TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1997), ruas jalan disebut juga
jalan raya atau daerah milik jalan (right of way). Pengertian jalan meliputi badan
jalan, trotoar, drainase dan seluruh perlengkapan jalan yang terkait, seperti rambu
lalu lintas, lampu penerangan, marka jalan dan lain lain. Jalan mempunyai empat
fungsi yaitu:
Hampir semua jalan melayani dua atau tiga fungsi dari empat fungsi jalan
diatas akan tetapi ada juga jalan yang mungkin hanya melayani satu fungsi
(misalnya jalan bebas hambatan hanya melayani kendaraan bergerak).
9
10
2. Lebar jalur lalu lintas: kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat
dengan penambahan lebar jalur lalu lintas.
3. Kereb: merupakan batas antara jalur lalu lintas dan trotoar yang
berpengaruh terhadap hambatan samping pada kapasitas dan
kecepatan.
Direktorat Jenderal Bina Marga (1997), menjelaskan arus lalu lintas (Q)
mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil
penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah atau total) diubah menjadi
satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan Ekivalensi mobil
penumpang (Emp) yang diturunkan secara empiris untuk tipe-tipe kendaraan.
2) Kendaraan berat (HV = heavy vehicle), termasuk bus dan truk besar.
11
Arus lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintas satu titik
pengamatan dalam satuan waktu. Besarnya arus lalu lintas dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Emp
MC
Arus lalu-lintas total
Tipe jalan: Jalan tak terbagi
dua arah (kend/jam) HV Lebar jalur lalu-lintas Wc (m)
6 >6
0 1,3 0,5 0,40
Dua-lajur tak-terbagi (2/2 UD)
1800 1,2 0,35 0,25
0 1,3 0,40
Empat-lajur tak-terbagi (4/2UD)
3700 1,2 0,25
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga (1997)
dari frekuensi kejadian sepanjang segmen jalan yang diamati. Semua kelas
hambatan samping ditunjukkan pada tabel 2.2.
Jumlah berbobot
Kelas hambatan
Kode kejadian / 200m / jam Kondisi Khusus
samping (SFC)
(dua sisi)
Dimana:
Untuk menentukan kecepatan arus bebas dasar kendaraan dapat dilihat pada
tabel 2.3.
Tabel 2.4 Penyesuaian untuk pengaruh lebar jalur lalu lintas (FVw)
Tipe Jalan Lebar jalur lintas efektif (Wc) (m) FVw (km/jam)
Per lajur
3,00 -4
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Arus Bebas Untuk Hambatan Samping Dengan
Kerb (FFVsf)
FFVs F
Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping Jarak : kerb - penghalang (Wk) (m)
< 0,5 1,0 1,5 >2,0
Tabel 2.6 Faktor penyesuaian Arus Bebas Untuk Ukuran Kota (FFVcs)
Ukuran Kota (jumlah penduduk dalam juta) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota (FFVcs)
Dimana:
C = kapasitas jalan
Co = kapasitas dasar
Kapasitas dasar ditetapkan dari tipe jalan yang bersangkutan. Adapun nilai
dari pada kapasitas dasar dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini:
Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Catatan
(smp/jam)
Empat lajur terbagi atau jalan satu arah 1650 Per lajur
Empat lajur tak terbagi 1500 Per lajur
Dua lajur tak terbagi 2900 Total dua arah
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Marga (1997)
Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas (FCw) ditentukan
berdasarkan lebar jalur efektif yang didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan.
Adapun nilai faktor tersebut dapat dilihat pada tabel 2.8.
17
Tabel 2.8 Faktor Penyesuaian kapasitas untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Tipe Jalan Lebar jalan lalu lintas efektif (Wc) (m) FCw
Per lajur
3,00 0,92
Pada suatu ruas jalan yang terbagi menjadi dua arah terdapat dua arus lalu
lintas yang memiliki jumlah nilai berbeda. Pada penentuan kapasitas jalan juga
memerlukan nilai faktor penyesuaian kapasitas pemisah arah (FCsp). Dimana FCsp
diperoleh dari jumlah kendaraan yang melintas pada satu arah yang berlawanan dan
dibagi dengan total jumlah kendaraan yang melintas dua arah dan dinyatakan dalam
bentuk prosentase (%). Untuk jalan tak terbagi nilai FCsp berdasarkan pengukuran
terhadap kondisi jalan di lapangan. Sedangkan untuk jalan terbagi dari satu arah,
FCsp berlaku nilai 1.0. Nilai FCsp ditentukan dengan menggunakan tabel 2.9.
