NIM : 1902064
T.A.2020/2021
HALAMAN PENEGASAN
Laporan ini telah disetujui dan diterima sebagai syarat unyuk memenuhi tugas Ilmu Dasar
Keperawatan II Semester III mahasiswa STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta pada tanggal 19-
22 januari 2021
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat dan
penyertaanNya saya dapat menyusun Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Parasitiologi. Dalam
penyusunan laporan ini saya mengucap terimakasi kepada Dosen pembimbing Antonius Yogi
Pratama, S. Kep., Ns. MNS. yang telah membantu saya untuk menyelesaikan laporan praktikum
ini. Dan saya berharap laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Namun saya menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, laporan ini
masih banyak kekurangannya, saya sangat berharap kritik dan masukan yang membangun dari
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER .....................................................................................................................I
KATA PENGANTAR...............................................................................................II
DAFTAR ISI.............................................................................................................III
A. Kesimpulan .....................................................................................................44
B. Saran ...............................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang ilmu mikrobiologi (mikros = kecil/ sangat kecil; bios = hidup/ kehidupan)
mempelajari tentang bentuk, kehidupan, sifat, dan penyebaran organisma yang termasuk
golongan mikroba (jasad renik). Dunia mikroba adalah dunia organisma yang sangat kecil,
sehingga tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang. Walupun sudah agak lama dikenal,
namun dunia mikroba baru mulai terbuka secara luas sejak manusia menemukan sebuah
alat yang disebut mikroskop, hasil temuan Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723).
Mikroskop tersebut sangat sederhana, hanya memiliki satu lensa, dan mencapai
pembesaran kurang dari 200 kali. Tetapi dengan mikroskop sederhana tersebut misteri
tentang bentuk mikroba yang sebelumnya masih merupakan rahasia besar mulai
terungkap. Ketika Louis Pasteur (1822-1895) menemukan prinsip-prinsip fermentasi, yaitu
satu di antara temuan-temuan dasar mengenai mikroba, rahasia seputar mikroba pun
menjadi lebih jelas, dan keilmuan mikrobiologi mulai menemukan titik terang
perkembangannya. Seorang dokter dari Jerman yang bernama Robert Koch (1843-1910)
memperluas lagi perkembangan tersebut dengan menemukan kaitan mikroorganisme-
mikroorganisme tertentu dengan penyakit
Praktikum merupakan salah satu metoda pembelajaran yang sangat menunjang
berlangsungnya proses belajar mengajar secara efektif. Melalui pelaksanaan praktikum,
diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang konsep teori yang telah diterima di
kelas pada mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II tentang mikrobiologi dan parasitiologi.
B. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum mikrobiologi & parasitologi, mahasiswa diharapkan dapat
memahami dasar-dasar pemeriksaan kuman/spesimen yang meliputi:
1. Pemeriksaan mikrobiologi dasar
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikroskop
Rumus:
Bayangan benda (obyek) yang kita lihat dibentuk dan diperbesar oleh lensa obyektif,
didalam tubus mikroskop membentuk bayangan nyata terbalik dari obyek. Bayangan nyata
tersebut selanjutnya dibalik dan diperbesar lagi oleh lensa okuler. Lensa okuler merupakan
lensa yang berfungsi untuk membuat bayangan terakhir, sehingga bayangan tersebut dapat
dilihat langsung oleh mata pengamat. Lensa yang baik diperoleh dengan memperhatikan
pembesaran dan daya pisahnya. Semakin pendek jarak titik api lensa akan semakin kuat
pembesarannya, sehingga semakin besar kemampuan suatu lensa akan semakin kecil jarak
dua titik api yang berdekatan yang dapat dilihat secara terpisah menggunakan mikroskop.
Beberapa lensa obyektif biasanya dipasang pada roda berputar yang disebut revolver.
Setiap lensa obyektif dapat diputar ke tempat yang sesuai dengan pembesaran yang
diinginkan. Lensa obyektif dibuat dalam beberapa pembesaran yang berbeda, yaitu : 4x,
10x,40x, dan 100x, demikian juga lensa okuler tersedia beberapa pembesaran, yakni : 4x,
10x,16x, dan 20x. Lensa okuler dipasang paada ujung dalam tubus dan biasanya yang
dipasang adalah yang pembesaaran 10x. Dengan demikian jika kita mengamati obyek
menggunakan lensa okuler pembesaran 10x dan lensa obyektif 40x, maka pembesaran
obyek yang dapat dilihat menjadi 400x dibanding besarnya obyek yang sebenarnya.
