmeyer & mulut tabung reaksi sebelum & sesudah penger, bila
media di flambir terlebih dahulu pada nyata api bunsen,
3. masukkan media ke tabung.
4. Letakkan tabung reaksi dengan posisi miring dengan bantuan bolpoin &
dibiarkan memadat.
5. Ulang prosedur yang sama untuk pembuatan agar miring pada 3 tabung reaksi
lainnya.
c. Pembuatan Agar Tegak
1. Buat agar tegak dengan memipet 10 ml, media agar NA cair ke dalam tabung
reaksi steril.
2. Letakkan tegak pada rak tabung reaksi dan biarkan memadat.
3. Ulang prosedur yang sama untuk pembuatan agar tegak pada 3 tabung reaksi
lainnya
d. Pembuatan Media Cair
1. Siapkan pipet ukur steril, buka dari kertas pembungkus, lalu pasangkan filler.
2. Kemudian memipet 10 ml media agar NB cair ke dalam tabung reaksi steril.
3. Letakkan pada rak tabung reaksi
4. Ulang prosedur yang sama untuk pembuatan media cair pada 3 tabung reaksi
lainnya.
5. diamkan media cair pada suhu ruangan
e. Inokulasi Plat Agar
Sebelum melakukan proses inokulasi, jaru ose bundar di flambis terlebih dahulu
pada nyala api bunsen hingga warnanya menjadi merah menyala, proses flambis
dilakukan sampai ujung pijar & pemanasan diteruskan perlahan-lahan kearah
pegangan sampai batas kawat selama 3x.
Inokulasi Plat Agar (Streak/Gores) :
1. Buatlah 4 area pada plat agar dengan menggunakan spidol pada cawan petri
bagian permukaan luar.
2. Ambil inokula bakteri, bakteri pertama yang digunakan adalah bakteri bacilus
subtilis, inokula diambil dengan menggunakan jarum ose bundar yang sudah di
flambir.
3. Inokulasikan bakteri ke setiap bagian plat dengan goresan yang rapat.
4. Ulang prosedur yang sama untuk mengaplikasikan bakteri yang lainnya,
bakteri yang kedua adalah staphylococus, aureus, bakteri ketiga adalah
pseudomonas aeruginosa & bakteri keempat adalah escherichia coli, setiap
pergantian bakteri ose diflambir terlebih dahulu, setiap plat agar di
inokulasikan bakteri yang berbeda.
f. Inokulasi Plat Agar (Cara Swab)
Lakukan hal yang sama seperti pengerjaan cara streak, namun alat inkubasi yang
digunakan adalah alat cotton swab.
1. Buatlah 4 area pada plat agar dengan menggunakan spidol pada cawan petri
bagian alas.
2. Ambil inokulasi bakteri, yang berasal dari media cair dengan menggunakan
cotton swab, bakteri pertama yang digunakan adalah bacilus subtilis.
3. Celupkan cotton swab pada media cair,
4. lalu inokulasikan bakteri ke setiap bagian plat agar dengan cara mgaplikasikan
cotton swab.
5. Ulang prosedur yang sama untuk 3 jenis bakteri yang lain, bakteri kedua adalah
pseudomoras aeruinosa dan yang terakhir ada escherichia coli, setiap
pergantian bakteri cotton swab selalu baru.
g. Inokulasi Agar Miring
1. Ambil inokulasi dengan menggunakan jarum ose bundar, kemudian
inokulasikan bakteri secara zigzag dimulai dari bagian bawah sampai bagian
atas media agar kuning,
2. bakteri pertama yang digunakan adalah bacilus sabtilis
3. Ulang prosedur yang sama untuk pengerjaan pada ke 3 jenis lainnya
4. Bakteri ke 2 adalah slaphylccocus aureus,
5. bakteri ke 3 pseudomoras ose dilakukan flambis terlebih dahulu pada nyala
api bursen.
h. Inokulasi Agar Tegak
1. Ambil inoluasi dengan menggunakan jarum ose lurus,
2. inokulasi berasal dari media padat.
3. Bakteri pertama yang digunakan adalah bacilus subtilis
4. Kemudian inokulasikan bakteri pada media dengan cara menusukkan jarum
ose tepat pada tengah tabung sampai mendekati dasar tabung kemudian ditarik
kembali perlahan-lahan.
5. Ulang prosedur yang sama untuk bakteri lainnya, bakteri ke 2 adalah
staphylococus aureus,
6. bakteri ke 3 adalah pseudomonas aeruginosa dan clathir eochercia coli,
7. setiap penelitian bakteri jarum ose di flambir terlebih dahulu.
i. Inokulasi Agar Media Cair
1. Ambil inokula dengan menggunakan jarum ose bundar, karena inokula berasal
dari media padat
2. Lalu inokulasikan bakteri pada media cair, media cair yang digunakan adalah
NB, bakteri yang digunakan pertama adalah bacilus subtilis
3. Ulang prosedur yang sama untuk bakteri lainnya, setiap pergantian bakteri ose
bundar diflambir terlebih dahulu.

