Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENETAPAN KADAR VITAMIN C TERHADAP BUAH PISANG AMBON


(Musa acuminata Cavendish Subgroup) SEBELUM DAN SESUDAH
PEREBUSAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI IODOMETRI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma


III Program Studi Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammad Husni Thamrin - Jakarta

Oleh:

PRECILIA MERITSYAH
NIM: 1041201020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA 2022
BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok buah - buahan yang saat

ini cukup diperhitungkan adalah tanaman pisang. Pengembangan komoditas

pisang bertujuan memenuhi kebutuhan akan konsumsi buah-buahan seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya gizi dimana pisang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga

karbohidrat. Selain rasanya lezat, bergizi tinggi dan harganya relatif murah, pisang

juga merupakan salah satu tanaman yang mempunyai prospek cerah karena di

seluruh dunia hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang (Komaryati

dan Adi, 2012).

Buah pisang mengandung gizi cukup tinggi, kolesterol rendah serta

vitamin B6 dan vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang masak adalah

kalium sebesar 373 miligram per 100 gram pisang, vitamin A 250-335 gram per

100 gram pisang dan klor sebesar 125 miligram per 100 gram pisang. Pisang juga

merupakan sumber karbohidrat, vitaminn A dan C, serta mineral. Komponen

karbohidrat terbesar pada buah pisang adalah pati pada daging buahnya, dan akan

diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-20 %)

(Ismanto, 2015).
Pisang ambon memiliki kadar zat besi dan vitamin c yang dapat

membantu meningkatkan dan absorbsi zat besi dalam tubuh. Makin tinggi

kandungan vitamin C dalam makanan makin tinggi absorbsi dan penggunaan zat

besi dalam Pisang ambon memiliki kadar zat besi dan vitamin c yang dapat

membantu meningkatkan dan absorbsi zat besi dalam tubuh. Makin tinggi

kandungan vitamin C dalam makanan makin tinggi absorbsi dan penggunaan zat

besi dalam tubuh (Nurul Purna Mahardika dan Reni Zuraida, Oktober 2016).

Penelitian sebelumnya di Serikat yang menyatakan bahwa buah pisang

mengandung zat besi yang akan menstimulus produksi hemoglobin dalam darah

dan juga membantu mencegah anemia. Vitamin c yang terkandung dalam pisang

juga bagus untuk kesehatan untuk membantu membangun kembali sistem

kekebalan tubuh. Pisang juga makanan yang relatif mudah dicerna dibandingkan

makanan yang lain sehingga mempermudah seseorang dengan sistem kekebalan

tubuh yang rendah. Vitamin C juga meningkatan penyerapan besi dan

meningkatkan pembentukan darah, dua manfaat kesehatan ini membuat pisang

berguna untuk tambahan dalam menu makanan mereka dalam menanggulangi

anemia. (Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat; 2001).

Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6

yang dapat larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari

glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak

memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesi dari
prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1- gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat

mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri. (Kirana DP,2011). Berdasarkan

uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kandungan vitamin C pada pisang

ambon sebelum dan sesudah perebusan dengan menggunakan metode Titerasi

Iodometri.

I.II. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut :

1. Kebutuhan vitamin C dalam tubuh harus terpenuhi untuk menjaga

Kesehatan tubuh sehingga perlu adanya asupan dari luar tubuh, seperti

mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang kaya akan kandungan

vitamin C, salah satunya terdapat dalam pisang ambon yang berperan

dalam pembentukan hemoglobin, sehingga mempercepat penyembuhan

anemia

2. Pisang ambon dapat menjadi alternatif masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan vitamin C dalam tubuh baik yang diolah dengan cara direbus

maupun yang belum di olah.

I.III. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah penetapan kadar vitamin c

pada buah pisang ambon (Musa acuminata Cavendish Subgroup) sebelum

dan sesudah perebusan


I.IV. Perumusan Masalah

1. Berapa jumlah kadar vitamin c pada buah pisang ambon (Musa acuminata

Cavendish Subgroup) sebelum dan sesudah perebusan ?

2. Perbandingan kadar vitamin c pada buah pisang ambon (Musa acuminata

Cavendish Subgroup) sebelum dan sesudah perebusan?

I.V. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar vitamin C yang terkandung pada buah pisang

ambon (Musa acuminata Cavendish Subgroup) pada saat sebelum dan

sesudah perebusan

2. Untuk mengetahui perbandingan kadar vitamin c pada buah pisang ambon

(Musa acuminata Cavendish Subgroup) sebelum dan sesudah perebusan.

I.VI. Manfaat Penelitian

I.VI.I Manfaat Teoritis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan informasi

ilmiah tentang hasil penetapan kadar vitamin C pada buah pisang ambon

(Musa acuminata Cavendish Subgroup) sebelum dan sesudah perebusan.

I.VI.II Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat

mengetahui jumlah kandungan vitamin C yang terdapat pada buah

pisang ambon (Musa acuminata Cavendish Subgroup) sebelum dan


sesudah perebusan dalam memanfaatkannya dengan baik untuk

memenuhi angka kecukupan vitamin C dalam tubuh. Agar tubuh tetap

sehat

b. Bagi Peneliti Lain

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan data bagi

peneliti selanjutnya dalam meneliti buah pisang ambon (Musa

acuminata Cavendish Subgroup) sebelum dan sesudah perebusan baik

dari segi metode maupun jumlah kadar yang didapatkan serta

menambah pengetahuan bagi ilmu kesehatan khususnya di bidang

analis farmasi dan makanan.


Daftar pustaka

Ismanto, H. 2015. Pengolahan Tanpa Limbah Tanaman Pisang. Laboratorium

Pengolahan Hasil Pertanian. Balai Besar Pelatihan Pertanian. Batangkaluku.

Komaryati dan Adi,S. 2012. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Adopsi Teknologi Budidaya Pisang Kepok (Musa paradisiaca) di Desa Sungai

Kunyit Laut Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak. J. Iprekas : 53-61.

Nurul Purna Mahardika dan Reni Zuraida. 2016. Vitamin C pada Pisang Ambon

(Musa paradisiaca S.) dan Anemia Defisiensi Besi .

Depkes RI. Pedoman operasional penanggulangan anemia gizi di indonesia. Jakarta:

Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat; 2001.

Kirana DP. Hubungan asupan zat gizi dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada

remaja putri di sman 2 semarang. Semarang: Universitas Dipenegoro Semarang; 2011.

Anda mungkin juga menyukai