Kondensor berfungsi sebagai pengatur intensitas caahaya yang masuk ke dalam
mikroskop. Kondensor mempunyai dua bagian penting, yaitu :1. Susunan lensa untuk
mengumpulkan sinar sebelum masuk ke dalam obyek dan lensa obyektif.2. Diafragma
berfungsi untuk mengatur sinar tepi yang masuk ke dalam lensa obyektif dan okuler
(Purnomo. Vol 2008: Hal 3-4).
Ada dua proses yang terjadi saat kita menggunakan mikroskop, yaitu:
1. Proses perbesaran
Mikroskop dapat memperjelas pola-pola rumit yang tidak terlihat oleh mata telanjang
(Joyle,2002).
Jenis Mikroskop
Berdasarkan atas sumber cahayanya, mikroskop terbagi atas mikroskop cahaya/optik dan
mikroskop elektron. Mikroskop optik/cahaya merupakan mikroskop yang menggunakan
lensa dari gelas dan cahaya matahari atau lampu sebagai sumber penyinaran. Dalam
mikroskop cahaya, (light microscope, LM ), cahaya tampak diteruskan melalui spesimen
dan kemudian melalui lensa kaca. Lensa ini merefraksi (membengkokkan) cahaya
sedemikian rupa sehingga citra spesimen diperbesar ketika diproyeksikan ke mata, ke film
fotografi atau sensor digital, atau ke layar video. Mikroskop cahaya dapat memperbesar
secara efektif sekitar 1000 kali dari ukuran asli spesimen. Mikroskop optik terdiri atas 2
yaitu, mikroskop biologi dan mikroskop stereo. Mikroskop biologi digunakan untuk
pengamatan benda tipis transparan. Mikroskop biologi ini umumnya memiliki lensa okuler
dan lensa objektif dengan kekuatan pembesaran sebagai berikut:
1. Objektif 4x dengan okuler 10x , pembesaran 40x 2.
Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000 disebut mikroskop emersi, karena
penggunaannya harus dengan minyak emersi dan cara memakainya dengan khusus pula.
Mikroskop stereo digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar,
transparan atau tidak. Penyinarannya dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar
alam atau lampu. Memiliki dua buah objektif dan dua buah okuler, sehingga diperoleh
bayangan tiga dimensi dengan pengamatan dua belah mata. Kekuatan pembesaran tidak
terlalu kuat umumnya sebagai berikut: Objektif 1 atau 2 dengan okuler 10 atau 15.
Ada dua jenis mikroskop elektron, yaitu: mikroskop elektron transmisi(trasmission
electron microscope,TEM) dan mikroskop elektron payar (scanning electron microscope,
SEM) (Campbell dkk, 2008). Mikroskop elektron payar (scanning electron microscope,
SEM) khususnya berguna untuk penelitian terperinci mengenai permukaan specimen.
Berkas electron memindai permukaan sampel, yang biasanya dilapisi selapis tipis emas
(Campbell dkk, 2008). Mikroskop elektron transmisi(trasmission electron microscope,
TEM) digunakan untuk mempelajari ultrastruktur internal sel. TEM mengarahkan berkas
electron melalui irisan spesimen yang sangat tipis, mirip dengan cara mikroskop cahaya
meneruskan cahaya melalui objek (slide) (Campbell dkk, 2008). Mikroskop memiliki
komponen-komponen yang terbuat dari kaca mudah rusak, berupa lensalensa dan cermin.
Bagian-bagian dari mikroskop dan Fungsinya:
(dkk 2008)
Keterangan:
1. Lensa okuler
2. Lensa Objektif
3. Diafragma
4. Cermin/Reflektor
5. Meja Objek
6. Pemutar Kasar(makrometer)
Menggerakkan tabung keatas dan kebawah dengan pergeseran kasar
7. Pemutar halus(mikrometer)
8. Revolver
9. Tabung
1. Pegang lengan mikroskop dengan salah satu tangan dan tangan lain menyangga kaki
mikroskop. Letakkan mikroskop di atas meja pengamatan dengan bagian lengan tepat
berada di hadapanmu. Lalu, lensa dan cermin dengan menggunakan kertas tisu.
Setelah dibersihkan, pasangkan lensa okuler dengan perbesaran lemah.