Lakukan pada inkubasi pada semua media yang telah diinokulasi, inokulasikan,
pro inkubasi dilakukan ± 30 menit semua media teteap berada dalam area aseptis
diantara 2 nyala api bunsen.

Setelah itu inkubasikan semua media yang telah diinokulasi ke dalam inkubator
pada suhu 37° C selama 24 jam

Amati lalu catat pertumbuhan yang terjadi pada masing-masing media.

D. Pengecatan, pengamatan dan penghitungan bakteri

Alat dan Bahan:

1. Sprayer alkohol 70 %
Untuk membersihkan area kerja.
2. Sun bottle berisi aquades
Digunakan untuk membilas larutan pewarna
3. 1 set larutan pewarnaan gram
4. Immersion oil
5. Bunsen
6. Objek glass
7. Cover glass
8. Beberapa kultur mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan agar didalam
canvectrix
9. Ose
Digunakan untuk mengambil mikroorganisme
10. Aquades
11. Pipet tetes
12. Reagen Pewarnaan Gram Bakteri :
a) Kristal violet
b) Lugol
c) Alkohol 95%
d) Safranin
e) Emersol oil/minyak imersi
Untuk memperjelas bentuk bakteri pada saat dimikrosof.

1. Terdapat 2 tahapan pada pengamatan bentuk bakteri :


a. Tahap I (Membuat Film/Apusan Bakteri)
Langkah-langkah :
1. Semprotkan alkohol 70% ke atas permukaan meja kerja
2. Lap dengan tissue tunggu sampai kering
3. Lalu letakkan alat-alat yang dibutuhkan
4. Nyalakan bunsen
Digunakan untuk proses fiksasi dari bakteri
5. Siapkan bakteri yang sudah tumbuh pada permukaan agar didalam cawan petri
koloni bakteri yang tumbuh pada permukaan dapat berbentuk bulat/batang
dapat tumbuh diatas permukaan aerobik ditengah/dibawah permukaan agar
(yang biasanya kita sebut anaerob/anaerob fakultatif)
Catatan : Terdapat bakteri dengan beberapa warna, diantaranya bakteri
berbentuk bulat bewarna orange, terdapat bakteri bulat bewarna Putih.
6. Ambil objek glass & cover brush
7. Ambil tissue & basahi dengan alkohol 70%, Bersihan objek glass dari
noda/kotoran yang menempel
8. Letakkan ditas aluminium faoil yang telah dibersihkan dengan alkohol 70%
9. Bersihkan cover brush dengan alkohol 70% & letakkan diatas aluminium foil.
10. Ose disterilisasi dengan membiarkannya diatas api burnsen
11. Ujarkan sampai memerah dari ujung bulatan kawat sampai pangkal ose.
12. Biarkan ose sampai dingin lalu, Ambil objek glass yang telah dibersihkan
dengan Pipet aquades
13. Teteskan sedikit aquades/1 tetes diatas permukaan objek glass tepat ditengah
Ambil cawan peti berisi koloni bakteri
14. Tentukan bakteri mana yang akan diambil, Ambil bakteri ,Ambil 1 ujung
ose,Ambil objek glass Letakkan ose tepat pada aquades
15. Sebarkan dengan memutar searah jarum jam Setelah tersebar dengan rata,
sterilkan ose kembali
16. Lakukan fiksasi pelekatan, dengan cara melalukan gelas objek diatas api secara
cepat.
17. Lakukan sampai semua aquades/air menguap Jika sudah menguap akan terlihat
kering
18. Berikan label dengan bentuk & warna bakteri, tempel pada bagian sisi yang
tidak panas.

b. Tahap II (Pewarnaan Gram)