18
Tabel 2.10 Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Hambatan Samping dengan Kerb
(FCsf)
Ukuran Kota (jumlah penduduk dalam juta) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota (FCcs)
Dimana:
DS = Derajat kejenuhan
C = Kapasitas (smp/jam)
1) Tingkat pelayanan A
20
2) Tingkat pelayanan B
3) Tingkat pelayanan C
4) Tingkat Pelayanan D
a) Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan
kecepatan masih ditoleransi namun sangat terpengaruh oleh
perubahan kondisi arus.
21
5) Tingkat pelayan E
6) Tingkat pelayanan F
Tingkat pelayanan jalan (LOS) juga bisa dilihat pada tabel 2.12.
Gambar 2.2 Kecepatan fungsi DS sebagai untuk jalan banyak lajur satu arah
2.2.9 Pertumbuhan Kendaraan
Pn = P0 (1 + i)n..................................................................... (2.5)
Dimana:
i = prosentase pertumbuhan
membuka pintu mobil, pejalan kaki muncul diantara kendaraan parkir, dan aktivitas
lainnya (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat: 1996).
Parkir merupakan salah satu unsur sarana yang tidak dapat dipisahkan dari
sistem transportasi jalan raya secara keseluruhan. Dengan meningkatnya jumlah
penduduk suatu kota akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan melakukan
berbagai macam kegiatan. Kebanyakan penduduk di kota-kota besar melakukan
kegiatan atau bepergian dengan menggunakan kendaraan pribadi sehingga secara
tidak langsung diperlukan jumlah lahan parkir yang memadai (Tamin: 2008).
Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran panjang dan lebar (luasan)
efektif untuk meletakkan satu buah kendaraan baik mobil, sepeda motor, atau bus
maupun truk. Dalam SRP telah diperhitungkan termasuk ruang bebas di kiri dan
28
di kanan kendaraan dengan arti lain pintu kanan dan kiri dapat dibuka untuk turun
naik penumpang serta hal-hal tertentu seperti missal untuk pergerakan kursi roda
khusus pengguna parkir kendaraan bagi penderita cacat serta freespace depan dan
belakang (Direktorat Jenderal Perhubungan Darat: 1996).
Keterangan:
Bp = lebar SRP
Lp = panjang SRP
B L a1 a2 O R Bp
No Jenis Kendaraan Lp (cm)
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 3+7+8 4+5+6
Untuk satuan ruang parkir truck atau bus bisa dilihat pada gambar 2.4 dan
tabel 2.16.
B L a1 a2 O R
No Jenis Kendaraan Bp (cm) Lp (cm)
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 3+7+8 4+5+6
Untuk satuan ruang parkir truck atau bus bisa dilihat pada gambar 2.5.
Adapun satuan ruang parkir (SRP) untuk jenis kendaraan tidak bermesin
atau manusia sebagai sumber tenaganya, yaitu becak, dimana becak memiliki SRP
Dalam suatu lahan parkir terdapat beberapa posisi sudut parkir yang
digunakan. Penentuan sudut parkir tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kondisi lalu lintas yang terjadi di lingkungan tersebut seperti
lingkungan di samping jalan dan arah pergerakan kendaraan pada arah yang
bersangkutan.
31
a. Volume Parkir
Dimana:
38
b. Akumulasi Parkir
Dimana:
Dimana:
c. Durasi parkir
Dimana:
∑𝑛
𝑖=1 𝐸𝑖 . 𝐿𝑃𝑖
𝐷= ∑𝑛
...................................................................... (2.15)
𝑖=1 𝐸𝑖
Dimana:
e. Kapasitas Parkir
Dimana:
f. Indeks parkir
g. Turnover parkir
volume parkir
𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 = ruang parkir tersedia x lama pengamatan .............. (2.18)
Dimana:
i = presentase pertumbuhan
i. Pertumbuhan Penduduk
Dimana:
i = presentase pertumbuhan