2. Agar didapat medan penglihatan yang baik, putar revolver sehingga diperoleh
perbesaran terkecil pada lensa objektif yang searah dengan lensa okuler dan tubus
okuler.
3. Putarlah cermin mikroskop ke arah sumber cahaya sambil melihat melalui lensa
okuler sehingga diperoleh medan yang terang tanpa bayangan benda lain.
4. Letakkan preparat yang akan kalian amati di atas meja benda, lalu jepitlah dengan
penjepitnya sehingga cahaya yang terkumpul dalam kondensor menembus kaca
benda.
5. Untuk mencari fokus, lakukanlah dengan dua cara berikut ini.
a. Perbesaran lemah. Lensa okuler dengan perbesaran 5 kali dan lensa objektif dengan
perbesaran 10 kali dapat diartikan bahwa preparat diamati dengan perbesaran 50 kali.
Dengan cara menurunkan lensa okuler serendah mungkin, lensa objektif juga
diturunkan sampai berjarak kira-kira 8 mm dari kaca preparat. Setelah itu, arahkan
salah satu mata kalian ke lubang lensa okuler sambil memutar-mutar makrometer
sampai diperoleh gambaran preparat yang jelas.
b. Perbesaran kuat. Lensa okuler dengan perbesaran 12,5 dan lensa objektif dengan
perbesaran 60 kali sehingga preparat dapat diamati dengan perbesaran
1. Mengangkat dan membawa mikroskop harus selalu dalam posisi tegak dengan satu
tangan memegang erat pada lengan mikroskopndan tangan lainnya menyangga pada
dasar atau kakinya.
2. Mencondongkan posisi tabung,cukup dilakukan dengan memutar engsel penggeraka
sebagai titik putar,menegakkan kembali setelah selesai.
3. Mengusahakan agar lensa objektif lemah(4x atau 10x) berada satu poros dibawah
lensa okuler.
4. Posisi tegak agar debu tidak banyak menempel.
(Zimbroet al.2009).
c. Media semisolid (setengah padat)
Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba atau mengetahui motilitas bakteri.
(Zimbroet al.2009)
b) Sterilisasi
adalah proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk
terilisasi dapat dilakukan tergantung dari bahan atau alat yang akan disteril. Sterilisasi
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut.
Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu cara mekanik, cara fisik,
dan cara kimiawi.
1. Sterilisasi cara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya
larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.
a. Pemanasan
1 Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat: jarum inokulum (jarum ose), pinset, batang
L.
2 Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180oC. Sterilisasi
panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca, misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi, cawan.
3 Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak
terjadi dehidrasi.
4 Uap air panas bertekanan: menggunakan autoklaf.
b. Penyinaran dengan Ultra Violet (UV)
Sinar UV juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV.
Perlu diingat bahwa untuk mengurangi terjadinya kontaminasi maka harus selalu bekerja
dekat dengan api dari pembakar bunsen. Apabila akan memindahkan biakan dari tabung
reaksi atau erlenmeyer dan cawan petri ke tabung reaksi atau cawan petri lain, pastikan untuk
membuka tutupnya dekat dengan api. Sebelum menutup kembali, mulut tabung reaksi dan
erlenmeyer dibakar terlebih dahulu. Begitu pula setelah menutup cawan petri, bibir cawan
dibakar.
Jarum ose yang digunakan untuk memindahkan biakan, sebelum dan sesudah digunakan
juga harus dibakar pada api bunsen. Apabila menggunakan pinset dan batang L maka sebelum
dan setelah pemakaian dapat dicelupkan pada alkohol kemudian dibakar pada api bunsen.
Seperti yang telah dijelaskan pada bahasan pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan
suhu 121oC. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas.
Biasanya untuk mensterilkan media digunaka n suhu 121oC dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4
Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121oC atau 249,8oF adalah karena air mendidih
pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Pada tekanan 0 psi dengan ketinggian di
permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100oC, sedangkan untuk autoklaf yang
diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada
suhu 121oC. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika di laboratorium terletak
pada ketinggian tertentu maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang.
Autoklaf bekerja dengan sempurna dapat dideteksi dengan menggunakan mikroba penguji
yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya
mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini
dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisasi lalu ditumbuhkan pada
media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah sebagai berikut.