1. Apusan bakteri/film
2. Teteskan pewarna dengan urutan pertama kristal violet, ambil kristal violet
kemudian teteskan diatas film, sampai kristal violet meng-cover/menutupi film.
Biarkan selamat 1 menit
3. Bilas dengan menggunakan aquades, dengan cara pegang gelas objek pada
posisi miring sampai kristal violet bersih
4. Buang sisa air yang tertinggal & keringkan dengan tissue, akan tetapi bagian
tengah jangan dilap/dibersohkan menggunakan tissue, cara mengeringkannya
adalah dengan memegang erat salah satu sisi objek glass,kemudian gerakkan
naik turun/kipas-kipas sampai kering.
5. Lanjutkan tahapan pewarnaan gram dengan menggunakan reagen yang ke 2
yaitu lugol. Teteskan lugol tepat diatas apusan bakteri
6. Diamkan selama 1 menit
7. Bilas dengan aquades sampai larutan lugol habis/bersih
8. Keringkan dengan menggunakan tissue, bagian tengah dikipas-kipas sampai
kering
9. Hilangkan warna pada objek glass dengan menggunakan alkohol 95% selama
10-20 detik/sampai warna tidak luntur lagi. Bilas & keringkan kembali
10. Teteskan dengan 1 tetes imersi/minyak imersi oil, lalu tutup dengan
menggunakan cover glass (diusahakan saat menutup tidak terbentuk
gelembung dibawah cover glass)
2. Pengamatan Mikrosof
Langkah-langkah :
1. Letakkan objek glass pada meja preparat atur posisinya
2. Dekatkan mata ke dekat lensa okuler. Kemudian Naikkan meja preparat sampai
melihart bakteri
3. Dan fokuskan, lalu atur posisi kanan & kiri. Lihat pada lensa okuler cari
bagian, bakteri yang terpisah & tidak menumpuk
4. Dengan menggunakan perbesaran 10x (bakteri sudah mulai terlihat tapi kecil-
kecil)
5. Ganti perbesaran 40x (bentuk bakteri terlihat sudah mulai terlihat) Ganti
perbesaran 100x (bentuk bakteri terlihat lebih besar & jelas)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. mikroskop
Berikut adalah tabel yang menunjukkan jarak antara spesimen dengan lensa objektif jika
fokus telah didapatkan:

Perbesaran
4x 10x 40x 100x
Objektif
Jarak 29 6,3 0,53 0,29

Setelah mendapatkan fokus pada perbesaran tertentu, misal 40x dan ingin memutar objektif
ke perbesaran 100x maka meja benda tidak perlu diturunkan dan tidak perlu khawatir bahwa
lensa objektif akan menggesek cover glass karena terdapat sisa jarak A yang lebih kecil
antara cover glass dengan lensa objektif.

setelah dilakukan praktikum menggunakan alat mikroskop dapat dilihat dengan hasil :

1. Preparat Sayatan
Melintang Daun Rheo
Discolor

2. Pembuatan Preparat
Epitel Mukosa Mulut
pembahasan : percobaan preparat sayatan melintang daun rheo discolor untuk mengamati
nya perlu dibutuhkan air/aquades sebagai cairan agar sel tidak mengerut.

Pada pengamatan daun rhoeo discolor pada mikroskop cahaya terlihat


jaringan yang berwana ungu dan susunan sel rapat yang berfungsi sebagai
pelindung sel-sel dibawahnya.

Preparat epitel mulut harus ditetesi menngunakan methylen blue 1 tetes


saat mengamati menngukana mikroskop lesan okuler.

B. Pembuatan Media dan Sterilisasi


1. Pembuatan Media Nutrient Broth

hasil sterilisasi NB
Pembahasan: medium yang langsung digunakan setelah sterilisasi (tanpa melewati
proses inkubasi) dapat terjadi kontaminasi tak terdeteksi yang dapat mengakibatkan hasil
false positif.

2. Sterilisasi Alat Praktikum


No Tidak sterilisasi Alat yang disterilisasi
.
1. Sterliasasi kimia Gelas kimia
- Erlenmeyer
- Tabung reaksi
- Cawan perti
2. Sentrilisasi fisik - Gelas kimia
- Erlenmeyer
- Tabung reaksi
- Cawan petri
Menggunakan lampu - Jarum ose
Bunsen
Hasil

Pembahasan: sterilisasi adalah proses untuk menghilangkan bakteri yang ada pada peralatan baik
itu bersifat pathogen juga atogen.

1. Sterilisasi Secara Fisika Pada Pertumbuhan Bakteri.

Hasil

Pembahasan:percobaan praktikum dengan sterilisasi ose dengan memijarkan diatas lampu spritus
dengan mengambil ose biakan E.coli yang dioleskan pada permukaan lempeng secara merata pada
sector I,II,III. Kemudian harus diinkubasi pada indikubator agar mengetahui jumlah koloni
kuman pada lempeng agar.

2. Sterilisasi Secara Kimia Pada Pertumbuhan Bakteri.


Hasil:
Pembahasan: proses pencobaan media lempeng 4 sektor harus dibasahi dengan aquades yang
diusapkan pada jari mahasiswa dengan cara ditekan secata lembut. Dan untuk mengetahui
pertumbuhan kaloni dilakukan inkubasi pada incubator selama 18-24 jam.