1. Bahan tidak tahan panas, seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim.
2. Pelarut organik, seperti fenol.
3. Buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS.
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak
jika terkena panas atau mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke
suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan
diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan
metode ini.
Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan berbagai cara (Gambar 1.25) yaitu
sebagai berikut.
C. Inokulasi
Inokulasi mikroorganisme adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama
ke medium yanmg baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, untuk melakukan
penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam
hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya
kontaminasi.
Tujuan dari inokulai adalah untuk melihat beberapa variasi jenis mikroba yang
ditumbuhkan dalam suatu media.
Prinsip yang mendasari inokulasi adalah inokulasi mikroba yaitu dengan memisahkan
campuran mikroba sehingga membentuk koloni yang terpisah antara satu mikroba dengan
mikroba lainnya dengan menumbuhkan mikroba pada media, sehingga masing-masing
mikroba bisa tumbuh secara berjauhan dan setiap selnya berhimpun membentuk koloni.
Pada ssat pemindahan media terlebih dahulu mensterilkan alat yang digunakan, hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi yang tidak diinginkan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Dwidjoseputro (2002), yang menyatakan bahwa penanaman mikroba
adalah suatu pekerjaan memindahkan mikroba dari media lama ke media baru dengan
tingkat ketelitian tinggi dan terlebih dahulu diusahakan agar semua alayt yang
berhubungan dengan media tetap steril, hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Metode yang digunakan pada inokulasi.
Metode inokulasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
1. Metode Spread Plate (metode sebar)
Merupakan teknik inokulasi mikroba dengan cara menginokulasi kultur mikroba
secara pulasa/sebaran di permukaan media agar yang telah memadat. Kelebihan
dari metode ini yaitu dapat menyebarkan mikroorganisme tumbuh merata diatas
permukaan media agar. Kekurangan dari metode ini tidak dapat menumbuhkan
mikroba anaerob karena pada metode ini mikroba ditumbuhkan pada permukaan.
2. Metode Pour Plate ( metode tuang)
Pour plate adalah salah satu teknik yang dilakukan untuk menumbuhkan mikroba.
Teknik inokulasi dengan menuang bahan diantara lapisan media. Kelebihan dari
metode ini dapat menumbuhkan mikroba aerob dan kekurangan dari metode ini
membutuhkan waktu yang lama bagi mikroba tumbuh.
Prinsip kerja dari metode pour plate yaitu menuangkan sampel mikroba terlebih
dahulu lalu dituangkan media sesuai dengan mikroorganisme yang akan diamati.
Langkah-langkah :
a. Turunkan lebih dahulu meja preparat( menggunakan makometer)
b. Letakkan preparat di meja preparat, atur preparat bidang pencahayaan
c. Putar revolver lensa obyektif, biasanya menggunakan perbesaran lemah (10)
d. Naikkan meja preparatnya ( menggunakan makromter)
e. Amati (lensa okuler) sambil menurunkan meja preparat pelan-pelan (menggunakan
makrometer)
f. Jika sudah terlihat tetapi belum focus, bisa menggunakan makrometer( pemutar
halus)
g. Kemudian jika ingin perbesar, turunkan meja preparat menggunakan makrometer
h. Putar lensa obyektif perbesaran 40
i. Naikkan meja preparat ( menggunakan makrometer) sambil melihat langsung
apakah pecah
Catatan : naikkan meja preparat terlebih dahulu agarkaca preparat tidak pecah saat
menyentuh lensa objekstif perbesaran kuat
Yang diamati adalah preparat batang jagung ( Zea mays)
langkah-langkah :
1. membersihakn terlebih dahulu object glass menggunakan alcohol
2. setelah bersih ditaruh di meja kerja
3. wadah (petri dish) kita isi dengan dengan air terlebih dahulu
4. membuat preparat sayatan melintang dari daun Rhoeo discolor
5. stelah di sayat (bulat) lalu dimasukkan di dalam air agar sel tidak mengkerut
6. sayatan yang tipis lebih mudah untuk diamati
7. kemudian ambil sayatan tadi menggunakan pinset
8. lalu letakan di object glass
9. ditetesi menggunakan aquades (gunakan pipa tetes)
10. tutup dengan cover glass menggunakan pinset dengan sudut 45 derajat kemudian
lepaskan
11. Turunkan lagi meja preparat
12. Setelah selesai object glass harus dicuci dan dibersekan terlebih dahulu
13. Untuk menjaga lensa tetap besih lap menggunakan alcohol.
1. Neraca analiti
2. Hot plate stiner
3. Media pupuk nutrien agar (NA) & Nutrien Broth (NB)
4. Aquades
5. Kapas
6. Plastik Wrap
7. Autoklaf
8. Inkubator
9. Laminar Air Flow
10. Erlenmeyer
Langkah-langkah :
1. Menimbang NB bubuk sebanyak 8 gr dengan neraca analisis/analitik
2. Siapkan aquades sebanyak 500 ml, kemudian campurkan dengan media bubuk dalam
erlenmeyer
3. Memasukkan magnet dalam erlenmeyer
4. Homogenkan campuran tersebut dengan menggunakan magnetic strem/hot plate stisser
dengan suhu ±200C dengan kecepatan 300 tpm magnet dalam erlenmeyer.
5. Campuran yg telah homogen ditandai dengan larutan yang menjadi bewarna
bening/kekuningan
6. Dinginkan, atur PH larutan. Nilai ph dari medium NB yang baik untuk menumbuhkan
bakteri adalah 6,8-7,2
7. Tutup erlenmeyer dengan kapas dan lapisi plastik wrap
8. Kemudian lakukan prosedur ini secara aseptik dalam laminar air flow
9. Myiapakn tabung reaksi sesuai kebutuhan.Kemudian tuang media pada wadah
tersebut.
10. Tutup tabung reaksi dengan kapas & lapisi dengan wrap, kemudian inkubasi selama
1x24 jam sebelum digunakan untuk melihat ada tidaknya media yang telah melewati
masa penyimpan akan menjadi kering terutama medium NA pada cawan petri
Medium yang langsung digunakan steelah sterilisasi dapat terjadi kontaminasi tak
terdeteksi yang dapat mengakibatkan hasil false positif.
Langkah-langkah :
1. Aquades
2. Kapas steril
3. Media lempong agar MA
4. Sabun
5. Betadine
6. Spidol
Langkah-langkah :
C. Inokulasi
1. Prosedure Aseptis
a. Bersihkan area kerja dengan menyemprotkan alkohol 70%, disemprotkan ke area
meja yang akan digunakan.
b. Lalu dilap dengan menggunakan tissue sampai kering
c. Siapkan 2 bunsen lalu atur nyala bunsen sehingga diperoleh warna api bewarna
biru untuk memperoleh daerah steril, biarkan api menyala ± 10 menit sebelum
bekerja, jarak ke dua bunsen disesuaikan ± 40 cm.
Alat :
1. Cawan petri steril
2. Tabung reaksi steril + rak tabung
3. Pipet ukur steril
4. Ose bundar
5. Ose lurus
6. Bunsen
7. Cotton swab
8. Inkubator
Bahan :
Langkah-langkah :
Lakukan pada inkubasi pada semua media yang telah diinokulasi, inokulasikan,
pro inkubasi dilakukan ± 30 menit semua media teteap berada dalam area aseptis
diantara 2 nyala api bunsen.
Setelah itu inkubasikan semua media yang telah diinokulasi ke dalam inkubator
pada suhu 37° C selama 24 jam
1. Sprayer alkohol 70 %
Untuk membersihkan area kerja.
2. Sun bottle berisi aquades
Digunakan untuk membilas larutan pewarna
3. 1 set larutan pewarnaan gram
4. Immersion oil
5. Bunsen
6. Objek glass
7. Cover glass
8. Beberapa kultur mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan agar didalam
canvectrix
9. Ose
Digunakan untuk mengambil mikroorganisme
10. Aquades
11. Pipet tetes
12. Reagen Pewarnaan Gram Bakteri :
a) Kristal violet
b) Lugol
c) Alkohol 95%
d) Safranin
e) Emersol oil/minyak imersi
Untuk memperjelas bentuk bakteri pada saat dimikrosof.