C. Inokulasi
 Inokulasi plat agar
Plat Agar streak Bacillus Subtilis

Plat Agar streak Staphylococcud Aureus

Plat Agar sterek Pseudomonas Aeruginosa

Plat Agar strek Escherichia Coli

Pembahasan: pada pembuatan plat agar dengan media nutrient agar cair kedalam cawan
petri digunakan untuk menghitung jumlah kaloni bakteri pada plat agar tersebut.

 Inokulasi agar miring


Plat Agar Miring Bacillus Subtilis adalah
bakteri tumbuh disekitar agar yang
posisinya miring mengikuti benuk goresan(
merupakan bakteri yang bersifat aerob)

Plat Agar Miring Staphylococcud Aureus,

Plat Agar MiringPseudomonas Aeruginosa,


baktewri tumbuh di atas permukaan miring
yang digores dan terdapat lender berwarna
kebiruan.
Plat Agar Miring Escherichia Coli

Pembahasan: pada pembuatan plat agar miring itu dilakukan untuk menumbuhkan
bakteri yang bersifat anaerob.

 Inokulasi agar tegak

Agar Tegak Bacillus Subtilis


Agar Tegak Staphylococcud Aureus

Agar Tegak Pseudomonas Aeruginosa

Agar Tegak Escherichia Coli

Pembahasan: pada pembuatan plat agar tegak dilakukan untuk menumbuhkan bakteri
yang bersifat anaerob. Bakteri aerobic adalah organisme yang membutuhkan oksigen
sedang bakteri anaerobic adalah organisme yang tumbuh tanpa oksigen molecular.

 Inokulasi pada media cair

Agar Cair Bacillus Subtilis

Agar Cair Staphylococcud Aureus


Agar Cair Pseudomonas Aeruginosa

Agar Cair Escherichia Coli

Pembahasan: pada media cair penampakan bakteri ditunjuukan dengan keruhnya


warna yang terjadi pada media cair.

D. pengamatan Bakteri
Koloni bulat beawrna putih
Koloni bulat berwana orange
Pembesaran mikroskop
4x
kaloni Terdapat tumpukan bakteri
putih

10x
Bakteri mulai terlihat
( kecil-kecil)

40x
Bakteri sudah terlihat
100x
Pembesaran bakteri

Kolon
i
orange

Pembahasan : bakteri berbentuk bulat yang bewarna putih dengam mengambil satu ose
diberikan aquades, percobaan ini dilakukan fiksasi/pelekatan dengan melalukan glass
object diatas api secara cepat sampai aqudes/air menguap. Untuk melakukan praktikum
agar melihat koloni diberikan pewarna gram. Agar kriltal filetnya mengkaver/ menutupi
dari flm yang telah dibuat. Kemudia bilas dengan aquades

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. dapat memahami cara penggunaan miskroskop dengan
- Objektif 4x dengan okuler 10x , pembesaran 40x 2.

- Objektif 10x dengan okuler 10x , pembesaran 100x 3.

- Objektif 40x dengan okuler 10x , pembesaran 400x 4.


- Objektif 100x dengan okuler 10x , pembesaran 1000x

2. Dalam mensterilkan alat pakai terdapat tiga metode yaitu sterlisasi fisik, kimia, dan
mekanik.Hal yang harus perhatikan dalam sterilisasi yaitu jenis alat.
3. Media pertumbuhan mikroba adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroba untuk pertumbuhannya.
4. Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam dan hampir terdapat
Diana-mana di ala mini. Mereka dapat berada di air, udara, tanah, maupun tubuh
maklukh hidup.
B. SARAN
Dengan praktikum yang dilakukan secara online, Diharapkan mahasiwsa mampu
memahami dan mengerti langkah-langkah kerja dan cara menyusun laporan dengan lebih
baik.
Kedepannya bisa melakukan praktikum secara offline agar mahasiwa lebih fasih lagi
dalam mempelajari pratikum Mikrobiologi dan Parasitiologi.

DAFTAR PUSTAKA

Jawet, Melnick,and Adelberg 2001, medical Microbiology, ed.22, California Apleeton and lange
Mikrobiologi FKUI,2005, Penuntun Praktik mikrobiologi kedokteran, medical multimedia
indonesia,jakarta
Iman Supardi. Dan sukamto. Mikrobiologi dan penelolah pangan. Bandung, 1999
jawetz,and Melnick.1996. Mikrobiologi keodktera.EGC. Jakarta.
Dwijosepurtro, D,2005 Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan.jakarta
Brooks G,F et al (2005). Jawetz, Melnick dan Adelberg,s medical Mikrobiology.
Nur.2018. Mikroorganisme dan pemamfaatannya. Jawa Timur.UB Press.

Anda mungkin juga menyukai