Perbesaran
4x 10x 40x 100x
Objektif
Jarak 29 6,3 0,53 0,29
Setelah mendapatkan fokus pada perbesaran tertentu, misal 40x dan ingin memutar objektif
ke perbesaran 100x maka meja benda tidak perlu diturunkan dan tidak perlu khawatir bahwa
lensa objektif akan menggesek cover glass karena terdapat sisa jarak A yang lebih kecil
antara cover glass dengan lensa objektif.
setelah dilakukan praktikum menggunakan alat mikroskop dapat dilihat dengan hasil :
1. Preparat Sayatan
Melintang Daun Rheo
Discolor
2. Pembuatan Preparat
Epitel Mukosa Mulut
pembahasan : percobaan preparat sayatan melintang daun rheo discolor untuk mengamati
nya perlu dibutuhkan air/aquades sebagai cairan agar sel tidak mengerut.
hasil sterilisasi NB
Pembahasan: medium yang langsung digunakan setelah sterilisasi (tanpa melewati
proses inkubasi) dapat terjadi kontaminasi tak terdeteksi yang dapat mengakibatkan hasil
false positif.
Pembahasan: sterilisasi adalah proses untuk menghilangkan bakteri yang ada pada peralatan baik
itu bersifat pathogen juga atogen.
Hasil
Pembahasan:percobaan praktikum dengan sterilisasi ose dengan memijarkan diatas lampu spritus
dengan mengambil ose biakan E.coli yang dioleskan pada permukaan lempeng secara merata pada
sector I,II,III. Kemudian harus diinkubasi pada indikubator agar mengetahui jumlah koloni
kuman pada lempeng agar.
C. Inokulasi
Inokulasi plat agar
Plat Agar streak Bacillus Subtilis
Pembahasan: pada pembuatan plat agar dengan media nutrient agar cair kedalam cawan
petri digunakan untuk menghitung jumlah kaloni bakteri pada plat agar tersebut.
Pembahasan: pada pembuatan plat agar miring itu dilakukan untuk menumbuhkan
bakteri yang bersifat anaerob.
Pembahasan: pada pembuatan plat agar tegak dilakukan untuk menumbuhkan bakteri
yang bersifat anaerob. Bakteri aerobic adalah organisme yang membutuhkan oksigen
sedang bakteri anaerobic adalah organisme yang tumbuh tanpa oksigen molecular.
D. pengamatan Bakteri
Koloni bulat beawrna putih
Koloni bulat berwana orange
Pembesaran mikroskop
4x
kaloni Terdapat tumpukan bakteri
putih
10x
Bakteri mulai terlihat
( kecil-kecil)
40x
Bakteri sudah terlihat
100x
Pembesaran bakteri
Kolon
i
orange
Pembahasan : bakteri berbentuk bulat yang bewarna putih dengam mengambil satu ose
diberikan aquades, percobaan ini dilakukan fiksasi/pelekatan dengan melalukan glass
object diatas api secara cepat sampai aqudes/air menguap. Untuk melakukan praktikum
agar melihat koloni diberikan pewarna gram. Agar kriltal filetnya mengkaver/ menutupi
dari flm yang telah dibuat. Kemudia bilas dengan aquades
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. dapat memahami cara penggunaan miskroskop dengan
- Objektif 4x dengan okuler 10x , pembesaran 40x 2.
2. Dalam mensterilkan alat pakai terdapat tiga metode yaitu sterlisasi fisik, kimia, dan
mekanik.Hal yang harus perhatikan dalam sterilisasi yaitu jenis alat.
3. Media pertumbuhan mikroba adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat
makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroba untuk pertumbuhannya.
4. Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam dan hampir terdapat
Diana-mana di ala mini. Mereka dapat berada di air, udara, tanah, maupun tubuh
maklukh hidup.
B. SARAN
Dengan praktikum yang dilakukan secara online, Diharapkan mahasiwsa mampu
memahami dan mengerti langkah-langkah kerja dan cara menyusun laporan dengan lebih
baik.
Kedepannya bisa melakukan praktikum secara offline agar mahasiwa lebih fasih lagi
dalam mempelajari pratikum Mikrobiologi dan Parasitiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Jawet, Melnick,and Adelberg 2001, medical Microbiology, ed.22, California Apleeton and lange
Mikrobiologi FKUI,2005, Penuntun Praktik mikrobiologi kedokteran, medical multimedia
indonesia,jakarta
Iman Supardi. Dan sukamto. Mikrobiologi dan penelolah pangan. Bandung, 1999
jawetz,and Melnick.1996. Mikrobiologi keodktera.EGC. Jakarta.
Dwijosepurtro, D,2005 Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan.jakarta
Brooks G,F et al (2005). Jawetz, Melnick dan Adelberg,s medical Mikrobiology.
Nur.2018. Mikroorganisme dan pemamfaatannya. Jawa Timur.UB Press.